BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.5 Status Gizi
2.5.2 Penilaian Status Gizi
Cara penilaian status gizi ada 2 (dua), yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian, yaitu antropometri, biokimia, klinis dan biofisik. Sedangkan penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi tiga penilaian, yaitu survei konsumsi makanan, statistik imperative dan faktor ekologi (Supariasa, n.d.).
Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui status gizi seseorang maka ada kategori ambang batas IMT yang digunakan, seperti yang terlihat pada Tabel 2.5 yang merupakan ambang IMT lansia.
Tabel 2.5 Kategori Ambang Batas IMT
Kategori IMT
27
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat Kekurangan berat badan tingkat ringan
<17,0 17,0 – 18,4
Normal Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat berat Kelebihan berat badan tingkat ringan
25,1 – 27,0
>27,0
2.5.3 Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi 1. Faktor Penyebab Langsung
Status gizi yang baik menggambarkan adanya dukungan dari factor penyebab langsung atau secara langsung mempengaruhi keadaan gizi seseorang. Faktor ini antara lain faktor biologis (genetik), usia, jenis kelamin, pemenuhan asupan makan dan kondisi medis. Faktor tidak langsung yang mempengaruhi status gizi antara lain yaitu kondisi lingkungan dan sistem. Lingkungan ini diantaranya yaitu pola tempat tinggal, aktivitas fisik, sosial budaya dan pengetahuan. Sistem pelayanan kesehatan berdampak pada status gizi (Nelms, 2016).
a) Asupan Makan
Asupan makanan merupakan faktor utama yang dapat menentukan gizi seseorang. Seseorang dengan stastus gizi baik biasanya dengan asupan makanan dengan baik pula. Status gizi baik atau status gizi ideal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu zat esensial. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat gizi dalam jumlah berlebih, sehingga menimbulkan efek toksik atau
membahayakan. Gangguan gizi disebabkan oleh faktor preliminary atau sekunder.
b) Usia
Bertambahnya usia seseorang, maka kejadian gizi lebih banyak dijumpai pada orang dewasa karena persentase lemak tubuh biasanya meningkat. Masalah gizi kurang juga terjadi pada usia lanjut. Kemampuan fungsi organ pada usia lanjut akan semakin menurun antara lain, kemampuan menguyah yang susah karena banyaknya gigi yang sudah tanggal dan selera makan yang berkurang karena menurunnya sensivitas indera pengecap dan pencium, penurunan kemampuan motoric dapat menyebabkan gangguan menyuap dan lain-lain (Christy, 2020).
c) Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Laki-laki membutuhkan zat gizi banyak dari pada Perempuan karena luas permukaan dan postur tubuh lebih besar atau lebih luas Kejadian kelebihan berat badan sering dialami pada perempuan karena jumlah sel lemak yang lebih banyak serta memiliki basal digestion system rate (BMR) yang lebih rendah dibandingkan laki-laki (Christy, 2020).
d) Genetik
Genetik Mutasi kromosom atau gen tunggal dapat mengubah status gizi seseorang dan membantu dalam menggambarkan pentingnya terapi gizi untuk kesehatan. Wholesome genomics memiliki sisi unik dalam fokusnya terkait bagaimana interaksi antara faktor
29
lingkungan dapat mempengaruhi potensi genetik dari individu dan populasi. Interaksi antara gizi dan genetika bervariasi mulai secara langsung (sederhana) hingga menjadi sangat kompleks. Korelasi yang withering mudah yaitu korelasi secara langsung antara gen yang rusak, disfungsi protein, kekurangan metabolit, dan penyakit yang dihasilkan karena diturunkan dalam hubungan darah dan responsive terhadap terapi gizi (Mahan dkk, 2017).
