• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

J. Teknik Analisis Data

2. Pengujian Hipotesis

Setelah melakukan uji normalitas dan uji homogenitas, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t yang akan menunjukan terdapat pengaruh yang signifikan apabila memenuhi kriteria thitung > ttabel(0,99). Rumus yang digunakan adalah Polled Varian (Sugiyono, 2015: 273):

Keterangan:

π‘₯Μ…1 : Rata-rata hasil posttest kelas eksperimen π‘₯Μ…2 : Rata-rata hasil posttest kelas kontrol 𝑛1 : Jumlah siswa kelas eksperimen 𝑛2 : Jumlah siswa kelas kontrol 𝑠1Β² : Varian kelompok eksperimen 𝑠2Β² : Varian kelompok kontrol I. Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik yang akan diuji untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh model pembelajaran learning cycle 5E terhadap kererampilan proses sains siswa kelas X pada materi perubahan lingkungan adalah sebagai berikut:

Keterangan:

𝐻0 : Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran learning cycle 5E terhadap keterampilan proses sains siswa kelas X di SMA Negeri 4 Pandeglang

𝐻1 : Terdapat pengaruh model pembelajaran learning cycle 5E terhadap keterampilan proses sains siswa kelas X di SMA Negeri 4 Pandeglang ¡1 : Rata-rata kemampuan keterampilan proses sains siswa yang diajarkan

dengan model pembelajaran learning cycle 5E

Β΅2 : Rata-rata kemampuan keterampilan proses sains siswa tanpa menggunakan model pembelajaran learning cycle 5E

t

=

xΜ…1βˆ’xΜ…2

√(n1βˆ’ 1)s12+(n2βˆ’1)s22 n1+ n2βˆ’2 (1

n1+ 1

n2)

𝐻0 : Β΅1 ≀ Β΅2 𝐻1 : Β΅1 > Β΅2

41 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Hasil Penelitian a. Kelas Kontrol

Data hasil penelitian ini diperoleh dari hasil tes keterampilan proses sains siswa kelas kontrol. Pada akhir pertemuan pembelajaran siswa diberikan posttest keterampilan proses sains dengan bentuk pilihan ganda sebanyak 30 soal, skor maksimal yang diperoleh yaitu 23 dan skor minimal yang diperoleh yaitu 13. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa yaitu 77 dan nilai terendah 43 dengan rentang 34. Nilai rata-rata yang diperoleh pada kelas kontrol (n = 32) adalah sebesar 64,06 dengan standar deviasi 10,05. Berikut disajikan daftar rincian data hasil posttest keterampilan proses sains siswa kelas kontrol.

Tabel 4.1

Data Hasil Posttest Keterampilan Proses Sains Kelas Kontrol

N SD 𝑿̅ Nilai

Tertinggi

Nilai Terendah

32 10,05 64,06 77 43

Keterampilan proses sains yang diukur pada siswa kelas kontrol mencakup keterampilan proses dasar diantaranya keterampilan mengamati, menerapkan konsep, klasifikasi, komunikasi, mengajukan pertanyaan, prediksi dan inferensi, sedangkan keterampilan proses terintegrasi yang diukur diantaranya keterampilan merumuskan hipotesis dan mendefinisikan operasional variabel. Pengamatan lebih rinci mengenai penguasaan keterampilan proses sains siswa kelas kontrol untuk setiap indikatornya dapat dilihat pada diagram berikut ini:

42

78,12

67,18 73,95 65,62

57,29 56,25 60,41 54,68

67,50

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Nilai Rata-Rata (%)

Gambar 4.1

Kemampuan Siswa untuk Setiap Indikator KPS di Kelas Kontrol Berdasarkan Gambar 4.1 yang menunjukkan bahwa kemampuan keterampilan proses sains dari kelas kontrol, terlihat bahwa indikator keterampilan proses sains mengamati memiliki persentase paling tinggi yaitu 78,12% dengan kriteria baik. Adapun indikator keterampilan proses sains menerapkan konsep dengan persentase 73,95%, merumuskan hipotesis 67,50%, klasifikasi 67,18%, prediksi 65,62%, dan mengajukan pertanyaan 60,41%, dengan kriteria cukup. Indikator keterampilan proses sains inferensi 57,29%, komunikasi 56,25% dengan kriteria kurang.

