• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyebab Timbulnya Masalah Dalam Pengelolaan Kelas

Dalam dokumen BUKU PENGELOLAAN KELAS_2022.pdf (Halaman 45-50)

PERMASALAHAN DAN SOLUSI DALAM PENGELOLAAN KELAS

C. Penyebab Timbulnya Masalah Dalam Pengelolaan Kelas

C. Penyebab Timbulnya Masalah Dalam Pengelolaan

4) Terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah laku siswa dan latar belakangnya. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya usaha guru dengan sengaja memahami siswa dan latar belakangnya.

5) Terbatasnya pengetahuan guru tentang masalah Pengelolaan dan pendekatan Pengelolaan baik yang sifatnya teoretis maupun pengalaman praktis.

6) Kurangnya kedekatan guru dengan semua siswanya di kelas.

Untuk memudahkan dalam Pengelolaan kelas, seorang guru harus dekat dengan siswa. Karena dengan dekat kepada siswa guru tersebut akan mudah memahami setiap karakter siswa di kelasnya. Selain itu, jika guru dekat dengan siswa secara otomatis siswa akan memiliki Sense of Belonging and Sense of Responsibility terhadap gurunya, kelas dan pembelajaran.

Sebaliknya, jika rasa kedekatan tersebut tidak terjalin, siswa secara otomatis tidak akan memiliki rasa bertanggung jawab terhadap dirinya, guru, kelas dan pelajarannya.

b. Faktor siswa

Kekurangsadaran siswa dalam memenuhi tugas dan haknya sebagai anggota kelas dapat merupakan faktor utama penyebab masalah Pengelolaan kelas.

c. Faktor keluarga

Kebiasaan yang kurang baik di lingkungan keluarga, seperti tidak patuh pada disiplin, tidak tertib, kebebasan yang berlebihan ataupun dikekang berlebihan akan menyebabkan siswa melanggar disiplin di kelas.

d. Faktor fasilitas

Ruang kelas yang kecil dibanding dengan jumlah siswa dan kebutuhan siswa untuk bergerak dalam kelas merupakan salah satu problema yang terjadi pada Pengelolaan kelas.

Beberapa faktor di atas menunjukkan bahwa peran dan tugas guru sangatlah berat dalam mengelola kelasnya, guru harus cerdas untuk memilih strategi yang tepat agar faktor penyebab timbulnya masalah jangan sampai terjadi di kelasnya.

Pidarta dalam Badrudin (2014: 104), mengemukakan bahwa masalah-masalah Pengelolaan kelas yang berhubungan dengan perilaku peserta didik adalah:

a. Kurang kesatuan, misalnya dengan adanya kelompok-kelompok, dan perbedaan jenis kelamin.

b. Tidak terdapat standar perilaku dalam bekerja kelompok, misalnya rebut, bercakap-cakap, pergi kesana-kemari, dan sebagainya.

c. Reaksi negatif terhadap anggota kelompok, misalnya rebut, bermusuhan, mengucilkan, merendahkan kelompok bodoh.

d. Kelas menolerir kekeliruan-kekeliruan temannya, menerima dan mendorong perilaku peserta didik yang keliru.

e. Mudah mereaksi hal-hal negatif, misalnya bila didatangi tamu- tamu, terjadi perubahan iklim dan sebagainya.

f. Moral rendah, permusuhan agresif, misalnya dalam lembaga yang alat-alat belajarnya kurang, kekurangan uang, dan lain-lain.

g. Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah, seperti tugas-tugas tambahan, anggota kelas yang baru, situasi baru dan sebagainya.

Pidarta mengatakan bahwa variasi perilaku di atas disebabkan oleh:

a. Pengelompokan (pandai, sedang, bodoh), kelompok bodoh akan menjadi sumber negatif, penolakan atau apatis.

b. Karakteristik individual, seperti kemampuan kurang, ketidakpuasan atau dari latar belakang ekonomi rendah yang menghalangi kemampuannya.

c. Kelompok pandai merasa terhalangi oleh teman-temannya yang tidak seperti dia. Kelompok ini sering menolak standar yang diberikan oleh pendidik. Sering juga kelompok ini membentuk norma sendiri yang tidak sesuai dengan harapan lembaga.

d. Dalam latihan diharapkan semua peserta didik tenang dan bekerja sepanjang jam pembelajaran, kalau ada interupsi atau interaksi mungkin mereka merasa tegang atau cemas. Karena itu perilaku- perilaku menyimpang satu atau dua orang bisa ditoleransi asal tidak merusak kesatuan.

e. Dari organisasi kurikulum tentang team teaching, misalnya pendidik mendidik dari satu peserta didik ke peserta didik lainnya dan dari kelompok satu ke kelompok yang lain. Sehingga tenaga mereka banyak dipakai berjalan, harus menyesuaikan diri berkali- kali, tidak ada kestabilan, dan harus menyesuaikan terhadap peserta didik dan metode-metodenya. Pengembangan diri yang sesungguhnya bersumber dari hubungan sosial menjadi terlambat.

Di antara aspek penting Pengelolaan kelas adalah disiplin. Disiplin harus menjadi perhatian utama pendidik, administrator, dan peserta didik. Disiplin tidak selalu berarti mengupayakan adanya hukuman.

