• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Kenakalansiswa

1. Pengertian siswa

Peserta didik/siswa adalah sasaran pendidikan. Pihak yang dididik, diarahkan, dipimpin dan diberi anjuran-anjuran norma-norma dan bermacam-macam ilmu pengetahuan dan keterampilan atau dikatakan juga pihak yang di manusiakan. Anak adalah orang yang senantiasa mengalami perkembangan sejak terciptanya sampai meninggal. Adapun perkembangan itu sendiri adalah perubahan yang terus menerus yang menyangkut diri anak atau penyusuaian dengan lingkungannya. Pendidik dalam hal ini hendaklah selalu memberikan bimbingan secara teratur, memberikan perlindungan dan harus sabar serta tekun dan juga memberikan bimbingan secara teratur, memberikan perlindungan dan harus sabar serta tekun dan juga memberikan bimbingan sesuai dengan perkembangan yang sedang dialami oleh anak.

Siswa atau peserta didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Siswa bukan binatang, tetapi ia adalah manusia yang mempunyai akal. Siswa adalah unsur manusiawi yang penting dalam kegiatan interaksi edukatif. Ia di

jadikan sebagai pokok persoalan dalam semua gerak kegiatan pendidikan dan pengajaran. Sebagai pokok persoalan dalam semua gerak kegiatan pendidikan dan pengajaran. Sebagai pokok persoalan siswa memiliki kedudukan yang menempati posisi yang menempati posisi yang menentukan dalam sebuah interaksi. Guru tidak mempunyai arti apa-apa tanpa kehadiran siswa sebagai subjek pembinaan, jadi siswa adalah “kunci” yang mnenentukan untuk terjadinya interaksi edukatif.

Siswa adalah manusia yang memiliki potensi akal untuk dijadikanai kekuatan agar menjadi manusia susila yang cakap.

Sebagai manusia yang memiliki potensi akal untuk dijadikan kekuatan agar menjadi manusia susila yang cakap. Sebagai manusia yang berpotensi, maka didalam diri anak didik/siswa ada suatu daya yang tersedia sedang pendidikan sebagai alat yang ampuh untuk mengembangkan daya itu.

Ada beberapa pengertian siswa dalam berbagai perpspektif yaitu:

a. Dalam perspektif pedagogis, peserta didik/siswa diartikan sebagai makhluk “Homo educandum”makhluk yang menghajatkan pendidikan. Dalam pengertian ini, siswa dipandang sebagai manusia yang memiliki potensi yang bersifat laten, sehingga dibutuhkan binaan dan bimbingan untuk

mengaktualisasikannya agar ia dapat menjadi manusia susila yang memiliki potensi yang bersifat laten, sehingga dibutuhkan binaan dan bimbingan untuk mengaktualisasikannya agar ia dapat menjadi manusia susila yang cakap.

b. Dalam perspektif psikologis, peserta didik atau siswa adalah individu yang sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikis menurut fitranya masing-masing. Sebagai individu yang berkembang, siswa memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsistem menuju kearah titik optimal kemampuan fitranya.

c. Dalam prespektif Undang-Undang system pendidikan nasional No.20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 4, “Peserta didik/siswa diartikan sebagai anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu. (UU No. 20 thn 2003 Sistem Pendidikan Nasional).

2. Karasteristik siswa

Sebagai mahluk manusia, siswa memiliki karesteristik menurut Sutari Iman Barnadib, Suwarno, dan Siti Mechati, siswa memiliki karesteristik tertentu yaitu:

a. Belum memilki pribadi dewasa susila sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik.

b. Masih menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya, sehingga menjadi tanggung jawab pendidik.

c. Memiliki sifat-sifat dasar manusia yang sedang berkembang secara terpadu yaitu kebutuhan biologis, rohani, social, intelegensi, emosi, kemampuan berbicara, anggota tubuh untuk bekerja (kaki, tangan, jari) latar belakang social, latar belakang biologis (warna kulit, bentuk tubuh, dan lainnya ), serta perbedaan individual.

d. Siswa atau peserta didik adalah individu yang memiliki potensi fisik dan Psikis khas, sehingga ia merupakan insan yang unik.

e. Siswa atau peserta didik adalah individu yang sedang berkembang.

f. Siswa atau peserta didik adalah individu yang membutuhan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi

g. Siswa atau peserta didik adalah individu yang memilki kemampuan untuk mandiri.

