• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah

BAB I PENDAHULUAN

B. Pembiayaan Bermasalah

4. Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah

Secara garis besar, upaya untuk mengatasi pembiayaan bermasalah dapat dilakukan melalui upaya-upaya yang bersifat preventif dan represif/kuratif.32 Upaya yang bersifat preventif (pencegahan) dilakukan oleh bank sejak permohonan pembiayaan diajukan nasabah, pelaksanaan analisia yang akurat terhadap data pembiayaan, pembuatan perjanjian pembiayaan yang benar, pengikatan agunan yang menjamin kepentingan bank sampai dengan pemantauan atau pengawasan terhadap pembiayaan yang diberikan. Sedangkan upaya yang bersifat represif atau

32 Nurjanah, Dewi Lela Hilyatin, “Strategi Penyelamatan., 67

kuratif adalah upaya mengatasi pembiayaan bermasalah yang bersifat penyelamatan atau penyelesaian terhadap pembiayaan bermasalah.

Penyelamatan pembiayan dilakukan bank dalam usaha mengatasi permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh debitur yang masih memiliki prospek usaha yang baik, namun mengalami kesulitan pembayaran pokok dan/atau kewajiban-kewaiban lainnya, agar debitur dapat memenuhi kembali kewajibannya.

Adapun penyelesaian yang ditempuh oleh pihak bank untuk menyelesaikan pembiayaan bermasalah adalah dengan menawarkan restrukturisasi. Restrukturisasi pembiayaan adalah upaya yang dilakukan bank dalam rangka membantu nasabah agar dapat menyelesaikan kewajibannya.33 Restrukturisasi pembiayaan dilakukan berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/9/PBI/2009 Tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/18.PBI/2008 Tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah.

Antara lain melalui:

a. Penjadwalan kembali (rescheduling), yaitu perubahan jadwal pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktunya;

b. Persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan sebagian atau seluruh persyaratan Pembiayaan tanpa menambah sisa pokok keajiban nasabah yang harus dibayarkan kepada Bank, antara lain meliputi:

33 Peraturan bank indonesia nomor 13/9/PBI/2011

1) Perubahan jadal pembayaran;

2) Perubahan jadwal angsuran;

3) Perubahan jangka waktu;

4) Perubahan nisbah dalam pembiayaan mudharabah atau musyarakah;

5) Perubahan proyeksi bagi hasil dalam pembiayaan mudharabah atau musyarakah; dan/atau

6) Pemberian potongan.

c. Penataan kembali (restructuring), yaitu perubahan persyaratan Pembiayaan yang antara lain meliputi:

1) Penambahan dana fasilitas Pembiayaan Bank;

2) Konversi akad Pembiayaan;

3) Konversi Pembiayaan menjadi surat berharga syariah berjangka aktu menengah; dan/atau

4) Konversi Pembiayaan menjadi penyertaan modal sementara pada perusahaan nasabah, yang dapat disertai dengan rescheduling atau reconditioning.

Pelaksanaan restrukturisasi pembiayaan yang bermasalah merupakan salah satu strategi perbaikan kualitas aktiva produktif, diluar strategi pemutusan hubungan dengan nasabah yang dapat dilakukan baik dengan penyelesaian melalui jalur hukum, penghapusan pembiayaan

maupun dengan tidak memperpanjang lagi pembiayaan yang jatuh tempo.34

5. Penyelesaian Pembiayaan Murabahah Bermasalah

Penyelesaian pembiayaan bermasalah merupakan strategi dimana pihak bank tidak ingin melanjutkan hubungan bisnis lagi dengan nasabah dalam konteks waktu jangka panjang kecuali ada faktor-faktor lain yang sangat mendukung kemungkinan adanya perbaikan kondisi nasabah. Berikut adalah penyelesaian yang dilakukan:

a. Penyelesaian Melalui Eksekusi Jaminan

Penyelesaian melalui jaminan dilakukan oleh bank syariah bilamana berdasarkan evaluasi ulang pembiayaan, prospek usaha nasabah tidak ada/atau nasabah tidak kooperatif untuk menyelesaikan pembiayaan. Eksekusi jaminan disesuaikan dengan lembaga jaminan yang membebani benda jaminan tersebut, rahn, jaminan hipotik, jaminan hak tanggungan, dan jaminan fidusia.35 b. Penyelesaian Melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional.

