• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyebab Risiko Perilaku Kekerasan (Etiologi)

Sp 4 Pasien

C. Pohon Masalah

2. Penyebab Risiko Perilaku Kekerasan (Etiologi)

LAPORAN PENDAHULUAN A. Masalah Utama

Risiko Perilaku Kekerasan

B. Proses Terjadinya Masalah (Tinjauan Teori) 1. Pengertian

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendali perilaku seseorang yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan.

Perilaku kekerasan pada diri sendiri dapat berbentuk melukai diri untuk bunuh diri atau membiarkan diri dalam bentuk penelantaran diri. Perilaku kekerasan pada orang adalah tindakan agresif yang ditujukan untuk melukai atau membunuh orang lain. Perilaku kekerasan pada lingkungan dapat berupa perilaku merusak lingkungan, melempar kaca, genting, dan semua yang ada di lingkungan. Pasien yang dibawa ke rumah sakit jiwa sebagian besar akibat melakukan kekerasan di rumah. Perawat harus jeli dalam melakukan pengkajian untuk menggali penyebab perilaku kekerasan yang dilakukan selama di rumah (Yusuf, et al, 2015). Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah yang diekspresikan dengan melakukan ancaman, mencederai orang lain, dan merusak lingkungan atau sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk merupakan respon kemarahan yang paling maladaptif yang ditandai dengan perasaan marah dan bermusuhan yang dan merupakan bentuk perilaku destruktif yang tidak dapat di kontrol (Sutejo, 2017).

2) Faktor Psikologis : Pengalaman marah merupakan respon psikologis terhadap stimulus eksternal, internal maupun lingkungan.Perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari akumulasi frustrasi.Frustrasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu menemui kegagalan atau terhambat.Salah satu kebutuhan manusia adalah

“berperilaku”, apabila kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui berperilaku konstruktif, maka yang akan muncul adalah individu tersebut berperilaku destruktif.

3) Faktor Sosiokultural : Teori lingkungan sosial (social environment theory)menyatakan bahwa lingkungan sosial sangat mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan marah.Norma budaya dapat mendukung individu untuk berespon asertif atau agresif.Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung melalui proses sosialisasi (social learningtheory).

b. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi perilaku kekerasan pada setiap individu bersifat unik, berbeda satu orang dengan yang lain. Stresor tersebut dapat merupakan penyebab yang brasal dari dari dalam maupun luar individu. Faktor dari dalam individu meliputi kehilangan relasi atau hubungan dengan orang yang dicintai atau berarti (putus pacar, perceraian, kematian), kehilangan rasa cinta, kekhawatiran terhadap penyakit fisik, dll. Sedangkan faktor luar individu meliputi serangan terhadap fisik, lingkungan yang terlalu ribut, kritikan yang mengarah pada penghinaan, tindakan kekerasan.

3. Rentang Respon Marah

Keterangan

Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realistis/ terhambat Pasif : Respon lanjutan dimana pasien tidak mampu mengungkapkan perasaannya

Agresif : Perilaku destruktif tapi masih terkontrol

Amuk : Perilaku destruktif dan tidak terkontrol 4. Proses Terjadinya Amuk

Amuk merupakan respons marah terhadap adanya stres,rasa cemas, harga diri rendah, rasa bersalah putus asa dan ketidakberdayaan.

Respons marah dapat diekspresikan secara internal atau eksternal.

Secara internal dapat berupa perilaku yang tidakasertif dan merusak diri, sedangkan secara eksternal berupa perilaku destruktif agresif. Respon marah dapat diungkapkan melalui tiga cara yaitu (1) mengungkapkan secara verbal, (2) menekan dan (3) menantang. Mengekspresikan marah dengan perilaku kontsruktif dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti orang lain akan memberikan kelegaan kepada individu. Apabila perasaan marah diekspresikan dengan perilaku agresif dan menentang, biasanya dilakukan karena ia merasa kuat. Cara ini menimbulkan masalah yang berkepanjangan dan dapat menimbulkan tingkah laku yang destruktif dan amuk (Yusuf dkk, 2015).

