• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Kesalahan Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

4. Pengertian Kesalahan Belajar

Kesalahan adalah penyimpangan terhadap hal-hal yang benar dan bersifat sistematis, konsisten maupun incidental pada daerah tertentu.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kesalahan adalah sesuatu yang tidak sesuai dengan prosedur atau aturan yang nempunyai sifat sistematis, konsisten dan incidental.24

Belajar matematika tidak hanya dituntut untuk menguasai konsep dalam matematika, tetapi siswa juga dituntut untuk bisa menerapkan konsep dalam pemecahan masalah sehari-hari. Pemecahan masalah dalam matematika biasanya diwujudkan melalui soal cerita matematika.

Penyebab kesalahan yang sering dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika dapat dilihat dari beberapa hal

24Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT Renika Cipta, 2003) h. 226

yang disebabkan oleh kurangnya pemahaman dan penguasaan materi pokok yang dipelajari, kurangnya penguasaan bahasa matematika, keliru dalam menerapkan rumus, salah perhitungan dan kurang teliti serta tidak menuliskan kesimpulan.

Kesalahan yang dibuat siswa adakalanya timbul secara internal maupun eksternal. Kondisi kognitif berkaitan dengan kemampuan intelektual guna mencerna (memproses) materi pelajaran yang dihadapi sedangkan hal-hal yang timbul secara eksternal adakalanya akibat sifat, bobot, media, dan lain-lain dalam mentransfer pengajaran kepada siswa. Faktor penyebab kesalahan adalah sesuatu yang menyebabkan terjadinya kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal ditinjau dari pemahaman siswa terhadap konsep, prinsip, algoritma dan operasi hitung.

Tahapan-tahapan analisis kesalahan yang sesuai dan yang dapat dilakukan pada bentuk soal cerita adalah tahapan analisis menurut Newman (NEA). NEA adalah singkatan dari Newman’s Error Analysis. NEA dirancang sebagai prosedur diagonistik sederhana dalam menyelesaikan soal matematika dalam bentuk soal cerita matematis (mathemathical word problems). Newman mengemukakan bahwa jika siswa ingin menyelesaikan soal matematika dalam bentuk soal cerita maka siswa harus melalui lima langkah, yaitu: (1) membaca soal (reading), (2) memahami masalah (comprehension), (3) transformasi (transformation), (4) keterampilan proses (process skill), dan (5) penulisan jawaban akhir (encoding).

Newman mengemukakan bahwa ketika siswa berusaha menjawab sebuah permasalahan yang berbentuk soal cerita, maka siswa tersebut telah melewati serangkaian rintangan berupa tahapan dalam pemecahan masalah, yang meliputi: (1) Membaca masalah (Reading), ketika seseorang membaca sebuah teks, maka oleh pembaca akan di representasikan sesuai dengan pemahamannya terhadap apa yang dibacanya, atau dikenal sebagai hasil representasi dari kemampuan mental pembaca tersebut. Selanjutnya kemampuan membaca siswa dalam menghadapi masalah berpengaruh terhadap bagaimana siswa tersebut akan memecahkan masalah; (b) Memahami masalah (Comprehension,) pada tahapan ini dikatakan mampu memahami masalah, jika siswa harus bisa menunjukan ide masalah berbentuk soal cerita secara umum yang memuat “What, Why, Where, When, Who dan How”. Dimana ide masalah dalam matematika tersebut direpresentasikan ke dalam unsure diketahui, ditanya dan prasyarat. Selanjutnya untuk mengecek kemampuan memahami masalah, siswa diminta untuk menyebutkan apa saja yang diketahui dan ditanyakan dalam masalah; (c) Transformasi masalah (Tranformation), tahap ini, siswa mencoba mencari hubungan antara fakta (yang diketahui) dan yang ditanyakan. Selanjutnya untuk mengecek kemampuan mentransformasikan masalah yaitu mengubah bentuk soal cerita ke dalam bentuk matematikanya, siswa diminta menentukan metode, prosedur atau strategi apa yang akan digunakan dalam menyelesaikan soal; (d) Keterampilan proses (Process Skill),

pada tahap ini, siswa diminta mengimplementasikan rancangan rencana pemecahan masalah melalui tahapan transformasi masalah untuk menghasilkan sebuah solusi yang diinginkan. Pada tahap ini yaitu untuk mengecek keterampilan memproses atau prosedur, siswa diminta untuk menyelesaikan soal cerita yang sesuai dengan aturan- aturan matematika yang telah direncanakan pada tahap mentransformasikan masalah; (e) Penulisan jawaban (Encoding), pada tahapan ini, siswa dikatakan telah mencapai tahap penulisan jawaban apabila siswa dapat menuliskan jawaban yang ditanyakan secara tepat.

Selanjutnya untuk mengecek kemampuan penulisan jawaban, siswa diminta melakukan pengecekan kembali terhadap jawaban dan siswa diminta untuk menginterprestasikan jawaban akhir.

