• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Membaca Al-Qurˊan

BAB II KAJIAN TEORI

2. Pengertian Membaca Al-Qurˊan

Terlebih dahulu penulis akan mengemukakan pengertian membaca dan pengertian Al-Qurˊan.

12 M. Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) h. 25

Pengertian membaca menurut bahasa, kata membaca berasal dari kata dasar “baca” yang dapat awalan “me” dan imbuhan berupa sisipan “m” sehingga menjadi kata kerja “membaca” yang berarti “melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis; melafalkan tulisan; mengetahui, meramalkan.”13

Henry Guntur Tarigan berpendapat bahwa

“membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.”14

Menurut Tampubolon “membaca pada hakekatnya adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dari tulisan.”15 Membaca juga mempunyai pengertian “sebagai jembatan menuju pemahaman, pengamalan, dan penerapan Al-Qurˊan dalam kehidupan sehari-hari.”16

137 Tim Reality, Kamus Terbaru Bahasa Indonesia, h. 79

14 Henry Guntur Tarigan, membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 1979), h. 7

15 Tampubolon, Kemampuan Membaca Tenik Membaca Efektif dan Efisien, (Bandung: Angkasa, 1986), h. 228

16 Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis dan Mencintai Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 2005), Cet ke-2, h. 49

Dalam mengembangkan kemampuan membaca, guru mengembangkan sistem pembelajaran yang dapat meningkatkan perkembangan kemampuan membaca Al-Qurˊan lebih dini, guru memberi kesempatan peserta didik memperoleh pengalaman yang luas dalam mendengarkan dan membaca.

Firman Allah SWT:

































Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacakan-nya dengan bacaan yang sebenarnya, mreka itu beriman kepadanya. Dan barang siapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. (QS. Al-Baqarah[2]:

121)

Adapun definisi Al-Qurˊan terdapat dua pendekatan, yaitu secara lughawi (bahasa/etimologi) dan isthilahi (terminologi). Secara bahasa, Al-Qurˊan merupakan kata jadian (mashdar) dari kata al-qiraˊah, yaitu: qaraˊa, yaqraˊu, qiraˊatan, wa qurˊanan yang berarti menghimpun atau mengumpulkan. Sebagaimana firman Allah:





















“Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.

Apabila kami Telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.” (QS. Al-Qiyamah [75]: 17-18)

Sedangkan secara istilah, terdapat beberapa pendapat mengenai pengertian Al-Qurˊan. Para ulama Ushul Fiqh mendefinisikan Al-Qurˊan sebagai “kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.

secara bertahap melalui perantara Malaikat Jibril dan merupakan sebuah pahala dengan membacanya, yang diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas.”17

Ada beberapa pendapat lain mengenai Al- Qurˊan menurut istilah.

1) Menurut Manna Al-Qaththan

“Kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. dan membacanya memperoleh pahala.”18

17 Amirullah Syarbini dan Sumantri Jamhari, Kedahsyatan Membaca Al-Qur’an, (Bandung: Ruang Kata, 2012), h. 3

18 Manna Cholil Al-Qaththan, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Bogor:

Litera Antar Nusa, 1986) h. 24

2) Menurut Al Jurjani

“Yang diturunkan kepada Rasulullah SAW. yang ditulis di dalam mushaf dan yang diriwayatkan secara mutawattir tanpa keraguan.”19

3) Menurut Muhammad Ali Al-Shabuni

Al-Qurˊan adalah kalam Allah yang bernilai mukjizat, yang diturunkan kepada “pungkasan” para nabi dan rasul, dengan perantara malaikat Jibril a.s.

yang tertulis pada mashahif. Diriwayatkan kepada kita dengan mutawatir. Membacanya terhitung ibadah. Diawali dengan surat al-Fatihah dan ditutup dengan surat an-Nas.20

Membaca Al-Qurˊan merupakan suatu ibadah dan mendapatkan pahala. Inilah salah satu karakteristik dan keistimewaan yang dimiliki oleh Al-Qurˊan.

Bahkan Rasulullah SAW dalam sabdanya mengatakan bahwa orang yang membaca satu huruf dari ayat Al- Qur`an akan diberikan 10 kali lipat balasan oleh Allah SWT.