C. Pohon Masalah

D. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian

a. Data Subjektif: Berbicara kasar, adanya ancaman, ingin mencederai dan melukai diri sendiri atau orang lain.

b. Data Objektif: Wajah memerah dan tegang,pandangan tajam, mengatupkan rahang dengan kuat mengepalkan tangan, bicara kasar dan suara tinggi, perilakunya mondar mandir, melempar atau memukul benda ke orang lain.

c. Perilaku yang berhubungan dengan agresi atau kekerasan:

Gangguan konsep diri : harga diri rendah CP

Perilaku Kekerasa Causa

1. Agitasi motoric ; Perilaku yang bergerak cepat, tidak mampu duduk diam, memukul dengan tinju kuat, mengapit kuat,respirasi meningkat, membentuk aktivitas motoriksecara tiba-tiba (katatonia).

2. Verbal : Perilaku yang mengancam pada objek yang tidak nyata, mengacau minta perhatian, bicara keras-keras,menunjukkan adanya delusi atau pikiranparanoid.

3. Afek ; Perilaku marah, menganggap permusuhan,kecemasan yang ekstrim, mudah terangsang,euphoria tidak sesuai, afek labil.

4. Tingkat Kesadaran :Keadaan bingung, status mental berubah tiba- tiba, disorientasi, kerusakan memori, tidak mampudialihkan.

2. Rencana Tindakan Keperawatan Tindakan Keperawatan untuk Pasien a. Tujuan

1) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.

2) Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.

3) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya.

4) Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya.

5) Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya.

6) Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.

b. Tindakan

1) Bina hubungan saling percaya : Mengucapkan salam terapeutik, berjabat tangan, menjelaskan tujuan interaksi, membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu pasien.

2) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan masa lalu.

3) Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan.

- Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik.

- Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis.

- Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial.

- Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual.

- Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual.

4) Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat marah secara : verbal,terhadap orang lain,terhadap diri sendiri,terhadap lingkungan.

5) Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya.

6) Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:Fisik, misalnya pukul kasur dan batal, tarik napas dalam;obat;sosial/verbal, misalnya menyatakan secara asertif rasa marahnya; spiritual, misalnya sholat atau berdoa sesuai keyakinan pasien.

7) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik, yaitu latihan napas dalam dan pukul kasur/bantal, secara sosial/verbal, secara spiritual, dan patuh minum obat.

8) Ikut sertakan pasien dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi mengontrol perilaku kekerasan.

Tindakan Keperawatan Untuk Keluarga

a) Tujuan : Keluarga dapat merawat pasien di rumah.

b) Tindakan

1. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.

2. Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab, tanda dan gejala, serta perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut).

3. Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/orang lain.

4. Latih keluarga merawat pasien dengan perilaku kekerasan.

- Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang telah diajarkan oleh perawat.

- Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat.

- Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila pasien menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan.

Rencana Intervensi

Tgl Diagnosa keperawatan

Perencanaaan Intervensi

Tujuan Kriteria Hasil

Resiko Perilaku Kekerasan

Tujuan Umum (TUM) : Klien tidak diri sendiri atau orang lain

Setelah 2x pertemuan klien dapat menerima kehadiran perawat TUK

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

1. Klien menunjukan tanda-tanda percaya kepada perawat:

- Ekspresi wajah bersahabat - Menunjukan rasa senang - Ada kontak mata - Mau berjabat tangan - Mau menyebutkan nama - Mau menjawab salam

- Mau duduk berdampingan dengan perawat

- Bersedia mengungkapkan masalah yang dihadapi

1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik:

- Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal

- Perkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan perawat berkenalan

- Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien

- Buat kontrak yang jelas

- Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali interaksi

- Tunjukan sikap empati dan menerima apa adanya

- Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien

- Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien

- Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien

2. Klien dapat mengidentifikasi 2. Klien menceritakan penyebab perilaku 2. Bantu klien mengungkapkan perasaan marahnya

penyebab perilaku kekerasan yang dilakukan

kekerasan yang dilakukan

˗ Menceritakan penyebab perasaan jengkel / kesal baik dari diri sendiri dan lingkungannya

