• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL PENELITIAN

D. Pembahasan

1. Kontribusi Daya Ledak Otot Lengan Terhadap Kemampuan Lob Overhead Pemain Bulutangkis UKO UNP

Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat kontribusi yang signifikan daya ledak otot lengan terhadap kemampuan pukulan lob overhead pemain bulutangkis UKO UNP. Untuk mengetahui kontribusi ini pertama sekali dilakukan analisis korelasi sederhana.

Hasil perhitungan analisis korelasi sederhana untuk data menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara daya ledak otot lengan terhadap kemampuan pukulan lob overhead adalah positif, hal ini terlihat bahwa dari analisis statistik yang dilakukan diperoleh r hitung sebesar 0,599 dan r tabel dalam taraf α = 0,05 sebesar 0.537 dengan demikian r hitung > r tabel. Ini berarti terdapat

hubungan yang berarti antara daya ledak otot lengan terhadap kemampuan pukulan lob overhead.

Untuk mengetahui besarnya koefisien determinasi antara daya ledak otot lengan terhadap kemampuan pukulan lob overhead adalah dengan mengkuadratkan nilai koefisien korelasi (r) dikalikan seratus (r2x 100%), dari hasil analisis statistik yang dilakukan diperoleh nilai (r) = 35,88, berarti daya ledak otot lengan memberikan kontribusi terhadap kemampuan pukulan lob overhead sebesar 35,88%. Oleh sebab itu hipotesis satu untuk data dalam penelitian ini diterima kebenarannya secara empiris.

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut terlihat bahwa unsur daya ledak otot lengan berkontribusi terhadap kemampuan pukulan lob overhead sebesar 35,88%, sehingga 64,22% ialah kontribusi dari faktor-faktor lain yang mempengaruhi kemampuan pukulan lob overhead.

Agar seorang pemain atau atlet bulutangkis dapat memiliki daya ledak otot lengan yang lebih baik lagi dan berkontribusi lebih besar lagi terhadap kemampuan pukulan lob overhead dapat dilakukan dengan latihan-latihan daya ledak otot lengan seperti : dengan melempar beban 1/5 kekuatan maksimal 10-20 kali, push up, latihan dengan mengunakan medicine ball dan berbagai variasi latihan lainya untuk meningkatkan daya ledak otot lengan, karena semakin baik daya ledak otot lengan seorang pemain atau atlet bulutangkis, maka akan semakin mudah baginya untuk melakukan pukulan lob overhead, sehingga tubuhnya dalam melakukan pukulan lob overhead

tersebut dapat terlihat lebih siap dibanding seorang pemain atau atlet bulutangkis yang tidak memiliki daya ledak otot lengan.

Menurut PBSI (1985:142) “Daya ledak otot lengan adalah kualitas yang memungkinkan otot atau kelompok otot untuk menghasilkan kerja fisik secara eksplosif”. Lalu menurut Asril (1999 : 73) daya ledak merupakan kemampuan menggunakan kekuatan pada momentum gerak tertentu dengan waktu yang secepat-cepatnya.

Berdasarkan pendapat kedua ahli maka disimpulkan bahwa daya ledak otot lengan ialah kemampuan individu untuk menghasilkan kekuatan dengan waktu sesingkat-singkatnya.

Sebelum seorang atlet melakukan latihan daya ledak, maka terlebih dahulu harus memiliki suatu tingkat kekuatan yang baik. Kalau kekuatan tidak diiringi dengan kecepatan, maka daya ledak tidak akan dapat tercapai dengan baik.

Gerakan tangan yang dilakukan dapat bergerak di sebabkan adanya kontraksi otot. Unit dasar dari sistem otot adalah serat otot. Beberapa serabut otot membentuk suatu unit motor yang masing-masing unit mempunyai kemampuan khusus yaitu berkontraksi dengan baik, sehingga suatu gerakan akan terlaksana.

Dalam olahraga bulutangkis khususnya dalam melakukan pukulan lob overhead, daya ledak otot lengan sangat diperlukan sebab tujuan utama dalam melakukan pukulan lob overhead adalah atlet mampu melakukan pukulan

lob overhead untuk menerbangkan cock ke daerah bagian belakang lawan dengan kuat dan cepat.

2. Kontribusi Kelentukan Pinggang terhadap Kemampuan Pukulan Lob Overhead Pemain UKO UNP.

Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat kontribusi yang signifikan kelentukan pinggang terhadap kemampuan pukulan lob overhead pemain UKO UNP. Untuk mengetahui kontribusi tersebut, pertama sekali dilakukan analisis korelasi sederhana.