Sedangkan indikator keterampilan proses sains terendah pada kelas kontrol adalah mendefinisikan operasional variabel 54,68% dengan kriteria sangat kurang.

b. Kelas Eksperimen

Data hasil penelitian ini diperoleh dari hasil tes keterampilan proses sains siswa kelas eksperimen. Pada akhir pertemuan pembelajaran siswa diberikan posttest keterampilan proses sains dengan bentuk pilihan ganda sebanyak 30 soal, skor maksimal yang diperoleh yaitu 26 dan skor minimal yang diperoleh yaitu 14. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa

43 yaitu 87 dan nilai terendah 47 dengan rentang 40. Nilai rata-rata yang diperoleh pada kelas eksperimen (n = 33) adalah sebesar 71,36 dengan standar deviasi 10,99. Berikut disajikan daftar rincian data hasil posttest keterampilan proses sains siswa kelas eksperimen:

Tabel 4.2

Data Hasil Posttest Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen

N SD 𝑿̅ Nilai

Tertinggi

Nilai Terendah

33 10,99 71,36 87 47

Keterampilan proses sains yang diukur pada siswa kelas eksperimen mencakup keterampilan proses dasar diantaranya keterampilan mengamati, menerapkan konsep, klasifikasi, komunikasi, mengajukan pertanyaan, prediksi dan inferensi, sedangkan keterampilan proses terintegrasi yang diukur diantaranya keterampilan merumuskan hipotesis dan mendefinisikan operasional variabel. Pengamatan lebih rinci mengenai penguasaan keterampilan proses sains siswa kelas eksperimen untuk setiap indikatornya dapat dilihat pada diagram berikut ini:

Gambar 4.2

Kemampuan Siswa untuk Setiap Indikator KPS di Kelas Eksperimen

78,78

69,69 75,75 72,72 77,78

58,33 66,67 65,15 78,18

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Nilai Rata-Rata (%)

44

78,78 69,69

75,75

72,72 77,78 58,33

66,67 65,15 78,18 78,12

67,18 73,95

65,62 57,29

56,25 60,41 54,68 67,50

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Nilai Rata-Rata (%)

Eksperimen Kontrol

Berdasarkan Gambar 4.2 yang menunjukan bahwa kemampuan keterampilan proses sains dari kelas eksperimen, terlihat bahwa indikator keterampilan proses sains yang memiliki persentase paling tinggi yaitu mengamati 78,78%, merumuskan hipotesis 78.18%, dan inferensi 77,78% dengan kriteria baik. Adapun indikator keterampilan proses sains prediksi dengan persentase 72,72%, menerapkan konsep 75,75%, klasifikasi 69,69%, mengajuka pertanyaan 66,67%, dan mendefinisikan operasional variabel 65,15% dengan kriteria cukup. Sedangkan indikator keterampilan proses sains dengan persentase terendah pada kelas eksperimen adalah komunikas dengan persentase 58,33% dengan kriteria kurang.

c. Perbandingan Tingkat Penguasaan Indikator KPS pada Kelas Kontrol dan Eksperimen

Kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional memiliki tingkat penguasaan keterampilan proses sains yang lebih rendah dibandingkan pada kelas eksperimen yang belajar menggunakan model pembelajaran learning cycle 5E. perbandingan indikator KPS antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat disajikan pada diagram di bawah ini:

Gambar 4.3

Perbandingan Kemampuan Siswa untuk Setiap Indikator KPS di Kelas Kontrol dan Eksperimen

45 Berdasarkan Gambar 4.3 di atas diperoleh hasil persentase keterampilan proses sains siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol terdapat perbedaan yang menunjukan bahwa kelas eksperimen memiliki penguasaan keterampilan proses sains yang lebih baik dari pada kelas kontrol pada setiap indikatornya.

2. Uji Prasyarat a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data posttest menggunakan rumus chi kuadrat (π‘₯2) pada taraf signifikans 1%.

