PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
Manfaat
Batasan Masalah
LANDASAN TEORI
Tinjauan Pustaka
Setiawan, (2014) dengan judul “Pengaruh Penuaan dan Lama Perendaman Terhadap Daya Tahan Campuran Aspal Beton (AC-WC)”. Liana, dkk (2023) penelitian berjudul “Pengaruh Rendaman Air Hujan di Samarinda Terhadap Aspal (AC-WC) Pada Pengujian Marshall”. Septyawan, (2022) dengan judul “Analisis Status Kualitas Air Sungai Karang Mumus dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan Ruas Tanah Datar dan Waduk Benanga Kota Samarinda.” Hasil penelitian menunjukkan status kualitas air di Benanga masuk dalam kategori agak tercemar.
Burhanuddin, dkk (2021) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kadar Air Sungai Mahakam Kota Samarinda Sebagai Air Pencampur Beton”. Izzed (2022) Proyek wisuda bertajuk “Pengaruh Rendaman Air Sungai Mahakam pada Aspal Concrete Wearing Layer (AC-WC) Asphalt Berdasarkan Uji Marshall”.
Dasar Teori
Lapisan permukaan (surface layer) merupakan lapisan dengan kualitas terbaik dan terletak paling atas. Lapisan pondasi atas (lapisan bantalan) merupakan batu pecah yang dipadatkan dan terletak di bawah lapisan permukaan. Lapisan dasar adalah pasir yang dipadatkan dan ditempatkan di atas alas.
Lapisan permukaan harus mampu menerima segala jenis gaya yang bekerja, lapisan permukaan tersebut akan terpengaruh oleh benturan roda dan gaya pengereman. Lapisan pondasi atas dan bawah akan menerima beban dan benturan roda, sedangkan tanah dasar hanya dapat menerima beban kendaraan.
Lapis Perkerasan AC-WC (Asphalt Concrete Wearing Course)
Aspal
Agregat
- Berat Jenis Aspal
- Sifat Agregat
Agregat merupakan lapisan utama perkerasan jalan yang mengandung 90-95% persentase berat dan 75-85% persentase volume (Sukirman, 1999). Itu semua untuk mutu pekerjaan jalan, yang sebagian ditentukan oleh sifat-sifat agregat dan hasil pencampuran agregat dengan material lain. Ditinjau dari ukuran butirnya, agregat dibedakan menjadi agregat kasar (batu pecah), agregat halus (pasir), dan pengisi.
Batu pecah yang tertahan pada saringan 4,75 mm harus terdiri dari partikel atau pecahan batuan keras yang tahan lama. Pasir yang lolos saringan 4,75 mm harus terdiri dari partikel pasir alam, batu pecah halus dan partikel halus lainnya, dan. Perbandingan berat aspal dengan berat air suling dengan kandungan yang sama pada suhu tertentu (15˚C atau 25˚C).
W2: massa piknometer tertutup yang diisi air, W3: massa piknometer, penutup benda uji, dan W4: massa piknometer, penutup, benda uji, dan air. Agregat total terdiri dari pecahan agregat kasar (batu pecah), agregat halus (pasir) dan bahan pengisi yang masing-masing mempunyai berat jenis berbeda, baik berat jenis kering (bulk) maupun berat jenis SSD, serta berat jenis semu. Daya serap air dan berat jenis efektif juga berbeda antara agregat kasar dan agregat halus. a) Agregat kasar.
Bjk : Berat jenis kering Bjs : Berat jenis semu Pa : Daya serap air Bpk : Berat pasir kering BPA : Berat piknometer + air. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan yang cermat sebelum menentukan apakah suatu agregat dapat digunakan sebagai bahan perkerasan jalan atau tidak. Sifat agregat yang dapat menentukan mutunya sebagai bahan perkerasan jalan adalah berat jenis, kemampuan menyerap air, bentuk butiran, tekstur permukaan, porositas, kestabilan agregat, gradasi dan kemampuan ikatan aspal dengan agregat.
Uji Marshall
- Perhitungan Dalam Uji Marshall
Oleh itu, sebelum menyediakan objek ujian, adalah perlu untuk memastikan bahawa tiada apa-apa dalam ujian Marshall yang sedang dilakukan. Tanggalkan pad pemegang dan pasangkan acuan sampel pada penganjur atau pengilang sampel ujian. Ambil objek ujian yang tinggal, kemudian ambil dan ukur berat, ketinggian 3 sisi dan diameternya.
