• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Hutan Kemasyarakatan Hidup Matinya Petani Miskin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Buku Hutan Kemasyarakatan Hidup Matinya Petani Miskin"

Copied!
320
0
0

Teks penuh

Berdasarkan wilayah ..120 GAMBAR 4.8: Kemiskinan tanpa adanya program HKm..121 GAMBAR 4.9: Manfaat dan dampak program HKm. Kelompok HKm dan non-HKm ..185 TABEL 6.8: Kriteria persepsi manfaat ekologis ..187 GAMBAR 6.1: Persepsi manfaat ekonomi, sosial dan ekologi.

GAMBAR 3.20:  Scatter Plot Petani HKm Berdasarkan Total  Pendapatan Sektor Pertanian dan
GAMBAR 3.20: Scatter Plot Petani HKm Berdasarkan Total Pendapatan Sektor Pertanian dan

PERHUTANAN SOSIAL

  • HUTAN DAN KEMISKINAN
  • KEBIJAKAN PEMERATAAN EKONOMI
  • PROGRAM PERHUTANAN SOSIAL 3
  • PERCEPATAN DAN PERLUASAN Perhutanan Sosial
  • MENGUKUR DAN MEMBUKTIKAN APA?
  • MENGAPA MENGKAJI HKm?
  • MENGAPA NUSA TENGGARA BARAT?
  • PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Apakah pendapat masyarakat sekitar dan di kawasan hutan tentang kebaikan Program Perhutanan Sosial. Apakah pandangan masyarakat sekitar dan di kawasan hutan tentang kesan Program Perhutanan Sosial.

Gambar 1.1:  TORA dan Perhutanan Sosial untuk Mengurangi Ketimpangan  Lahan
Gambar 1.1: TORA dan Perhutanan Sosial untuk Mengurangi Ketimpangan Lahan

PILIHAN JENIS STUDI

Unit Sambelia HKm, Lombok Timur, mewakili zona ketinggian hutan dataran rendah dekat pantai (100–200 meter di atas permukaan laut). Unit Sesaot HKm, Lombok Barat, mewakili zona ketinggian hutan dataran rendah (300–600 meter di atas permukaan laut) c.

PENDEKATAN

METODOLOGI

Contoh bagi Rumah Tangga Petani (RTP) yang memiliki Akses untuk mengelola HKm-IUP yaitu anggota HKm yang telah memiliki Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan (IUP-HKm). Contoh bagi Rumah Tangga Petani (RTP) yang mempunyai Akses untuk mengelola HKm Non IUP yaitu anggota HKm yang belum memiliki Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan (IUP-HKm).

Tabel 1.4:  Data dan Sumber Data
Tabel 1.4: Data dan Sumber Data

PROSESI ANALISIS DATA DAN PENULISAN

ALUR KAJIAN

Pada tahap pengumpulan dan pengolahan data dilakukan serangkaian kegiatan atau program kerja yang meliputi: [1] Pelatihan tim surveyor, [2] Kegiatan wawancara mendalam, [3] Kegiatan diskusi kelompok terfokus, [5]. Pada tahap analisis dan pelaporan, dilakukan serangkaian kegiatan atau program kerja yang meliputi: [1] analisis data, [2] penyusunan laporan, [3] peninjauan laporan, [4] lokakarya hasil kajian, dan [5] Laporan perbaikan.

ALUR TULISAN

Bab 9 menjelaskan permasalahan dan hambatan yang dihadapi masyarakat, meliputi kebijakan, ekonomi, sosial, ekologi, sumber daya manusia, infrastruktur dan indikator lainnya, baik bagi masyarakat HKm maupun non-HKm. Berdasarkan permasalahan dan hambatan yang dihadapi masyarakat, Bab 9 mengidentifikasi perlunya intervensi terkait aspek-aspek yang dijelaskan pada Bab 9.

PERGULATAN HKM

HKm KAWASAN SAMBELIA

POTRET WILAYAH

Pada tahun 1998/1999, program OECF didanai oleh Jepang untuk melakukan kegiatan rehabilitasi, terutama melalui penanaman tanaman Sengon Buto, Mahoni dan Sonokeling. Tabel 2.1 memberikan gambaran dinamika program, fasilitasi dan kebijakan terkait HKm di Sambelia.

Gambar 2.1:  Peta HKm Wilayah Sambelia
Gambar 2.1: Peta HKm Wilayah Sambelia

TONGGAK SEJARAH

HKm KAWASAN SANTONG

HKm Santong menjadi tempat pembelajaran dan percontohan pengelolaan Hutan Sosial, berkat keberhasilan masyarakat dalam memadukan aspek konservasi (ekologi) dan peningkatan pendapatan rumah tangga (ekonomi) melalui pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK). HKm Santong merupakan tempat belajar Perhutanan Sosial dari luar negeri (Malaysia, Thailand, Filipina, Burma, Australia, Norwegia).

