• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUASAAN LAHAN LAHAN

Penguasaan lahan pada dasarnya dibagi menjadi tiga kelompok, yakni [1]

kepemilikan lahan sendiri, [2] penguasaan lahan HKm, serta [3] Lahan Sewa.

kepemeilikan lahan sendiri dapat berupa lahan pekarangan, perkebunan, ladang dan sawah, sedangkan penguasaan lahan HKm, terdiri dari penguasaan lahan HKm IUP dan/atau lahan HKm Non-IUP. Untuk penguasaan lahan sewa, hanya dibagi menjadi 2 kelompok, yakni sewa lahan umum dan sewa lahan Hkm.

Gambar 3.2: Persentase Jumlah Petani HKm dan Non-HKm Menurut Kepemilikan Jenis Lahan

Penguasaan lahan petani HKm dan Non-HKm sangat beragam.

Ditilik dari pola penguasaan lahan pekarangan, menunjukkan bahwa seluruh masyarakat, baik masyarakat HKm dan masyarakat Non-HKm semuanya memiliki lahan pekarangan. Dibandingkan dengan masyarakat Non-HKm, pada umumnya persentase masyarakat HKm yang memiliki

“lahan perkebunan sendiri, dan lahan sewa dari lahan HKm” lebih besar.

Namun demikian, presentase kepemilikan “lahan ladang sendiri dan lahan sewa” untuk masyarakat Non-HKm lebih besar dibandingkan masyarakat HKm. Di samping itu, masyarakat HKm yang mempunyai lahan HKm-IUP mencapai 72,2 persen, sedangkan yang memiliki HKm-Non IUP mencapai 54,9 persen.

Untuk masyarakat HKm IUP, HKm Non-IUP dan HKm IUP &

Non-IUP, semuanya memiliki lahan pekarangan, sebagaimana dipaparkan pada Gambar 3.3. Untuk persentase jumlah masyarakat yang mempunyai kepemilikan lahan perkebunan sendiri, HKm IUP sebanyak 29 persen; HKm Non-IUP sebanyak 33 persen; dan HKm Non-IUP sebanyak 25 persen.

Gambar 3.3: Persentase Jumlah Petani HKm Menurut kepemilikan Jenis

Untuk kepemilikan ladang sendiri, jumlah masyarakat yang memiliki ladang sendiri sebanyak 3,5 persen untuk masyarakat HKm IUP dan 2,8 persen untuk masyarakat HKm Non-IUP. Sedangkan kepemilikan sawah sendiri untuk masyarakat HKm Non-IUP sebanyak 31 persen, masyarakat HKm IUP sebanyak 19 persen dan masyarakat HKm IUP dan Non-IUp sebanyak 20 persen. Lahan sewa umum hanya terjadi pada masyarakat HKm Non-IUP dan masyarakat HKm IUP & Non-IUP, namun demikian sewa lahan HKm terjadi pada masyarakat HKm IUP.

Rata-rata luas total kepemilikan lahan petani HKm sekitar 14.809 m2 atau 1,5 hektar yang terdiri dari lahan pekarangan sendiri, lahan perkebunan sendiri, lahan ladang sendiri, lahan sawah sendiri, lahan sewa dan lahan HKm.

Sedangkan petani Non-HKm mempunyai kepemilikan lahan rata-rata adalah 2.439 m2..

Gambar 3.4: Rata-Rata Luas Lahan Petani HKm dan Non-HKm Menurut Jenis Lahan (m2)

Bila ditilik dari luasan penguasaan lahan, lahan milik sendiri petani HKm sekitar 2.292 m2, sedangkan lahan sendiri masyarakat Non-HKm 2.086 m2. Hal ini berarti bahwa peserta HKm dan Non-HKm umumnya “memiliki lahan sendiri yang sempit” dan luasannya tidak jauh berbeda. Lahan sendiri yang dimaksud adalah lahan pekarangan, perkebunan, ladang dan sawah milik sendiri, di luar lahan dari sewa dan lahan dari HKm.