Berdasarkan klausa dalam perjanjian pembiayaan, jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau terjadi perselisihan diantara kedua belah pihak dan tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah, maka penyelesaiannya bisa dilakukan melalui Badan

34 Jhoni Asmara, Dahlan, Imam Jauhari, “Proses Penyelesaian, 25-26

35 Trisadini P Usanti, Abd Shomad, Transaksi Bank…,112

Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS). Dalam hal ini BASYARNAS berwewenang:

1) Menyelesaikan secara adil dan cepat sengketa muamalah (perdata) yang timbul dalam bidang perdagangan, keuangan, industri, jasa dan lain-lainnya yang menurut hukum dan peraturan perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa, dan para pihak sepakat secara tertulis untuk menyerahkan penyelesaian kepada BASYARNAS sesuai dengan prosedur BASYARNAS.

2) Memberikan pendapat yang mengikat atas permintaan para pihak tanpa adanya suatu sengketa mengenai persoalan berkenaan dengan suatu perjanjian. 36

c. Penyelesaian Melalui Litigasi

Penyelesaian lewat litigasi akan ditempuh oleh bank bilamana nasabah tidak beritikad baik, yaitu tidak menunjukan kemauangan untuk memenuhi kewajibannya, sedangkan nasabah sebenarnya masih mempunyai harta kekayaan lain yang tidak dikuasai oleh bank atau sengaja disembunyikan atau mempunyai sumber-sumber lain untuk menyelesaikan kredit macetnya. Sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama maka bilamana terjadi sengketa dalam bidang muamalah, dapat diselesaikan lewat peradilan agama.37

36 Ibid., 113-114

37 Ibid., 115

C. Bank Umum Syariah

1. Pengertian Bank Umum Syariah

Menurut Undang-Undang No. 21 tahun 2008 pasal 1 ayat (1) Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

Dalam pasal 1 ayat (7) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah disebutkan bahwa Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.38

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/9/PBI/2011 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 10//12/PBI/2008 tentang restrukturisasi Pembiayan Bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, Bank Umum Syariah yang selanjutnya disebut BUS, adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.39

Bank syariah secara umum adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam hal lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan

38 Sumar’in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), 49-50

39 Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/9/PBI/2011

prinsip-prinsip syariah. Oleh karena itu, usaha bank akan selalu berkaitan dengan masalah uang sebagai dagangan utamanya.40

2. Kegiatan dan Larangan Bank Umum Syariah

Untuk mengenal jenis dan kegiatan usaha Bank Umum Syariah (BUS), hal ini telah dijelaskan dalam undang-undang perbankan syariah sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang RI no. 21 Tahun 2008 Pasal 19. Berdasarkan Pasal 19 Kegiatan Bank Umum Syariah mencakup:41

a. Menghimpun dana dalam bentuk simpanan berupa giro, tabungan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad wadiah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah;

b. Menghimpun dana dalam bentuk investasi berupa deposito, tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

c. Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah, Akad musyarakah, atau akad-akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

d. Menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad salam, Akad istishna’, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip Syariah;

e. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan Akad qardh atau Aad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

f. Menyalurkan pembiayaan penyeaan barang bergera atau tidak bergerak kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah dan/sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

g. Melakukan pengembalian utang berdasarkan Akad hawalah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

h. Melakukan usaha kartu debit dan/atau kertu pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah;

40 M Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), 98

41 Undang-Undang Republlik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008. Tentang Perbankan Syariah Pasal 19

Larangan bagi Bank umum syariah adalah sebagai berikut:42

a. Melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan Prinsip Syariah;

b. Melakukan kegiatan jual beli saham secara langsung di pasar modal;

c. Melakukan penyertaan modal, kecuali melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah dan melaukan kegiataan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya.; dan

d. Melakukan kegiatan usaha perasuransian, kecuali sebagimana agen pemasaran produk asuransi syariah.