Gambar 2.3:  Peta HKm Wilayah Santong
Gambar 2.3: Peta HKm Wilayah Santong

HKm KAWASAN SESAOT

2010  Dinas Kehutanan Kabupaten Lombok Barat memfasilitasi tata batas blok dan petak bagi pemegang IUPHKm KMPH Mitra Sesaot. Dinas Kehutanan Kabupaten Lombok Barat memfasilitasi pendirian Kebun Benih Rakyat (KBR) bagi KMPH Mitra Sesaot.

Gambar 2.5:  Peta HKm Wilayah Sesaot
Gambar 2.5: Peta HKm Wilayah Sesaot

KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH

Pemberian izin usaha pemanfaatan hutan rakyat (IUPHKm) Gapoktan desa HKm Rimba Lestari Aik Berik.

Tabel 2.4:  Dinamika  Kebijakan  Pemda  dalam  Program  Hutan  Kemasyarakatan (HKm).
Tabel 2.4: Dinamika Kebijakan Pemda dalam Program Hutan Kemasyarakatan (HKm).

BENANG MERAH

Model HKm yang berkembang di masyarakat terdiri dari tiga kelompok, yaitu: [1] HKm IUP, [2] HKm Non IUP, serta HKm IUP dan Non IUP. HKm Sambelia merupakan model HKm dengan topografi dan ketinggian rendah (131 mdpl), HKm Sesaot dikembangkan pada topografi dan ketinggian tinggi (350-600 mdpl), sedangkan wilayah Santong dikembangkan dengan topografi tinggi dan ketinggian ketinggian (459-650 meter di atas permukaan laut). ).

PERTANYAAN LANJUTAN

PETANI SEKITAR HUTAN

KARAKTERISTIK HKm

Status Petani HKm yang dimaksud di sini adalah identitas petani yang dikelompokkan berdasarkan kepemilikan lahan HKm IUP dan HKm Non IUP. Yaitu HKm yang mempunyai izin sah dan sekaligus HKm mempunyai tanah yang tidak mempunyai legalitas izin IUP dari pemerintah.

PENGUASAAN LAHAN LAHAN

Apalagi masyarakat HKm yang memiliki lahan HKm-IUP mencapai 72,2 persen, sedangkan masyarakat yang memiliki lahan HKm-Non-IUP mencapai 54,9 persen. Sedangkan dari segi rata-rata luas kepemilikan lahan non-IUP HKm, petani yang berstatus petani non-IUP HKm memiliki luas lahan yang “lebih luas” dibandingkan dengan kepemilikan lahan IUP dan non-IUP HKm.

Gambar 3.3:  Persentase  Jumlah  Petani  HKm  Menurut  kepemilikan  Jenis
Gambar 3.3: Persentase Jumlah Petani HKm Menurut kepemilikan Jenis

TINGKAT PENDIDIKAN

Yang mengejutkan adalah petani yang memiliki “lahan sendiri” yang lebih luas dibandingkan kelompok lain sebenarnya mempunyai lebih banyak lahan. Hal ini menunjukkan adanya korelasi antara tingkat pendidikan dengan upaya memperoleh izin atau legalitas IUP dan akses terhadap lahan yang lebih luas.

Gambar 3.9:  Distribusi  Petani  HKm  dan  Non-HKm  Menurut  Tingkat  Pendidikan
Gambar 3.9: Distribusi Petani HKm dan Non-HKm Menurut Tingkat Pendidikan

UMUR PETANI

JUMLAH ANGGOTA KELUARGA

ANGGOTA KELUARGA YANG BEKERJA

  • TINGKAT PENDAPATAN
  • KONTRIBUSI PENDAPATAN LAHAN HKm DALAM EKONOMI RUMAH TANGGA
  • MANFAAT DAN DAMPAK EKONOMI PROGRAM HKm: “Double Difference””
  • APA PENENTU TINGKAT PENDAPATAN?

Meskipun rata-rata kepemilikan lahan IUP HKm tergolong rendah, namun kepemilikan lahan HKm non-IUP cukup tinggi. Kemudian terjadi perubahan tajam antara petani IUP HKm dengan petani non IUP di wilayah Santong, dimana kontribusi lahan HKm terhadap total pendapatan rumah tangga mencapai 90 persen.