ﮫﻨﻋ ﷲ ﻰﺿر ٍدﻮُﻌْﺴَﻣ َﻦْﺑ ِ ﱠﷲ ﺪْﺒَﻋ ْﻦَﻋ ﻰﻠﺻ ِ ﱠﷲ ُلﻮُﺳَر َلﺎَﻗ ُلﻮُﻘَﯾ

و ﮫﯿﻠﻋ ﷲ ُﺔَﻨَﺴَﺤْﻟاَو ٌﺔَﻨَﺴَﺣ ِﮫِﺑ ُﮫَﻠَﻓ ِ ﱠﷲ ِبﺎَﺘِﻛ ْﻦِﻣ ﺎًﻓْﺮَﺣ َأَﺮَﻗ ْﻦَﻣ ﻢﻠﺳ

ٌفْﺮَﺣ ٌمَﻻَو ٌفْﺮَﺣ ٌﻒِﻟَأ ْﻦِﻜَﻟَو ٌفْﺮﺣ ﻢﻟا ُلﻮُﻗَأ َﻻ ﺎَﮭِﻟﺎَﺜْﻣَأ ِﺮْﺸَﻌِﺑ ٌفْﺮَﺣ ٌﻢﯿِﻣَو

19 Al Jurjani, A-Ta’rifat, Ath-Thaba’ah wa an-Nasyr wa At-Tauzi, Jeddah, t.p, t.t, h. 174

20 Muhammad Ali Al-Shabuni, Attibyan fii ‘Ulumil Qur’an, ( tt.p, Daarul Kutub Al-Islamiyah, 2003), h. 8

“Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan ﻢﻟا satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.

(HR. Tirmidzi)P20F21P

Dan hadits ini sangat menûnjukan dengan jelas, bahwa muslim siapapun yang membaca Al- Qurˊan baik paham atau tidak paham, maka dia akan mendapatkan ganjaran pahala sebagaimana yang dijanjikan. Dan sesungguhnya kemuliaan Allah Ta’ala itu Maha Luas, meliputi seluruh makhluk, baik orang Arab atau ‘Ajam (yang bukan Arab), baik yang bisa bahasa Arab atau tidak.

“Al-Qurˊan merupakan way of life yang akan menûntun manusia menuju kesuksesan di dunia dan akhirat. Orang-orang yang senantiasa membaca Al- Qurˊan akan mendapatkan sinar hidayah dan mengalami proses enlightment (pencerahan) dalam hidupnya.”22

21 Al Imam Abdurrahhman bin Abdurrahim al Mubarakfury, Tuhfatul Ahwadzi bi Syarhi Jami‘it Tirmidzi, (Mesir: Darul Hadits, 2001), cet. 7, h. 330

22Amirullah Syarbini dan Sumantri Jamhari, Kedahsyatan Membaca Al-Qur’an, h. 49

Dalam mempelajari bacaan Al-Qurˊan, terdapat beberapa tahapan yang harus di fahami dan di pelajari untuk mencapai bacaan yang bagus dan sesuai dengan kaidah dan ajaran nabi SAW.

Tidak sekedar membaca, Al-Qurˊan mempunyai kaidah tersendiri dalam pelafalannya yaitu berhubungan dengan Makhârijul hurûf, shifâtul hurûf dan ahkâmul hurûf.

a. Makhârijul hurûf

Makhârijul hurûf dapat diartikan sebagai bunyi huruf atau tempat keluarnya huruf. Salah satu murid al-Khalil, Imam Syibawaih berpendapat susunan Makhârijul hurûf terbagi pada lima bagian:

1) Hurûf halqiyyah 2) Hurûf lisâniyyah 3) Hurûf syafawîyyah 4) Hurûf jaufiyyah 5) Hurûf khaisyumiyyah23

Keterangan dari uraian diatas adalah sebagai berikut:

23Tim Pimpinan Pusat Jam’iyyatul Qurra` wal-Huffazh, Panduan Praktis Baca Tulis AL-Qur`an Metode Bagdadi, (Jakarta: PP- JQH-NU, 2014), h. 97

1) Halqiyyah (tenggorokan), bagian tenggororkan ini terbagi tiga yaitu:

Tenggorokan bagian bawah, yaitu tempat keluarnya hurûf hamzah dan Ha.

Tenggorokan bagian tengah, yaitu tempat keluarnya hurûf ‘ain dan ha.

Tenggororkan bagian atas, yaitu tempat keluarnya huruf ghain dan kha.

2) Lisâniyyah (lidah), yaitu huruf yang perangkat bergeraknya lidah. Terbagi menjadi enam bagian:

(a) Pangkal lidah dan langit-langit, yaitu hurûf qâf dan kâf (bunyinya terletak di depan makhraj qâf).

(b) Tengah-tengah lidah dengan langit-langit, yaitu huruf jîm, syîn, yâ` dan dhâd (salah satu/dua pinggir lidah beradu dengan salah satu/dua geraham atas yang kiri/kanan atau keduanya).