2. Faktor Penyebab Tidak Langsung a) Tingkat Pengetahuan
Sikap seseorang terhadap pemilihan bahan makanan dipengaruhi oleh pengetahuan. Seseorang yang memiliki pengetahuan tentang gizi dapat memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuh dengan mengatur jumlah asupan makanan yang seimbang. Keadaan status gizi akan cenderung lebih baik karena pengetahuan yang dimilikinya, sehingga kebutuhan gizinya terpenuhi (Wiranti dkk, 2019).
b) Stres
Lansia merupakan seseorang yang masuk dalam tahap akhir kehidupan yang identik dengan keadaan hidup yang tidak sesuai harapan. Masalah hidup yang dialami lansia menyebabkan stres yang berkelanjutan. Stres ini dapat mengakibatkan kecemasan dan asupan energi yang rendah karena menurunnya nafsu makan sehingga, berat badannya menurun. Kebiasaan makan yang tidak sesuai karena
kondisi stres ini akan mempengaruhi keadaan status gizi lansia (Sofia
& Gusti, 2017).
c) Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik merupakan gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot skeletal dan memerlukan energi untuk dikeluarkan. Bertambahnya umur seseorang, maka aktivitas fisik yang dilakukan akan semakin berkurang. Penyebab hal itu karena menurunnya kemmapuan fisik yang dialami seseorang secara alamiah. Lanjut usia dengan aktivitas menurun, dianjurkan untuk mengurangi asupan energi agar keseimbangan energi tetap terjaga dan mencegah kejadian status gizi lebih. Mengontrol kejadian obesitas karena penurunan aktivitas fisik pada lansia dapat mengurangi risiko penyakit degeneratif (Fatmah, 2017).
d) Kondisi Keluarga
Status gizi lansia sangat ditentukan oleh tempat tinggal. Fungsi organ yang menurun pada usia lanjut membuat mereka menggantungkan dirinya terhadap orang lain untuk keberlangsungan hidup. Kondisi ini akan mempengaruhi ketersediaan makanan yang ada di rumah dan ditemukannya kondisi stres atau kesepian, sehingga menimbulkan gangguan terhadap asupan makan lansia yang akan berpengaruh dengan kejadian malnutrisi (Christy, 2020).
e) Pola Tempat Tinggal
Kemunduran beradaptasi dengan lingkungan baru ataupun interaksi dengan lingkungan sosial diakibatkan karena lansia mengalami
31
perubahan peran dalam keluarga, sosial ekonomi, dan sosial masyarakat. Tempat tinggal lansia yang berbeda akan berdampak pada pelayanan kesehatan yang didapatkan lansia juga berbeda (Yuliati, 2014).
2.6 Kerangka Teori
2.7 Kerangka Konsep
Faktor yang Mempemgaruhi Status Gizi :
1. Faktor langsung - Asupan makan - Usia
- Jenis kelamin - Genetik
2. Faktor tidak langsung - Tingkat pengetahuan - Faktor stres
- Aktivitas fisik - Kondisi keluarga - Tempat tingal Status Gizi
Kadar Asam Urat
Pola Konsumsi Tinggi Purin
Akses Terhadap Sayur dan Buah Ketersediaan
Sayur dan Buah Tingkat
Ekonomi Keluarga Kesukaan
Sikap Pengetahuan
Status Gizi
2.8 Hipotesis
Ha :
1. Terdapat hubungan status gizi dengan kadar asam urat pada pasien lansia di rs grandmed lubuk pakam
2. Terdapat hubungan asupan purin dengan kadar asam urat pada pasien lansia di rs grandmed lubuk pakam
H0 :
1. Tidak terdapat hubungan status gizi dengan kadar asam urat pada pasien lansia rawat inap di rs grandmed lubuk pakam
2. Tidak terdapat hubungan asupan purin dengan kadar asam urat pada pasien lansia rawat inap di rs grandmed lubuk pakam
Kadar Asam Urat Pasien Lansia Asupan Purin
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan desain cross sectional. Rancangan penelitian mengumpulkan data yang dilakukan dalam kurun waktu secara bersamaan untuk mengidentifikasi variabel terikat dan variabel bebas pada populasi. Tujuan dari desain penelitian ini adalah peneliti ingin mengetahui hubungan status gizi dan asupan makanan tinggi purin dengan kadar asam urat pada pasien lansia rawat inap di RS Grandmed Lubuk Pakam.