Berdasarkan hasil pengujian pada kelas eksperimen diperoleh π‘₯2hitung = 5,95 dan nilai π‘₯2tabel= 11,3. Sedangkan pada kelas kontrol diperoleh π‘₯2hitung= 7,44 dan nilai π‘₯2tabel= 11,3. Kriteria pengujian pada uji normalitas distribusi sebagai berikut: terima H0 apabila nilai nilai signifikansi lebih besar dari Ξ± = 1% dan tolak H0 apabila nilai signifikansi lebih kecil dari Ξ±= 1%. Hasil uji normalitas distribusi pada kedua kelompok dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.4

Hasil Perhitungan Uji Normalitas

Kelas N 𝑿̅ SD db π’™πŸhitung π’™πŸ(0,99) Kesimpulan Kontrol 32 64,06 10,05 3 7,44 11,3 berdistribusi

normal Eksper 33 71,36 10,99 3 5,95 11,3 berdistribusi

normal b. Uji Homogenitas

Berdasarkan perolehan uji normalitas kedua kelas berdistribusi normal, sehingga dilanjutkan dengan mencari homogenitas data dari kedua kelas. uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas memiliki variansi yang homogen atau tidak. Digunakan uji F pada

46 taraf signifikansi 1% (Ξ±= 0,01) untuk menguji homogen atau tidak data dalam penelitian ini. Kriteria pada pengujian homogenitas yaitu sebagai berikut: terima H0 apabila nilai signifikansi lebih besar dari F Ξ±= 1%, tolak H0 apabila nilai signifikansi lebih kecil dari F Ξ±= 1%. Hasil uji homogenitas pada kedua kelompok dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.5

Hasil Perhitungan Uji Homogenitas

Kelas N SD V Fhitung Ftabel(0,99) Kesimpulan Kontol 32 10,05 101,00

1,19 2,34 Variansi homogen Eksperimen 33 10,99 120,78

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, terlihat bahwa hasil uji homogenitas kedua kelas memiliki variansi yang homogen karena Fhitung < Ftabel(0,99).

3. Uji Hipotesis Statistik

Berdasarkan hasil uji prasyarat yang menunjukan bahwa kedua data berdistribusi normal dan memiliki variansi yang homogen maka selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji t. berikut disajikan data hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji dengan taraf signifikansi 1%.

Tabel 4.6

Hasil Pengujian Hipotesis

Kelas 𝑿̅ db thitung ttabel(0,99) Kesimpulan Kontrol 64,06

63 2,80 2,38 berbeda sangat signifikan Eksperimen 71,36

Berdasarkan Tabel 4.6 hasil pengeujian hipotesis yang menggunakan uji t, diperoleh thitung = 2,80 > ttabel(0,99) = 2,38. Dengan demikian dinyatakan bahwa, terdapat perbedaan yang sangat signifikan

47 keterampilan proses sains siswa dengan menggunakan model pembelajaran learning cycle 5E.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kemampuan keterampilan proses sains yang menggunakan model learning cycle 5E memiliki tingkat penguasaan yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat dari hasil posttest pada kelas eksperimen dengan perolehan nilai rata-rata 71,36 dan kelas kontrol dengan perolehan nilai rata-rata 64,06.

Penguasaan keterampilan proses sains yang lebih baik pada kelas eksperimen dikarenakan dalam pembelajarannya dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran learning cycle 5E pada pokok bahasan perubahan lingkungan dan daur ulang limbah yang menekannkan siswa untuk membangun sendiri pengetahuan mereka dengan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran melalui aktivitas diskusi dan bekerja sama dalam menyelesaikan permasalahan yang telah diuraikan pada Lembar Kerja Siswa (LKS) sehingga proses pembelajaran berpusat pada siswa dan menjadikan belajar lebih bermakna karena siswa diharuskan aktif untuk mencari tahu dan menemukan fakta serta konsep yang akan dipelajarinya sendiri melalui pengalaman yang nyata. Hal ini sejalan dengan pendapat Kurniawati (2016:

92) yang menyatakan bahwa Lembar Kerja Siswa (LKS) dapat meningkatkan ketertarikan siswa selama kegiatan belajar siswa yang dapat memberikan dampak postitif pada saat kegiatan pembelajaran.