Hasil perhitungan analisis korelasi sederhana untuk data menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara kelentukan pinggang terhadap kemampuan pukulan lob overhead adalah positif, hal ini terlihat bahwa dari analisis statistik yang dilakukan diperoleh r hitung sebesar 0,546 dan r tabel dalam taraf α = 0,05 sebesar 0.537 dengan demikian r hitung > r tabel. Ini berarti terdapat hubungan yang berarti antara kelentukan pinggang terhadap kemampuan pukulan lob overhead.

Untuk mengetahui besarnya koefisien determinasi antara kelentukan pinggang terhadap kemampuan pukulan lob overhead adalah dengan mengkuadratkan nilai koefisien korelasi (r) dikalikan seratus (r2x 100%), dari hasil analisis statistik yang dilakukan diperoleh nilai (r) = 29,81, berarti kelentukan memberikan kontribusi terhadap kemampuan pukulan lob

overhead sebesar 29,81%. Oleh sebab itu hipotesis satu untuk data dalam penelitian ini diterima kebenarannya secara empiris.

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut terlihat bahwa unsur kelentukan pinggang berkontribusi terhadap kemampuan pukulan lob overhead sebesar 29,81%, sehingga 70,19% ialah kontribusi dari faktor-faktor lain yang mempengaruhi kemampuan pukulan lob overhead.

Kelentukan pinggang yang dihasilkan dari latihan merupakan suatu persendian beserta otot-otot disekitarnya untuk melakukan gerak secara maksimal. Bentuk-bentuk latihan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kelentukan pinggang adalah dengan latihan seperti: back up, kayang dan berbagai variasi latihan lainya untuk meningkatkan kelentukan pinggang, karena jika semakin baik kelentukan pinggang seorang pemain atau atlet bulutangkis, maka akan semakin mudah baginya untuk melakukan pukulan lob overhead, sehingga tubuhnya dalam melakukan pukulan lob overhead tersebut dapat terlihat lebih siap dibanding seorang pemain atau atlet bulutangkis yang tidak memiliki kelentukan pinggang yang bagus.

Kondisi fisik yang harus dimiliki oleh pemain atau atlet yang berprestasi hendaknya memperhatikan unsur-unsur kondisi fisik yang dimaksud seperti kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelincahan, koordinasi dan beberapa unsur lainnya. Menurut Philip dalam Asril (1999) “Kelentukan dapat didefinisikan sebagai gerak diantara tulang dan sendi atau rangkaian

tulang dan sendi”. Lalu menurut Hendri (2010 : 57) “Kelentukan adalah kemungkinan gerak maksimal yang dapat dilakukan oleh suatu persendian”

Berdasarkan pendapat kedua ahli maka disimpulkan bahwa kelentukan ialah kemampuan maksimal suatu persendian beserta otot-otot disekitarnya untuk melakukan gerak secara maksimal

Kelentukan penting dilaksanakan sehari-hari, lebih-lebih bagi seorang atlet suatu cabang olahraga yang menentukan keuletan gerak seperti senam, atletik, gulat, dan bulutangkis, seseorang yang lentur maka akan lebih lincah gerakannya sehingga akan lebih baik prestasinya. Dengan kata lain kelentukan merupakan kemampuan pergelangan/ persendian untuk dapat melakukan gerakan-gerakan kesemua arah secara optimal. Istilah lain yang sering dikonotasikan sama dengan kelentukan adalah keluwesan, kelenturan dan flexibilitas.

3. Kontribusi Daya Ledak Otot Lengan dan Kelentukan Pinggang secara bersama-sama terhadap Kemampuan Pukulan Lob Overhead Pemain UKO UNP

Hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat kontribusi yang siginifikan secara bersama-sama antara daya ledak otot lengan dan kelentukan pinggang terhadap kemampuan lob overhead pemain bulutangkis UKO UNP. Untuk mengetahui kontribusi tersebut akan dilakukan dengan analisis korelasi ganda.

Penelitian membuktikan bahwa terdapat kontribusi daya ledak otot lengan dan kelentukan pinggang secara bersama-sama terhadap kemampuan lob overhead dengan tingkat persentase = 55,65%. Artinya daya ledak otot lengan dan kelentukan pinggang secara bersama-sama berkontribusi terhadap kemampuan pukulan lob overhead pemain bulutangkis UKO UNP.

Setelah itu dilakukan pengujian signifikansi korelasi ganda diperoleh Fhitung = 11,92 dan Ftabel=3,68 maka hasilnya ialah Ho ditolak, Ha diterima.

Karena Fhitung >Ftabel sehingga kesimpulannya terdapat hubungan yang berarti antara X1 dan X2 secara bersama-sama terhadap Y.