Sebagaimana yang dikutip oleh Lestiana dan Herani Tri, menurut Brown dan Skow menyatakan kesalahan siswa dalam matematika dikategorikan menjadi tiga jenis yaitu; (1) Kesalahan faktual adalah kesalahan yang dilakukan siswa karena mereka kurang informasi faktual, (2) kesalahan prosedural adalah kesalahan yang disebabkan oleh ketidaktepatan dalam menerapkan prosedur matematika, (3) Kesalahan konseptual terjadi ketika siswa memiliki kesalahpahaman tentang konsep yang terkait dengan masalah.25

Permasalahan yang sering terjadi yaitu banyak siswa yang kurang mampu dalam menguasai pelajaran matematika terutama yang berhungngan dengan soal cerita matematika. karena dalam

25 Lestiana, Herani Tri, “Journal of Research and Advances in Mathematics Education”

JRAMathEdu Vol. 1, No. 2 Tahun 2016

menyelesaikan soal cerita tidak dapat dilakukan dengan satu langkah saja, tetapi siswa harus melalui beberapa tahapan yang membutuhkan pemahaman dan keterampilan yang baik dalam memahami soal, melakukan perhitungan dan keterampilan yang baik dalam memahami soal, melakukan perhitungan dan keterampilan menarik kesimpulan.

Apabila siswa tidak menguasai salah satu tahap dalam menyelesaikan soal cerita, maka siswa tersebut kesulitan bahkan gagal dalam menyelesaikan soal cerita matematika.26

b. Kesulitan Belajar Matematika

Dalam pembelajaran matematika, jika siswa mengalami kesulitan belajar dianggap sebagai sebuah hal yang biasa dan sudah realita umumnya. Hal ini disebabkan karena matematika merupakan pelajaran yang menakutkan bagi siswa. Matematika dianggap sebagai ilmu yang sulit untuk dipahami karena abstrak, tidak saja oleh siswa tingkat sekolah dasar bahkan hingga mahasiswa di perguruan tinggi.

Namun, jika diteliti lebih lanjut, kesulitan belajar anak merupakan masalah yang harus ditanggulangi sejak dini karena akan mempengaruhi siswa dalam karir akademi selanjutnya.

Kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang menimbulkan hambatan dalam proses belajar seseorang. Hambatan itu menyebabkan orang tersebut mengalami kegagalan atau setidak-tidaknya kurang berhasil dalam mencapai tujuan belajar.

26Sri Wardhani. Pembelajaran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika di SD.

PPPPTK Matematika. 2010

Secara harfiah kesulitan belajar merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris “Learning Disability” yang berarti ketidakmampuan belajar. Kata disability diterjemahkan kesulitan”

untuk memberikan kesan optimis bahwa anak sebenarnya masih mampu untuk belajar. Istilah lain learning disabilities adalah learning difficulties dan learning differences. Ketiga istilah tersebut memiliki nuansa pengertian yang berbeda. Di satu pihak, penggunaan istilah learning differences lebih bernada positif, namun di pihak lain istilah learning disabilities lebih menggambarkan kondisi faktualnya.27

Kesulitan belajar adalah istilah umum untuk berbagai jenis kesulitan dalam menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung. Kondisi ini bukan karena kecacatan fisik atau mental, bukan juga karena pengaruh faktor lingkungan, melainkan karena faktor kesulitan dari dalam individu itu sendiri saat mempersepsi dan melakukan pemrosesan informasi terhadap objek yang diinderainya. Kesulitan belajar adalah kondisi dimana anak dengan kemampuan intelegensi rata-rata atau di atas rata-rata, namun memiliki ketidakmampuan atau kegagalan dalam belajar yang berkaitan dengan hambatan dalam proses persepsi, konseptualisasi, berbahasa, memori, serta pemusatan

27Abdurrahman Mulyono. Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Depdikbud RI., 2003) h. 23

perhatian, penguasaan diri, dan fungsi integrasi sensor motorik.28

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar merupakan beragam gangguan dalam menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung karena faktor internal individu itu sendiri, yaitu disfungsi minimal otak.

Kesulitan belajar bukan disebabkan oleh faktor eksternal berupa lingkungan, sosial, budaya, fasilitas belajar, dan lain-lain.

Sesuai dengan kurikulum yang berlaku, tujuan belajar mempunyai tingkat-tingkat tertentu yang harus dicapai dalam priode (waktu) tertentu. Karena itu, untuk menentukan apakah siswa mengalami kesulitan belajar atau tidak, diperlukan suatu tindakan khusus yang disebut diagnosis kesulitan belajar.

Diagnosis kesulitan belajar adalah suatu usaha yang dilakukan untuk menentukan apakah siswa mengalami kesulitan belajar atau tidak dengan cara melihat indikasi-indikasi sebagai berikut.

a) Nilai mata pelajaran di bawah sedang. Indikasi ini merupakan indikasi yang paling mudah dilihat dan paling umum digunakan oleh siswa, pengajar dan orang tua. Jika seorang siswa mendapat nilai dibawah enam, dapat dikatakan bahwa siswa tersebut mengalami kesulitan belajar.

28Aunurrahman. Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta) h. 177-179

b) Nilai yang diperoleh siswa sering dibawah nilai rata-rata kelas.

Indikasi ini juga dapat menunjukan bahwa seorang siswa mengalami kesulitan belajar.

c) Prestasi yang dicapai tidak seimbang dengan tingkat intelegensi yang dimiliki.

d) Kondisi kepribadian siswa yang bersangkutan. Siswa dapat dikatakan mengalami kesulitan belajar jika dalam proses belajar mengajar siswa tersebut menunjukan gejala-gejala tidak tenang, tidak betah diam, tidak bsa berkonsentrasi, tidak bersemangat, dan sebagainya.29

Dokumen terkait