Penguasaan keterampilan proses sains yang rendah pada kelas kontrol karena kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional sehingga proses pembelajaran didominasi oleh guru sedangkan murid tidak terlalu aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Widiantara (2014: 3) yang menyatakan bahwa pembelajaran konvensional lebih menekankan pada penambahan pengetahuan dan latihan soal yang diberikan oleh guru.

48 Model pembelajaran learning cycle 5E dapat mempengaruhi keterampilan proses sains siswa karena terdapat 5 tahapan yang berperan untuk mengembangkan keterampilan proses sains yaitu tahap engagement, exploration, explanation, elaboration, evaluation. Hal ini didukung dengan penelitian Nida, et. al (2017: 1) bahwa model pembelajaran learning cycle 5E yang dipadu dengan teknik mind mapping dapat membantu mengembangkan keterampilan proses sains siswa.

Persentase nilai rata-rata indikator inferensi pada kelas eksperimen diperoleh sebesar 77,78% memiliki perbedaan yang signifikan dengan kelas kontrol yang mendapat hasil 57,29% selisih antara keduanya yaitu 20,49% dari hasil tersebut, model pembelajaran learning cycle 5E memiliki kontribusi yang tinggi dalam megembangkan keterampilan inferensi. Hal ini karena pada model pembelajaran learning cycle 5E dalam fase explanation siswa dilatih untuk memberikan kesimpulan serta penjelasan terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan pada fase sebelumnya yaitu fase exploration, pada saat siswa melakukan pengamatan dan diskusi bersama kelompoknya dalam memecahkan permasalahan yang telah diuraikan oleh guru pada Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam hal ini siswa telah belajar untuk menemukan konsep sesuai dengan pembelajaran sains yang sebenarnya. Hal ini dapat membuat siswa menjadi aktif karena siswa dituntut unutuk menjelaskan hasil pengamatan atau informasi yang telah mereka dapatkan dalam fase sebelumnya. Sesuai dengan pendapat Bundu (2006: 28) yang menyatakan bahwa kegiatan menarik kesimpulan dapat dilakukan dari hasil pengamatan.

Selanjutnya persentase nilai rata-rata indikator merumuskan hipotesis sebesar 78,18% pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang memperoleh persentase sebesar 67,50%, hal ini karena pada fase exploration siswa melakukan pengamatan sederhana sesuai dengan topik pembelajaran, sebelum melakukan pengamatan sesuai dengan arahan guru untuk mencatat dan menjelaskan pengamatan yang dilakukan, dalam memudahkan siswa melakukan pengamatan guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai panduan untuk melakukan pengamatan, siswa membuat

49 dugaan dari pertanyaan yang dimunculkan pada fase engagement, hal inilah yang menyebabkan peningkatan pada indikator KPS merumuskan hipotesis.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Avianti (2015: 229) yang menyatakan bahwa dalam melatih keterampilan merumuskan hipotesis, siswa terlebih dahulu membuat rumusan masalah yang berupa pertanyaan.

Selanjutnya pada tahap explanation siswa melakukan diskusi bersama kelompoknya untuk memecahkan masalah yang telah diuraikan dalam LKS dimana dalam LKS tersebut terdapat permasalahan yang mengarah pada penemuan konsep yang harus dipecahkan oleh siswa berdasarkan hasil pengamatan. Secara tidak langsung pada saat melakukan diskusi siswa mengajukan prediksi mengenai suatu yang akan terjadi berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan. Persentase nilai rata-rata indikator keterampilan proses sains prediksi pada kelas eksperimen adalah 72,72% lebih tinggi dari kelas kontrol yang mendapatkan hasil 65,62%. Menurut Soebagio et. al (dalam Agustyaningrum, 2011: 381) proses pembelajaran akan lebih bermakna jika diperoleh dari pengalaman nyata yang langsung dialami oleh siswa. Pada tahap ini siswa menjadi sangat antusias dalam melaksanakan proses pembelajaran, karena siswa mendapat pengalaman belajar secara langsung melalui pengamatan dan diskusi yang dilakukannya.