Gambar 3.14:  Tingkat  Pendapatan  Petani  HKm  dan  Non-HKm  (Rp/
Gambar 3.14: Tingkat Pendapatan Petani HKm dan Non-HKm (Rp/

POTRET PETANI: QUADRANT ANALYSIS

Kuadran III yaitu kelompok masyarakat HKm yang mempunyai kepemilikan lahan sempit dengan tingkat pendapatan rendah, dan. Kuadran IV yaitu kelompok masyarakat HKm yang mempunyai penguasaan lahan luas dengan tingkat pendapatan rendah. Berdasarkan kategorisasi di atas, Gambar 3.19 menunjukkan bahwa penduduk HKm secara umum terkonsentrasi pada Kuadran III, yaitu kelompok masyarakat HKm yang mempunyai penguasaan lahan sempit dengan tingkat pendapatan rendah.

Gambar 3.19:  Scatter Plot Petani HKm Berdasarkan Total Pendapatan dan  Total Luas Lahan
Gambar 3.19: Scatter Plot Petani HKm Berdasarkan Total Pendapatan dan Total Luas Lahan

PENENTU TINGKAT PENDAPATAN

BENANG MERAH

Sedangkan kepemilikan “tanah HKm” tertinggi juga adalah IUP dan HKm non-IUP, disusul petani non-IUP HKm dan IUP HKm masing-masing seluas 17.937 m2; 14.562 m2 dan 9.688 m2. Akses kepemilikan lahan HKm justru lebih besar pada masyarakat dengan kepemilikan lahan terbesar. Di wilayah Sambelia yang rata-rata tingkat pendapatannya rendah, kontribusi pendapatan tanah di HKm secara umum lebih tinggi dibandingkan di Sesaot dan Santong.

PERTANYAAN LANJUTAN

Bagi masyarakat HKm, total keuntungan ekonomi dari kehutanan mencapai 15 juta atau sekitar 62 persen, sedangkan keuntungan bersihnya sebesar 9 juta atau 59 persen. Bagi masyarakat non-HKm, dengan adanya program HKm, dampak pendapatan yang diterima masyarakat non-HKm mencapai 6,2 juta atau sekitar 41 persen.

PETANI HKM?

SEJAHTERA ATAU MISKIN ITU APA?

Meskipun nilainya mungkin berbeda di setiap wilayah, indikator yang digunakan “sama dan seragam”, terukur dan dapat dibandingkan. Karena indikator yang digunakan sama dan seragam, terukur dan dapat dibandingkan antar wilayah, maka pendekatan ini akan digunakan untuk analisis lebih lanjut.

KEMISKINAN HASIL PPA

Berdasarkan hal tersebut, masyarakat HKm di wilayah Sesaot mengkategorikan penduduknya masih miskin atau masuk kategori “Jleng” dengan persentase hanya sekitar 5 persen, golongan menengah 80 persen, dan golongan kaya 15 persen. Artinya, mereka berpandangan bahwa masyarakat yang masuk kategori “belum sejahtera” atau miskin sebanyak 30-40 persen di Desa Sugian dan 10-15 persen di Desa Dara Kunci.

Tabel 4.2:  Ukuran Kesejahteraan Masyarakat Santong Indikator
Tabel 4.2: Ukuran Kesejahteraan Masyarakat Santong Indikator

PENDAPATAN GARIS KEMISKINAN

Untuk HKm, tingkat pendapatannya sebesar 24.938,35 rupiah per tahun per keluarga, jauh di atas pendapatan garis kemiskinan yaitu rupiah per tahun per keluarga. Bagi Non-HKm, tingkat pendapatan rupiah tahunan per keluarga berada sedikit di atas pendapatan garis kemiskinan yaitu rupiah per tahun per keluarga.

Gambar 4.1:  Pendapatan Garis Kemiskinan
Gambar 4.1: Pendapatan Garis Kemiskinan

KONTRIBUSI HKm DALAM KESEJAHTERAAN

Jumlah penduduk IUP HKm yang berada di atas garis kemiskinan sebanyak 50,9 persen, sedangkan yang berada di bawah garis kemiskinan sebanyak 49,1 persen. Untuk petani HKm IUP dan non IUP, jumlah yang berada di atas garis kemiskinan sebanyak 52,5 persen dan jumlah di bawah garis kemiskinan sebanyak 47,5 persen.