Berdasarkan pembahasan tersebut jelas bahwa unsur daya ledak otot lengan dan kelentukan pinggang memberikan kontribusi kepada pemain bulutangkis, sehingga atlet bulutangkis tersebut mampu untuk melakukan kemampuan lob overhead menjadi lebih baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin baik kemampuan daya ledak otot lengan dan kelentukan pinggang seorang pemain bulutangkis maka akan semakin mudah baginya untuk menghasilkan kemampuan lob overhead yang baik, begitu sebaliknya jika kemampuan daya ledak otot lengan dan kelentukan pinggang kurang baik, maka untuk memperoleh kemampuan lob overhead akan sulit dijangkaunya.

Sehubungan dengan hal itu, agar tercapai kemampuan lob overhead yang sangat bagus lagi, selain melatih kemampuan daya ledak otot lengan dan kelentukan pinggang, seorang pemai bulutangkis juga harus

memperhatikan dan melatih faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi dan memberikan berkontribusi hingga 100 % terhadap kemampuan lob overhead, seperti : koordinasi gerakan melakukan pukulan lob overhead juga sangat menentukan terhadap kemampuan kecepatan. Selain itu, kemampuan kondisi fisik, teknik, taktik dan mental juga mempengaruhi prestasi olahraga, termasuk terhadap prestasi bulutangkis. Sehubungan dengan itu faktor psikologis, seperti mental, percaya diri, semangat juang, motivasi juga sangat berpengaruh terhadap penampilan seorang pemain di dalam pertandingan.

Kemudian, Selain faktor tersebut sarana dan prasarana, program latihan juga dapat memberikan kontribusi terhadap kemampuan lob overhead pemain bulutangkis.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwasannya untuk mencapai tingkat kemampuan lob overhead yang lebih baik, para pemain bulutangkis hendaknya juga memperhatikan faktor-faktor tersebut.

Kekuatan merupakan salah satu kemampuan biomotorik (unsur konsisi fisik) yang sangat penting dalam olahraga. Menurut PBSI (1985)

“Kekuatan adalah kualitas yang memungkinkan pengembangan ketegangan otot, dapat bersifat statis dan bersifat dinamis”. Mamfaat kekuatan terhadap peforma pemain bulutangkis ialah lompatan lebih tinggi, langkah akan lebih ringan dan gersit, pukulan akan lebih keras, cepat,dan akurat, gerakan lebih lincah dan lentur.

Dalam upaya melatih kekuatan dalam olahraga bulutangkis khususnya lob overhead terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan yaitu kondisi fisik, teknik, sarana prasarana, motivasi, dan program latihan yang akan dilakukan. Dari beberapa faktor yang disebutkan faktor yang paling sangat mempengaruhi ialah faktor kondisi fisik atlet tersebut seperti, kekuatan, daya ledak, kelincahan, kelentukan, kecepatan, daya tahan, koordinasi.

Oleh karena itu kekuatan perlu dimiliki dan dikembangankan oleh para pemain bulutangkis khususnya dalam penelitian ini yang berkaitan tentang kemampuan lob overhead.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut : 1. Daya ledak otot lengan memberikan kontribusi sebesar 35.88% terhadap

Kemampuan lob overhead

2. Kelentukan pinggang memberikan kontribusi sebesar 29.81 % terhadap Kemampuan lob overhead

3. Daya ledak otot lengan dan kelentukan pinggang secara bersama-sama memberikan kontribusi sebesar 55.65% terhadap Kemampuan lob overhead

B. Saran

Berdasarkan pada kesimpulan di atas, maka peneliti dapat memberikan saran-saran yang dapat membantu mengatasi masalah yang ditemui dalam pelaksanaan Kemampuan lob overhead, yaitu :

1. Pemain untuk dapat meningkatkan kemampuan daya ledak otot lengan dan kelentukan pinggang dalam melakukan pukulan lob overhead, perlu adanya latihan khusus untuk meningkatkan daya ledak otot lengan dan kelentukan pinggang.

2. Selain mempelajari tehnik dasar bulutangkis seperti, lob, drive, dropshort,smash, netting unsur kondisi fisik juga sagat perlu diperhatikan,

agar dalam pelaksanaan permainan bulutangkis pemain tidak merasa kesulitan.

3. Bagi pelatih untuk dapat menyusun program latihan lob overhead dengan baik.

4. Bagi peneliti yang ingin melanjutkan penelitian ini agar dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan informasi dan meneliti dengan jumlah populasi atau sampel yang lebih besar serta di daerah

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, fardi. 2012. Statistika Dasar/2. Padang. FIK UNP Asril. 1999. Pembinaan Kondisi Fisik. Padang : DIP-UNP Donie. 2009. Bulutangkis Dasar. Padang: FIK UNP

Hua, Huang dan Aryanto Sugeng. 2007. Olahraga Kegemaranku Bulutangkis.Klaten: PT Macanan Jaya Cermerlang

Hendri, Irawadi. 2010. Kondisi Fisik dan Pengukurannya. Padang: FIK UNP Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia. (1985). Pola Pembinaan Bulutangkis

Nasional. Jakarta: PB. PBSI.