Persentase nilai rata-rata indiaktor mengajukan pertanyaan di kelas eksperimen sebesar 66,67% lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yang memperoleh persentase nilai rata-rata 60,41% hal ini karena pada saat kegiatan pembelajaran, siswa aktif dalam bertanya kepada guru ataupun kepada siswa lain, pada saat-saat tertentu gurupun mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk mengasah pengetahuan siswa dan melihat sejauh mana pengetahuan awal yang dimiliki oleh siswa. Hal ini terlihat oleh guru terlebih pada saat fase engagement siswa bertanya sesuai dengan apa yang ingin diketahuinya karena pada fase ini guru membangkitkan minat belajar siswa dengan mengaitkan pokok bahasan perubahan lingkungan dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nida, et. al (2017: 7) bahwa fase engagement dilakukan dengan memunculkan masalah untuk menggali

50 pengetahuan awal siswa, dengan merumuskan pertanyaan siswa dapat membangkitkan minat belajar serta meningkatkan rasa ingin tahu mengenai topik pembelajaran yang akan dibahas.

Persentase nilai rata-rata indikator mendefinisikan operasional variabel memperoleh persentase 65,15%, pencapaian ini lebih besar dibandingkan kelas kontrol yang memperoleh hasil sebesar 54,68%, hal ini karena pada kegiatan pembelajaran di kelas eksperimen mengarah pada penggunaan objek-objek yang nyata contohnya dalam melakukan pengamatan pada pertemuan kedua siswa membawa objek yang nyata yaitu ikan yang digunakan dalam melakukan praktikum selain itu siswa mencatat hal-hal atau perubahan-perubahan yang terjadi pada objek tersebut, hal inilah yang menyebabkan terjadinya perbedaan dari hasil yang diperoleh dalam mengembangkan indikator keterampilan proses sains mendefinisikan operasional variabel. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Bundu (2005: 5) yang menyatakan bahwa siswa akan lebih mudah memahami konsep jika belajar dengan menggunakan objek yang konkret.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa model pembelajaran learning cycle 5E cenderung lebih berpengaruh terhadap peningkatan indikator keterampilan proses sains merumuskan hipotesis, inferensi, mengajukan pertanyaan, prediksi dan mendefinisikan operasional variabel. Sedangkan tidak terlalu berpengaruh pada indikator keterampilan proses sains mengamati, klasifikasi, menerapkan konsep, dan komunikasi karena hasil persentase indikator KPS tersebut antara kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki perbedaan yang tidak cukup jauh. Hal ini dikarenakan dalam model pembelajaran learning cycle 5E kegiatan pembelajarannya tidak mendukung sepenuhnya terhadap pengembangan indiaktor keterampilan proses sains tersebut.

Model pembelajaran learning cycle 5E dapat membantuk siswa dalam mengembangkan keterampilan proses sains siswa pada mata pelajaran biologi khususnya materi perubahan lingkungan dan daur ulang limbah. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Karsli & Alipasa (2014) yang menyatakan bahwa model Learning Cycle 5E tidak hanya dapat digunakan

51 untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa tetapi juga keterampilan proses sains karena siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

Secara keseluruhan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol indikator keterampilan proses sains mengamati memiliki nilai rata-rata tertinggi diantara keterampilan proses sains lainnya. Sementara indikator keterampilan proses sains terendah pada kelas eksperimen adalah berkomunikasi, sedangkan pada kelas kontrol adalah indikator mendefinisikan operasional variabel.

Dengan demikian dapat dikatakan model pembelajaran learning cycle 5E memiliki pengaruh yang baik dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa khususnya pada materi perubahan lingkungan dan diduga dapat diterapkan pada materi pembelajaran lainnya.