Gambar 3.5: Rata-Rata Luas Lahan Sendiri Petani HKm dan Non HKm (m2)

Dalam luas rata-rata kepemilikan lahan HKm IUP, petani dengan status Petani HKm IUP memiliki luas rata-rata sebanyak 9.688 m2 , sedangkan Petani HKm IUP & Non-IUP memiliki lahan HKm IUP rata-rata seluas 7.025 m2 . Hal ini cukup wajar, mengapa petani HKm IUP & Non-IUP menambah lahan HKm Non-IUP, karena mereka “mungkin merasa” lahan yang dikelola masih dianggap belum memadai.

Gambar 3.6: Rata-Rata Luas Lahan Petani HKm Menurut Jenis Lahan dan Status HKm (m2)

Sedangkan dalam hal luas rata-rata kepemilikan lahan HKm Non-IUP, petani dengan status petani HKm Non-IUP memiliki luas lahan yang “lebih luas“ dibandingkan kepemilikan lahan HKm IUP & Non-IUP. Untuk petani HKm Non-IUP mempunyai rata-rata lahan HKm Non-IUP sebesar 14.562 m2 yang lebih luas dibandingkan petani HKm IUP & Non-IUP, yakni seluas 10.917 m2.

Berkaitan dengan hal tersebut terlihat bahwa dalam struktur kepemilikan lahan, untuk petani HKm IUP & Non-IUP memiliki lahan HKm mencapai 23.871 m2 yang lebih luas dibandingkan HKm Non-IUP yakni seluas 17.545 m2, maupun luas lahan yang dimiliki HKm IUP yakni seluas 11.940 m2. Kecenderungan berkembangnya HKm Non-IUP lebih didorong oleh kondisi bahwa lahan HKm IUP yang diterima “dianggap” belum memenuhi kebutuhan petani.

Akibatnya petani memperluas kepemilikan lahan dari wilayah kehutanan.

Di sisi lain, Gambar 3.7 menunjukkan bahwa kepemilikan lahan sendiri petani HKm IUP & Non-IUP jauh lebih tinggi dibandingkan Petani HKm Non IUP maupun Petani HKm IUP, masing-masing 5.746 m2; 2.900 m2 dan 2.248 m2. Pertanyannya adalah apakah petani HKm yang memiliki lahan sendiri yang lebih sempit akan menerima lahan HKm yang sama dengan kelompok lain, atau justru lebih besar karena program HKm lebih diperuntukkan bagi masyarakat miskin yang tidak berlahan ataupun mempunyai lahan yang masih sempit?

Gambar 3.7: Rata-Rata Luas Lahan Sendiri Petani HKm Menurut Status HKm (m2)

Gambar 3.8: Rata-Rata Luas Lahan HKm Petani HKm Menurut Status

Hal yang mencengangkan adalah petani dengan kepemilikan “lahan sendiri” yang lebih luas dibandingkan kelompok lainnya, justru memiliki luas

“lahan HKm” yang lebih besar pula. Pada gambar 3.8 menunjukkan bahwa Petani HKm IUP & Non-IUP memiliki “lahan HKm” rata-rata seluas 17.937 m2; diikuti oleh HKm Non-IUP seluas 14.562 m2, sedangkan petani HKm IUP memiliki luas “lahan HKm” seluas 9.688 m2. Akses penguasaan lahan HKm justru lebih besar diperoleh oleh masyarakat dengan “kepemilikan lahan sendiri” yang paling luas. Justru masyarakat berlahan sempit, mendapatkan peran kepemilikan “lahan HKm” yang lebih rendah. Kaum elitis bermodal atau berlahan luas justru mendapatkan kesempatan akses lahan wilayah hutan yang lebih luas dibandingkan masyarakat yang berlahan sempit. Kondisi tersebut justru akan menyebabkan peningkatan tingkat ketimpangan penguasaan lahan.

Dokumen terkait