(c) Ujung lidah, huruf-hurufnya yaitu:

Lâm pinggir ujung lidah bertemu gusi muka yang atas.

Nûn ujung lidah bertemu dengan langit- langit bagian depan.

Râ` ujung lidah yang mengarah sedikit ke punggung lidah sesudah makhraj nûn bertemu dengan langit-langit bagian depan.

(d) Punggung ujung lidah bertemu pangkal dua gigi seri muka atas, hurufnya tâ, dâl dan thâ`.

(e) Ujung lidah berada pada halaman dua gigi seri atas dan bawah, hanya saja lebih dekat ke arah ujung gigi seri yang bawah, hurufnya zai, sîn dan shâd.

(f) Punggung ujung lidah bertemu ujung dua gigi seri atas. Hurufnya tsa, dzal, dan zha.

3) Syafawîyyah (bibir) yaitu huruf-huruf yang perngakat bergeraknya bibir. Hurufnya:

Ba dan mîm dua perut bibir sebelah dalam.

Waw antara dua perut bibir.

Fa perut bibir bawah bertemu ujung dua gigi seri yang atas.

4) Jaufiyyah (rongga mulut) adalah tempat keluarnya hurûf mad. Hurufnya:

Alif

Waw mati Ya mati

5) Khaisyumiyyah (pangkal hidung), yaitu tempat keluarnya ghunnah atau dengung.

Makhârijul hurûf tidak sekedar keluar bunyi dari huruf-huruf hijaîyah, namun huruf-huruf tersebut memiliki karakter dan sifat masing-masing yang disebut sifat huruf.

b. Sifâtul Hurûf

Sifat huruf pada dasarnya tidak dapat terpisahkan dari Makhârijul hurûf, karena keluarnya suatu bunyi huruf dibarengi dengan sifatnya.

Adapun yang dimaksud dengan sifat huruf menurut bahasa yaitu “Karakteristik dari sesuatu (watak)- seperti warna putih, hitam, merah dan sebagainya.”24

Untuk mencapai bacaan Al-Qurˊan yang baik dan benar serta tepat sesuai kaidahnya, maka harus diketahui sifat-sifat huruf yang tepat sehingga akan sesuai dalam pelafalan Makhârijul hurûfnya.

24 Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an, (Jakarta: Fakultas Ushuluddin Institut PTIQ, 2012), h. 3

Adapun penjelasan mengenai sifat-sifat huruf diantaranya sebagai berikut:

No Sifat huruf Huruf-hurufnya 1

Hams

(berdesis/nafas berhembus)

ـھ ث ح ف خ ش

ت ك س ص

2 Jahr (Nafas ditahan) ض غ ي ذ ء ر ق ن ز و م ظ ع ب ل ط د ج

3 Syiddah (Suara

tertahan) ت ك ب ط ق د ج ء 4 Rakhawah (Lunak) ص و ش ض ف ظ ح ث غ ذ خ

ـھ س ي ز

5

Bainiyah/Tawassuth (Suara tidak terlepas dengan sempurna dan tidak tertahan dengan sempurna)

ر م ع ن ل

6 Isti’la (Pangkal lidah

ke langit-langit) ظ ق ط غ ض ص خ

7 Istifâl (Lidah

dibawah)

ر ح د و ج ي ن م ز ع ت ب ث ك ش ل س ذ ء ـھ ف

8 Ithbâq (Lidah ظ ط ض ص

bertemu dengan langit-langit)

9

Infitâh (Trebuka antara lidah dan langit-langit)

ز ف ت ع س د ج و ذ ج ء ن م ث ي غ ب ر ش ـھ ل ق ح ك

10 Idzlâq

(lancar/ringan) ب ل ن م ر ف 11 Ishmât (tidak lancar) ق ث د ص ط ح ش س غ ز ج

ك ض خ ي ـھ ظ ع و ذ ء ت 12 Shafîr (berdesir) س ز ص

13 Qalqalah (memantul) د ج ب ط ق 14 Infirâf (melenturkan

lidah) ر ل

15 Takrîr (Lidah

bergetar halus) ر

16

Istithâlah

(menggelayutkan suara)

ض

17

Tafasysyi (Bunyi angin kuat dari dalam mulut)

ش

18 Ghunnah (Dengung) ن م

c. Ahkâmul Hurûf (Hukum-hukum huruf) 1) Hukum tafkhîm dan tarqîq

“Tafkhîm ialah sifat ketebalan pada suatu huruf di mana ketika ia di ucapkan, posisi mulut di penuhi oleh gema suaranya (seakan-akan di penuhi makanan). Sedangkan sifat sebaliknya disebut tarqîq, yakni tipis yang tentunya ketika di ucapkan posisi mulut tanpa dipenuhi oleh gema suaranya.”25

