• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Panti Asuhan

Dalam dokumen SKRIPSI - Repository IAIN Bengkulu (Halaman 55-60)

BAB I PENDAHULUAN

C. Panti Asuhan

1. Pengertian Panti Asuhan

Panti sosial asuhan adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial pada anak terlantar dengan memberikan pelayanan pengganti orang tua atau keluarga untuk anak yang bertanggung jawab dalam

16 Imran, “Tradisi Literasi Islam dan Budaya Baca Masyarakat Aceh”, Jurnal Mudarrisuna, Vol. 9 No. 1 (2019), h.253-255

17 Maimunatun Habibah, dan Siti Wahyuni, Literasi Agama Islam Sebagai Strategi Pembinaan Karakter Religius Siswa RA KM Al-Hikmah Kediri, JCE (Journal Of Childhood Education), Vol. 4 No. 1, (2020), h.49

40

memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan sosial kepada anak asuh serta memberikan kesempatan yang luas untuk pengembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan berkembang secara wajar. Apabila dilihat menurut Himpunan Peraturan Perundang undangan tentang Perlindungan Anak Tahun 2002, Undang- undang Republik Indonesia No. 4 tahun 1979 pasal 2 ayat 1, tampak jelas dilihat bahwa setiap anak berhak untuk mendapatkan kesejahteraan, perawatan, asuhan, dan bimbingan berdasarkan kasih sayang baik dari keluarga maupun di dalam asuhan khusus agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara wajar18.

Hal ini sesuai dengan pendapat Djafri, panti asuhan pada hakekatnya adalah suatu lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung jawab memberikan pelayanan kepada anak-anak asuh dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan sosial agar memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai19

18 Ida Ayu Ratih Tricahyani dan Putu Nugrahaeni Widiasavitri,

Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal di Panti Asuhan Kota Denpasar”, Jurnal Psikologi Udayana, Vol. 3, No.

3, (2016), h.543

19 Riko Sapta Putra dan Elva Rahmah, “Pemanfaatan Perpustakaan Sebagai Sumber Belajar di Panti Asuhan Wira Lisna Mata Air Padang”, Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan, Vol. 2, No. 1, (2013), h.211

41

Panti Asuhan adalah rumah atau tempat untuk memelihara dan merawat anak yatim, yatim piatu dan sebagainya. Departemen Sosial Republik Indonesia menjelaskan bahwa : Panti asuhan adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti fisik, mental dan sosial pada anak asuh, sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif didalam bidang pembangunan nasional. Adapun ciri-ciri anak terlantar adalah: Pertama, kurang kasih sayang dan bimbingan dari orang tua; kedua, lingkungan keluarga kurang membantu perkembangannya, ketiga, kurang pendidikan dan pengetahuan; keempat kurang bermain; kelima, kurang adanya kepastian tentang hari esok dan lain-lain.

Menurut Musdalifah, definisi dari Panti Asuhan adalah Panti asuhan dapat diartikan sebagai suatu lembaga untuk mengasuh anak-anak, menjaga dan memberikan bimbingan dari pimpinan kepada anak dengan tujuan agar mereka dapat menjadi manusia

42

dewasa yang cakap dan berguna serta bertanggung jawab atas dirinya dan terhadap masyarakat kelak di kemudian hari. Panti asuhan dapat pula dikatakan atau berfungsi sebagai pengganti keluarga dan pimpinan panti asuhan sebagai pengganti orang tua sehubungan dengan orang tua anak tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dalam mendidik dan mengasuh anaknya.

Dengan pengertian tersebut disinyalir bahwa peranan panti asuhan bukan hanya menyantuni akan tetapi juga berfungsi sebagai pengganti orang tua yang tidak mampu melaksanakan tugasnya sebagaimana mestinya. Selain itu panti asuhan juga memberikan pelayanan dengan cara membantu dan membimbing mereka ke arah pengembangan pribadi yang wajar dan kemampuan ketrampilan kerja, sehingga mereka menjadi anggota masyarakat yang dapat hidup layak dan penuh tanggung jawab terhadap dirinya, keluarga dan masyarakat. Umumnya anak-anak yang tinggal di panti asuhan adalah anak yatim, piatu dan yatim piatu terlantar, anak terlantar yang keluarganya mengalami perpecahan, sehingga tidak memungkinkan anak dapat berkembang secara wajar baik jasmani, rohani maupun sosial dan anak terlantar yang keluarganya dalam waktu relatif lama tidak mampu melaksanakan fungsi dan peranan sosialnya secara wajar.

43

Penyebab keterlantaran ini antara lain salah satu atau kedua orang tuanya meninggal sehingga tidak ada yang merawat. Dengan demikian yang bertempat tinggal di dalam panti asuhan berasal dari latar belakang ekonomi yang berbeda-beda yang akan membentuk lingkungan masyarakat yang baru. Panti asuhan baik yang diselenggarakan oleh negara maupun yayasan dimaksudkan sebagai tempat bernaung bagi anak-anak terlantar dalam pertumbuhan dan perkembangannya yang mengalami berbagai macam gangguan sosial, baik bersifat intrinsik yaitu berasal dari anak itu sendiri maupun ekstrinsik yaitu karena pengaruh lingkungan luar dari anak, seperti orang tua tunggal, perpecahan dalam keluarga, kemiskinan dan lain sebagainya sehingga anak menjadi terlantar.20

Kehidupan dalam panti asuhan dapat digambarkan bahwa remaja akan mendapatkan kedisiplinan yang cukup tinggi karena pengurus panti harus mampu mengatur seluruh penghuni panti yang seringkali jumlahnya cukup banyak. Hal ini tidak jauh berbeda dengan kehidupan di pondok pesantren. Untuk masalah kedisiplinan, pada umumnya pesantren lebih ketat daripada panti asuhan karena terkait dengan pendidikan

20 Magdalena, Hasan Almutahar, Antonia Sasap Abao, Pola Pengasuhan Anak Yatim Terlantar dan Kurang Mampu di Panti Asuhan Bunda Pengharapan (PABP) di Kecamatan Sungai Raya Kabupatan Kubu Raya, Jurnal Tesis PMIS-UNTAN (2014), h.3-4

44

karakter yang diterapkan berdasarkan syariah atau aturan agama. Kondisi ini sangat berbeda dengan kehidupan anak jalanan yang tidak banyak aturan bahkan kebebasannya cukup luas sekali karena tidak ada figur otoritas. Disisi lain, para remaja ini memiliki waktu dan kesempatan yang begitu banyak untuk dapat berinteraksi dalam bergaul dengan teman sebaya dan lingkungannya.

Suasana lingkungan tersebut membuat para remaja berpikir dan bertindak untuk survive dalam menjalani kehidupannya bahkan untuk membentuk suatu konsep kebahagiaannya21.

Dalam dokumen SKRIPSI - Repository IAIN Bengkulu (Halaman 55-60)

Dokumen terkait