- Motivasi klien untuk menceritakan penyebab rasa kesal atau jengkelnya

- Dengarkan tanpa menyela atau memberi penilaian setiap ungkapan perasaan klien 3. Klien dapat mengidentifikasi

tanda-tanda perilaku kekerasan

3. Klien menceritakan keadaan Fisik : mata merah, tangan mengepal, ekspresi tegang, dan lain-lain

Emosional : perasaan marah, jengkel, bicara kasar

Sosial : bermusuhan yang dialami saat terjadi perilaku kekerasan

3. Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda perilaku kekerasan yang dialaminya

˗ Motivasi klien menceritakan kondisi fisik saat perilaku kekerasan terjadi

˗ Motivasi klien menceritakan kondisi emosinya saat terjadi perilaku kekerasan

˗ Motivasi klien menceritakan kondisi psikologis saat terjadi perilaku kekerasan

˗ Motivasi klien menceritakan kondisi hubungan dengan orang lain saat terjadi perilaku kekerasan 4. Klien dapat mengidentifikasi jenis

perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya

4. Klien menjelaskan :

˗ Jenis-jenis ekspresi kemarahan yang selama ini telah dilakukannya

˗ Perasannya saat melakukan kekerasan

˗ Efektivitas cara yang dipakai dalam menyelesaikan masalah

4. Diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang dilakukannya selama ini :

˗ Motivasi klien menceritakan jenis-jenis tindak kekerasan yang selama ini pernah dilakukannya

˗ Motivasi klien menceritakan perasaan klien setelah tindak kekerasan tersebut terjadi

˗ Diskusikan apakah dengan tindak kekerasan yang dilakukannya masalah yang dialami teratasi 5. Klien dapat mengidentifikasi

akibat perilaku kekerasan

5. Klien menjelaskan akibat tindak kekerasan yang dilakukannya : - Diri sendiri : luka, dijauhi, teman, dll - Orang lain : luka, tersinggung, ketakutan,

5. Diskusikan dengan klien akibat negatif (kerugian) cara yang dilakukan pada : diri sendiri, orang lain / keluarga, lingkungan

dll

- Lingkungan : barang atau benda rusak, dll

6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan

6. Klien : Menjelaskan cara-cara sehat mengungkapkan

marah

6. Diskusikan dengan klien:

Apakah klien mau mempelajari cara baru mengungkapkan marah yang sehat

Jelaskan berbagai alternatif pilihan untuk mengungkapkan marah selain perilaku kekerasan yang diketahui klien.

Jelaskan cara-cara sehat untuk mengungkapkan marah:

˗ Cara fisik: nafas dalam, pukul bantal atau kasur, olah raga.

˗ Verbal: mengungkapkan bahwa dirinya sedang kesal kepada orang lain.

˗ Sosial: latihan asertif dengan orang lain.

˗ Spiritual: sembahyang/doa, zikir, meditasi, dsb sesuai keyakinan agamanya masing-masing 7. Klien dapat mendemonstrasikan

cara mengontrol perilaku kekerasan

7. Klien memperagakan cara mengontrol perilaku kekerasan:

˗ Fisik: tarik nafas dalam, memukul bantal/kasur

˗ Verbal: mengungkapkan perasaan kesal/jengkel pada orang lain tanpa menyakiti

˗ Spiritual: zikir/doa,meditasi sesuai

7.1. Diskusikan cara yang mungkin dipilih

dan anjurkan klien memilih cara yang mungkin untuk mengungkapkan kemarahan.

7.2. Latih klien memperagakan cara yang dipilih:

˗ Peragakan cara melaksanakan cara yang dipilih.

˗ Jelaskan manfaat cara tersebut

˗ Anjurkan klien menirukan peragaan yang

agamanya sudah dilakukan.

˗ Beri penguatan pada klien, perbaiki cara yang masih belum sempurna

7.3. Anjurkan klien menggunakan cara yang sudah dilatih saat marah/jengkel

8. Klien mendapat dukungan keluarga untuk mengontrol perilaku kekerasan

8. Keluarga : Menjelaskan cara merawat klien dengan perilaku kekerasan,

mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien

8.1. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung klien untuk mengatasi perilaku kekerasan.

8.2. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi perilaku kekerasan

8.3. Jelaskan pengertian, penyebab, akibat dan cara merawat klien perilaku kekerasan yang dapat dilaksanakan oleh keluarga.