3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini di lakukan di RS grandmed Lubuk Pakam Jln. Raya Medan- Lubuk Pakam KM.25 No. 66 Kel, Petapahan Kec. Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.
3.2.2 Waktu Penelitian
Tabel 3.1 Pelaksanaan Kegiatan Penelitian
No Uraian kegiatan
Bulan Kegiatan Januari
2024
Febr 2024
Maret 2024
April 2024
Juni 2024
Juli 2024 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pengajuan judul
2 Bimbingan
Proposal I,II,dan III 3 Presentasi
& seminar proposal 4 Revisi proposal 5 Pengumpulan data 6 Analisa Data
33
7 Bimbingan Bab IV, V, VI
8 Sidang hasil 9 Revisi Skripsi 10 Pengumpulan
Skripsi
3.3 Populasi Dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau yang diteliti (Notoatmojo, 2019). Populasi dalam penelitian ini adalah lansia penderita asam urat di RS Grandmed Lubuk Pakam sebanyak 54 pasien lansia.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi dan karakteristik. Jika populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, peneliti dapat menggunakan sampel yang di ambil dari populasi tersebut (Sugiyono, 2017).
Sampel pada penelitian ini diambil berdasarkan kriteria-kriteria yang dikehendaki oleh peneliti Perhitungan besar sampel menggunakan rumus Lameshow (1997) sebagai berikut:
n=
Z2
(
1−a2)
P(1−P)Nd2(N−1)+Z2
(
1−a2)
P(1−P)n= 1,96²x0,5(1−0,5)54 0,12(54−1)+1,96x0,5(1−0,5) n=51,84
1,49 =35 Keterangan :
35
N : Besar Sampel
N : Ukuran populasi (54 Orang)
Z2(1-a/2) : Nilai Z pada kurva normal untuk α = 0,05 = 1,96 P : Proporsi yang diinginkan 0,5
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Jenis Data
a.) Data Primer
Data primer diperoleh secara langsung yaitu data identitas pasien yang meliputi: nama, usia dan jenis kelamin melalui metode wawancara, pengukuran IMT, dan pengukuran pola konsumsi menggunakan kuesioner FFQ (Food Frekuency Questioinaire )
b.)Data Sekunder
Data yang di peroleh secara tidak langsung melalui pencatatan buku rekam medik atau hasil laboraturium di Rs Grandmed Lubuk Pakam
3.4.2 Cara Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan di penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik wawancara dan data yang diinginkan didapatkan dengan cara:
1. Wawancara
Wawancara bertujuan untuk menggali keterangan lebih mendalam mengenai data-data yang diperlukan oleh peneliti. Wawancara meliputi (nama, usia dan jenis kelamin).
2. Foam FFQ ( Food Frekuency Questioinaire )
Adapun foam dilakukan pada penelitian ini kuesioner FFQ untuk mengidentifikasi pola konsumsi makanan tinngi purin pada lansia
3. Status Gizi
Adapun status gizi di lakukan dengan mengukur IMT responden yang dapat di lakukan dengan cara menimbang berat badan responden dan mengukur tingggi badan responden.
3.4.3 Langkah-Langka Penelitian
Langkah-langkah yang diambil dalam menyelesaikan penelitian ini adalah seperti berikut :
a. Melakukan persiapan penelitian berupa menentukan permasalahan dan menentukan tujuan masalah.
b. Meminta rekomendasi Ketua Program Studi Gizi Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam untuk dapat melakukan penelitian di Rs Grandmed Lubuk Pakam.
c. Izin penelitian kepada Direktur Rs Grandmed Lubuk Pakam untuk melakukan penelitian dan pengambilan data terhadap lanjut usia penderita asam urat dengan membawa surat rekomendasi dan surat pengantar dari Fakultas.
d. Menyiapkan Foam FFQ ( Food Frekuency Questinnaire ) penelitian e. Meminta kesediaan responden untuk menjadi sampel dalam penelitian ini,
membagikan kuesioner kepada responden.
f. Mengolah data dan menganalisis data/informasi yang diperoleh, hingga diperoleh hasil penelitian dan kesimpulan.