Kenakalan siswa meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh siswa. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang disekitarnya.

Dalam hal ini istilah siswa dan remaja memiliki persamaan dalam hal usia hanya saja penggunaan tempat yang membedakan yakni pada

lingkungan sekolah menengah disebut peserta didik atau siswa sedangkan dalam masyarakat disebut remaja.

Beberapa pendapat tentang pengertian siswa Kartono (2003:38) mengatakan :

Kenakalan siswa atau dalam bahasa inggris dikenal dalam istilah juvenile deliquecy merupakan gejala patologis social pada siswa yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian social. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. “

Sedangkan menurut Mussen dkk mendefinisikan bahwa kenakalan remaja adalah sebagai perilaku yang melanggar hukum atau kejahatan yang biasanya dilakukan oleh remaja yang berusia 16- 18 tahun, jika perbuatan ini dilakukan oleh orang dewasa maka akan mendapat sanksi hukum.

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa kenakalan siswa adalah perilaku-perilaku yang menyimpang dari Al-Qur`an dan sunnah baik lahir maupun bathin, kenakalan remaja biasanya dapat juga seperti penyimpangan perilaku tata tertib suatu sekolah.

a. sebab-sebab terjadinya kenakalan remaja

Kenakalan remaja sebagai suatu fenomena social yang terjadi dilingkungan pendidikan, kenakalan dapat timbul karena disebabkan oleh beberapa hal.

Zakiah Darajat (1999:4) mengemukakan timbulnya kenakalan remaja disebabkan antara lain :

1. Lemahnya pendidikan Agama dilingkungan keluarga 2. Kemerosotan moral dan mental orang dewasa 3. Pendidikan dalam sekolah yang kurang baik 4. Adanya dampak negative dari kemajuan teknologi 5. Tidak stabilnya kondisi social,politik,ekonomi.

Secara luas, sebab-sebab kenakalan remaja dapat dibedakan menjadi dua yaitu sebab intern yang berasal dari pribadi anak itu sendiri, sedangkan sebab ekstern datang dari lingkungan sekitar anak.

Yang termasuk sebab yang datang dari pribadi anak itu sendiri adalah:

Pembawaan negative dan sukar untuk dikendalikan serta mengarah keperbuatan nakal.

1. Lemahnya kemampuan pengawasan diri sendiri serta sikap menilai terhadap keadaan sekitarya.

2. Kurang mampu mengadakan penyesuaian dengan lingkungan yang baik sehingga mencari pelarian dan kepuasan dalam kelompok nakal.

3. Tidak mempunyai kegemaran yang sehat, sehingga canggung dalam tingkah laku didalam kehidupan sehari-hari yang akibatnya

dapat mencari pelarian atau mudah dipengaruhi oleh perbuatan maksiat.

Sedangkan penyebab yang datang dari luar diri siswa (ekstern) adalah:

1. Kurangnya rasa cinta, terutama dari orang tua dan guru disekolah 2. Pengawasan yang kurang dari orang tua dan guru disekolah 3. Tidak adanya media penyalur hobinya

4. Kurangnya penghargaan terhadap siswa oleh lingkungan keluarga dan sekolah

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, yaitu peneliti berusaha memberikan gambaran tentang bagaimana peranan pendidikan agama Islam dalam mengatasi kenakalan remaja.

B. Lokasi dan objek penelitian

Adapun lokasi penelitian ini adalah di SMP NEGERI 2 PARANGLOE kabupaten Gowa. Objek penelitian penulis adalah siswa kelas VII di SMP NEGERI 2 PARANGLOE Kabupaten Gowa.

