• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dari apa yang telah diuraikan pada bab sebelumnya serta saran - saran yang diharapkan berguna bagi perkembangan sistem ini di masa mendatang.

15 2.1 Definisi Rancang Bangun

Menurut Pressman (2002) perancangan sistem merupakan serangkaian prosedur untuk menerjemahkan hasil analisis dari sebuah sistem ke dalam bahasa pemrograman untuk mendeskripsikan dengan detail bagaimana komponen- komponen sistem diimplementasikan. Sedangkan pengertian pembangunan sistem adalah kegiatan menciptakan sistem baru maupun mengganti atau memperbaiki yang telah ada, baik secara keseluruhan maupun sebagian. Sehingga dapat disimpulkan pengertian dari rancang bangun sistem adalah serangkaian proses yang saling terintegrasi dengan baik untuk menerjemahkan hasil analisa ke dalam bahasa pemrograman, dan mengimplementasikan komponen- komponen sistem yang diperlukan dalam rangka penciptaan maupun pengembangan sebuah sistem baik secara keseluruhan maupun sebagian.

2.2 Konsep Dasar Sistem 2.2.1 Pengertian Sistem

Sistem adalah kumpulan dari komponen atau elemen yang saling berhubungan satu dengan lainnya membentuk satu kesatuan untuk mencapai tujuan tertentu (Jogiyanto, 2005). Kemudian Kadir (2003) mendefinisikan sistem sebagai kumpulan elemen-elemen yang saling terkait dan bekerja sama untuk memproses masukan (input) yang ditujukan kepada sistem tersebut dan mengolah

masukan tersebut sampai menghasilkan keluaran (output) yang diinginkan. Sistem dapat didefinisikan sebagai komponen-komponen yang saling terkait yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai suatu hasil (Satzinger dkk. 2007).

Kesimpulan dari ketiga definisi sistem tersebut adalah sekelompok elemen yang saling terkait menjadi satu untuk menghasilkan sebuat output yang diinginkan untuk mencapai tujuan tertentu.

2.3 Konsep Dasar Informasi 2.3.1 Pengertian Informasi

Informasi dapat didefinisikan sebagai hasil dari pengelohan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian yang nyata yang digunakan untuk pengambilan keputusan (Ferdinand, 2010). Sedangkan Jogiyanto (2005) mendefinisikan informasi sebagai data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya.

Dapat dimengerti dari definisi informasi di atas bahwa informasi adalah sebuah data yan diolah dan diproses menjadi sebuh masukan yang lebih berguna untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan seseorang dalam pengambilan keputusan nantinya.

2.3.2 Pengertian Sistem Informasi

Sistem informasi adalah sekumpulan orang, data, proses dan teknologi informasi yang saling berinteraksi untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan

dan menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk mendukung sebuah organisasi Whitten dkk. (2004).

Sistem informasi adalah kombinasi antara prosedur kerja, informasi, orang dan teknologi informasi yang di organisasikan untuk mencapai tujuan suatu organisasi (Rosyid, 2007). Hartono (2005) mendefiniskan sistem informasi sebagai sistem dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan- laporan yang diperlukan.

Jadi dapat disimpulkan sistem informasi adalah suatu sistem yang terintegrasi untuk memproses dan menyebarkan informasi untuk mendukung sebuah organisasi.

2.4 Konsep Dasar Sistem Informasi Geografi 2.4.1 Pengertian Geografi

Menurut Prahasta (2005), Geografi memiliki istilah lain, yaitu spasial (keruangan) dan Geospasial. Penggunaan kata “Geografi” mengandung pengertian suatu persoalan mengenai bumi: permukaan dua atau tiga dimensi. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa geografi merupakan suatu ilmu yang mempelajari masalah-masalah bumi secara luas dalam hubungannya dengan keruangan.

Ada beberapa hal yang dikaji oleh geografi diantaranya :

1. Terbentuknya bumi dan bumi sebagai tempat tinggal.

2. Hubungan antara manusia dengan lingkungannya.

3. Pendekatan, spasial (keruangan), ekologi (kelingkungan) dan regional (kewilayahan ).

2.4.2 Pengertian Sistem Informasi Geografi

Menurut Aronoff yang dikutip oleh Prahasta (2005) SIG adalah suatu sistem yang berbasiskan komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografi. SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis objek-objek dan fenomena dimana lokasi geografi merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis.