52 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Terdapat pengaruh model pembelajaran learning cycle 5E tehadap keterampilan proses sains siswa kelas X di SMAN 4 Pandeglang pada taraf signifikansi Ξ± = 1%. Indikator keterampilan proses sains yang paling berpengaruh di kelas eksperimen adalah indikator inferensi dengan nilai rata- rata 77,78%, prediksi 72,72%, merumuskan hipotesis 78,18%, mengajukan pertanyaan 66,67%, dan mendefinisikan operasional variabel dengan nilai rata-rata 65,15%.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian serta kesimpulan yang didapat, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Dalam menggunakan model pembelajaran learning cycle sebaiknya guru menguasai sintak model pembelajaranan learning cycle 5E agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan memperhitungkan waktu yang digunakan karena setiap kelompok mengkomunikasikan hasil diskusi yang telah dilakukan.

2. Kepada peneliti berikutnya yang ingin melakukan penelitian mengenai keterampilan proses sains siswa disarankan untuk mengukur keterampilan proses sains terintegrasi lainnya yang harus dikuasai oleh siswa SMA.

3. Dibutuhkan ketelitian yang tinggi dalam membuat instrumen keterampilan proses sains yang digunakan dalam penelitian sehingga hasil penelitian yang diperoleh akan lebih akurat.

BAB VI

LUARAN YANG DICAPAI

Jurnal

IDENTITAS JURNAL

1 Nama Jurnal Biodidaktika – Jurnal Biologi dan Pembelajarannya 2 Website Jurnal https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/biodidaktika/lo

gin?source=%2Findex.php%2Fbiodidaktika%2Fuse 3 Status Makalah r Submitted

4 Jenis Jurnal Jurnal Nasional tidak terakreditasi.

4 Tanggal Submit 17 Juli 2018 5 Bukti Screenshot submit

Pemakalah di seminar

IDENTITAS SEMINAR

1 Nama Jurnal 2 Website Jurnal 3 Status Makalah 4 Jenis Prosiding 4 Tanggal Submit

5 Bukti Screenshot submit Pemakalah di seminar

IDENTITAS HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

1 Nama Karya 2 Jenis HKI 3 Status HKI 4 No Pendaftaran

53 DAFTAR PUSTAKA

Agustyaningrum, Nia. 2011. Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas IX B SMP Negeri 2 Sleman. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. Hlm. 34, ISBN : 978-979-16353-6-3. (Online) Tersedia : http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/7389. Diakses Pada Tanggal 26 Mei 2017.

Arikunto, S. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Avianti, Rahmania & Bertha, Y. 2015. Keterampilan Proses Sains Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Materi Asam Basa Kelas XI SMAN 8 Surabaya. Journal of Chemical Education. Vol. 4, No. 2, Hlm.

224-231. ISSN 2252-9454. (Online) Tersedia:

http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/article/15545/36/article.pdf. Diakses Pada Tanggal 14 Juni 2017.

BNSP. 2016. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. (Online)

Tersedia: http://bsnp-indonesia.org/wp

content/uploads/2009/06/Permendikbud_Tahun2016_Nomor022_Lampira n.pdf. Diakses Pada Tanggal 14 Juni 2017.

Bundu, P. 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains SD. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Dewi, S. 2008. Keterampilan Proses Sains. Bandung: Tinta Emas.

Dimyati, & Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Reka Cipta.

Fatonah, & Prasetyo, Z. K. 2014. Pembelajaran Sains. Yogyakarta: Ombak.

Guevara, & Christian, A. 2015. Science Process Skills Development through Innovations in Science Teaching. Research Journal of Educational Sciences. Vol. 3, No. 2, Hlm. 6. ISSN 2321-0508. (Online) Tersedia:

http://www.isca.in/EDU_SCI/Archive/v3/i2/2.ISCA-RJEduS-2015- 003.pdf. Diakses Pada Tanggal 09 Februari 2017.

Karsli, Fethiye., & Alipasa, A. 2014. Developing a Laboratory Activity by Using 5E Learning Model On Student of Factors Affecting the Reaction Rate and Imploving Scientific Process Skills. Procedia Social and Behavioral Science. Vol. 143, Hlm. 663-668. (Online) Tersedia:

http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877042814043882.

Diakses Pada Tanggal 4 Juli 2017.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Silabus Mata Pelajaran Biologi Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Jakarta.