Purnama, Sapta Kunta. 2010. Kepelatihan Bulu Tangkis Modern. Surakarta:

Yuma Pustaka

Sugiyono.Statistika Untuk Penelitian.Bandung:Alfabeta

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan.Yogyakarta: Bumi Aksara Syafruddin. 1999. Dasar-Dasar Kepelatihan. Padang: DIP Proyek UNP

Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta:

EGC

Tohar. 1992. Olahraga Pilihan Bulutangkis.Jakarta: Depdikbud UURI No. 3 Tahun (2005) Tentang Sistim Keolahragaan Nasional Zarwan & Donie. (2009). Bulutangkis Dasar. Padang: Sukabima

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1

Data Hasil Penelitian

NO NAMA BALL

MEDICINE EXTENSION-D LOB OVERHEAD

1 Alvrima 6.1 m 39.1 cm 42

2 Andre 5.1 m 45.6 cm 33

3 Angel 5.77 m 35.8 cm 42

4 Candra 6.5 m 29.2 cm 48

5 Dedet Fernando 6.4 m 49.4 cm 32

6 Dira 7.4 m 47.3 cm 37

7 Egi Saputra 6.18 m 36.3 cm 25

8 Eval Edmizal 6.82 m 31.2 cm 31

9 Ferdy Aryanto 6.42 m 31.8 cm 31

10 Fery 5.93 m 39.3 cm 45

11 Heriyanto 6.2 m 28.9 cm 28

12 Joni Saprianto 5.96 m 37.3 cm 47

13 Migrel 4.97 m 30.1 cm 26

14 Nofra 4.44 m 38.4 cm 43

15 Oki 5.63 m 42.9 cm 42

16 Prahari 5.5 m 38.1 cm 44

17 Primayandi 6.89 m 35.6 cm 26

18 Ramidil 5.91 m 42.8 cm 38

19 Roki 6.54 m 36.1 cm 40

20 Siboy 6.37 m 38.2 cm 26

21 Sastra 5.55 m 37.5 cm 38

22 Riki 5.43 m 41.3 cm 43

jumlah 132.01 832.20 807.00

mean 6.00 37.83 36.68

sd 0.68 5.61 7.53

max 7.40 49.40 48.00

min 4.44 28.90 25.00

median 6.03 37.80 38.00

modus 26.00

Lampiran 2 Tabel

Analisis Normalitas Daya Ledak Otot Lengan Melalui Uji Liliefors (X1)

No x1 Zi Table f(zi) s(zi) [f(zi) -

s(zi)]

1 4.44 -2.28 0.4887 0.0113 0.0455 0.0342 2 4.97 -1.51 0.4345 0.0655 0.0909 0.0254

3 5.1 -1.32 0.4066 0.0934 0.1364 0.0430

4 5.43 -0.83 0.2967 0.2033 0.1818 0.0215

5 5.5 -0.73 0.2673 0.2327 0.2273 0.0054

6 5.55 -0.66 0.2454 0.2546 0.2727 0.0181 7 5.63 -0.54 0.2054 0.2946 0.3182 0.0236 8 5.77 -0.34 0.1331 0.3669 0.3636 0.0033 9 5.91 -0.13 0.0557 0.4443 0.4091 0.0352 10 5.93 -0.10 0.0386 0.4614 0.4545 0.0069 11 5.96 -0.06 0.0239 0.4761 0.5000 0.0239

12 6.1 0.15 0.0636 0.5636 0.5455 0.0181

13 6.18 0.26 0.1026 0.6026 0.5909 0.0117

14 6.2 0.29 0.1141 0.6141 0.6364 0.0223

15 6.37 0.54 0.2054 0.7054 0.6818 0.0236

16 6.4 0.58 0.219 0.719 0.7273 0.0083

17 6.42 0.61 0.2291 0.7291 0.7727 0.0436 18 6.5 0.73 0.2673 0.7673 0.8182 0.0509 19 6.54 0.79 0.2852 0.7852 0.8636 0.0784 20 6.82 1.20 0.3849 0.8849 0.9091 0.0242 21 6.89 1.30 0.4032 0.9032 0.9545 0.0513

22 7.4 2.05 0.4798 0.9798 1.0000 0.0202

jumlah 132.01 mean 6.000455 Sd 0.683412

L o tertinggi= 0.0784

Dengan n = 22 dan taraf nyata α = 0.05 didapat L tab = 0.189

Berarti L o < L tab, sehingga hipotesis nol diterima bahwa populasi dari mana sampel diambil berdistribusi normal.