Di samping itu, SIG juga dapat menggabungkan data, mengatur data dan melakukan analisis data yang akhirnya akan menghasilkan keluaran yang dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan pada masalah yang berhubungan dengan geografi.

2.4.3 Data Pada SIG

Data dalam SIG dikelompokkan dalam dua kategori yaitu data spasial (keruangan) dan data non-spasial (atribut) (Prahasta, 2005). Penjelasan dari masing-masing jenis data tersebut adalah sebagai berikut:

a. Data Spasial

Data spasial adalah data mengenai tata ruang (menyangkut titik koordinat). Setiap bagian dari data tersebut selain memberikan

gambaran tentang suatu fenomena, juga selalu dapat memberikan informasi mengenai lokasi dan juga persebaran dari fenomena tersebut dalam suatu ruang (wilayah). Yang termasuk kedalam data spasial adalah data raster dan vektor.

b. Data Non Spasial (Data Atribut)

Data non spasial adalah data yang mendeskripsikan data grafis yang berisi data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif misalnya data jumlah penduduk, jumlah taman, jumlah rumah sakit, dan sebagainya. Data kualitatif misalnya nama, alamat, nama jalan, dan sebagainya.

2.4.4 Komponen SIG

SIG merupakan sistem kompleks yang biasanya terintegrasi dengan lingkungan sistem-sistem komputer yang lain di tingkat fungsional dan jaringan.

Sistem Informasi Geografi menurut Gistut dalam Prahasta (2005) terdiri dari beberapa komponen, antara lain :

1. Perangkat Keras : Adapun perangkat keras yang sering digunakan untuk SIG adalah komputer (PC), mouse, digitizer, printer, plotter dan scanner.

2. Perangkat Lunak : Perangkat lunak SIG menyediakan fungsi untuk masukan, menyimpan, menganalisis dan menampilkan data dalam bentuk geografis. Perangkat lunak SIG yang umum digunakan adalah Arcgis, Arcview, Arcinfo, Mapinfo , ER – Mapper, ERDAS, dll..

3. Data dan Informasi Geografi : SIG dapat mengumpulkan dan menyimpan data yang diperlukan baik secara tidak langsung maupun mengimpornya dari perangkat lunak SIG lainnya maupun secara langsung dengan cara dijitasi data spasial dari peta dan masukan data atributnya dari tabel dan laporan dengan menggunakan keyboard.

4. Manajemen (SDM) : Suatu proyek SIG akan berhasil jika dikelola dengan baik dan dikerjakan oleh orang-orang yang memiliki keahlian yang tepat pada semua tingkatan.

Adapun proses untuk mempresentasikannya ditunjukan pada Gambar 2.1 sebagai berikut :

Gambar 2.1 Komponen SIG (Prahasta, 2005)

SIG Perangkat Keras

(Hardware)

Perangkat Lunak (Software) Manajemen

(SDM, Brainware, User) Data dan Informasi Geografi

2.4.5 Kemampuan SIG

Anon (2003) mengemukakan alasan mengapa perlu menggunakan SIG, diantaranya adalah :

1. Menggunakan data spasial maupun atribut secara terintegrasi.

2. Dapat digunakan sebagai alat bantu interaktif yang menarik dalam usaha meningkatkan pemahaman mengenai konsep lokasi, ruang, kependudukan dan unsur-unsur geografi yang ada di permukaan bumi.

3. SIG dapat memisahkan antara bentuk presentasi dan basis data.

4. Memiliki kemampuan menguraikan unsur-unsur yang ada di permukaan bumi ke dalam beberapa layer atau coverage data spasial.

5. SIG memiliki kemampuan yang sangat baik dalam memvisualisasikan data spasial berikut atributnya.

6. Semua operasi SIG dapat dilakukan secara interaktif.

7. SIG dengan mudah menghasilkan peta-peta tematik.

8. Semua operasi SIG dapat di customize dengan menggunakan perintah-perintah dalam bahasa script.

9. Perangkat lunak SIG menyediakan fasilitas untuk berkomunikasi dengan perangkat lunak lain. SIG sangat membantu pekerjaan yang erat kaitannya dengan bidang spasial dan geo-informatika.

2.5 Peta dan Pemetaan 2.5.1 Pengertian Peta

Peta merupakan wahana bagi penyimpanan dan penyajian data kondisi lingkungan, merupakan sumber informasi bagi para perencana dan pengambilan keputusan pada tahapan dan tingkatan pembangunan (Bakosurtanal, 2005).