Hukuman merupakan konsekuensi atas kesalahan perilaku. Axelrod dalam Badrudin (2014: 105), mengatakan “Punishment dapat digunakan oleh pendidik untuk mengurangi perilaku yang tidak diharapkan”.

Disiplin berhubungan dengan mencegah munculnya perilaku salah dalam kelas, sebagaimana adanya hukuman sebagai konsekuensi atas perubahan yang mengganggu. Selain faktor disiplin dan hukuman atau sanksi, reward dapat digunakan untuk memotivasi peserta didik berperilaku sesuai degan yang diharapkan oleh pendidik. Menurut Clarizio dalam Badrudin (2014: 105), mengatakan terdapat tiga faktor yang harus dipertimbngkan jika ingin sukses dalam melakukan penguatan positif melalui reward, pendidik harus menetapkan:

a. Frekuensi pemberian reward, b. Waktu pemberian reward, dan c. Tipe pemberian reward.

2. Kekeliruan yang Perlu Dihindari Guru Dalam Pengelolaan Kelas

Beberapa kekeliruan yang perlu dihindari guru dalam mempraktikkan keterampilan Pengelolaan kelas Priansa (2015), sebagai berikut ini:

1. Campur Tangan Berlebihan

Campur tangan guru yang berlebihan terhadap peserta didik akan memberikan dampak yang kurang baik, oleh karena itu campur tangan guru dilakukan sesuai dengan tugas, fungsi, dan tanggung jawabnya di kelas.

2. Kesenyapan

Proses kesenyapan memang diperlukan di dalam kelas, namun kesenyapan tersebut tidak diperlukan dalam waktu yang lama karena dapat menimbulkan perilaku yang berlebihan dari peserta didik (misalnya gaduh, yang disebabkan oleh peserta didik ngobrol) yang akan mengganggu proses belajar yang sedang berlangsung.

3. Ketidaktepatan Memulai dan Mengakhiri Kegiatan

Kegiatan di awal dan akhir merupakan hal yang sangat krusial bagi guru. Kegiatan awal adalah pembuka jalan dalam mengorganisasikan pikiran peserta didik untuk menemukan dan melakukan berbagai hal di kelas terkait dengan belajar yang dialaminya, terutama kaitannya dengan tugasnya.

Pemahaman guru atas berbagai kegiatan dan kegiatan lanjut yang akan dilaksanakan peserta didik di masa yang akan datang.

4. Penyimpangan

Bentuk perilaku yang menyimpang baik secara individual maupun kaitannya dalam pelaksanaan pembelajaran.

5. Bertele-tele

Penggunaan kata atau kalimat yang bertele-tele dalam kegiatan yang bertele-tele akan menimbulkan kebosanan dan ketidaknyamanan bagi peserta didik ketika hal itu tertuju pada satu orang saja atau pada satu pokok bahasan saja.

6. Pengulangan Penjelasan yang Tidak Perlu

Banyak hal yang baru bagi peserta didik yang dapat disampaikan, dan banyak hal lainnya yang juga memerlukan pengulangan.

Prinsip yang harus dipahami adalah bahwa ketika terjadi proses pengulangan adalah bentuk untuk mengaitkan pokok bahasan, menegaskan, dan mencontohkan. Karena pengulangan dapat memunculkan persepsi yang kurang baik bagi peserta didik sehingga akan muncul anggapan bahwa guru tidak dapat mengajar dengan baik.

Masalah Pengelolaan kelas dapat dikelompokkan menjadi dua kategori utama, yaitu masalah yang berkaitan dengan individu dalam masalah yang diberikan dengan kelompok. Tindakan Pengelolaan kelas

yang dilakukan oleh guru akan efektif apabila guru dapat mengiden- tifikasi dengan tepat hakikat masalah yang sedang dihadapinya, sehingga dapat disajikan solusi yang tepat.

Priansa (2015), mengemukakan beberapa masalah yang ditimbulkan peserta didik sebagai individu di dalam kelas antara lain:

a. Tingkah laku yang ingin mendapat perhatian orang lain. Misalnya melakukan kegiatan konyol di kelas atau mengerjakan tugas dengan lamban sehingga membutuhkan pertolongan ekstra.

b. Tingkah laku yang ingin menunjukkn kekuatan. Misalnya selalu mengajak guru untuk berdebat, emosinya kadang meluap, lupa terhadap aturan yang ada di kelas, serta sengaja meninggalkan kelas sebelum jam pelajaran selesai.

c. Tingkah laku yang bertujuan untuk menyakiti orang lain. Misalnya menyakiti orang lain dengan kata-kata kasar, rasis, memukul, menggigit dan lain sebagainya.

d. Perilaku ketidakmampuan. Yaitu sama sekali menolak untuk mencoba melakukan apa pun karena menganggap bahwa apa pun yang dilakukannya akan mengalami kegagalan.

Hendakya guru dapat mengidentifikasi masalah yang sedang dihadapinya, sehingga dapat disajikan solusi yang tepat.

Dalam dokumen BUKU PENGELOLAAN KELAS_2022.pdf (Halaman 45-50)