• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.2 Pengujian Marshall

 Berat Agregat Tertahan

= 100 x Berat Total Agregat (25)

= 1005 x 1136.31 = 56.82 gram

Sumber Penelitian (2023) 2. VFWA ( Void Filled with Asphalt)

Rongga udara terisi aspal (VFWA) merupakan persen rongga yang terdapat di antara partikel agregat (VMA) yang terisi oleh aspal, tidak termasuk aspal yang diserap oleh agregat. Spesifikasi untuk nilai VFWA memiliki batas minimum sebesar 65% dan setelah dibuat grafik nilai VFWA dalam 3 variasi jam perendaman memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Dapat dilihat pada Gambar 4.4

Gambar 4.4Grafik VFWA dengan Perendaman Air Benanga dan air PDAM Sumber : Penelitian (2023)

60,000 65,000 70,000 75,000 80,000 85,000

12 jam 24 jam 48 jam

VFWA(%)

Jam Perendaman

Benanga PDAM 12,000

12,500 13,000 13,500 14,000 14,500 15,000 15,500

12 jam 24 jam 48 jam

VMA(%)

Jam Perendaman

Benanga PDAM

G

Gambar 4.3 Grafik VMA dengan rendaman air Benanga dan air PDAM

3. VITM (Void In The Mix)

(VITM) Rongga udara yang berada dalam campuran dalam campuran perkerasan beraspal terdiri atas ruang ruang udara diantara partikel agregat yang terselimuti aspal. Nilai VITM dapat dihitung berdasarkan data tinggi, berat kering, berat jenuh, dan berat benda uji dalam air. Untuk spesifikasinya, nilai VITM memiliki minimum sebesar 3.5% dan nilai maksimum sebesar 5%.

Setelah dibuat grafik pada beberapa variasi jam perendaman, terlihat bahwa tidak semua variasi jam perendaman memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Grafik menunjukkan bahwa jam perendaman 48 jam nilai VITM semakin menurun. Hal tersebut dikarenakan rongga yang terbentuk dalam campuran diisi oleh aspal. Jadi semakin banyak aspal yang digunakan maka rongga dalam campuran akan semakin tertutup. Dapat dilihat pada Gambar 4.5

Gambar 4.5 Grafik VITM dengan Perendaman Air Benanga dan air PDAM Sumber : Penelitian (2023)

4. Stabilitas

Nilai stabilitas benda uji memiliki batas minimum sebesar 800 kg untuk benda uji dengan penumbukan 2x75 tumbukan. Data stabilitas kemudian diplot terhadap jam perendaman sehingga diperoleh grafik jam perendaman dan stabilitas benda uji 2x75 tumbukan, terlihat bahwa benda uji dengan beberapa jam perendaman memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Dapat dilihat pada Gambar 4.6

0,000 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000

12 jam 24 jam 48 jam

VITM(%)

Jam Perendaman

Benanga PDAM

Gambar 4.6 Grafik Stabilitas dengan Perendaman Air Benanga dan air PDAM Sumber : Penelitian (2023)

5. Kelelehan (flow)

Nilai flow didapatkan oleh jarum arloji pembacaan flow pada saat pengujian marshall. Untuk nilai arloji pembacaan flow, nilai yang didapat sudah dalam satuan mm, sehingga tidak perlu dikonversi lebih lanjut untuk spesifikasinya nilai flow memiliki nilai minimum sebesar 2% dan nilai maksimum 3%.

Setelah dibuat grafik pada variasi jam perendaman air PDAM dan Benanga terlihat bahwa tidak semua jam perendaman yang memenuhi spesifikasi.dapat dilihat Gambar 4.7

Gambar 4.7 Grafik Flow dengan Perendaman Air Benanga dan air PDAM Sumber : Penelitian (2023)

6. Density

Density atau kepadatan dapat diperoleh berdasarkan data berat kering, berat dalam keadaan jenuh, berat dalam air dan berat isi benda uji. Untuk nilai spesifikasinya memiliki minimum 2 gr/cc, setelah dibuat grafik untuk nilai density pada beberapa variasi jam perendaman terlihat bahwa tidak semua jam perendaman memenuhi spesifikasinya, terlihat di air PDAM perendaman 24 jam nilai density 1.988 gr/cc menunjukkan bahwa tidak cukup untuk nilai

0,00 1000,00 2000,00 3000,00 4000,00 5000,00 6000,00

12 jam 24 jam 48 jam

Stabilitas(kg)

Jam Perendaman

Benanga PDAM

2,000 3,000 4,000 5,000 6,000

12 jam 24 jam 48 jam

Flow (mm)

Jam Perendaman

Benanga PDAM

spesifikasi, namun di jam perendaman 48 jam nilai density menunjukkan kenaikan menjadi 2.028 gr/cc. Dapat disimpulkan bahwa perendaman 12 jam dan 48 jam nilai density memenuhi spesifikasi . Dapat dilihat pada Gambar 4.8

Gambar 4.8 Grafik Density dengan Perendaman Air Benanga dan PDAM Sumber : Penelitian (2023)

7. MQ (Marshall Quotient)

Nilai MQ didapatkan setelah dilakukan pengujian marshall dengan menghitung nilai kelelehan dan nilai stabilitas yang diperoleh dengan pembacaan jarum arloji pada saat pengujian. Untuk nilai spesifikasi nilai MQ memiliki nilai minimum 250 kg.mm. setelah dibuat grafik nilai nilai MQ dengan beberapa variasi jam perendaman dapat dilihat bahwa semua variasi jam perendaman memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan . Dapat dilihat Gambar 4.9

Gambar 4.9 Grafik MQ dengan Perendaman Air Benanga dan PDAM Sumber : Penelitian (2023)