2.5.2 Pengertian Pemetaan

Dalam konteks pemetaan, ruang (space) adalah permukaan Bumi yang terdiri dari komponen wilayah dan obyek-obyek yang berada di atas, pada atau di bawah permukaannya. Menurut Hasanuddin (2007), pemetaan adalah proses kegiatan untuk menghasilkan suatu peta.

2.5.3 Jenis - Jenis Peta

Peta dapat diklasifikasikan menurut jenis, skala, fungsi, dan macam persoalan (maksud dan tujuan), jenis peta tersebut dapat digolongkan seperti :

a. Menurut Jenisnya :

1. Peta foto adalah peta yang dihasilkan dari mosaik foto udara atau ortofoto yang dilengkapi garis kontur, nama, dan legenda.

2. Peta garis adalah peta yang menyajikan detil alam dan buatan manusia dalam bentuk titik, garis, dan luasan.

b. Menurut Skalanya

1. Peta skala besar (1:50.000 atau lebih kecil, misalnya 1:25.000).

2. Peta skala kecil (1:500.000 atau lebih besar).

c. Menurut Fungsinya

1. Peta umum, yang antara lain memuat jalan, bangunan, batas wilayah, garis pantai, dan elevasi. Peta umum skala besar dikenal sebagai peta topografi, sedangkan yang berskala kecil berupa atlas.

2. Peta tematik, yang menunjukkan hubungan ruang dalam bentuk atribut tunggal atau hubungan atribut.

3. Kart, yang didesain untuk keperluan navigasi, nautical dan aeronautical.

d. Menurut Macam Persoalan

Adapun peta yang dapat diklasifikasikan menurut macam persoalan (maksud dan tujuan), antara lain: peta kadaster, peta geologi, peta tanah, peta ekonomi, peta kependudukan, peta iklim, dan peta tata guna tanah.

2.5.4 Skala Peta

Skala peta adalah perbandingan jarak antara dua titik sembarang di peta dengan jarak horisontal kedua titik tersebut di permukaan bumi (dengan satuan ukuran yang sama) (Arham, 2008).

1. Skala numeris : Digambarkan dalam bentuk skala numerik, misal peta berskala 1:50.000.

2. Skala dengan kalimat : Biasanya digunakan untuk peta – peta buatan Inggris. Bentuknya adalah 1 inch to 1 mile (1 : 63.660).

3. Skala grafis : Skala yang menampilkan suatu garis dengan beberapa satuan jarak yang menyatakan suatu jarak pada tiap satuan jarak tertentu.

Macam-macam peta berdasarkan skala peta diantaranya : 1. Peta skala sangat besar > 1:10.000

2. Peta skala besar 1:10.000 < 1:100.000 3. Peta skala sedang 1:100.000 - < 1:1.000.000 4. Peta skala kecil >= 1:1.000.000

2.5.5 Komponen Peta

Adapun komponen – komponen peta menurut Prahasta (2006) adalah sebagai berikut :

a. Isi peta

Isi peta menunjukkan isi dari makna ide penyusun peta yang akan disampaikan kepada pengguna peta.

b. Judul peta

Judul peta harus mencerminkan isi peta.

c. Skala peta dan Simbol Arah

Skala sangat penting dicantumkan untuk melihat tingkat ketelitian dan kedetailan objek yang dipetakan. Simbol arah dicantumkan dengan tujuan untuk orientasi peta.

d. Legenda atau Keterangan

Agar pembaca peta dapat dengan mudah memahami isi peta, seluruh bagian dalam isi peta harus dijelaskan dalam legenda atau keterangan.

e. Inzet dan Indeks peta

Inzet peta merupakan peta yang diperbesar dari bagian belahan bumi.

Sedangkan indeks peta merupakan sistem tata letak peta, dimana menunjukan letak peta yang bersangkutan terhadap peta yang lain di sekitarnya.

f. Grid

Tujuan grid adalah untuk memudahkan penunjukan lembar peta dari sekian banyak lembar peta dan penunjukan letak sebuah titik di atas lembar peta.

g. Nomor peta

Penomoran peta penting untuk lembar peta dengan jumlah besar dan seluruh lembar peta terangkai dalam satu bagian muka bumi.

h. Sumber/Keterangan Riwayat Peta

Sumber ditekankan pada pemberian identitas peta, meliputi penyusun peta, percetakan, sistem proyeksi peta, penyimpangan deklinasi magnetis, tanggal/tahun pengambilan data dan tanggal pembuatan/pencetakan peta, dan lain sebagainya.