42 Ibid., 17

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Sifat Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research). Penelitian lapangan yaitu suatu penelitian yang dilakukan di lapangan atau dilokasi penelitian, suatu tempat yang dipilih sebagai lokasi untuk menyelidiki gejala objektif yang terjadi di lokasi tersebut, yang dilakukan juga untuk penyusunan laporan ilmiah.43 Adapun maksud dari penelitian diatas adalah penelitian yang mempelajari secara mendalam tentang penyebab dan penyelesian pembiayaan murabahah bermasalah di BRISyariah KCP Tulang Bawang Barat.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Penelit`ian deskriptif yaitu suatu penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaan dan pengukuran-pengkuran terhadap gejala tertentu. Dalam penelitian macam ini landasan teori mulai diperlukan tetapi bukan digunakan sebagai landasan untuk menentukan kriteria pengukuran terhadap gejala yang diamati dan akan diukur.44 Penelitian bertujuan untuk memberikan gambaran penyebab dan penyelesian pembiayaan murabahah bermasalah di BRISyariah KCP Tulang Bawang Barat.

43 Abdurahmat Fathoni, Metode Penelitian dan Teori Penyusunan Skripsi Cet 1, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2006), 96.

44 Ibid, 97

B. Sumber Data

1. Sumber Data Primer

Sumber data ini adalah sumber pertama dimana sebuah data dihasilkan.45 Data primer adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber asli.46 Artinya sumber data yang diperoleh langsung dari sumbernya.

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah dalam bentuk wawancara dengan Bapak Subli sebagai Pimpinan Cabang Pembantu (Pincapem), Bapak Yunan Pahlepi dan Miftahul Farid sebagai Account Officer Mikro (AOM) yang menangani pembiayaan murabahah yang bermasalah BRISyariah KCP Tulang Bawang Barat

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data kedua sesudah sumber data primer. Data yang dihasilkan dari sumber data ini adalah data sekunder.47 Data sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi.48 Data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan, dari laporan-laporan penelitian terdahulu atau dari buku- buku dan literatur yang berkaitan dengan pembahasan serta dilengkapi dengan dokumen-dokumen terkait Penyebab dan Penyelesaian Pembiayaan Murabahah Bermasalah. Antara lain buku Ismail ,

45 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi, (Jakarta: Kencana, 2013), 129

46 Muhammad, Metodologi Penelitian Islam Pendekatan Kuaitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), 103

47 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian., 129

48 Ibid, 102

perbankan Syariah; Adiwarman Karim, Bank Islam Analisa Fiqih dan Keuangan; Edi Susilo, Analisis Pembiayaan dan Risiko Perbankan Syariah.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai metode, berbagai sumber dan berbagai cara. Teknik pengumpulan data ini, digunakan beberapa metode yaitu:

1. Wawancara (interview)

Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang mewancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancara.49

Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur (terpimpin), yaitu wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Wawancara ini dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data dan informasi dari Pimpinan Cabang Pembantu (Pincapem) yaitu Bapak Subli, Account Officer Mikro (AOM) yaitu Bapak Yunan Pahlepi dan Miftahul Farid di BRISyariah KCP Tulang Bawang Barat.

49 Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian., 105

2. Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa data-data tertulis yang mengandung keterangan dan penjelasan serat pemikiran tentang fenomena yang masih aktual dan sesuai dengan masalah-masalah penelitian.50

Dokumen diperlukan untuk mendukung kelengkapan data yang lain. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengumpulan data melalui buku-buku penunjang, data jumlah nasabah dan foto-foto. Antara lain struktur organisasi dan brosur bank yang berkaitan dengan Penyebab dan Penyelesaian Pembiayaan Murabahah Bermasalah di BRISyariah KCP Tulang Bawang Barat.