Gambar 4.4:  Persentase Jumlah HKm yang “Di Atas dan Di Bawah Garis  Kemiskinan”, menurut Wilayah
Gambar 4.4: Persentase Jumlah HKm yang “Di Atas dan Di Bawah Garis Kemiskinan”, menurut Wilayah

PERAN PROGRAM HKm DALAM PENURUNAN KEMISKINAN

Sehubungan dengan itu, keberadaan program HKm tidak hanya meningkatkan pendapatan petani HKm, namun juga berdampak pada perekonomian sekitar yaitu masyarakat non-HKm. Pada akhirnya terlihat bahwa program HKm tidak hanya memberikan kontribusi langsung terhadap pengurangan “kemiskinan” bagi penerima manfaat langsung program atau petani HKm, namun juga memberikan dampak positif terhadap penurunan tingkat kemiskinan masyarakat non-HKm.

Gambar 4.8:  Kemiskinan jika Tidak Ada Program HKm
Gambar 4.8: Kemiskinan jika Tidak Ada Program HKm

INDIKATOR PENYEBAB KEMISKINAN

Masyarakat yang tidak berpendidikan sekolah, 1. Masyarakat berpendidikan SD, tidak mempunyai 2. Masyarakat berpendidikan SD, mempunyai lahan sawah 3. Masyarakat berpendidikan SD dan mempunyai 4. DAGK = Di atas garis kemiskinan dan DBGK = Di bawah Garis Kemiskinan . Keakuratan prediksi tersebut jika dipisahkan untuk Di Bawah Garis Kemiskinan menunjukkan bahwa nilai prediksi tersebut sepenuhnya tepat dan mencapai 84,8 persen.

Tabel 4.4:   Pengklasifikasian Berdasarkan Diagram Pohon CHAID
Tabel 4.4: Pengklasifikasian Berdasarkan Diagram Pohon CHAID

DISTRIBUSI PENDAPATAN MASYARAKAT

Hal ini disebabkan karena tingkat pendapatan pengurus HKm di Santong jauh lebih besar peranannya dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dibandingkan dengan wilayah Sambelia yang tingkat pendapatannya lebih rendah dan jumlah penduduk miskinnya lebih banyak.1.

DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN

Hal serupa juga terlihat pada nilai indeks Gini di wilayah Santong (IG=0,840) yang lebih tinggi dibandingkan wilayah Sambelia (IG=0,764). Hal ini sejalan dengan tingginya jumlah masyarakat HKm non IUP di kawasan Sesaot dengan kepemilikan lahan yang beragam, sehingga justru mendorong peningkatan ketimpangan lahan.

BENANG MERAH

Hal ini menjelaskan bahwa syarat utama penurunan angka kemiskinan adalah akses terhadap lahan dan tingkat pendidikan atau kualitas sumber daya manusia. Untuk menurunkan tingkat kemiskinan, syarat utamanya adalah akses terhadap lahan dan tingkat pendidikan atau kualitas sumber daya manusia.

PERTANYAAN LANJUTAN

Program HKm merupakan program yang tepat karena memberikan akses terhadap lahan dan proses pemberdayaan masyarakat dengan meningkatkan akses terhadap sumber daya dan kapasitas dalam pengelolaan sumber daya alam. Ketimpangan kepemilikan tanah dan pendapatan terutama disebabkan karena kondisi penerima akta tanah HKm ternyata dimiliki oleh masyarakat dengan pemilik tanah terbesar sendiri.

LAHAN HKM: JASA LINGKUNGAN

  • MANFAAT SUMBERDAYA HUTAN
  • PEMANASAN GLOBAL DAN PERUBAHAN IKLIM 2
  • MEMBANGUN DAN MELINDUNGI HUTAN
  • MAKNA DAN SIKLUS KARBON
  • GAS RUMAH KACA DAN SKEMA KARBON
  • PENDUGAAN “STOCK” KARBON

Dampak pemanasan global telah menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang ekstrim, misalnya [1] sering terjadi banjir akibat curah hujan yang berlebihan, [2] kemarau panjang akibat kemarau panjang, dan [3] suhu permukaan bumi menjadi semakin panas. Upaya mengurangi dampak buruk perubahan iklim melalui pengurangan emisi gas rumah kaca.

Gambar 5.1:  Ilustrasi Pemanasan Global
Gambar 5.1: Ilustrasi Pemanasan Global

PENDEKATAN PENDUGAAN KARBON 4

METODE PENDUGAAN KARBON 5

NORMALIZE DIFFERENTIAL VEGETATION INDEX

Setelah diperoleh klasifikasi tutupan vegetasi terkait standar tutupan vegetasi yang dikeluarkan oleh Puspijak KLHK, dilakukan analisis terhadap luas masing-masing klasifikasi (N) sehingga dapat diperkirakan jumlah plot karbon yang akan ditutupi (n). . .