Gambar 2.2 Komponen Peta (Prahasta, 2006)

2.5.6 Simbolisasi Peta

Ada beberapa klasifikasi dalam simbol peta menurut Arham (2008), diantaranya adalah :

a. Berdasarkan bentuk dan kenampakan geografi yang diwakili 1. Simbol Titik

Kenampakan – kenampakan geografi yang tidak memiliki dimensi (0) seperti titik ketinggian, lokasi kota, pelabuhan, mercusuar, lokasi tambang dinyatakan dengan simbol titik.

2. Simbol Garis

Kenampakan – kenampakan geografis yang berdimensi satu (1D) seperti jalan, sungai, jalan KA, arah angin, dinyatakan dalam simbol.

3. Simbol Area

Kenampakan – kenampakan geografis yang berdimensi dua (2D) seperti area HPH, perkebunan, wilayah administrasi, dinyatakan dengan simbol area.

2.6 Konsep Dasar SIG Dalam Web

Aplikasi SIG yang dapat dijalankan dalam web browser baik yang berada pada satu jaringan global (internet) maupun yang hanya berbasis jaringan lokal (intranet) namun memiliki dan terkonfigurasi pada jaringan web server dikenal dengan WebGIS atau SIG berbasis web.SIG berbasis web mendukung penggunaan aplikasi web dalam melakukan operasi SIG. SIG berbasis web terdiri atas beberapa komponen yang saling terkait, dan gabungan antara desain grafis, pemetaan, peta digital dengan analisis spasial, pemrograman komputer dan database (Prahasta 2007).

Menurut Prahasta (2007), SIG berbasis web memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan, yaitu :

a. Kelebihan

1. Penempatan data terpusat pada satu tempat.

2. Biaya pengadaan hardware dan perangkat lunak menjadi lebih murah.

3. Lebih mudah digunakan (user friendly).

4. Adanya akses yang luas terhadap data dan fungsi.

b. Kelemahan

1. Cepat lambatnya suatu akses bergantung pada spesifikasi komputer yang dimiliki baik pada server maupun client. Selain itu juga bergantung pada koneksitas internet, traffic web site, dan efisiensi data.

2. Resolusi atau tampilan monitor (display) perlu diatur agar sesuai dengan tampilan web.

2.7 Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Lokasi Industri 2.7.1 Pengertian Lahan

Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, tanah, relief, air, vegetasi, serta benda yang ada di atasnya yang berperngaruh terhadap penggunaanya (Saribun, 2007). Sedangkan Mirayani (2009) mendefinisikan lahan sebagai suatu tempat atau daerah dimana penduduk berkumpul dan hidup bersama dimana mereka dapat menggunakan lingkungan setempat untuk mempertahankan, melangsungkan, dan mengembangkan kehidupannya.

2.7.2 Pengertian Tata Guna Lahan

Darmawan (2003) mendefinisikan tata guna lahan sebagai pengaturan penggunaan lahan untuk menentukan pilihan yang terbaik dalam mengalokasikan fungsi tertentu sehingga secara umum dapat memberikan gambaran keseluruhan bagaimana daerah-daerah pada suatu kawasan tersebut berfungsi.

2.7.3 Konsep Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan pada hakekatnya merupakan penggambaran tingkat kecocokan (adaptability) suatu lahan untuk tipe penggunaan lahan (jenis tanaman dan tingkat pengelolaan) tertentu. Kesesuaian lahan dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan potensial). (Lestyono, 2011)

2.7.4 Industri

Di kota besar keberadaan industri merupakan suatu pendukung bagi peningkatan kegiatan ekonomi suatu Negara. Industri yang merupakan salah satu sector penyumbang pemasukkan Negara menjadi salah satu sektor yang diperhitungkan oleh pemerintah. Namun, pembangunan industri pun perlu diperhatikan dengan baik. Secara definitive industri dapat diartikan sebagai suatu lokasi atau tempat dimana aktivitas produksi diselenggarakan, sedangkan aktivitas produksi bisa dinyatakan sebagai sekumpulan aktivitas yang diperlukan untuk mengubah satu kumpulan masukan menjadi produk keluaran yang memiliki nilai tambah. (Wignjosoebroto, 2003)

Sedangkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2009 pasal 1 butir ke 1, industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan Industri. Disimpulkan bahwa segala pengolahan baik berbentuk fisik maupun tidak ( jasa ) menjadi sesuatu hal bernilai tinggi adalah

sebagai suatu industri.Industri-industri tersebut tersebar di berbagai titik dan diperlukan suatu kawasan industri. Kawasan industri sendiri menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2009 pasal 1 butir ke 2 adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri yang telah memiliki izin Usaha Kawasan Industri.

