• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyelesaian Kasus Pencurian dengan Kekerasan Di Polres Luwu

Pencurian dengan kekerasan adalah

Termasuk delik biasa yaitu delik delik yang tidak mensyaratkan adanya pengaduan untuk penuntutannya, seperti pembunuhan, pencurian dan penggelapan. Dimana bentuk tindak pidana delik biasa yang paling sederhana tanpa adanya unsur yang bersifat memberatkan seperti dalam Pasal 362 KUHP tentang pencurian.49

Hubungan terhadap kejahatan harta benda dan pencurian dengan kekerasan yaitu melanggar terhadap aturan terdapat pada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) buku kedua tentang kejahatan. Suatu perbuatan yang dikenal dengan sebutan perampokan yang unsurnya yang tidak lepas dari delik terhadap harta benda yaitu adanya barang baik bergerak maupun tidak bergerak. Akibat dari itu kekerasan yang terjadi sebagai akibat dari tindakan “kekerasan” yang melanggar hukum lebih tinggi dibandingkan dengan keresahan karena pelanggaran lainnya, hal ini dapat terbukti dimasukkannya kejahatan dengan kekerasan dalam KUHP. KUHP pun bertujuan untuk memberikan perlindungan secara preventif pada ‘jiwa’ dan ‘badan’. Pencurian dengan kekerasan sendiri diatur dalam Pasal 365 KUHP yang berbunyi:

1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, terhadap orang dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pencurian, atau dalam hal tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya, atau untuk tetap menguasai barang yang dicuri.

2) Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun:

a. Jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah ataupekarangan tertutup yang ada rumahnya, di berjalan;

b. Jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu;

49 Mahrus Ali, “Dasar-Dasar Hukum Pidana”, (Sinar Grafika: 21 April 2022), h. 103.

c. Jika masuk ke tempat melakukan kejahatan dengan merusak atau memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu.

d. Jika perbuatan mengakibatkan luka- luka berat.

) Jika perbuatan mengakibatkan kematian maka diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

) Diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, jika perbuatan mengakibatkan luka berat atau kematian dan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu, disertai pula oleh salah satu hal yang diterangkan dalam no. 1 dan no. 3

Dalam Pasal tersebut terdapat unsur tindak pidana pencurian dengan kekerasan yaitu diantaranya:

Dalam menyelesaikan kasus pencurian dengan kekerasan. Polres Luwu melakukan proses pemeriksaan terhadap tersangka pelaku tindak pidana yaitu tahap dari pada kegiatan penyedikan yang bertujuan sebagaimana dimaksud terdapat dalam ketentuan umum dalam Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia No 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana. Penyedikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.50 Dalam melaksanakan proses pemeriksaan wajib dilaksanakan dengan menjunjung tinggi hukum yang berlaku serta senantiasa memandang hak asasi manusia sebagai halnya diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

Prosedur atau strategi penyidikan yang dilakukan oleh penyidik/penydik pembantu Reskrim di Polres Luwu yang diberikan kewenangan yaitu terdapat pada Pasal 5 KUHAP yang berbunyi:

50 KUHAP PASAL 2

(1) Penyelidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4:

a. Karena kewajibannya mempunyai wewenang:

1. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana.

2. Mencari keterangan dan barang bukti.

3. Menyuruh berhenti seorang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri.

4. Mengadakan Tindakan lain menurut hukum yang bertanggungjawab.

Yang dimaksud dengan “tindakan lain” adalah tindakan dari penyidik untuk kepentingan penyelidikan dengan syarat:

a. Tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum.

b. Selarasnya dengan kewajiban hukum yang mengharuskan dilakukanya Tindakan jabatan.

c. Tindakan itu harus patut dan masuk akal dan termasuk dalam lingkungan jabatannya.

d. Atas pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan memaksa.

e. Menghormati hak asasi manusia.

b. Atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa:

1. Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledehan dan penyitaan

2. Pemeriksaan dan penyitaan surat

3. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang

4. Membawa dan menghadapkan seorang pada penyidik.

(2) Penyidik membuat dan menyimpulkan laporan hasil pelaksanaan Tindakan sebagaimana tersebut pada ayat (1) huruf a dan huruf b kepada penyidik.

Dalam melakukan tugas proses pemeriksaan penyedikan yaitu saat melakukan pemeriksaan tersangka secara hukum oleh penyidik dengan cara sebagai berikut:

1. keterangan harus diberikan secara tanpa adanya tekanan.

2. penyidik mencatat keterangan tersangka secara mendetail.