37
3.4.4 Alur Penelitian
3.5 Gambar Diagram Alir
Gambar 3.2 Diagram Alir 3.4.5 Instrumen Dan Alat Penelitian
Dipilih berdasarkan jumlah lansia penderita asam urat yang bersedia menjadi responden
Lansia yang bersedia menjadi responden akan diberikan lembar kuesioner
Melakukan wawancara secara langsung di hari yang sama
Melakukan pengamatan dan mengisi formulir untuk data
Analisis data
Populasi sampel terdiri dari lansia penderita gout arthritis di puskesmas batang kuis
Dipilih berdasarkan jumlah lansia penderita gout arthritis yang bersedia menjadi responden
Lansia yang bersedia menjadi responden akan diberikan lembar kuesioner pretest
Melakukan penyuluhan kesehatan dengan menggunakan media leaflet di hari yang sama
saat pemberian kuesioner pretest
Melakukan pengamatan dan mengisi formulir untuk data
Analisis data
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan, responden diberikan kuesioner posttest
Analisis data
a) Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data dalam penelitian yaitu dengan form persetujuan menjadi responden, kuesioner, dan program computer SPSS.
b)Alat yang digunakan meliputi lembar kuesioner
3.5 Variabel dan Defenisi Operasional 3.5.1 Variabel
Variabel penelitian yaitu merupakan sebuah nilai dari sebuah objek yang telah ditetapkan di dalam sebuah penelitian (Sugiyono, 2014)
1. Variabel Independent (bebas)
Variabel independent dalam penelitian ini adalah pola konsimsi makanan tinggi purin
2. Variabel Dependent (terikat)
Variabel dependent dalam penelitian ini adalah status gizi dan kadar asam urat
3.5.2 Definisi Operasional No
. Variabel Data
Operasional
Cara
Pengukuran Kategori Skala
1. Kadar Asam Urat
Nilai asam urat sampel yang diukur
menggunakan blood uric acid meterdalam satuan mg/dl
Blood uric acid meter easy touch dengan ketelitian 0,1 mg/dl
Kadar asam urat pada pria: Normal : 3,4- 7,0 mg/dl
Tinggi: >7,0 mg/dl
Ordinal
2. Status Gizi keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi
Pengukura n berat badan
Kategori IMT orang dewasa:
39
makanan dan penggunaan zatgizi yang diukur
berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) dengan satuan kg/m2 .
mengguna kan timbangan digital merk camry dengan ketelitian 0,1kg.
Pengukura n tinggi badan mengunak an
micrtoice merk one med
dengan ketelitian 0,1 cm
Berat badan kurang: <
17,0 - 18,5 kg/m2 Berat badan
normal : 18,5 – 25,0 kg/m2 Berat badan Lebih : >25,0 kg/m2
3. Konsumsi
purin
Jumlah purin
yang di
konsumsi perhari. Diukur dengan metode recall 1x24 jam
Pengambil an data mengguna kan form recall, food model dan alat tulis
Kategori konsumsi purin:
Rendah:
1000 mg/dl Ordinal
3.6 Metode Pengolahan Data
Agar peneliti menghasilkan informasi yang benar, pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:
1. Editing
Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan lembar kuesioner apakah jawaban di lembar kuesioner sudah lengkap, jelas, relevan dan konsisten.
2. Skoring
Memberikan skor pada variabel dependen yang terdapat pada hasil wawancara mengguanakan kuesioner
3. Coding
Coding adalah kegiatan merubah huruf menjadi data bentuk angka/bilangan, manfaat coding adalah untuk mempermudah saat analisa data.