Huruf-huruf yang dibaca tafkhîm (a) Huruf isti’la, ظ ق ط غ ض ص خ

(b) Ra’ yang berada di awal atau tengah kata dengan syarat:

(1) Ra’ berharakat fathah (2) Ra’ berharakat dhammah

(3) Ra’ mati terletak setelah huruf berharakat fathah

(4) Ra’ mati terletak setelah huruf yang berharakat dhammah

(5) Ra’ mati terletak setelah huruf yang berkasrah ‘aridhi (tidak asli)

25 Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an, (Jakarta: Fakultas Ushuluddin Institut PTIQ, 2012), h. 71

(6) Ra’ mati terletak sesudah huruf berharakat kasrah yang berada diakhir kata sebelumnya

(7) Sebelum ra’ mati berupa huruf yang berharakat kasrah asliyyah dan sesudahnya berupa huruf isti’la yang tidak berharakat kasrah

(c) Ra’ yang berada di akhir kata, dengan syarat:

(1) Sesudah huruf yang berharakat fathah (2) Sesudah huruf yang berharakat

dhammah (3) Sesudah alif (4) Sesudah waw mati

(d) Lam lafadz

yang sebelumnya berupa huruf yang berharakat fathah atau dhammah Huruf-huruf yang dibaca tarqîq diantaranya:

(a) Huruf istifal, yakni huruf-huruf selain isti’la (b) Ra’ yang berada di awal atau tengah kata

dengan syarat ra’ berharakat kasrah dan jika sebelum ra’ mati berupa kasrah asliyyah dan

sesudahnya bukan huruf isti’la, misalnya َنْﻮَﻋْﺮِﻓ

(c) Ra’ yang berada di akhir kata dengan syarat, ra’ mati (aridhi/tidak asli) stelah huruf yang berharakat kasrah, misal: َرِﺪُﻗ ْﺪَﻗ dan Ra’ mati (aridhi/tidak asli) setelah ya’ mati, misalnya:

ٌﺮْﯿِﺒَﺧ

(d) Lam lafadz jalalah (ﷲ) jika sebelumnya di dahului oleh huruf yang berharakat kasrah.

Misal: ّﷲ ِﻊَﻓْﺮَﯾ

Adapun yang dapat dibaca tafkhîm dan tarqîq diantaranya:

(a) Ra’ mati di tengah kata jika sebelumnya berupa huruf berharakat kasrah asliyyah dan setelahnya berupa huruf isti’la yang berharakat kasrah, misal: ٍقْﺮِﻓ ﱡﻞُﻛ

(b) Ra’ mati tidak asli di akhir kata dan huruf sebelumnnya berupa huruf berharakat kasrah dan di pisah oleh huruf isti’layang mati, yaitu pada lafadz: ﺮْﺼِﻣ ،ﺮْﻄِﻘْﻟا َﻦْﯿَﻋ

2) Ahkâmul Mad wal Qashr

Adapun dalam pembelajaran Al-Qurˊan harus di perhatikan juga mengenai ahkâmul mad wal qashar. “Menurut bahasa mad adalah ziyadah yang artinya menambah. Adapun menurut istilah adalah:

ْﻦِﻣ ٍفْﺮَﺤِﺑ ْوَأ ِﻦْﯿﱢﻠﻟاَو ﱢﺪَﻤﻟا ِفْوُﺮُﺣ ْﻦِﻣ ٍفْﺮَﺤِﺑ ِتْﻮﱠﺼﻟا ُﺔَﻟﺎَط ِإ ﻂَﻘَﻓ ِﻦْﯿﱢﻠﻟا ﻲَﻓْﺮَﺣ

“Memanjangkan suara dengan salah satu dari huruf mad dan lin atau dengan salah satu huruf lin saja.”26

Bacaan mad menurut ahli qira‘at adalah membaca panjang lebih dari satu alif. Sedangkan qashr yaitu menahan, yakni membaca huruf panjang tidak lebih dari satu alif.

Berdasarkan pengertian diatas, tentunya dapat di ambil suatu kesimpulan bahwa pembahasan ahkâmul mad wal qashr yaitu mengenai panjang dan pendek suatu bacaan “antara mad dan qashr adalah pembeda antara huruf yang dibaca panjang lebih dari satu alif atau hururf yang dibaca panjang tidak lebih dari satu alif (dua harakat). Maka untuk

26 Abu Ya’la Kurnaedi, Tajwid Lengkap Asy-Syafi’i, (Jakarta:

Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2013) h. 309

dapat membedakan keduanya sudah bisa dilihat dari tanda-tandanya.”27

Contoh bacaan mad dan qashr.