PENGAMBILAN DATA PLOT KARBON

TEKNIK MENGUKUR KARBON

KARBON DAN JASA LINGKUNGAN

Dalam pelaksanaannya dibentuk Forum Komunikasi DAS Cidanau atau disingkat FKDC berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Provinsi Banten yang beranggotakan masyarakat, pemerintah, LSM dan swasta.

TEKNIK MENGUKUR KARBON

Database tinggi pohon ini mendukung metode alometrik yang memerlukan tinggi pohon dalam perhitungannya.

Gambar 5.7:  Posisi Diameter Setinggi Dada pada berbagai Kondisi Pohon Menaksir  Tinggi  Pohon
Gambar 5.7: Posisi Diameter Setinggi Dada pada berbagai Kondisi Pohon Menaksir Tinggi Pohon

PERHITUNGAN CADANGAN KARBON

ANALISIS DAN PROYEKSI KARBON

WILAYAH SAMBELIA

Jika dihitung rata-rata, serapan karbon atau net carbon benefit yang dihasilkan di Sambelia HKm adalah 14.345 ton CO2e per tahun.

Tabel 5.2:  Karbon.  Kepadatan  Tanaman  dan  Pertumbuhan  Karbon.
Tabel 5.2: Karbon. Kepadatan Tanaman dan Pertumbuhan Karbon.

WILAYAH SANTONG

Dari pertambahan jumlah pohon maka diperoleh perkembangan jumlah stok karbon dalam 10 tahun seperti pada Tabel 5.7. Jika nilai-nilai tersebut dirata-ratakan, maka serapan karbon atau manfaat karbon bersih yang dihasilkan di HKm Santong adalah sebesar 1.031 ton CO2 e per tahun.

Tabel 5.6:  Karbon Kepadatan Tanaman dan Pertumbuhan Karbon. Sebelum  dan Sesudah Intervensi
Tabel 5.6: Karbon Kepadatan Tanaman dan Pertumbuhan Karbon. Sebelum dan Sesudah Intervensi

WILAYAH SESAOT

PLAN VIVO DAN PES

Dalam proyek Plan Vivo, setiap peserta menyiapkan rencana pengelolaan lahan berkelanjutan yang disebut plan vivo. Pelaksana proyek mengumpulkan jasa ekosistem dari peserta dan mentransfer jasa ekosistem tersebut kepada pemodal PES melalui penjualan sertifikat Plan Vivo.

Gambar 5.11:  Proses Transaksi Jasa Lingkungan Melalui Skema Plan Vivo Dengan memulai kesepakatan dengan masyarakat untuk melaksanakan  rencana pengelolaan lahan yang ditujukan untuk menghasilkan Jasa Ekosistem  proyek  Plan  Vivo  dengan  menggunakan  met
Gambar 5.11: Proses Transaksi Jasa Lingkungan Melalui Skema Plan Vivo Dengan memulai kesepakatan dengan masyarakat untuk melaksanakan rencana pengelolaan lahan yang ditujukan untuk menghasilkan Jasa Ekosistem proyek Plan Vivo dengan menggunakan met

JASA LINGKUNGAN

Sehubungan dengan itu, potensi pendapatan lingkungan per Petani Sambelia 12,8 juta HKm, Santong 4 juta, Sesaot 8,6 juta, dan rata-rata seluruh HKm 7,5 juta. Terkait dengan imbalan jasa lingkungan, penting untuk menilai bagaimana petani HKm dapat melindungi lingkungan dengan menanam pohon dan memantau pembalakan liar.

Tabel 5.14:  Nilai Jasa Lingkungan
Tabel 5.14: Nilai Jasa Lingkungan

MANFAAT EKONOMI LAHAN HKm

MANFAAT EKONOMI

Gambar

Tabel 1.8:  Stratified  Random  Sampling  dari  Populasi  HKm  menggunakan  Optimal Sample Size
Tabel 1.9:  Stratified  Random  Sampling  dari  Populasi  HKm  menggunakan  Proportional Sample Estimation, Simpangan Mutlak
Gambar 3.2:  Persentase  Jumlah  Petani  HKm  dan  Non-HKm  Menurut  Kepemilikan Jenis Lahan
Gambar 3.4:  Rata-Rata Luas Lahan Petani HKm dan Non-HKm Menurut  Jenis Lahan (m 2 )
+7

Referensi

Dokumen terkait

This shows that there is a significant relationship between nurse communication at the introductory stage with the level of patient satisfaction in the

PHARMACEUTICAL CHEMISTRY Fundamentals of Organic Chemistry including Reaction Mechanisms Shamim Ahmad Department of Chemistry Faculty of Science Jamia Hamdard New Delhi-110062