C. Variabel Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (1998 :99) Variabel adalah objek penelitian, atau yang menjadi titik perhatian suatu penelitian berdasarkan teori tersebut maka penelitian ini menggunakan dua variable yaitu variable bebas (indevenden variable) dan variable terikat (dependent variable) . Dalam penelitian ini peranan pendidikan agama Islam sebagai variable bebas sedangkan variable terikatnya adalah mengatasi kenakalan siswa.

30

D. Defenisi Operasional Variabel

1. Peran Pendidikan agama Islam adalah salah satu mata pelajaran yang diberikan kepada siswa yang dimaksudkan untuk memberikan pemahaman keagamaan nilai-nilai spiritual

2. Cara mengatasi Kenakalan siswa yaitu semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh siswa. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang- orang disekitarnya. Maka perlu ditanamkan nilai-nilai Agama Islam.

E. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Untuk mempermudah memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini maka diperlukan dalam penelitian yang disebut populasi dan sampel.

Menurut Margono (2007:118) bahwa populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan.

Menurut Arikunto (2006:130) bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian dengan meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian.

Sedangkan menurut Hadari Nawawi (1993:141) menyebutkan bahwa populasi adalah Keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia , benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai

tes atau peristiwa–peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu didalam suatu penelitian. Jadi populasi berhungan dengan data yang diperoleh dari keseluruhan yang menjadi objek dalam penelitian.

Tabel I

Keadaan populasi siswa SMP Negeri 2 Parangloe Tahun ajaran 2013

NO KELAS JUMLAH SISWA

1 KELAS VII-1 37

2 KELAS VII-2 39

3 KELAS VIII-1 31

4 KELAS VIII-2 38

5 KELAS IX-1 26

6 KELAS IX-2 27

JUMLAH 198 Sumber data: kantor SMP Negeri 2 Parangloe 25 Januari 2013 2. Sampel

Pengambilan sampel dimaksudkan untuk memudahkan peneliti dalam pengumpulan data pengelolahan dan menganalisis data dari sejumlah populasi yang berhubungan dengan penelitian.Sampel menurut Suharsimi Arikunto (2006:131) adalah “Sebagian atau wakil

yang akan diteliti. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud mengeneralisasikan hasil penelitian sampel”.

Senada dengan pendapat Margono (2007:119) menyatakan :

“sampel adalah sebagian bagian dari populasi, sebagai contoh (monster) yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu.”

Kaidah metode penelitian menyatakan bahwa sampel benar- benar mewakili populasi secara keseluruhan, sebab bila sampel penelitian digunakan benar-benar mewakili populasi maka kesimpulannya tehadap sampel dapat diberikan dan diberlakukan secara umum kepada populasi.

Sedangkan Suharsimi Arikunto (2007:117) Mengemukakan : Populasi yang objeknya kurang dari 100 diambil semua sehingga menjadi penelitian populasi. Sedangkan populasi yang jumlah objeknya besar atau lebih dari 100 maka dapat ditarik sampel antara 10 % -15% atau 20 %-25 %.

Berdasarkan teori diatas, jadi jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 76 orang. Penelitian ini dinamakan penelitian populasi karena jumlah objek populasinya hanya 76 orang atau kurang dari seratus. Sampel untuk gurunya dilakukan dengan tehnik provesif sampling artinya pengambilan sampel dilakukan langsung pada guru pendidikan agama Islam.

Pengambilan sampel dilakukan dengan penetapan langsung dari Dpk.

Tabel 2

Keadaan populasi siswa kelas 1 SMP Negeri 2 Parangloe Kab.Gowa Tahun Ajaran 2013

No Kelas Jumlah

1 Kelas VII-1 37

2 Kelas VII-2 39

Jumlah 76

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dimaksudkan uantuk memberikan kemudahan kepada peneliti dalam menjawab pertanyaan penelitian sehingga mendapatkan data sebagaimana adanya. Adapun instrument penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data lapangan mengenai peranan pendidikan agama Islam dalam mengatasi kenakalan remaja di SMP Negeri 2 Parangloe yaitu :

1. Pedoman observasi adalah pengumpulan dengan memperhatikan sesuatu atau hal-hal yang ada kaitannya dengan penelitian yang dilakukan dengan menggunakan alat indra. Observasi bisa dilakukan dengan pedoman sebagai instrument pengamatan.