Mad hukum membacanya 5 harakat, seperti: ،َءﺎَﻔَﻨُﺣ َءﺎَﺟَو

Qashr hukum membacanya dua harakat, seperti: ،ِﮫْﯿِﻓ ، َنﺎَﻛ

َنْوُد

Adapun penjelasan mengenai pembagian Hukum Mad beserta contohnya sebagai berikut:

1. Mad Thâbi‘î ( ﻲِﻌﯿِﺒَط ) ْﺪَﻣ

Apabila ada alif ( ا ) terletak sesudah fathah ( ― َ◌ ) atau ya’ sukun ( ي ) sesudah kasrah ( ― ِ◌ ) atau wau sukun ( و ) sesudah dhammah ( ― ُ◌ ) dan tidak bertemu dengan hamzah, sukun dan tasydid, maka dihukumi mad thâbi‘î. Mad artinya panjang, thâbi‘î artinya biasa.

Cara membacanya harus sepanjang dua harakat.

contoh :

ﺎَﺘﻛ ٌب ُلْﻮُﻘَﯾ- ٌﻊْﯿِﻤﺳ-

27 A. Munir dan Sudarsono, Ilmu Tajwid dan Seni Baca Al- Qur’an, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), cet. Ke-I, h. 48

2. Mad Wâjib Muttashil ( ْﻞِﺼﱠﺘُﻣ ْﺐِﺟاَوْﺪَﻣ )

Apabila ada huruf mad bertemu dengan hamzah ( ء ) didalam satu kalimat atau kata. Cara membacanya wajib panjang sepanjang 4 atau 5 harakat atau dua setengah kali mad thâbi‘î.

Contoh : َءْﻲِﺟ- َءﺂَﺟ- ٌءآَﻮَﺳ

3. Mad Jâiz Munfashil ( ْﻞِﺼَﻔْﻨُﻣﺰِﺋﺎَﺟْﺪَﻣ)

Apabila ada huruf mad bertemu dengan hamzah (ء) tetapi hamzah itu di lain kalimat. Jâiz artinya: boleh.

Munfashil artinya terpisah. Cara membacanya 4 harakat atau 5 harakat seperti mad wajib muttashil.

Contoh: َلِﺰْﻧُأﺎَﻤِﺑ ْﻢُﺘْﻧأَﻻ َو

4. Mad Lâzim Mutsaqqal Kilmi ( ﻲِﻤْﻠِﻛ ْﻞﱠﻘَﺜُﻣ ْمِزَﻻ ْﺪَﻣ) Apabila ada huruf mad bertemu dengan huruf yang bertasydîd di dalam satu kata, maka cara membacanya harus panjang 6 harakat.

Contoh: ُﺔَﺧﺎّﺼﻟَا، َﻦﯿﱢﻟﺂﱠﻀﻟاَﻻ َو

5. Mad Lâzim Mukhaffaf Kilmi ( ﻲِﻤْﻠِﻛﻒﱠﻔَﺨُﻣ ْمِزَﻻ ْﺪَﻣ ) Apabila ada huruf mad bertemu dengan huruf mati (sukun), maka cara membacanya sepanjang 6 harakat.

Contoh: ن َﻻآ 6. Mad Layyin ( ﻦﯿَﻟ ) ْﺪَﻣ

Apabila ada wau sukun ( و ) atau ya’ sukun ( ي ) sedang huruf sebelumnya yaitu berharakat fathah dan setelahnya berupa huruf mati/sukun tidak asli yang di sebabkan waqaf, maka cara membacanya sekedar lunak dan lemas 2, 4 atau 6 harakat.

Contoh: ٍفْﻮَﺧ ْﻦِﻣ

7. Mad ‘Âridh Lissukûn ( ِنُﻮﻜﱡﺴﻠِﻟ ْضِرﺎﻋ ْﺪَﻣ )

Apabila ada huruf mad, sesudahnya berupa huruf mati (sukun) tidak asli (karena peristiwa waqaf), maka cara membacanya ada 3 macam :

a. Dibaca panjang 6 harakat.

b. Dibaca 4 harakat yakni dua kali mad thâbi‘î.

c. Dibaca 2 harakat seperti mad thâbi‘î biasa . Contoh : ِسﺎﱠﻨﻟاو، َنْوُﺪِﻟﺎَﺧٌ، ﺮْﯿِﺼَﺑ

8. Mad Shilah Qashîrah ( ةَﺮْﯿِﺼَﻗﺔَﻠِﺻ ْﺪَﻣ )

Apabila ada hâ` dhamîr ( ﮫ ) sedang sebelum hâ` ada huruf hidup (berharakat) dan setelahnya berupa huruf hidup yang bukan hamzah, maka cara

membaca panjangnya harus panjang 2 harakat seperti mad thâbi‘î.