D. Teknik Analisis Data

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi.

Gambar, foto, dan sebagainya.51 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data kualitatif dengan menggunakan metode berfikir induktif.

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisirkan data, memilih-milihnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mengsintesiskannya, mencari dan menemukan

50 Muhamad, Metodologi Penelitian., 152

51 Lexy Meleong, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2014), 247

pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.52

Untuk menganalisa data, peneliti menggunakan metode berfikir induktif yaitu pengambilan keputusan kesimpulan dimulai dari pernyataan atau fakta-fakta khusus menuju pada kesimpulan yang bersifat umum.

Teknik induktif digunakan untuk menilai fakta-fakta empiris, kemudian dicocokkan dengan landasan yang ada. Oleh karenanya induktif pada penelitian ini, bahwa peneliti akan menyampaikan serta menggambarkan suatu fakta yang konkrit mengenai penyebab dan penyelesaian pembiayaan murabahah bermasalah di BRISyariah KCP Tulang Bawang Barat.

52 Lexy Meleong, Metode Penelitian, 248

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat 1. Sejarah Berdirinya BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat

Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui suratnya No.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17 November 2008 PT.BRISyari’ah secara resmi beroperasi. Kemudian PT.

BRISyari’ah merubah kegiatan usaha yang semula beroperasional secara konvensional, kemudian diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan prinsp syari’ah Islam.53

Dua tahun lebih PT. BRI Syariah hadir mempersembahkan sebuah bank ritel modern terkemuka dengan layanan finansial sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih bermakna. Melayani nasabah dengan pelayanan prima (service excellence) dan menawarkan beragam produk yang sesuai harapan.54

Saat ini PT BRI Syariah menjadi bank syariah ketiga terbesar berdasarkan aset. PT BRI Syariah tumbuh dengan pesat baik dari sisi aset, jumlah pembiayaan, dan perolehan dan pihak ketiga. Dengan berfokus pada segmen menengah bawah, PT BRI Syariah menargetkan

53www.brisyariah.co.id diunduh pada 31 Juli 2019 pukul 08.37 WIB.

54Ibid.

menjadi bank ritel modern terkemuka dengan berbagai ragam produk dan layanan perbankan. Sesuai dengan visinya, PT BRI Syariah merintis sinergi dengan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dengan memanfaatkan jaringan kerja PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., sebagai Kantor Layanan Syari’ah dalam mengembangkan bisnis yang berfokus kepada kegiatan penghimpunan dana masyarakat dan kegiatan konsumer berdasarkan prinsip syari’ah.

Pada tanggal 06 september 2013 operasional Kantor Cabang Pembantu di Tulang Bawang Barat di mulai. Tepatnya beralamat di Jalan Jendral sudirman No. 206, Pasar Dayamurni, Tulang Bawang Barat.55 2. Visi dan Misi BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat

a. Visi

Menjadi bank ritel modern terkemukan dengan ragam layanan finansial sesua kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih bermakna.

b. Misi

1) Memahami keragaman individu dan mengakomodasi beragam kebutuhan finansial nasabah.

2) Menyediakan produk dan layanan yang mengedepankan etika sesuai dengan prinsip syariah.

3) Menyediakan akses ternyaman melalui berbagai sarana kapan pun dan di mana pun.

55 Dokumentasi BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat dikutip pada tanggal 02 juli 2019.

4) Memungkinkan setiap individu untuk meningkatkan kualitas hidup dan mengahdirkan ketentraman pikiran.56

3. Struktur Organisasi BRI Syariah KCP Metro

Adapun struktur organisasi di Bank BRISyariah KCP Metro sebagai berikut:57

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Unit Mikro BRI Syariah KCP Metro

Keterangan:58

a. Pimpinan Cabang Pembantu (Pincapem)

Pincapem bertanggung jawab atas keseluruhan berjalannya sistem operasional perbankan di level kantor cabang pembantu dan membawahi keseluruhan bagian.