2. Pedoman angket atau kuesioner (quastionnaires) adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui.

3. Pedoman interviu (interview) yang sering juga disebut dengan wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.

4. Catatan dokumentasi dari asal kata dokumen yang artinya barang- barang tertulis. Dalam melaksanakan penelitian dengan, metode dokumentasi peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku- buku, peraturan, notulen rapat, absensi siswa, perangkat-perangkat pembelajaran dan semacamnya. Margono (2007:119).

G. Tehnik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti dalam mengumpulakan data menggunakan beberapa tehnik, yaitu:

1. Liberary research (riset perpustakaan) yaitu penulis memperoleh data dengan jalan membaca dan menelaah buku-buku, jurnal dan karya ilmiah yang ada kaitannya dengan pembahasan skripsi. Metode yang digunakan dalam pengumpula datanya yaitu:

a. Kutipan langsung, yaitu penelitian mengutip pendapat atau pemikiran dari suatu teori sesuai dengan aslinya tanpa mengubah redaksinya.

b. Kutipan tidak langsung yaitu peneliti menguti pendapat atau pemikiran dari suatu teori dengan mengubah redaksinya tanpa mengurangi makna dan tujuan dari teori tersebut.

2. Field research (riset lapangan) yaitu pengumpulan data dengan jalan langsung pada tempat atau lokasi penelitian yang dimaksudkan guna memperoleh data yang lebih akurat berhubungan dengan permasalahan yang diteliti dengan menggunakan tehnik sebagai berikut:

a. Angket dengan memberikan pertanyaan tertulis dalam bentuk pilihan ganda atau essay kepada responden untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian

b. Wawancara dengan beberapa responden untuk memperoleh data yang diperlukan, baik dengan melakukan percakapan yang berhubungan dengan permasalahan yang telah dirumuskan ataupun menggunakan daftar pertanyaan

c. Observasi berupa pengamatan langsung pada hal-hal yang berhubungan dengan pembahasan

d. Dokumen atau tulisan-tulisan yang berhubungan dengan pembahasan sebagai bukti tertulis.

H. Tehnik Analisis Data

Untuk mengelolah data menjadi sebuah pembahasan, peneliti menganalisis data dengan tehnik analisis dekriptif kualitatif yaitu berusaha menggambarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan tehnik sebagai berikut:

1. Tehnik analisis induktif adalah metode analisis data yang dimulai dari pembahasan yang bersifat khusus kemudian mengambil suatu kesimpulan yang bersifat umum

2. Tehnik analisis deduktif adalah tehnik anlisis data yang dimulai dari pembahasan yang bersifat umum kemudian mengambil suatu kesimpulan bersifat khusus.

Dengan rumus sebagai berikut : P= F x100 %

N

Keterangan :

P : Angka persentase

F : Frekuensi yang dicari persentasenya N : Banyaknya responden.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Obyektif Lokasi Penelitian

1. Gambaran Umum SMP Negeri 2 Parangloe Kab.Gowa

SMP Negeri 2 Parangloe merupakan lembaga pendidikan tingkat pertama yang berada dibawah naungan Dinas pendidikan Olahraga dan Pemuda yang mempunyai tujuan mencerdaskan anak didik sesuai dengan kurikulum yang berbasis kompetensi.

SMP Negeri 2 Parangloe berdiri pada tahun 2003, yang didirikan oleh pemerintah. Kepala sekolah pertama yang memimpin sekolah ini bernama Nurdin Palalang S.Pd.M,Pd kemudian diganti dengan bapak Drs.Muh.Tato yang berdasarkan Surat Keputusan Dinas Pendidikan Olahraga dan Pemuda dengan nomor Sertifikat:

824/976. a/Dikorda / x / 2012 tanggal 1 Desember 2012 oleh bupati Gowa Iksan Yasin limpo.