Contoh: ُﮫَﻟﻚْﯾِﺮَﺷَﻻ َنﺎَﻛ ُﮫﱠﻧِا

9. Mad Shilah Thawîlah ( ﺔَﻠْﯾِﻮطﺔَﻠِﺻ ْﺪَﻣ )

Apabila ada huruf mad shilah qashîrah bertemu dengan hamzah ( ء ), maka membacanya seperti Mad Jâiz Munfashil .

Contoh: ُهَﺪَﻠْﺧَا ُﮫَﻟ، ﮫِﻧْذﺎِﺑَّﻻ ِا ُهَﺪْﻨِﻋ 10. Mad ‘Iwadh ( ضَﻮِﻋ ) ْﺪَﻣ

Apabila ada huruf mad alif yang menjadi pengganti fathah tanwîn ketika waqaf, dengan syarat yang di tanwîn bukan tâ marbuthah maka cara membacanya seperti mad thâbi‘î.

Contoh: ﺎًﻤﯿِﻜَﺣﺎًﻤْﯿ ِﻠَﻋ، اًﺮْﯿﺼَﺑﺎًﻌْﯿﻤَﺳ 11. Mad Badal ( ْلَﺪَﺑ ) ْﺪَﻣ

Yaitu apabila ada huruf mad sebelumnya berupa hamzah ( ء ), maka cara bacanya seperti mad thâbi‘î.

Contoh: ٌنَﺎﻤْﯾإ، َمَدآ

12. Mad Lâzim Harfi Mustsaqal ( ﻞَﻘَﺜُﻣ ِفْﺮَﺣ ْمِزﻻ ْﺪَﻣ ) Yaitu apabila pada permulaan surat dari Al-Qurˊan terdapat salah satu atau lebih dari antara huruf yang delapan (hurûf hijaîyah yang menjadi fawâtihussuwar), yakni

ن ق - ص – ع – س – ل – ك–

م – , cara membacanya

seperti Mad Lâzim yaitu 6 harakat.

Contoh : huruf lâm pada ﻢﻟآ

13. Mad Lâzim Harfi Mukhaffaf ( ﻒﱠﻔَﺨُﻣ ِفﺮَﺣمِزﻻ ْﺪَﻣ) Yaitu apabila ada permulaan surat dari Al-Qurˊan ada terdapat huruf mad yang sesudahnya berupa huruf mati asli yang tidak di idghamkan.

Contoh : huruf mîm pada ﻢﺣ 14. Mad Tamkîn ( ﻦْﯿِﻜْﻤَﺗ ) ْﺪَﻣ

Apabila ada yâ` sukun ( ْي ) yang didahului dengan yâ` yang bertasydîd dan harakatnya kasrah.

Contoh : ْﻢُﺘْﯿﱢﯿﯿُﺣ َﻦْﯿّﯿِﺒَﻨﻟا 15. Mad Farq ( قْﺮَﻓ ) ْﺪَﻣ

Yaitu bertemunya dua hamzah yang satu hamzah istifhâm dan yang kedua hamzah washal pada lâm

alif ma’rifat, cara membacanya sepanjang 6 harakat.

Dinamakan mad Farq karena yufarriq (membedakan) antara kalimat yang bentuknya khabar (berita) dengan kalimat yang bentuknya istifhâm (pertanyaan).”28

Contoh : ْﻢُﻜَﻟ َنِذاُﷲا ٰء ْﻞُﻗ, نﻮُﻛِﺮْﺸُﯾﺎّﻣَاٌﺮْﯿَﺧ ُﷲ ٰءا ْﻞُﻗ َﺮَﻛﱠﺬﻟا ٰء ِﻦْﯾ

3) Hukum nûn mati dan tanwîn 1. Izhhâr Halqi

Yaitu apabila ada nûn mati atau tanwîn bertemu dengan salah satu hurûf halqi yakni : hamzah, ha, kha, ‘ain, ghain, ha ( غ ع خ ح ه ء ) maka hukum bacaannya adalah izhhâr halqi yang berarti harus dibaca terang dan jelas seperti contoh izhhâr dibawah ini:

َﻣأﻦﻣ َﻦ ُﮫْﻨِﻣ , ٌرْﻮُﻔَﻏ , ٌﻢﯿِﻠَﺣ

2. Idghom bighunnah

Idgham bighunnah adalah apabila ada nûn mati atau tanwîn bertemu dengan salah satu huruf yâ`, nûn, mîm, dan wâwu (وم ن ي) maka hukum

28 Abu Ya’la Kurnaedi, Tajwid Lengkap Asy-Syafi’i, h. 361

bacaannya disebut idghom bighunnah) ( مﺎﻏدإ ﺔﱠﻨُﻐِﺑ) yang berarti harus dibaca dengan dimasukkan kedalam salah satu huruf yang empat itu dengan suara mendengung. Seperti contoh dibawah ini:

ْﻦَﻣ ُلْﻮُﻘَﯾ ْﻦِﻣ , ٍرْﻮُﻧ ْﻦَﻣ , َﻊَﻨَﻣ

3. Idghom Bilaghunnah

Idgham Bilaghunnah adalah apabila ada nûn mati dan tanwîn bertemu dengan salah satu huruf lâm (ل) dan ra (ر) maka hukum bacaannya adalah idghom bilâghunnah (ﺔًﻨﻏﻼﺑ مﺎﻏدإ) yang membacanya dengan cara memasukkan dengan tanpa mendengung. Seperti contoh dibawah ini:

ْﻦِﻣ ْﻢِﮭِﺑَر ْﻦَﻣ , ْﻢَﻟ

4. Iqlâb

Iqlâb yaitu apabila ada nûn mati atau tanwîn bertemu dengan huruf bâ` (ب) maka hukum bacaannya adalah iqlâb (بﻼﻗِإ) yang membacanya dengan cara huruf nûn atau tanwîn itu dibalik atau ditukar menjadi suara mîm ( م ).

Seperti contoh iqlâb berikut:

ٌﻊﯿﻤﺳ ٌﺮْﯿِﺼَﺑ ٍماَﺮِﻛ , ٍةَرَﺮَﺑ

5. Ikhfâ`

Ikhfâ` apabila ada nûn mati atau tanwîn bertemu dengan huruf yang 15 di bawah ini maka hukum bacaannya adalah Ikhfâ` yang cara membacanya adalah samar-samar. Huruf Ikhfâ` yang 15 antara lain:

ت ث ج د ذ ز س ش ص ض ط ظ ف ق ك

Contoh Ikhfâ`:

ْﻦِﻣ ٍعْﻮُﺟ ﻢُﻜْﻨِﻣ , َأ , ْﻢُﻜَﺴُﻔْﻧ

4) Hukum mîm sukun

1. Ikhfâ` Syafawî يﻮﻔﺷءﺎﻔﺧإ

yang dinamakan ikhfâ` syafawî adalah apabila mîm sukun ( ْم ) bertemu dengan huruf ba ( ب ).

Ikhfâ` yaitu samar, sedangkan syafawî yaitu bibir. Jadi apabila mîm sukun bertemu dengan hurûf bâ` ( ب ) maka suara mîm sukunnya harus dibaca samar antara mîm ( م ) dan bâ` ( ب ), di tahan kira kira dua ketukan.

Cara membaca bacaan ikhfâ` syafawî:

1. Suara mîm mati disamarkan.

2. Disertai dengan mendengung.

contoh bacaan ikhfâ` syafawî adalah:

( ٌﻂِﺳﺎَﺑﻢُﮭُﺒْﻠَﻛَو) ( ٍةَرﺎَﺠِﺤِﺑﻢِﮭﯿِﻣْﺮَﺗ) (ﻢُﮭَﻨْﯿَﺑﻢُﻜْﺣا)

2. Idghom mutamatsilain/Idgham Mîmi ﻢﯿﻣمﺎﻏدإ Dikatakan idghom mîmi karena huruf mîm sukun itu bertemu dengan huruf mîm juga.

Idghom itu mendengung, dan mîmi itu karena mîm sukun bertemu dengan huruf mîm itu sendiri.