2.7.4.1 Klasifikasi Industri

Banyaknya industri yang tersebar dengan berbagai produk yang dihasilkan, maka industri-industri tersebut dapat diklasifikasikan, salah satunya klasifikasi industri berdasarkan aktifitasnya meliputi : (Wignjosoebroto, 2003)

a. Industri Penghasil Bahan Baku

Yaitu industri yang aktivitasnya adalah mengolah sumber daya alam guna menghasilkan bahan baku maupun tambahan lainnya yang dibutuhkan oleh industri penghasil produk atau jasa. Seperti : industri perminyakan.

b. Industri Manufaktur

Industri yang memproses bahan baku guna dijadikan berbagai model produk setengah jadi maupun sudah jadi. Seperti : industri mobil dan permesinan.

c. Industri Penyalur

Industri yang berfungsi untuk melaksanakan pelayanan jasa industri baik untuk bahan baku maupun “ finished goods product”, seperti : aktifitas penjualan, penyimpanan dan packaging.

d. Industri Pelayanan atau Jasa

Industri yang bergerak dalam bidang pelayanan atau jasa, baik untuk melayani dan menunjang aktivitas industri lain maupun langsung memberikan pelayanan jasa pada konsumen.

Sedangkan industri berdasarkan jumlah tenaga kerja menurut departemen perindustrian dan perdagangan dibedakan menjadi empat, diantaranya :

a. Industri Rumah Tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja berjumlah 1-4 orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga dimana pemilik modal biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya : industri kerajinan, industri tempe/ tahu, dan industri laundri baju.

b. Industri Kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah antara 5-19 orang.Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relatif kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara. Misalnya : industri genteng, dan industri batubata.

c. Industri Sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja antara 20-99 orang.Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar,dan tenaga kerjanya memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki kemapuan manajerial tertentu.

Misalnya : industri konveksi, industri bordir, dan industri keramik.

d. Industri Besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja antara 100 orang atau lebih. Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan perusahaan dipilih melalui uji kemapuan dan kelayakan (fit and profer test). Misalnya : industri tekstil, industri mobil, industri besi baja, dan industri pesawat terbang.

2.7.5 Lokasi Industri

Lokasi industri secara umum mempunyai pengertian sebagai lahan atau tanah tempat pabrik dan sarananya melakukan proses produksi. Penentuan lokasi industri (pabrik) akan berkaitan dengan unit-unit lain. Menurut Budiharsono (2001) keputusan mengenai penentuan lokasi yang diambil oleh unit-unit pengambil keputusan akan menentukan struktur ruang wilayah yang terbentuk.

Ada tiga unit yang menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan penentuan lokasi industri (pabrik) yaitu : rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah. Setiap unit pengambil keputusan mempunyai kepentingan tersendiri yang bersumber dari aktivitas ekonomi yang dilakukan. Aktivitas ekonomi rumah

tangga yang paling pokok adalah penjualan jasa tenaga kerja, dan konsumsi.

Sedangkan kegiatan ekonomi dari suatu perusahaan meliputi, pengumpulan input, proses produksi, dan proses pemasaran. Penentuan lokasi industri oleh pengambil keputusan merupakan suatu usaha untuk memaksimalkan keuntungan.

2.7.6 Kesesuaian Lahan Lokasi Industri

Kesesuaian lahan untuk industri memiliki beberapa persyaratan penting yang harus dipenuhi. Persyaratan ini merupakan kunci penting dalam keberhasilan penyelenggaraan kegiatan industri di suatu lahan. Dan dalam penulisan ini aspek fisik dasar yang dikaji sesuai dengan standarisasi dari DTRBP mengacu kepada SK Mentan No.837/KPTS/Um/11/1980.

1. Kemiringan Lereng

Kemiringan lereng adalah sudut yang dibentuk oleh perbedaan tinggi permukaan lahan (relief), yaitu antara bidang datar tanah dengan bidang horizontal dan pada umumnya dihitung dalam persen (%) atau derajat (0) (Hartadi, 2009). Klasifikasi kemiringan lereng menurut SK Mentan No. 837/KPTS/Um/11/1980 terdapat pada Tabel 3.3.