Lampian 3 Tabel

Analisis Uji Normalitas Kelentukan Pinggang Melalui Uji Liliefors (X2)

No x2 Zi tabel f(zi) s(zi) f(zi) -

s(zi) 1 28.9 -1.59 0.4441 0.0559 0.0455 0.0104 2 29.2 -1.54 0.4382 0.0618 0.0909 0.0291 3 30.1 -1.38 0.4162 0.0838 0.1364 0.0526

4 31.2 -1.18 0.381 0.119 0.1818 0.0628

5 31.8 -1.08 0.3599 0.1401 0.2273 0.0872 6 35.6 -0.40 0.1554 0.3446 0.2727 0.0719 7 35.8 -0.36 0.1406 0.3594 0.3182 0.0412 8 36.1 -0.31 0.1217 0.3783 0.3636 0.0147 9 36.3 -0.27 0.1064 0.3936 0.4091 0.0155 10 37.3 -0.09 0.0359 0.4641 0.4545 0.0096 11 37.5 -0.06 0.0239 0.4761 0.5000 0.0239 12 38.1 0.05 0.0199 0.5199 0.5455 0.0256 13 38.2 0.07 0.0279 0.5279 0.5909 0.0630 14 38.4 0.10 0.0386 0.5386 0.6364 0.0978

15 39.1 0.23 0.091 0.591 0.6818 0.0908

16 39.3 0.26 0.1026 0.6026 0.7273 0.1247 17 41.3 0.62 0.2324 0.7324 0.7727 0.0403 18 42.8 0.89 0.3133 0.8133 0.8182 0.0049 19 42.9 0.91 0.3186 0.8186 0.8636 0.0450 20 45.6 1.39 0.4177 0.9177 0.9091 0.0086 21 47.3 1.69 0.4545 0.9545 0.9545 0.0000 22 49.4 2.06 0.4803 0.9803 1.0000 0.0197

jumlah 832.2 mean 37.82727

Sd 5.6052

L o tertinggi = 0.1274

Dengan n = 22 dan taraf nyata α = 0.05 didapat L tab = 0.189

Berarti L o < L tab, sehingga hipotesis nol diterima bahwa populasi dari mana sampel diambil berdistribusi normal.

Lampiran 4 Tabel

Analisis Uji Normalitas Lob Over Hand Melalui Uji Liliefors (Y)

No y Zi tabel f(zi) s(zi) f(zi) -

s(zi)

1 25 -1.55 0.4394 0.0606 0.0455 0.0151

2 26 -1.42 0.4222 0.0778 0.1363 0.0585

3 26 -1.42 0.4222 0.0778 0.1363 0.0585

4 26 -1.42 0.4222 0.0778 0.1363 0.0585

5 28 -1.15 0.3749 0.1251 0.2273 0.1022

6 31 -0.75 0.2734 0.2266 0.2954 0.0688

7 31 -0.75 0.2734 0.2266 0.2954 0.0688

8 32 -0.62 0.2324 0.2676 0.3636 0.0960

9 33 -0.49 0.1879 0.3121 0.4091 0.0970

10 37 0.04 0.016 0.516 0.4545 0.0615

11 38 0.18 0.0754 0.5754 0.5227 0.0527

12 38 0.18 0.0754 0.5754 0.5227 0.0527

13 40 0.44 0.17 0.67 0.5909 0.0791

14 42 0.71 0.2612 0.7612 0.6818 0.0794

15 42 0.71 0.2612 0.7612 0.6818 0.0794

16 42 0.71 0.2612 0.7612 0.6818 0.0794

17 43 0.84 0.2996 0.7996 0.7954 0.0042

18 43 0.84 0.2996 0.7996 0.7954 0.0042

19 44 0.97 0.334 0.834 0.8636 0.0296

20 45 1.10 0.4634 0.9634 0.9091 0.0543

21 47 1.37 0.4147 0.9147 0.9545 0.0398

22 48 1.50 0.4332 0.9332 1.0000 0.0668

jumlah 807 mean 36.68182 Sd 7.53017

L o tertinggi = 0.1022

Dengan n = 22 dan taraf nyata α = 0.05 didapat L tab = 0,189

Berarti L o < L tab, sehingga hipotesis nol diterima bahwa populasi dari mana sampel diambil berdistribusi normal.