Sampel benda uji dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel, kemudian setiap benda uji diberi tanda pengenal. Rendam sampel benda uji dalam bak berisi air Benanga dan air PDAM sebagai perbandingan lama perendaman 12 jam, 24 jam, dan 36 jam. Saat pengujian sampel benda uji dengan 3 variasi waktu perendaman yaitu 12 jam, 24 jam dan 48 jam, dan sebagai perbandingan direndam dalam air Benanga dan PDAM.
Nilai rongga dalam campuran (VITM) dan rongga dalam agregat (VMA) diperoleh berdasarkan data tinggi sampel, berat kering, berat jenuh dan berat sampel dalam air. Nilai VITM dapat dihitung berdasarkan data tinggi badan, berat kering, berat jenuh dan berat benda uji dalam air. Nilai ketahanan benda uji mempunyai batas minimal 800 kg untuk benda uji tabrak 2x75.
Data kestabilan tersebut kemudian diplot terhadap jam perendaman sehingga diperoleh grafik jam perendaman dan kestabilan sampel tumbukan 2x75. Hal ini menunjukkan bahwa sampel memenuhi spesifikasi yang ditentukan dengan perendaman beberapa jam. Massa jenis dapat diperoleh dari data berat kering, berat jenuh, berat air dan berat benda uji. Benda uji direndam dalam air Benanga dan air PDAM selama 48 jam, terjadi peningkatan nilai aliran, hal ini menunjukkan benda uji terlalu lentur dan mempunyai kekuatan paling buruk dalam menahan beban lalu lintas.
METODOLOGI PENELITIAN
Diagram Alir
Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data
Alat
Bahan
Cara Pembuatan Benda Uji
Kemudian tambahkan aspal panas sesuai takaran yang telah dihitung dan aduk kembali hingga aspal dan agregat tercampur. Kemudian adonan bahan tersebut dikocok cukup keras dan merata dengan rolling pin di sepanjang tepi sekitar bagian tengah cetakan.
Mix Design
Cara Pengujian Benda Uji
Uji pH pada kadar air Benanga dapat dilihat pada Tabel 4.1 Tabel 4.1 Pengujian kadar air Benanga. Pada pengujian pH air Benanga yang dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur diperoleh nilai sebesar 7,1, hal ini menunjukkan bahwa pH air Benanga bersifat netral. Pengujian air Benanga tidak diuji langsung di lokasi melainkan diambil sampelnya dan diserahkan di Laboratorium Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur.
Uji visual dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan perbandingan sifat fisik cat air PDAM sebagai pembanding dapat dilihat pada Gambar 4.2. Terdapat pengujian pada bahan aspal seperti berat jenis dapat dilihat pada Tabel 4.3, dan penelitian sifat aspal berupa uji penetrasi, titik lembek. Volume aspal (volume air – berat air) 61,00 cc Berat jenis aspal (berat jenis aspal/volume aspal) 1 gr/cc.
Berdasarkan hasil pengujian berat jenis aspal diperoleh nilai sebesar 1 gr/cc, sehingga aspal pada penelitian ini memenuhi syarat SNI yaitu minimal 1 gr/cc. Pada pengujian agregat kasar terdapat beberapa pengujian material seperti berat jenis dan daya serap air dapat dilihat pada Tabel 4.4, sedangkan pada pengujian keausan mesin Los Angeles tidak dilakukan pengujian, namun mengutip penelitian yang dilakukan oleh Izzed, (2022). , yang dapat dilihat pada Tabel 2.4. Dalam pengujian agregat halus, ada beberapa pengujian yang perlu dilakukan seperti pengujian kadar lumpur dan pengujian berat jenis.
Pada pengujian berat jenis agregat halus (pasir) dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan untuk kadar liat pada Tabel 4.6. Batas maksimal perendaman air benang dan air PDAM sebagai pembanding adalah 24 jam karena pada perendaman 48 jam mengalami peningkatan aliran (meleleh) masing-masing menjadi 4.750 mm dan 4.167 mm. Sampel yang direndam pada air Benanga dan air PDAM sebagai pembanding mengalami penurunan nilai keawetan masing-masing waktu perendaman sebesar 4592,92 kg dan 1554,21 kg.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pengujian Material
- Air
- Aspal
- Agregat Kasar
- Agregat Halus
- Perhitungan Mix Design
Kemudian terjadilah pengendapan, namun belum dilakukan penelitian terhadap kandungan lumpur yang dihasilkan dari pengendapan tersebut. Air PDAM sebagai perbandingan hanya menjalani pengujian visual dan pengujian parameter fisik dan kimia, mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Burhanuddin, dkk (2021) yang dapat dilihat pada Tabel 2.2. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kepadatan kering, kepadatan SSD, kepadatan semu.