2. Jenis Tanah

Dari jenis tanah dapat diketahui kepekaan terhadap erosi, ukuran butiran tanah dimana semakin beragam ukurannya atau bergradasi baik maka daya dukungnya juga semakin tinggi. Dan angka pori atau permeabilitasnya semakin tinggi, penyerapan air juga tinggi sehingga

penyimpanan air tanah akan semakin banyak (Hartadi, 2009).

Klasifikasi kemiringan lereng menurut SK Mentan No.

837/KPTS/Um/11/1980 terdapat pada Tabel 3.4.

3. Intensitas Curah Hujan

Curah hujan menjadi salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dalam penentuan lokasi, karena hal ini akan berpengaruh kepada jumlah kandungan air tanah. Curah hujan juga dapat menjadi kendala bila dalam jumlah besar berupa bencana banjir, erosi, dan longsor apabila karakteristik lahan tidak dapat menampung dan menyalurkan air hujan tersebut (Amelia, 2007). Klasifikasi kemiringan lereng menurut SK Mentan No. 837/KPTS/Um/11/1980 terdapat pada Tabel 3.5.

2.7.7 Teknik Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara teknik tumpang susun (overlay) data-data fisik dasar yang berkaitan dengan kesesuaian lahan untuk perumahan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

Dalam pelaksanaan teknik analisa kemampuan lahan untuk pemanfaatan perumahan ini adalah dengan memberikan penilaian dan pembobotan pada aspek fisik sesuai dengan kelas infromasinya yang berkaitan dengan pemanfaatan lahan untuk perumahan. Pemberian nilai dan bobot untuk setiap aspek fisik lahan ini lebih ditekankan pada pendekatan teoritik berdasarkan tingkat peranan dan kepentingan setiap aspek fisik dasar lahan tersebut (Hartadi, 2009). Pemberian

nilai dan bobot dapat dilihat pada Tabel 4.1. Dari hasil perkalian kelas dan bobot, didapat skor minimum dan maksimun tiap-tiap parameter. Untuk mendapatkan kelas kesesuaian lahan perumahan digunakan rumus:

I = R/N ... (1) Dimana I adalah lebar interval, R adalah jarak interval dan N adalah jumlah interval.

Dalam menggunakan teknik overlay diperlukan sebuah tools untuk mendukung analisis data yakni dengan intersect yang merupakan model untuk membuat fitur dengan memotong sebuah fitur dengan fitur lain pada bagian yang bersinggungan.

Gambar 2.3 Metode Overlay dengan Intersect

2.8 Konsep Dasar Pengembangan Sistem Informasi 2.8.1 Konsep Dasar Pengembangan Sistem

Proses pengembangan sistem adalah satu set aktivitas, metode, praktek terbaik, siap dikirimkan, dan peralatan terotomasi yang digunakan stakeholder untuk mengembangkan dan memelihara sistem informasi dan perangkat lunak (Whitten, Bentley, dan Dittman, 2004).

Kebanyakan organisasi memiliki proses pengembangan sistem resmi yang terdiri dari satu set standar proses-proses atau langkah-langkah yang mereka harapkan akan diikuti oleh semua proyek pengembangan sistem. Sementara proses ini bervariasi untuk organisasi yang berbeda, ada karakteristik umum yang ditemukan: proses pengembangan sistem di kebanyakan organisasi mengikuti pendekatan pemecahan masalah. Pendekatan tersebut biasanya terdiri dari beberapa langkah pemecahan masalah yang umum (Whitten, Bentley, dan Dittman, 2004) :

1. Mengidentifikasi masalah

2. Menganalisa dan memahami masalah

3. Mengidentifikasi persyaratan dan harapan solusi

4. Mengidentifikasi solusi alternatif dan memilih tindakan yang terbaik 5. Mendesain solusi yang dipilih

6. Mengimplementasikan solusi yang dipilih

7. Mengevaluasi hasilnya. (Jika masalah tidak terpecahkan, kembalilah ke langkah 1 atau 2 seperlunya).

Tabel 2.1 Korelasi Antara Langkah-Langkah Pemecahan Masalah yang Umum dengan Proses Pengembangan Sistem (Whitten, Bentley, dan Dittman, 2004) Proses Pengambangan Sistem yang

disederhanakan

Langkah-langkah pemecahan masalah yang umum Permulaan Sisem 1. Mengidentifikasi masalah (Juga

merencanakan solusi untuk masalah)

Analisis Sistem 2. Menganalisa dan memahami

masalah.

3. Mengidentifikasi Persyaratan dan

Dokumen terkait