4. Tabulasi
Tabulasi adalah kegiatan memasukkan data-data hasil penelitian kedalam tabel berdasarkan variabel yang diteliti.
5. Processing
Processing adalah pemprosesan dilakukan dengan cara mengentri data dari lembar kuesioner keprogram komputerisasi. Tahap ini dilakukan untuk pengkodean data.
6. Cleaning
Cleaning adalah kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entri untuk melihat apakah ada kesalahan atau tidak.
3.7 Metode Analisis Data 3.7.1 Analisis univariat
Analisis univariat yang digunakan dalam penelitian ini digunakan untuk mengidentifikasi variabel bebas dan variabel terikat yaitu pola konsumi purin dan status gizi dengan kadar asam urat responden sebelum dan sesudah wawancara dan mengisi kuesioner. Penyajian data olahan berupa tabel distribusi frekuensi proporsi/persentase .
3.7.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat Digunakan untuk menguji hipotesis penelitian dengan menggunakan statistika nonparametrik karena data pada kedua variabel tidak harus berdistribusi normal. Uji hipotesis menggunakan uji korelasi Chi-Square
41
untuk mengetahui hubungan kedua variabel dengan skala ordinal. Nilai p pada uji chi-square dibandingkan dengan nilai α, dengan α < 0,05
Utama.
Andri & Yudha. (2017). Stop Gagal ginjal Dan Gngguan Gangguan Ginjal Lainnya. Istana Media.
Astuti, dkk. (2018). Pengaruh Asupan Purin dan Cairan Terhadap Kadar Asam Urat pada usia 50-60 Tahun di Kecamatan Gajah Mungkur, Semarang.
Semarang, Universitas Diponegoro.
Bagus Made Andy Wiraputra. (2017). Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kadar Asam Urat di Padukuhan Bedog Trihanggo Gamping Sleman Yogyakarta. Universitas Aisyiyah Yogyakarta.
Besti. (2021). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengendalian Asam Urat Di Wilayah RW 13 Dusun Mojosari Desa Ngenep Kecamatan Karangploso.
Christy. (2020). Disability, Arthritis, and Body Weight Among Adults 45 ears and Older. Obesity Research, 2(5).
Fadilah. (2018). Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kadar Asam Urat Darah Pada Wanita Post Menoupose Di Posyandu Lansia Wilayah KerjaPuskesmas. Dr. Seotomo Surabaya. Journal Keperawatan.
Fatmah. (2017). Gizi Usia Lanjut. Erlangga.
Fayasari. (2018). Hubungan Pola Makan Dengan Tingkat Pengetahuan Dengan Kadar Asam Urat Dalam Darah Pada Lansia Di Panti Sosial Lanjut Usia Harapan Palembang.
Holil, dkk. (2017). Epidemiology of Gout. Cleveland Clinic Journal of Medicine, 75(5), 59–510.
Irma. (2019). Hubungan Antara Konsumsi Emping Melinjo dengan Kejadian Asam Urat pada Warga di Desa Wadunggetas Wonosari Klaten. 3(2).
41
42
Kemenkes.RI. (2017). Penyakit Tidak Menular dan Faktor Risiko. Buku Pintar Posbindu PTM.
Kuniano. (2015). Asam Urat. PT. Benteng Pustaka.
Kussoy et al. (2019). Gout Causes: List of Diet/ Food Sources High or Low in Purine Content. http://www.dietaryfiberfood.
Kusumayanti. (2015). Lanjut Usia Dan Keperawatan Gerontik. Nuha Medika.
Lantika. (2018). Bebas Penyakit Asam Urat Tanpa Obat. Agro Media Pustaka.
Mahan dkk. (2017). Harper’s Illustrated Biochemistry, 29th E. Ed.Asia: The McGraw-Hill Education.
Mardalena. (2017a). Solusi Sehat Asam Urat dan Rematik. Agro Media Pustaka.
Mardalena. (2017b). Tanaman obat untuk mengatasi penyakit pada usia lanjut.
PT. Agro Media Pustaka.