Lampiran 5 Tabel

Korelasi Sederhana dan Korelasi Berganda ( Variabel X1, X2 Dan Y )

No x1 x2 Y x12 x22 y2 x1y x2y x1x2

1 6.1 31.8 42 37.21 1011.24 1764 256.2 1335.6 193.98

2 5.1 45.6 33 26.01 2079.36 1089 168.3 1504.8 232.56

3 5.77 35.8 32 33.2929 1281.64 1024 184.64 1145.6 206.566

4 6.5 37.3 42 42.25 1391.29 1764 273 1566.6 242.45

5 6.4 47.3 47 40.96 2237.29 2209 300.8 2223.1 302.72

6 7.4 49.4 48 54.76 2440.36 2304 355.2 2371.2 365.56

7 6.18 31.2 31 38.1924 973.44 961 191.58 967.2 192.816

8 6.82 39.1 42 46.5124 1528.81 1764 286.44 1642.2 266.662

9 6.42 36.3 45 41.2164 1317.69 2025 288.9 1633.5 233.046

10 5.93 30.1 28 35.1649 906.01 784 166.04 842.8 178.493

11 6.2 38.1 26 38.44 1451.61 676 161.2 990.6 236.22

12 5.96 29.2 31 35.5216 852.64 961 184.76 905.2 174.032

13 4.97 38.4 37 24.7009 1474.56 1369 183.89 1420.8 190.848

14 4.44 39.3 25 19.7136 1544.49 625 111 982.5 174.492

15 5.63 38.2 43 31.6969 1459.24 1849 242.09 1642.6 215.066

16 5.5 28.9 26 30.25 835.21 676 143 751.4 158.95

17 6.89 42.8 44 47.4721 1831.84 1936 303.16 1883.2 294.892

18 5.91 36.1 26 34.9281 1303.21 676 153.66 938.6 213.351

19 6.54 42.9 43 42.7716 1840.41 1849 281.22 1844.7 280.566

20 6.37 35.6 40 40.5769 1267.36 1600 254.8 1424 226.772

21 5.55 41.3 38 30.8025 1705.69 1444 210.9 1569.4 229.215

22 5.43 37.5 38 29.4849 1406.25 1444 206.34 1425 203.625

Jumlah 132.01 832.2 807 801.9281 32139.64 30793 4907.12 31010.6 5012.882

Lampiran 6

Pengujian Hipotesis 1

Ho = tidak terdapat hubungan yang berarti antara X1 dan Y

Ha = terdapat hubungan yang berarti antara X1 dan Y

Korelasi sederhana antara variabel (X1) dengan Y

r x1y =

2 2 2

1 2

1 1 1

Y Y

n X X

n

Y X

- Y X n

r = 2 2

) 807 ( 30793 . 22 ) 01 . 132 ( 928 . 801 . 22

07) (132.01)(8 22.4907.12

r =

651249 -

677446 17426.64

- 17642

106532.07 -

107956.64

r =

26197 215.776

1424.57

r = 5652683 .872 1424.57

r=

2377.53 1424.57

ro = 0,599

rtab (α = 0,05) = 0,537

Ternyata ro > r tab , akibatnya Ho ditolak (Ha diterima)

Menentukan Kontribusi variabel X1 dengan Y di gunakan Rumus ; K = r2 x 100% = 0,599² x 100% = 35.88 %

Menguji Signifikan Koefisien korelasi antara X1 dengan Y digunakan Rumus :

t = 1 2

2 r n

r =

3588 . 0 1

20 599 , 0

t = 8007 , 0

6788 , 2

t = 3.3455

thitung(3.3455) > ttabel (0,189), maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara X1 terhadap Y.

Lampiran 7

Pengujian Hipotesis 2

Ho = tidak terdapat hubungan yang berarti antara X2 dan Y

Ha = terdapat hubungan yang berarti antara X2 dan Y

Korelasi sederhana antara variabel (X2) dengan Y

r x2y =

2 2 2

2 2

2 2 2

Y Y

n X X

n

Y X

- Y X n

r =

2 2 22.30793 (807) .)

2 . 832 ( 6 . 32139 . 22

7) (832.2)(80 -

22.31010.6

r =

651249 -

677446 692556.84

- 707071

671585.4 -

682233.2

r =

26197 14514.36

10647.6

r= 380232688. 92 10647.6

r = 19499.556 10647.6

ro = 0.546

rtab (α = 0,05) = 0.537

Ternyata ro > r tab , akibatnya Ho ditolak (Ha diterima)

Menentukan Kontribusi variabel X1 dengan Y di gunakan Rumus ; K= r2 x 100% = 0,546² x 100% = 29.81 %

Menguji Signifikan Koefisien korelasi antara X2 dengan Y digunakan Rumus :

t = 1 2

2 r n

r =

2981 , 0 1

20 546 , 0

t = 8377 , 0

4417 , 2

t = 2.9147

thitung(2,9147) > ttabel (0,189), maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara X2 terhadap Y.