3. jika tersangka yang bertempat tinggal diluar daerah hukum penyidik, maka dapat dialihkan pemeriksaan kepada penyedik diwilayah hukum tempat tinggal tersangka.

4. apabila tersangka tidak menghadap secara langsung kepada penyidik, maka penyidik dapat dilaksanakan ditempat tersangka dengan cara penyidik mendatangi tersangka.

Kedudukan Kepolisian dalam menegakkan hukum yang secara jelas diatur dalam UU No. 2 Tahun 2002 yaitu terdapat pada Pasal 2 yang menjelaskan fungsi Kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara dibidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, memberikan penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Dengan mengingat subtansi menegakkan HAM, keamanan, hukum, dan keadilan. Menunjukkan pada Pasal 5 ayat (1) UU No. 2 Tahun 2002 menegaskan kembali peran kepolisian yaitu Kepolisian Negara Indonesia merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharangya keamanan dalam negeri.

Berdasarkan defenisi diatas tampak secara tegas sesungguhnya bahwa peran Kepolisian Negara Republik Indonesia salah satunya yaitu penegakan hukum.

Penegakan hukum adalah petugas yang berhubungan dengan masalah peradilan yang menjadi salah satu tugas pokok yang harus di jalankan oleh anggota kepolisian di Polres Luwu. Sedangkan peran kepolisian di Polres Luwu dalam menjalankan upaya atau kebijakan dalam memberikan perlindungan hukum terhadap korban kejahatan tindak pidana pencurian dengan kekerasan yaitu melakukan pencegahan dan pemberantasan dalam penerapannya hukum pidana meniti beratkan pada upaya yang bersifat represif (penindakan/pemberantan) yaitu

upaya setelah terjadinya kejahatan yang melalaui sarana sistem peradilan pidana (penal) sedangkan preventif (pencegahan/penangkalan) yaitu upaya sebelum terjadinya kejahatan yang melalui sarana (non penal). Kedua upaya terdapat perbedaan yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Tindakan Represif

Upaya yang dilakukan dari pihak penyidik secara represif yaitu menegakkan hukum, yakni dengan melakukan penyidik dan penyelidikan dalam upaya menemukan pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan dan memberikan sanksi sesuian dengan perbuatannya sesuai dengan Pasal 365 KUHP tentang pencurian dengan kekerasan.

Namun secara teoritis praktis dalam menetukan dakwaan di kejaksaan, jaksa penuntut umum harus dapat memperhatikan dakwaan yang diberikan sesuai terhadap terdakwa pelaku tindak pidana. Banyaknya kasus pidana yang ditangani kejaksaan terkadang dalam melakukan tugasnya (penuntutan) jaksa tak luput dari kesalahan, seperti dalam menuntut terdakwa tidak memperhatikan adanya peringanan yang seharusnya diberikan kepada terdakwa. Proses penangan perkara pencurian dengan kekerasan yang hasilnya bahwa dalam tindak pidana pencurian telah di atur lengkap dalam KUHP, yaitu terdapat dalam pasal 362 sampai dengan pasal 367. Terkaitnya dalam KUHP, yang menyebutkan karena terdapat unsur- unsur pemberatan yang dilakukan dengan diikuti kekerasan atau ancaman kekerasan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan cara memanjat atau merusak, serta menggunakan anak kunci palsu. Akan tetapi dalam klasifikasi

setiap perkara tindak pidana adanya pelaku utama dan pembantu, sehingga dalam menentukan dakwaan untuk pelaku utama dijelaskan dalam pasal 55 KUHP Sedangkan pelaku pembantu dijelaskan dalam Pasal 56 dan 57 KUHP maka maksimum pidana pokok terhadap kejahatan dikurangi sepertiga.

2. Tindakan preventif

Adapun upaya yang dilakukan oleh polres luwu dalam mencegah sebelum terjadinya pencurian dengan kekerasan yaitu sebagai berikut:

1. Menghilangkan yang menjadi faktor-faktor orang melakukan pencurian dengan kekerasan dengan melakukan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli.

2. Mengadakan sosialisasi, melakukan penghimbauan dan menanggulangi kejahtan dengan cara berkerjasama dengan masyarakat yang menjadi sarana untuk memperkuat moral dan mental seorang agar tidak memiliki keinginan untuk berbuat jahat.

3. Menempelkan spanduk atau banner sebagai upaya pencegahan pencurian dengan kekerasan dan menggunakan media sosial sebagai media mendidik pelajar serta masyarakat luas.51

D. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Tindak Pidana

Dokumen terkait