Mulyanti. (2019). Tanaman obat untuk mengatasi penyakit pada usia lanjut. PT.
Agro Media Pustaka.
Nelms. (2016). Metabolisme Purin dan Pirimidin Gangguan dan Dampaknya bagi Kesehatan. Penerbit Andi.
Ningsih. (2014). Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kadar Asam Urat Darah Pada Wanita Post Menoupose Di Posyandu Lansia Wilayah KerjaPuskesmas.
Notoatmojo. (2019). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Rineka cipta.
Noviyanti. (2015). Mencegah Dan Mengobati Asam Urat, Araska,. Hurlock.
Nurjaya dkk. (2018). Pengaruh Senam Ergonomis Terhadap Kadar Asam Urat.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26474/1/Ani s%0AKhomariah.FKIK.pdf.
Raharjo & Andiana. (2022). Cara Cepat Usir Asam Urat. Medika.
Rina Yenrina dkk. (2014). Hiperurisemia. Dalam Aru W. Sudoyo, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departmen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Rosdiana dkk. (2018). Mencegah Dan Mengobati Asam Urat, Araska. Hurlock.
Sandjaya. (2014). Hubungan Antara Nyeri Gout Arthritis Dengan Kemandirian Lansia.
Savitri. (2017). Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Dan KonsumsiAir Rebusan Daun Salam Terhadap Pengendalian Asam Urat.
Senocak. (2019). Phatogenesis of Gout. Ann Intern Med.
Simamora & Saragih. (2019). Kajian tentang Kota Ramah Lanjut Usia. Badan Pendidikan Dan Penelitian Kesejahteraan Sosial Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial (B2P3KS).
Singarimbun Lintang dkk. (2019). Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Dan KonsumsiAir Rebusan Daun Salam Terhadap Pengendalian Asam Urat.
Sofia & Gusti. (2017). Hubungan antara Kadar Asam Urat Serum dengan Kadar Glukosa Serum pada Pasien DM Tipe 2 di Laboratorium Klinik Gatot Subroto Medan. Skripsi. Medan: Universitas Medan Area.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung. Vc Alvabeta.
Sugiyono. (2017). No Title. In Cara Cepat Usir Asam Urat. Medika.
Supariasa. (n.d.). Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Susilowati. (2016). Asam Urat. Penebar Plus.
Syarifuddin. (2021). Mengenal Dan Pencegah Penyakit Asam Ura. Nuha Medika.
WHO. (2018). International Obesity Taskforce. The Asia-Pacific Perspective
44
Redefining Obesity and its Treatment. Health Communication Australia Pty Limited.
Wijayanti. (2017). Cara Jitu Mengatasi Asam Urat. Rapha Utama.
Wiranti dkk. (2019). Hubungan antara Makna Kerja dan Kesiapan Individu terhadap Perubahan Organisasi (Studi pada Perusahaan BUMN yang sedang Melakukan Perubahan Organisasi). Skripsi. Depok:
Universitas Indonesia.
Wulandari. (2016). Gambaran AsamUrat Pada Remaja Obes di Kabupaten Minahasa, Manado,. Universitas SamRatulangi Manado.
Yuliati. (2014). Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Konsumsi Buah dan Sayur pada Anak Kelas IV – V SD Pertiwi 3. Skrpsi. Padang:
Universitas Andalas.
Zairin Noor. (2017). Pola Hidup Menjelang Menopouse. Jurnal Kebidanan dan Keperawatan. Stikes Aisyiyah Yogyakarta.
Lampiran 1
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada
Yth. Calon Responden Penelitian Ditempat
Sehubung dengan penyusunan skripsi penelitian yang digunakan sebagai salah satu syarat untuk memeperoleh sarjana Gizi di Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam, maka saya akan bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Cindy Gustiani NPM : 2071008
Judul : “Hubungan Pola Konsumsi Makanan Tinggi Purin Dan Status Gizi Dengan Kadar Asam Urat Pada Pasien Lansia Rawat Inap Di RS Grandmed Lubuk Pakam”
Dengan segala kerendahan hati mohon kesediaan bapak/ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Demikian atas kesediannya dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih.