Secara umum, SMP Negeri 2 Parangloe ini mengalami perkembangan yang cukup pesat sejak berdirinya sampai sekarang.

Hal ini ditandai dengan jumlah siswa yang semakin bertambah dari tahun ketahun. Begitu pula dengan sarana dan prasarananya, gedung sekolah ini memiliki 6 ruangan kelas, 1ruangan kepala sekolah,1 ruangan guru,1 ruangan perpustakaan, 1 ruangan labolatorium, 1

38

ruangan dapur, dan 1 ruangan musallah. Awal berdirinya pada tahun 2003 hanya 1ruangan belajar dan 1 ruangan kantor.

Fasilitas yang ada pada SMP Negeri 2 Parangloe sudah memadai. Adapun siswa yang ada di SMP Negeri 2 Parangloe sebagian dari golongan menengah kebawah. Siswa berasal dari penduduk yang tinggal disekitar sekolah, ada pula yang berasal dari tempat lain.

2. Visi Dan Misi SMP Negeri 2 Parangloe

Pendidikan di SMP Negeri 2 Parangloe bertujuan memberi bekal kemampuan dasar tentang ilmu pengetahuan Agama serta pengetahuan teknologi untuk mengembangkan kehidupannya secara pribadi, masyarakat, sebagai warga Negara Indonesia serta untuk mempersiapkan mereka melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.

Adapun visi SMP Negeri 2 Parangloe yaitu Terwujudnya sekolah idaman.

Sedangkan Misi SMP Negeri 2 Parangloe yaitu:

1. Pengadaan sarana dan prasarana 2. Pengembangan sumber Daya Manusia 3. Peningkatan Kwalitas pembelajaran 4. Administrasi sekolah Berbasis MBS 5. Evaluasi PBM Secara Berkala

3. Keadaan Guru

Guru adalah merupakan salah satu komponen manusia dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan membentuk sumber daya manusia yang berpotensial dibidang pembangunan manusia seutuhnya, yakni utuh jasmani dan rohani, manusia yang berguna dalam pembangunan bangsa dan Negara. Pengarahan dan pengajaran seorang guru terhadap siswanya merupakan tumpuan perhatian dan usaha pembinaan dan pendidikan atau pengajaran yang diberikan, sehingga seorang guru akan mampu memenuhi tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengajar dan pendidik.

Untuk mengetahui secara jelas tentang keberadaan guru di SMP Negeri 2 Parangloe dapat dilihat pada table dibawah ini:

Tabel 3

Keadaan Guru SMP Negeri 2 Parangloe TP.2013/2014

NO Nama/Nip Tempat/tanggal

lahir

Pendidikan terakhir

Jabatan Status 1 Drs. Muh. Tato

NIP.19631231198903116

Tator/

31-12-1963

S-2 / A-IV Managemen/

2007

Kepala sekolah

PNS

2 Muhammad Amin, SPd

NIP.195706271979071002 Limbung/ 27 Juni 1957

S-1/A-IV Tekhnologi Pendidikan/

2009

GURU OLAHRA

GA

PNS

3 Syarifuddin, SPd

NIP.195602191984031005

Limbung / 19-02- 1956

S-1/A-IV Tekhnologi Pendidikan/

2005

GURU PPKN

PNS

4 M. Syarif L, SPd, MPd NIP. 19560219198403009

Limbung / 19-02- 1964

S-2 / A-IV Pendidikan Fisika/ 2011

GURU FISIKA

PNS

5 Sumiati, SPd

NIP.197606202005022008

Makassar / 28-10-1970

S-1 / A-IV Pendidikan Bahasa Inggris / 1998

GURU BHS.ING

GRIS

PNS

6 St. Rasmah, SPd

NIP. 1976062005022008

Ujung Pandang/

20-06-1976

S-1 / A-IV Pendidikan Ekonomi Koperasi / 2000

GURU PEND.A GAMA ISLAM

PNS

7 Rostina Mansyur, SPd NIP.1980082005022004

Sungguminasa /02- 08-1980

S-1 / A-IV Pendidikan Matematika / 2004

GURU MT-MT

PNS

8 Nurhayati, SPd

NIP.198105032006042016 Pa’bangiang/ 03- 05-1981

S-1 / A-IV Pendidikan Biologi / 2004

GURU IPA

PNS

9 Hj. Hasnah, SPd

NIP 197207072006042007

Lebong, 02-07- 1972

S-1 / A-IV Pendidikan Bhs. Inggris / 2002

GURU BHS.ING

GRIS

PNS

10 Sahruni, SPd

NIP.196612312007012106

Panciro/05-03- 1977

S-1 / A-IV Pendidikan Bhs. Inggris / 2001

GURU IPS

PNS

11 Irnawati, SPd

NIP.197710022007012001

Panciro, thn.

1966

S-1 / A-IV Pendidikan Ekonomi Koperasi / 2000

GURU BHS .DAERA

HH

PNS

12 Harmini, SPd

NIP.198205302009012002

Ujung pandang 02-10-1977

S-1 / A-IV Pendidikan Sejarah / 2001

GURU MT-MT

PNS

13 Sitti Salma NIP.-

Kaballokang/04,10 1984

S1/pendidikan Agama Islam

STAF PERPUS

PTT

14 Halija NIP.-

Po’rong, Gowa 30-05-1982

SMA STAF

ADM

PTT

15 Rosmina NIP.-

Kasimburang 23,1,1977

SMA STAF

ADM

PTT

Sumber data Kantor SMP Negeri 2 Parangloe 30 Maret, 2013

Dari table diatas, secara singkat dapat dikatakan bahwa jumlah guru yang mengajar di SMP Negeri 2 Parangloe saat ini mengalami peningkatan, yang pada awalnya didirikan jumlah guru hanya 6 orang,

saat ini keseluruhan guru telah berjumlah 13 orang termasuk kepala sekolah.

4. Keadaan Sarana Dan Prasarana SMP Negeri 2 Parangloe

Adapun keadaan sarana dan prasarana di SMP Negeri 2 Parangloe dapat dilihat pada table berikut ini :

TABEL 4

Keadaan Sarana dan Prasarana SMP Negeri 2 Parangloe Tahun Pelajaran 2012/2013

No SARANA DAN PRASARANA JUMLAH KET

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Ruang Kelas Ruang kepsek Ruang guru Ruang computer Ruang perpustakaan Ruang lab

Ruang dapur

Lapangan olah raga Meja siswa

Bangku siswa Lemari

Komputer

Wc guru dan siswa Papan tulis

Alat music Alat olahraga

6 ruang 1 ruang 1 ruang 1 ruang 1 ruang 1 ruang 1 ruang 4 bidang 240 unit 240 unit 11 unit 3 unit 4 ruang 6 unit 4 unit 10 bidang

Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik 10 kurang

baik 15 kurang

baik Baik Baik Sumber data :Kantor SMP Negeri 2 Parangloe, 30 Maret 2013

Dari uraian tabel tersebut, dapat diketahui bahwa keadaan sarana dan prasarana SMP Negeri 2 Parangloe, sudah cukup memadai dalam menunjang pelaksanaan proses pembelajaran.

Bahkan lebih dari itu, dengan memperhatikan sarana dan prasarananya yang masih utuh serta masih digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

5. Keadaan Siswa

Dalam dunia pendidikan formal, siswa adalah objek sasaran utama untuk dididik, untuk itu setiap lembaga pendidikan hendaklah terdapat suatu system yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Yakni disamping terdapat sarana, fasilitas, dan tenaga pendidik, maka tidak terlupakan pula siswa yang merupakan bagian integral yang terdapat dalam lembaga pendidikan formal.