Kurniawati, Desi, et. al. 2016. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbimbing Dilengkapi LKS untuk Meningkatkan Keterampilan

54 Proses Sains dan Prestasi Belajar Pada Materi Pokok Hukum Dasar Kimia Siswa Kelas X MIA 4 SMAN 1 Karanganyar Tahun Pelajaran 2014-2015.

Jurnal Pendidikan Kimia. Vol. 6, No. 1, Hlm. 88-95, ISSN 2337-9995.

(Online) Tersedia: http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia. Diakses Pada Tanggal 14 Juni 2017.

Lorsbach, Anthony W. 2005. The Learning Cycle As A Tool For Planning Science

Instruction. (Online) Tersedia:

http://www.coe.ilstu.edu/scienceed/lorsbach/257lrcy.htm. Diakses Pada Tanggal 26 Mei 2017.

Maradona. 2013. Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI IPA SMA Islam Samarinda pada Pokok Bahasan Hidrolisis Melalui Metode Eksperimen. Prosiding Seminar Nasional Kimia. Hlm. 62. ISBN: 978-

602-19421-0-9. (Online) Tersedia:

http://jurnal.kimia.fmipa.unmul.ac.id/index.php/prosiding/article/view/88.

Diakses Pada Tanggal 26 Desember 2016.

Nida, Safwatun, et. al. 2017. Keefektifan Model Learning Cycle 5E Dipadu Teknik Maind Mapping untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP. Pancasakti Science Education Journal. Vol. 2, No. 1, Hlm.

1-10, ISSN 2528-6714. (Online) Tersedia: http:/ /e- journal.ups.ac.id/index.php/psej. Diakses Pada Tanggal 4 Juli 2017.

Ngalimun. 2016. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Presindo.

OECD. 2016. PISA 2015 Result in Focus. (Online) Tersedia:

https://www.oecd.org/pisa/pisa-2015-results-in-focus.pdf. Diakses Pada Tanggal 3 Maret 2017.

Purwanto, Ngalim. 2013. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Puspita, Sicilia A. 2016. Analisis Keterampilan Proses Sains yang Dikembangkan dalam LKS Biologi Kelas X yang Digunakan oleh Siswa MAN di Kota Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Biologi. Vol. 5, No. 1, Hlm. 30-39.

(Online) Tersedia: http://journal.student.uny.ac.id. Diakses Pada Tanggal 24 Mei 2017.

Rizal, Rahmat. 2013. Penerapan Pendekatan Demonstrasi Interaktif dalam Pembelajaran Listrik Dinamis untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA. Thesis. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. (Online) Tersedia: repository.upi.edu/592/. Diakses Pada Tanggal 24 Mei 2017.

Rofi'ah, N. L., et. al. 2016. Analisis Keterampilan Proses Sains Awal Kelas XI di Kota Malang. Prosiding Seminar Nasional II. Hlm. 583-587. (Online) Tersedia:research-report.umm.ac.id/index.php/research-

report/article/download/635/844). Diakses Pada Tanggal 12 Januari 2017.

Rustaman, N. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press.

55 Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sulistyowati, Endah, et. al. Biologi untuk Siswa SMA/MA Kelas X. Klaten: Intan Pariwara.

Trianto. 2015. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

Wibowo, Rosella A.A. 2014. Meningkatkan Keterampilan Proses Dasar IPA Menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Kiyaran II Cangkringan Sleman Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta:

UNY.

Widiantara, Km., et. al. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Tipe Group Investigation (GI) Berbantu Media Realita Terhadap Hasil Belajar Matematika. e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha.

Vol. 2, No. 1. (Online) Tersedia:

ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/view/734. Diakses Pada Tanggal 4 Juli 2017.

Widowati, Ari. 2008. Diktat pendidikan Sains. Fakultas Matekatika & Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Yogyakarta. (online) Tersedia:

staffnew.uny.ac.id/upload/132319972/pendidikan/diktat+Pendidikan+Sain s.pdf. Diakses Pada Tanggal 23 Mei 2017.

Wena, M. 2013. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Bandung: Bumi Aksara.

Dokumen terkait