Lubuk Pakam, Marer 2024 Penulis
Cindy Gustiani
46
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
Setelah memahami isi penjelasan lembar pertama, saya bersedia dengan suka rela menjadi responden penelitian saudara, Mahasiswa Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam yang bernama Cindy Gustiani judul “Hubungan Pola Konsumsi Makanan Tinggi Purin Dan Status Gizi Dengan kadar Asam Urat Pada Pasien Lansia Rawat Inap Di RS Grandmed Lubuk Pakam”.
Saya memahami bahwa penelitian ini tidak akan berakibat negatif pada diri saya dan saya berharap data yang didaptkan dari saya akan dijaga kerahasiannya dan bermanfaat bagi kepentingan bersama.
Surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Lubuk Pakam, Maret 2024 Responden
( ………)
Lampiran 3
LEMBAR KUESIONER DATA UMUM Isilah data ini dengan benar
Petunjuk :
Berilah tanda (√) pada kotak yang telah disediakan sesuai jawaban anda Data Demografi
1 Nama :
2 Umur :
3 Jenis Kelamin :
a. Laki-Laki b. Perempuan
4 Nilai Asam Urat :
48
Lampiran 4
No Pernyataan Benar Salah
1. Kadar asam urat tinggi apabila asupan purin berlebih
2. Dikatakan asam urat jika peningkatan nilai lebih dari 7,0 mg/dl pada pria dan memiliki nilai yang lebih dari 6,0 mg/dl pada perempuan
3. Bengkak, kemerahan, panas, dan nyeri luar biasa merupakan tanda dan gejala asam urat
4. Konsumsi kacang-kacangan yang berlebih dapat beresiko tingginya asam urat
5. Ubi, singkong dan jagung merupakan jenis bahan makanan yang memiliki kandungan purin rendah, sehingga dapat dikonsumsi pada penderita asam urat
6. Konsumsi alkohol dalam bentuk bir, wiski dan fortified wine meningkatkan risiko serangan asam urat
7. Konsumsi otak, jatung, paru, jeroan tsangat dihindari untuk penderita asam urat karena memiliki kandungan purin tinggi
8. Saya sering mengkonsumsi soft drink (seperti coca-cola, fanta dan sprite)
9. Saya menambahkan gula saat membuat minuman seperti teh, kopi dan susu
10. Ikan sardin, remis, kerang sangat tidak dianjurkan untuk dikonsumsi para penderita asam urat
KUESIONER POLA KONSUMSI PURIN
Petunjuk : Berilah tanda cek list (√) pada kolom jawaban yang tersedia dibawah . Sumber : Anang Priyanto
Lampiran 5
Pertanyaan Kuesioner Pola Kunsumsi dengan Metode Food Questionnaire (FFQ)
Bahan Makanan
Frekuensi Makan (Skor Konsumsi Pangan)
>1x/
Har
i 1 x/
Hari
3-6 x/
mingg u
1-2 x/
mingg
u 1 x/
bulan
1x/
Tahu n
Tidak perna
h
(50) (25) (20) (15) (10) (5) (0)
GOLONGAN I (Mengandung Purin Tinggi 150-1000mg purin per 100 gram) Makanan atau minuman mengandung alcohol
a. Anggur b. Tape Ketan c. Brem
Protein Hewani a. Bebek
b. Angsa c. Ikan Kecil d. Ikan herring e. Ikan sarden f. Ikan makarel g. Remis h. Kerang i. Kepiting j. Lobster k. Telur ikan l. Udang m. Cumi
Makanan yang diawetkan dalam kaleng a. Kornet
b. Sarden Jeroan a. Hati b. Usus c. Jantung d. Baabt Kaldu Daging a. Soto ayam b. Opor ayam Buah buahan a. Durian b. Alpukat
C. Kelapa Kopyor d. Air kelapa