Cara membacanya maka suara mîm sukunnya dimasukan kepada mîm yang ada di hadapannya dan disertai dengan ghunnah (dengung dari pangkal hidung)

contoh bacaan idghom mîmi:

( ٍﺔَﺌِﻓﻦِﻣ ْﻢَﻛ) ( ْﻦَﻣمَأ)

3. Izhhâr Syafawî يﻮﻔﺷرﺎﮭظإ

Idzhar syafawî adalah mengucapkan huruf mîm yang bersukun dari makhrajnya dengan tanpa ghunnah. Huruf bacaan Idzhar Syafawî adalah semua huruf hijaiyah selain huruf bâ` ( ب ) dan mîm ( م ) yang jumlahnya ada 26 Huruf yaitu :

ء ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ع غ ف ق ك ل

ن و ه ي

5) Hukum Bacaan Alif Lâm 1. Alif Lâm Syamsiah

Pembagian lâm ta’rîf yang pertama adalah alif lâm syamsiyah yang berarti alif lâm ( لا ) yang bertemu dengan salah satu huruf syamsiyah.

Huruf-huruf lâm syamsiah ada 14, yaitu: ذ د ثت ر

ز س ش ص ض ط ظ ل ن

Cara Membacanya adalah huruf lâm tidak dibaca (dileburkan) dan huruf syamsiah setelah lâm harus di tasydîd ( ـّــ ). Contohnya ُﺔَﯿِﺴْﻤﱠﺸـﻟا dibaca asysyamsiah bukan alsamsiah. Pada dasarnya huruf alif yang mengikuti huruf lam tidak berharakat. Namun, jika di awal kalimat (ibtida’), huruf alif tersebut diberi harakat fathah, tetapi jika di tengah kalimat, huruf alifnya tidak diberi harakat. Contoh: ِﻦـﻤْﺣﱠﺮﻟَا ِﻢﯿِﺣﱠﺮﻟا (Alif lâm pertama, berada di awal maka alif tersebut diberi harakat atas. Sedangkan alif lam kedua berada di tengah kalimat dan alifnya tidak diberi harakat.

Berikut contoh bacaan alif lam syamsiah

لا Bertemu dengan ت Contohnya: ُﺮُﺛﺎَﻜﱠﺘﻟا Cara bacanya: at-takâtsur

لا Bertemu dengan ث Contohnya: ُﺐِﻗﺎﱠﺜﻟا Cara bacanya: ats-tsâqib

لا Bertemu dengan د Contohnya: ُﻦْﯾﱢﺪﻟا Cara bacanya: ad-dîn

لا Bertemu dengan ذ Contohnya: ُﺮْﻛﱢﺬﻟا Cara bacanya: adz-dzikr

لا Bertemu dengan ر Contohnya: ُﻦَﻤْﺣﱠﺮﻟا Cara bacanya: ar-rahmân

لا Bertemu dengan ز Contohnya: نْﻮُﺘْﯾﱠﺰﻟا Cara bacanya: az-zaitûn

لا Bertemu dengan س Contohnya: ُﻊْﯿِﻤﱠﺴﻟا Cara bacanya: as-samî’

لا Bertemu dengan ش Contohnya: ُﺲْﻤﱠﺸﻟا Cara bacanya: asy-syamsu

لا Bertemu dengan ص Contohnya: ُتﺎَﺤِﻟﺎﱠﺼﻟا Cara bacanya: ash-shâlihât

لا Bertemu dengan ض Contohnya: ُﻦْﯿﱢﻟﺎﱠﻀﻟا Cara bacanya: adh-dhâllîn

لا Bertemu dengan ط Contohnya: ُﺔَﻋﺎﱠﻄﻟا Cara bacanya: ath-thâ‘ah

لا Bertemu dengan ظ Contohnya: َﻦْﯿِﻤِﻟﺎﱠﻈﻟا Cara bacanya: azh-zhâlimîn

لا Bertemu dengan ل Contohnya: ُﻞﯿْﻠﱠﻟا Cara bacanya: al-lail

لا Bertemu dengan ن Contohnya: ُسﺎﱠﻨﻟا Cara bacanya: an-nâs

2. Alif lâm Qamariyah

Pembagian lâm ta’rif yang kedua adalah Alif lâm syamsiyah yang berarti alif lâm (لا) yang dirangkai dengan salah satu huruf qamariyah.

Sedangkan huruf-huruf alif lâm qamariah ada 14 yaitu: ي ـھوم قكفغعخحجبا

Cara Membacanya adalah huruf lâm di beri sukun sehingga suaranya jelas. Contohnya ُﺔَﯾِﺮَﻤَﻘْﻟا di baca al qamariyah.

Berikut contoh alif lâm qamariyah:

لا Bertemu dengan ا Contohnya: َﺪَﺣﻷْا Cara bacanya: al-ahad

لا Bertemu dengan ب Contohnya: ُﺮْﯿِﺼَﺒﻟْا Cara bacanya: al-bashîr

لا Bertemu dengan ج Contohnya: ُلﺎَﻤَﺠﻟا Cara bacanya: al-jamâl

Dokumen terkait