56Ibid

57Ibid

58 Dokumentasi BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat dikutip pada tanggal 02 juli 2019.

UH (Unit Head) Imam Mas’ud

AOM (Account Officer Micro) 1. Yunan Pahlepi

2. Mislani Tamrin 3. Miftahul Faris

:

O k t a d i a n s y a h :

D i

Pincapem Subli

b. Unit Head (UH)

Berwenang dalm merencanakan, mengkoordinir dan menyediakan kegiatan unit mikro syariah untuk menajamin target anggaran yang ditetapkan secara efektif dan efisien.

c. Account Officer Micro (AOM)

Bertugas mempersiapkan dan melaksanakan rencana atas account pembiayaan untuk mencapai portofolio pembiayaan yang berkembang, sehat dan menguntungkan serta menjalankan disiplin proses sales dan melaksanakan proses marketing untuk segmen komersial, khususnya pembiayaan mikro. Memasarkan pembiayaan sesuai dengan ketentuan pembiayaan mikro dengan target yang telah ditetapkan, melakukan proses pembiayaan baru dan perpanjangan antara lain, detail analisa kualitatif, menyiapkan kelengkapan dan keabsahan dokumen pembiayaan serta mengusulkan pembiayaan kepada komite pembiayaan untuk mendapatkan keputusan, mengelola tingkat kesehatan pembiayaan nasabah binaan yang menjadi tanggung jawabnya dan mempertahankan kualitas pembiayaan yang sesuai dengan target yang ditetapkan.

4. Pembiayaan Murabahah di BRISyariah KCP Tulang Bawang Barat Adapun yang dimaksud akad dan pembiayaan murabahah, adalah jual beli yang harus ada objeknya, yaitu bank membelikan suatu objek yang diminta nasabah, kemudian menjual kembali dengan tambahan tingkat margin yang sesuai dengan kesepakatan nasabah dan

pihak BRISyariah KCP Tulang Bawang Barat. Dan nanti akan di angsur oleh nasabah selama jangka waktu pembiayaan yang diajukan oleh nasabah.

Skema pembiayaan mikro BRISyariah KCP Tulang Bawang Barat menggunakan akad murabahah (jual beli), dengan tujuan pembiayaan untuk modal kerja, investasi dan konsumsi (setinggi- tingginya 50 % dari tujuan produktif nasabah).59

Pembiayaan ini diperuntukan bagi wirausaha dan atau pengusaha dengan lama usaha minimal 2 tahun untuk produk pembiayaan Mikro, dan minimal 6 bulan untuk pembiayaan KUR.

Untuk BI Checking calon nasabah yang akan mengajukan pembiayaan harus dengan Track Record Kolektabilitas lancar dan tidak terdaftar dalam DHN BI. Pembiayaan ini diberikan kepada calon nasabah dengan rentang umur minimal 21 tahun atau yang telah menikah untuk usia lebih besar atau sama dengan 18 tahun. maksimal 65 tahun pada saat akhir jangka waktu pembiayaan.

a. Adapun alur atau prosedur untuk pembiayaan Murabahah adalah sebagai berikut: 60

1) Mengajukan permohonan pembiayaan murabahah yang didalamnya diketahui penggunaannya untuk membeli barang- barang berwujud.

59 Brosur BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat dikutip pada tanggal 31 Juli 2019.

60 Hasil wawancara dengan Bapak Subli selaku bagian pimpinan cabang pembantu (PINCAPEM) di BRI Syariah KCP Metro pada tanggal 02 juli 2019 pukul 10.00 WIB

2) Dianalisa oleh bagian pembiayaan dengan menggunakan pendekatan 5 C (Character, Capital, Capacity, Collateral, dan Condition).

3) Bila yang mengajukan pembiayaan bukan dari kalangan pegawai, maka dilakukan observasi atau survey lapangan terlebih dahulu.