Lampiran 8

Korelasi sederhana antara variabel (X1) dengan (X2)

Ho = tidak terdapat hubungan yang berarti antara X1 dan X2

Ha = terdapat hubungan yang berarti antara X1 dan X2

Korelasi sederhana antara variable (X1) dengan (X2)

r x1 x2 =

2 2 2

2 2

1 2

1

1 2 2

1

X X

n X X

n

X X

- X X n

r = 2 2

) 2 . 832 ( 32139 . 22 ) 01 . 132 ( 928 . 801 . 22

32.2) (132.01)(8 -

22.5012.88

r =

692556.84) -

707071.2 17426.64

- 17642.416

109858.722 -

110283.36

r =

14514.36 215.776

638 . 424

r= 3131850.54 424.638

r = 1769.7 424.638

ro = 0.239

rtab (α = 0,05) = 0.537

Lampiran 9

Pengujian Hipotesis 3

Ho = tidak terdapat hubungan yang berarti antara X1 dan X2 dengan Y

Ha = terdapat hubungan yang berarti antara X1 dan X2 dengan Y

Korelasi ganda antara variabel (X1) dan (X2) terhadap variabel Y

R x1 x2 y =

2 1 2

2 1 2 1 2

2 1 2

x x r - 1

x rx y rx y rx 2 - y x r y x r

= 2

2 2

239 , 0 1

) 239 , 0 )(

546 , 0 )(

599 , 0 ( 2 546 , 0 599 , 0

= 1 0,089401

) 074895366 ,

0 ( 2 298116 ,

0 358801 ,

0

= 0,910599

149790732 ,

0 656917 ,

0

= 0,556914 R 0 = 0,746

rtab (α = 0,05) = 0.537

Ternyata Ro > r tab , akibatnya Ho ditolak (Ha diterima)

Lampiran 10

Menentukan Kontribusi variabel X1, X2 terhadap variabel Y digunakan Rumus ;

K= r2 x 100% = 0,746² x 100% = 55,65 %

Pengujian Signifikan Korelasi Ganda

F = (1 12)/( 1 /

12

2 2

k n y R

k y R

F= (1 0,746 )/(22 2 1 2 / ) 746 , 0 (

2 2

F= (0,443484)/19 278258 , 0

F= 0,0233412631 5 278258 , 0

F= 11.92

Fhitung(11.92) > Ftabel(3,68)

H0 ditolak Ha diterima

Kesimpulannya terdapat hubungan yang berarti antara X1 dan X2 secara bersama-sama dengan Y

Lampiran 11

Kategori Tes daya ledak otot lengan Rentangan : Max – Min : 7,40 – 4,44 = 2,96 Banyak Kelas Interval : 1 + 3,3 Log n

1 + 3,3 (Log 22) = 5,4210

5,4210 dibulatkan menjadi 5 kelas Panjang kelas : rentangan / banyak kelas

: 2,96/ 5 = 0,59

Interval Kelas Frekuensi Persentase

4.44 – 5.03 2 9 %

5.04 – 5.63 5 23 %

5.64 – 6.23 7 32 %

6.24 – 6.83 6 27 %

6.84 – 7.43 2 9 %

JUMLAH 22 100 %

Lampiran 12

Kategori Tes kelentukan pinggang Rentangan : Max – Min : 49.4– 28,9 = 20.2 Banyak Kelas Interval : 1 + 3,3 Log n