8.4. Peragakan cara merawat klien (menangani PK ) 8.5.Beri kesempatan keluarga untuk memperagakan ulang

8.6. Beri pujian kepada keluarga setelah peragaan 8.7. Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatihkan

9. Klien menggunakan obat sesuai progaram yang telah ditetapkan

9.1 Klien menjelaskan : manfaat minum obat, kerugian tidak minum obat, dosis penggunaan obat, nama obat, waktu pemakaian, cara pemakaian, efek yang dirasakan

9.2 Klien menggunakan obat sesuai program

9.1. Jelaskan manfaat menggunakan obat secara teratur dan kerugian jika tidak menggunakan obat 9.2 Jelaskan kepada klien : Jenis obat (nama, warna, dan bentuk obat), Dosis yang tepat untuk klien, waktu pemakaian, cara pemakaian, efek yang dirasakan 9. 3 Anjurkan klien : minta dan menggunakan obat tepat waktu, lapor ke perawat / dokter jika mengalami

efek yang tidak biasa, beri pujian terhadap kedisiplinan klien menggunakan obat

3. Strategi Pelaksanaan

Dx PERILAKU KEKERASAN A Pasien

SP Ip

1 BHSP

2 Mengidentifikasi penyebab PK 3 Mengidentifikasi tanda dan gejala PK 4 Mengidentifikasi PK yang dilakukan 5 Mengidentifikasi akibat PK

6 Menyebutkan cara mengontrol PK

7 Membantu pasien mempraktekkan latihan cara mengontrol fisik I

8 Menganjurkan pasien memasukkan dalam kegiatan harian SP Iip

1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2 Melatih pasien mengontrol PK dengan cara fisik II 3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan

harian SP IIIp

1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2 Melatih pasien mengontrol PK dengan cara verbal

3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP Ivp

1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2 Melatih pasien mengontrol PK dengan cara spiritual 3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan

harian SP Vp

1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2 Menjelaskan cara mengontrol PK dengan minum obat 3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan

harian Nilai SP Vp B Keluarga

SP I k

1 Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien

2 Menjelaskan pengertian PK, tanda dan gejala, serta proses terjadinya PK

3 Menjelaskan cara merawat pasien dengan PK SP II k

1 Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan PK

2 Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien PK

SP III k

1 Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning)

2 Menjelaskan follow up pasien setelah pulang

4. Implementasi

Pelaksanaan pengimplementasian tindakan yang telah didefinisikan dalam rencana asuhan keperawatan jiwa untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dan partisipasi pasien dalam tindakan keperawatan pada hasil yang diharapkan. Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu mevalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan oleh pasien saat ini. Semua tindakan yang telah dilaksanakan beserta respons pasien didokumentasikan (Risal, et al, 2020).

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan padapasien. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu, evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan dan evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan antara respons pasien dan tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan, SOAP yaitu (Risal, et al, 2022) :

S, yaitu respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.

O, yaitu respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku pasien pada saat tindakan dilakukan.

A, yaitu analisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalahmasih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontraindikasi dengan masalah yangada.

P, yaitu perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respons pasien yang terdiri dari tindakan lanjut pasien dan tindakan lanjut oleh perawat

Evaluasi kemampuan pasien mengatasi risiko perilaku kekerasan berhasil apabila pasien dapat:

a. Menyebutkan penyebab, tanda dan gejalaperilaku kekerasan, perilaku kekerasan yang biasa dilakukan, dan akibat dari perilaku kekerasan.

b. Mengontrol perilaku kekerasan secara teratur sesuai jadwal: secara fisik: tarik nafas dalam dan pukul bantal/kasur, secara sosial/verbal:

meminta, menolak, dan mengungkapkan perasaandengan cara baik secara spiritual terapi psikofarmaka

c. Mengidentifikasi manfaat latihan yang dilakukan dalam mencegah perilakukekerasan

Evaluasi kemampuan keluarga (pelaku rawat) risiko perilaku kekerasan berhasil apabila keluarga dapat:

a. Mengenal masalah yang dirasakan dalam merawat pasien (pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya risiko perilaku kekerasan) b. Mencegah terjadinya perilaku kekerasan

c. Menunjukkan sikap yang mendukung dan menghargai pasien

d. Memotivasi pasien dalam melakukan cara mengontrol perasaan marah

Dokumen terkait