1,960 1,970 1,980 1,990 2,000 2,010 2,020 2,030 2,040

12 jam 24 jam 48 jam

Density(gr/cc)

Jam Perendaman

Benanga PDAM

0,000 200,000 400,000 600,000 800,000 1000,000 1200,000 1400,000

12 jam 24 jam 48 jam

MQ (kg/mm)

Jam Perendaman

Benanga PDAM

36

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur, dan Analisa data yang sudah dilakukan maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Pengaruh lama rendaman :

a. Batas maksimal rendaman air benanga dan air PDAM sebagai pembanding yang diperbolehkan ialah selama 24 jam dikarenakan pada rendaman 48 jam mengalami kenaikan flow (kelelehan) berturut-turut sampai 4.750 mm dan 4.167 mm. Jika nilai flow makin tinggi maka akan terjadi kerusakan jalan seperti alur, retak, dan tidak kuat menahan beban.

b. Benda uji rendaman 48 jam pada air Benanga dan air PDAM terjadi kenaikan nilai kelelehan (Flow) hal ini mengindikasi bahwa benda uji mengalami terlalu lentur/fleksibel dan memiliki kekuatan paling buruk untuk menahan beban lalu lintas.

2. Sampel dengan rendaman air Benanga dan air PDAM sebagai pembanding mengalami penurunan nilai stabilitas ditiap lama rendaman secara berturut- turut 4592.92 kg dan 1554.21 kg. maka kekuatan sampel menahan beban semakin lama perendaman semakin berkurang.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, ada beberapa hal yang dapat disarankan, antara lain:

1. Perlu dilakukan pemeriksaan alat yang digunakan agar benda uji yang dihasilkan lebih baik

2. Perlu dilakukan jam perendaman lebih lama lagi dikarenakan wilayah Samarinda mengalami banjir melebihi 48 jam.

3. Pencampuran agregat dan aspal harus lebih teliti karena apabila jumlah aspal yang ditambahkan terlalu sedikit, maka daya ikat antar agregat berkurang.

Sebaliknya semakin banyak aspal yang ditambahkan dalam campuran, maka lapisan aspal pada agregat semakin tebal dan agregat akan mudah tergelincir.

4. Pada proses pemadatan harus lebih teliti apakah aspal sudah terlihat melekat atau belum.

5. Pada setiap lama perendaman benda uji terjadi penurunan nilai stabilitas.hal ini dipengaruhi oleh ketelitian pencampuran aspal dalam proses pemasakan, dapat terjadi karena aspal belum terlalu melekat pada agregat namun sudah dilakukan proses pemadatan.

38

DAFTAR PUSTAKA

Abidin. (2021). Uji Marshall Pada Campuran AC-WC Dengan Substitusi Filler.

Jurnal Serambi Engineering.

Asia. (2020). Cerita Petani di Lempake, 300 hektar Sawah Gagal Panen Akibat Banjir Sepekan.

Bina Marga Revisi 1. (2018). Spesifikasi Umum Untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan Revisi 1. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Burhanuddin, dkk. (2021). Analisa Kandungan Air Sungai Mahakam Kota Samarinda Sebagai Air Pencampuran Beton. Borneo Student Research, Vol.

3, No. 1

Izzed, M. (2022). Pengaruh Rendaman Air Sungai Mahakam Pada Aspal Beton Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC) Berdasarkan Uji Marshall.

Tugas Akhir. Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

Liana. (2023). Pengaruh Rendaman Air Hujan di Samarinda Terhadap (AC-WC) Pada Pengujian Marshall. Jurnal Teknik Sipil Unaya, Vol. 9, No. 1.

Maghfiroh. (2023). Peningkatan Performasi Aspal Penetrasi 60/70 dengan Penambahan Serbuk Limbah UPVC. Jurnal Aplikasi Teknik Sipil, Vol 21, No.

1

Pramaningsih, dkk. (2019). Laporan Hasil Penelitian Kompetitif (pekom) Dana Internal Umkt Tahun 2018/2019 Analisis Kandungan Nitrat dan Phospat Sebagai Penyebab Eutrofikasi.

Setiawan. (2014). Pengaruh Penuaan dan Lama Rendaman Terhadap Durabilitas Campuran Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC). European Journal of Endocrinology

Sukirman, S. (2016). Beton Aspal Campuran Panas. Institut Teknologi Bandung Yayuk Sri Sundari. (2020). Kajian Optimalisasi Fungsi Waduk Benanga Terhadap

Kapasitas Tampung Air Sungai di Kota Samarinda. Jurnal Riset Inossa, Vol.

2. No. 2

39

LAMPIRAN

Lampiran 1. Persiapan dan pengumpulan material

Pengumpulan material

Pencucian material dan pengeringan material melalui alat oven

Agregat yang setelah di ayak

Lampiran 2. Pembuatan sampel benda uji

Proses memasak campuran material

Proses memasukkan campuran material ke dalam silinder

Proses penumbukan

Proses penamaan benda uji

Sampel benda uji

Lampiran 3. Pengujian

Proses penimbangan agregat kasar untuk pengujian berat jenis

Proses penimbangan agregat halus untuk mencari berat jenis

Proses pengujian berat jenis aspal

Proses pengujian kadar lumpur agregat halus

Pengujian pH air Benanga

Proses perendaman sampel benda uji pada air Benanga

Proses memasukkan sampel benda uji ke water bath

Lampiran 4. Hasil pengujian sampel benda uji

Hasil Pengujian sampel benda uji rendaman air PDAM sebagai Pembanding

Hasil Pengujian sampel benda uji rendaman air Benanga

Lampiran 5. Poto Alat

waterbath

Alat uji marshall

Silinder

Alat uji pH dan cawan

Lampiran 6 Surat-Surat

Dokumen terkait