4) Bila hasil analisis tersebut lalu petugas pembiayaan atau Account Officer Micro (AOM) menyampaikan usulan layak atau tidak untuk diberikan pwmbiayaan dan untuk mendapatkan rekomendasi di kepala bagian marketing hingga direksi.

5) Apabila hasil pengajuan pembiayaan ditolak maka pihak bank akan memberitahukan kepada calon nasabah bahwa permohonan pembiayaan tidak disetujui, dan jika permohonan disetujui maka proses dilanjutkan kepada administrasi pembiayaan untuk dipersiapkan akadnya.

6) Setelah akad beserta dokumen pendukung dianggap lengkap maka dilanjutkan realisasi pembiayaan dengan langkah sebagai berikut:

a) Penandatanganan akad dan dokumen pendukung lain.

b) Menandatangani warkat (nota) keuangan yang berkaitan dengan pembiayaan nasabah.

c) Pencairan dana yang dilakukan setelah proses penandatanganan pada administrasi terpenuhi.

d) Nasabah menerima dana dengan kuasa untuk penggunaan dana berikut dengan jadwal angsuran sebagai acuan atau monitoring pembayaran angsuran setiap bulannya.

7) Setelah penerimaan dana dan nasabah membelanjakannya lalu nasabah diwajibkan ke bank untuk menyetorkan bukti pembelian dengan jangka waktu penyerahan paling lama satu bulan.

b. Adapun dokumen-dokumen yang harus dipehuni oleh nasabah pemohon adalah sebagai berikut: Syarat dokumen-dokumen yang harus dipenuhi

1) Permohonan pembiayaan yang ditandatangani pemohon dan ahli waris terdekat (suami-istri). Lampiran-lampiran berupa dokumen: Fotocopy KTP pemohon, fotocopy ahli waris terdekat (suami-istri), fotocopy Kartu Keluarga (KK), fotocopy surat nikah, pas foto, fotocopy dokumen jaminan yang akan diserahkan dan aslinya diserahkan pada saat pencairan bila disetujui.

2) BI Checking yang bersifat rahasia untuk mengetahui bahwa nasabah tersebut adalah tidak ada pembiayaan di bank lain dan kondisi pembiayaan nasabah.

3) Momerandum usulan pembiayaan

4) Surat Persetujuan Prinsip Pembiayaan (SP3) 5) Perjanjian atau akad pembiayaan

6) Wakalah atau surat kuasa

7) Jadwal angsuran

8) Surat kuasa menjual barang jaminan (kuasa jual)

9) Surat pernyataan pengosongan barang jaminan apabila berbentuk tanah dan bangunan

10) Pajak bumi dan bangunan (PBB) tahun terakhir dan izin mendirikan bangunan (IMB) bila ada.

B. Penyebab Terjadinya Pembiayaan Bermasalah dalam Akad Murabahah pada BRISyariah KCP Tulang Bawang Barat

Prosedur pembiayaan adalah suatu gambaran sifat atau metode untuk melaksanakan kegiatan pembiayaan. Persetujuan pembiayaan kepada setiap nasabah yang harus dilakukan melalui proses penelitian yang obyektif terhadap berbagai aspek yang berhubungan dengan objek pembiayaan, sehingga memberikan keyakinan kepada semua pihak yang terkait, bahwa nasabah dapat memenuhi segala kewajiban sesuai dengan persyaratan dan jangka waktu untuk disepakati. Apabila ada suatu hal yang kemudian menyebabkan ketidakmampuan nasabah untuk memenuhi kewajibannya, maka bank telah diberi kuasa terhadap jaminan sebagai jalan keluarnya.

Prosedur untuk pengajuan pembiayaan KUR iB di BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat yaitu nasabah datang ke Bank untuk mengajukan pengecekan ke BI Cheking yang dilakukan oleh Account Officer Mikro dari BRI Syariah, BI Cheking dilakukan untuk melihat reputasi pinjaman calon debitur yang pernah ada apakah dalam keadaan lancar atau bermasalah.

Dokumen terkait