Dalam pengujian agregat halus (pasir) yang digunakan adalah abu batu dan pasir yang lolos saringan no. Pengecekan berat jenis agregat halus penting dilakukan untuk mengetahui apakah agregat halus sebagai bahan campuran pembuatan aspal memenuhi syarat atau tidak. Sehingga agregat halus pada penelitian ini memenuhi syarat pengujian menurut Bina Marga 2018 Revisi (1) yaitu minimal 2,4-2,9 gram.
Dari hasil pengujian kadar lumpur diperoleh nilai sebesar 0,112% sehingga agregat halus memenuhi syarat pengujian Bina Marga Revisi (1) Tahun 2018 yaitu maksimal 5%. Beberapa contoh perhitungan agregat kasar pada no.Beberapa contoh perhitungan agregat kasar pada no.tujuan 30 dan 100 a) Perhitungan No.
Pengujian Marshall
- Hasil Pengujian Marshall dengan Perendaman Air PDAM dan Benanga
Rongga udara terisi aspal (VFWA) merupakan persentase rongga antar partikel agregat (VMA) yang terisi aspal, tidak termasuk aspal yang terserap oleh agregat. Spesifikasi nilai VFWA mempunyai batasan minimal 65% dan setelah dibuat grafik nilai VFWA pada 3 variasi jam perendaman memenuhi spesifikasi yang ditentukan. VITM (Batal Dalam Campuran). VITM) Rongga udara pada campuran perkerasan aspal terdiri dari ruang udara antar partikel agregat yang dilapisi aspal.
Setelah dibuat grafik berbagai variasi jam perendaman, terlihat bahwa tidak semua variasi jam perendaman memenuhi spesifikasi yang ditentukan. Untuk nilai flow reading guard, nilai yang didapat dalam satuan mm, sehingga tidak perlu mengkonversi lebih lanjut ke spesifikasi. Nilai aliran mempunyai nilai minimal 2% dan nilai maksimal 3%. Setelah dibuat grafik variasi jam rendam air PDAM dan Benanga, terlihat bahwa tidak semua jam rendam memenuhi spesifikasi, hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.7.
Nilai spesifikasinya minimal 2 gr/cc.Setelah dibuat grafik nilai densitas beberapa variasi jam tangan selam, terlihat tidak semua jam tangan selam memenuhi spesifikasi. Terlihat pada air PDAM perendaman 24 jam nilai massa jenisnya sebesar 1,988 gr/cc menunjukkan bahwa nilai tersebut belum cukup. Nilai MQ diperoleh setelah dilakukan uji Marshall dengan menghitung nilai leleh dan nilai stabilitas yang diperoleh dari pembacaan jarum jam pada saat pengujian. Pencampuran agregat dan aspal harus lebih hati-hati karena jika jumlah aspal yang ditambahkan terlalu sedikit maka kekuatan ikatan antar agregat akan berkurang.
Sebaliknya, semakin banyak aspal yang ditambahkan ke dalam campuran, maka lapisan aspal pada agregat akan semakin tebal dan agregat akan semakin mudah tergelincir. Nilai kestabilannya semakin menurun seiring dengan bertambahnya lama perendaman benda uji. Hal ini dipengaruhi oleh ketelitian pencampuran aspal pada saat proses pemasakan, hal ini dapat terjadi karena aspal belum terlalu terikat dengan agregat namun proses pemadatan sudah selesai. dilakukan. Pengaruh Perendaman Air Sungai Mahakam terhadap Tingkat Keausan Beton Aspal (AC-WC) Beton Aspal Berdasarkan Uji Marshall.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Jika nilai arus semakin tinggi maka akan terjadi kerusakan jalan seperti alur, retak, dan tidak mampu menahan beban.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur, dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. Laporan Hasil Penelitian Kompetitif Dana Internal Umkt (pekom) 2018/2019 Analisis kandungan nitrat dan fosfat sebagai penyebab eutrofikasi.