1 + 3,3 (Log 22) = 5,4210

5,4210 dibulatkan menjadi 5 kelas Panjang kelas : rentangan / banyak kelas

: 20.2/ 5 = 4.1

Interval Kelas Frekuensi Persentase

28.9 – 33 5 23 %

34 – 38.1 7 32 %

38.2 – 42.3 5 23 %

42.4 – 46.5 3 13 %

46.6 – 50.7 2 9 %

JUMLAH 22 100 %

Lampiran 13

Kategori Tes pukulan lob overhead Rentangan : Max – Min : 48 – 25 = 23

Banyak Kelas Interval : 1 + 3,3 Log n

1 + 3,3 (Log 22) = 5,4210

5,4210 dibulatkan menjadi 5 kelas Panjang kelas : rentangan / banyak kelas

: 23/ 5 = 5

Interval Kelas Frekuensi Persentase

25 – 29.6 5 22 %

29.7 – 34.3 4 18 %

34.4 – 39 3 14 %

40 – 44.6 7 32 %

44.7 – 49.3 3 14 %

JUMLAH 22 100 %

Lampiran 14

Pelaksanaan Tes One Hand Medicine Ball Throw

Lampiran 15

Pelaksanaan Tes Kelentukan Pinggang

Lampiran 16

Pelaksanaan Tes Lob Overhead

Lampiran 17

Foto Bersama Pemain UKO UNP

Daftar

Nilai Kritis L untuk Uji Liliefors

Ukuran Sampel

Taraf Nyata

0.01 0.05 0.10 0.15 0.20

4 0.417 0.381 0.352 0.319 0.300

5 0.405 0.337 0.315 0.299 0.285

6 0.364 0.319 0.294 0.277 0.265

7 0.348 0.300 0.276 0.258 0.247

8 0.331 0.285 0.261 0.244 0.233

9 0.311 0.271 0.249 0.233 0.223

10 0.294 0.258 0.239 0.224 0.215

11 0.284 0.249 0.230 0.217 0.206

12 0.275 0.242 0.223 0.212 0.199

13 0.268 0.234 0.214 0.202 0.190

14 0.261 0.227 0.207 0.194 0.183

15 0.257 0.220 0.201 0.187 0.177

16 0.250 0.213 0.195 0.182 0.173

17 0.245 0.206 0.289 0.177 0.169

18 0.239 0.200 0.184 0.173 0.166

19 0.235 0.195 0.179 0.169 0.163

20 0.231 0.190 0.174 0.166 0.160

25 0.200 0.173 0.158 0.147 0.142

30 0.184 0.161 0.144 0.136 0.131

1.031 0.886 0.805 0.768 0.736

n >30 n n n n n

Sumber : Conover, W.J, Practical Nonparametric Statistics, John Wiley & Sons, In,1973

Tabel dari Harga Kritik dari Product-Moment

N (1)

Interval Kepercayaa n

N (1)

Interval Kepercayaan N (1)

Interval kepercayaan 95%

(2)

99%

(3)

95%

(2)

99%

(3)

95%

(2)

99%

(3)

3 0.997 0.999 26 0.388 0.4905 55 0.266 0.345

4 0.950 0.990 27 0.381 0.487 60 0.254 0.330

5 0.878 0.959 28 0.374 0.478 65 0.244 0.317

6 0.811 0.912 29 0.367 0.470 70 0.235 0.306

7 0.754 0.874 30 0.361 0.463 75 0.227 0.296

8 0.707 0.874 31 0.355 0.456 80 0.220 0.286

9 0.666 0.798 32 0.347 0.449 85 0.213 0.278

10 0.632 0.762 33 0.344 0.442 90 0.207 0.270

11 0.602 0.735 34 0.339 0.436 95 0.202 0.263

12 0.576 0.708 35 0.334 0.430 100 0.195 0.256

13 0.553 0.684 36 0.329 0.424 125 0.176 0.230

14 0.532 0.661 37 0.325 0.418 150 0.159 0.210

15 0.514 0.641 38 0.320 0.413 175 0.148 0.194

16 0.497 0.623 39 0.316 0.408 200 0.138 0.181

17 0.482 0.606 40 0.312 0.403 300 0.113 0.148

18 0.468 0.590 41 0.308 0.396 400 0.098 0.128

19 0.456 0.575 42 0.304 0.393 500 0.088 0.115

20 0.444 0.561 43 0.301 0.389 600 0.080 0.105

21 433 0.549 44 0.297 0.384 700 0.074 0.097

22 0.423 0.537 45 0.294 0.380 800 0.070 0.091

23 0.413 0.526 46 0.291 0.276 900 0.065 0.085

24 0.404 0.515 47 0.288 0.372 1000 0.062 0.081

25 0.396 0.505 48 0.264 0.368

1.031 0.886 49 0.281 0.364

50 0.297 0.361 J=Jumlah pasangan yang digunakan untuk menghitung r

Daftar Luas dibawah Lengkungan Normal Standar Dari 0 Ke Z

Z 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

0.0 0000 0040 0080 0120 0160 0199 0239 0279 0319 0359 0.1 0386 0483 0478 0557 0596 0636 0675 0714 0754 0360 0.2 0793 0832 0871 0910 0948 0987 1026 1064 1103 1141 0.3 1179 1217 1255 1293 1331 1368 1406 1443 1480 1517 0.4 1554 1591 1628 1664 1700 1736 1772 1808 1844 1879 0.5 1915 1950 1985 2019 2054 2088 2123 2157 2190 2224 0.6 2258 2291 2324 2357 2389 2422 2454 2486 2418 2549 0.7 2580 2612 2642 2673 2704 2734 2764 2794 2823 2852 0.8 2881 2910 2939 2967 2996 3023 3051 3078 3106 3133 0.9 3159 3186 3212 3238 3264 3289 3315 3340 3365 3389 1.0 3413 3438 3461 3485 2508 3531 3554 3577 3599 3621 1.1 4634 3665 3686 3708 3729 3749 3770 3790 3810 3830 1.2 3849 3869 3888 3907 3925 3944 3962 3980 3997 4015 1.3 4032 4049 4066 4082 4099 4115 4131 4147 4162 4177 1.4 4192 4207 4222 4236 4251 4265 4279 4292 4306 4319 1.5 4332 4345 4357 4370 4382 4394 4406 4418 4429 4441 1.6 4452 4463 4474 4484 4495 4505 4515 4525 4535 4545 1.7 4554 4564 4573 4580 4591 4599 4608 4626 4625 4633 1.8 4641 4649 4656 4664 4671 4678 4686 4692 4699 4633

Dokumen terkait