Adapun jumlah siswa SMP Negeri 2 Parangloe, memiliki siswa kelas VII sebanyak 76 siswa, yang terdiri dari kelas VII-1 sebanyak 37 siswa, Kelas VII-2 sebanyak 39 siswa. Rincian keadaan siswa dapat dilihat pada table sebagai berikut :

Tabel 5

Keadaan populasi siswa kelas 1 SMP Negeri 2 Parangloe Kab.Gowa Tahun Ajaran 2013

No Kelas Jumlah

1 Kelas VII-1 37

2 Kelas VII-2 39

Jumlah 76

Sumber data SMP Negeri 2 Parangloe , 18 Januari 2013

B. Peran Pendidikan Agama Islam Dalam mengatasi Kenakalan Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Parangloe .

Pendidikan agama Islam sangat erat sekali kaitannya dengan pendidikan pada umumnya. Pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkakan ketakwaan siswa terhadap Allah SWT. Tujuan pendidikan agama Islam yang sejalan dengan misi Islam yaitu mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga mencapai akhlatul karimah.

SMP Negeri 2 Parangloe kelas VII memilki guru pendidikan Agama Islam satu orang berlatar belakang pendidikan keguruan dengan kualifikasi sarjana ekonomi (S1). SMP Negeri 2 parangloe yang hadir ditengah-tengah masyarakat yang didalamnya masih sebahagian dari pihak keluarga/orang tua kurang memahami akan pentingnya pendidikan tentu sangat berpengaruh terhadap pendidikan anak.

Siswa atau anak didik adalah sasaran pendidikan, pihak yang didik, diarahkan, dipimpin dan diberi berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk itu orang-orang yang berada dalam lingkungan pendidikan harus kompeten dalam melaksanakan tugasnya, hal tersebut juga diungkapkan oleh bapak kepala sekolah SMP Negeri 2 Parangloe.

Para pelajar adalah generasi penerus untuk itu harus dididik dengan baik, adapun kenakalan-kenakalan yang mereka lakukan itu hanyalah semata-mata ingin perhatian lebih dari pihak sekolah dan terutama teman-temannya, adapun mereka sering bolos, merokok itu karena persoalan waktu saja untuk membina mereka karena pada dasarnya mereka anak-anak yang baik dan mau menerima nasehat- nasehat dari pihak sekolah. (Wawancara tanggal 25 Februari 2013 ).

C. Bentuk Penanganan Kenakalan Siswa

Sebelum membahas tentang bagaimana bentuk penanganan kenakalan siswa peneliti akan membahas factor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kenakalan siswa,

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan siswa

Kenakalan siswa sebagai suatu fenomena social yang terjadi dilingkungan pendidikan, kenakalan dapat timbul karena disebabkan oleh beberapa hal.

Zakiah Darajat ( 1999 : 41 ) mengemukakan bahwa timbulnya kenakalan siswa antara lain :

a. Lemahnya pendidikan agama dilingkungan keluarga b. Kemerosotan moral dan mental orang dewasa c. Pendidikan dalam sekolah yang kurang baik d. Adanya dampak negative dari kemajuan teknologi e. Tidak stabilnya kondisi social, politik, ekonomi.

Secara luas, sebab-sebab kenakalan siswa dapat dibedakan menjadi dua yaitu sebab intern yang berasal dari pribadi anak itu sendiri, sedangkan sebab ekstern datang dari lingkungan sekitar anak.

Yang termasuk sebab yang datang dari pribadi anak itu sendiri adalah :

a. Pembawaan negative dan sukar untuk dikendalikan serta mengarah keperbuatan nakal

b. Lemahnya kemampuan pengawasan diri sendiri serta sikap menilai terhadap keadaan sekitarnya

c. Kurang mampu mengadakan penyesuaian dengan lingkungan- lingkungan yang baik,sehingga mencari pelarian dan kepuasan dalam kelompok-kelompok nakal

d. Tidak mempunyai kegemaran yang sehat, sehingga canggung dalam tingkah laku di dalam kehidupan sehari-hari yang akibatnya

Dokumen terkait