• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Orang Tua Dalam Pengembangan Minat Literasi Anak Usia Dini

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN

B. Peran Orang Tua Dalam Pengembangan Minat Literasi Anak Usia Dini

ada sepuluh peran orang tua menurut Dion Yulianto dan Anwar, Arsyad Ahmad, yaitu sebagai berikut:

1) Menjadi Teladan Yang Baik

Anak adalah bagaimana ia memandang dan meniru orang tuanya. Ungkapan ini mungkin cocok untuk menunjukan betapa pentingnya peran orang tua dalam mendidik dan membentuk kepribadian anak-anaknya. Bagaimana orang tua menunjukan kebiasaan-kebiasaan yang positif, tindakan-tindakan yang terpuji, perkataan-perkataan yang mendorong pada kemajuan; semuanya dilihat dan ditiru dengan mutlak oleh anak-anak mereka sebagai lingkungan pembelajaran yang pertama. Orang tua yang mampu menunjukan teladan yang tepat, maka anak-anaknya akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi positif. Sebaliknya, teladan buruk yang ditunjukan oleh orang tua akan menghasilkan dampak-dampak negatif dalam pola perkembangan anak saat mereka dewasa kelak.

Orang tua adalah role model, tokoh panutan, pertama bagi anak. Anak-anak selalu mengamati mengamati orang tua mereka secara instingtif, dan mengikuti polanya yang diulang-ulang yang ditunjukan orang tuanya. Inilah yang oleh para ilmuwan disebut

sebagai “modeling”. Anak-anak belajar berbicara dengan cara modeling. Mereka belajar bahasa hanya dengan mendengar, mengobservasi, dan menirukan. Dengan sendirinya, mereka akan memproleh kepribadian, kekuatan karakter, keyakinan, kemampuan bersikap dan menentukan nilai dari lingkungan keluarga.

2) Menyediakan Tempat Yang Aman Bagi Anak.

Sangat penting bagi orang tua untuk memastikan anak aman dalam proses pembelajaran dan pertumbuhan hidupnya.

Bahkan anak yang luar biasa genius pun masih memerlukan bantuan orang tua untuk dapat memaksimalkan seluruh potensi besar dalam dirinya. Dalam kasus anak dengan kecerdasan di atas rata-rata, kebutuhan anak tempat yang aman ini bahkan lebih besar lagi. Sebagaimana kita ketahui, anak genius memiliki inisiatif yang lebih tinggi untuk melakukan hal-hal baru, percobaan- percobaan baru. Untuk itu orang tua perlu orant tua perlu mengawasi apa yang sedang dilakaukan anak, eksperimen apa yang direncanakannya dan bahan-bahan apa yang disiapkannya untuk ”proses kreatifnya” itu.

3) Menyediakan Fasilitas dan Sarana Untuk Kerja Kreatif Anak.

Kerja kreatif anak akan optimal jika mendapatkan fasilitas dan sarana untuk mewujudkannya.

4) Memotivasi Anak Ketika Dia Mulai Putus Asa.

Kadang-kadang, anak mengalami frustasi dalam proses belajarnya, anak-anak dengan kecerdasan di atas rata-rata pun mengalami hal ini sesekali waktu. Sebagai oaring tua, kita tidak boleh membiarkan hal ini berlarut-larut karena akan menghambat semangat anak untuk berkreasi, berinovasi, dan melangkah ke depan.

5) Mengembangkan Aliran Gagasan

Cara lain untuk dapat lebih mengembangkan kreativitas dan kegeniusannya adalah dengan menerapkan teknik aliran gagasan sebagaimana dicontohkan di bawah ini.

a) Membuat Sebuah Catatan. Dorong anak untuk menyediakan sebuah buku catatan yang dapat digunakan untuk mencatat setiap ide-ide kreatifnya, ide-ide yang terkadang terlintas begitu saja dalam benaknya.

b) Mengunakan waktu-waktu tertentu untuk proses kreatif.

Cobalah sediakan waktu khusus di mana anak dapat sepenuhnya berfokus untuk menemukan ide-ide baru.

Misalnya pada sore hari selama 1 sampai 1,5 jam untuk mencoba menemukan ide-ide kreatif, dan pada hari libur sebagai waktu luang untuk mencoba mewujudkan ide-ide tersebut menjadi kenyataan.

c) Tentukan batas waktu. Setiap proses kreatif membutuhkan batas waktu penyelesaiannya.

d) Tentukan kuota gagasan yang ingin anak raih. Dorong anak unstuk menemukan ide-ide baru setiap hari, sehingga pada akhir bulan anak telah banyak memiliki ide.

e) Yakinkan diri anak bahwa setiap orang bisa menjadi unggul dan kreatif. Orang tua perlu menyakinkan anaknya bahwa setiap anak memiliki potensi kreatif, termasuk dirinya.20 6) Menciptakan Suasana Keluarga Yang Kondusif.

Para orang tua hendaknya memperhatikan suasana harmonis dan kondusif dalam keluarga sehingga memungkinkan pertumbuhan anak secara normal, meliputi:

a) Sikap orang tua yang authoritative dengan memberikan kebebasan pada anak untuk berpendapat melalui memberikan pengarahan-pengarahan yang tidak hanya bersifat satu arah, sediakan waktu untuk diskusi, hargai pendapat mereka sekalipun mungkin salah.

b) Pertanyaan-pertanyaan anak yang tidak diperhatikan akan mematikan rasa ingin tahu, yang berdampak pada anak menjadi masa bodoh dan bersikap tidak peduli dan akan menjadikannya sulit berkembang, baik kecerdasan maupun kreativitasnya.

20 Dion Yulianto. Panduan Mendidik Anak dengan Kecerdasan di atas rata-rata. ( Jogjakarta: javalitera, 2012), h. 14.

c) Bermain, baik dalam arti metode belajar (learning by playing) maupun bermain bersama anak (aktifitas fisik) gerakan-gerakan seperti berguling-guling, melompat-lompat, berayun-ayun, sangat mempengaruhi syaraf-syaraf kecerdasan anak

d) Berikan keteladanan, bagi anak menirukan pekerjaan yang dilakukan orang tua lebih mudah dibandingkan dengan melakukan apa yang diucapkan, tunjukan sikap, ucapan maupun perilaku baik yang dapat dicontoh oleh anak.

e) Hindari hukuman fisik, hukuman fisik lebih banyak menimbulkan dampak negatif, jika emosi orang tua sudah tinggi, hukuman fisik seringkali merupakan pelampiasan yang tidak terkendali.

f) Berikan perhatian pada kebutuhan anak khususnya yang berkaitan dengan emosi dan intelektual mereka, harus disadari bahwa kebutuhan seorang anak tidak hanya fisik semata.

7) Kondisikan Dengan Suasana Membaca.

Para orang tua dapat memperkenalkan buku cerita kepada anak sedini mungkin dan saat yang paling mudah menanamkan kebiasaan membaca adalah saat anak belum bisa protes, yaitu waktu bayi, bahkan sejak dalam kandungan. Jika kita membackan cerita kepada bayi setiap malam secara rutin, maka acara tersebut menjadi suatu ritual yang dinantikan anak.membacakan cerita

pada bayi juga mengembangkan keingintahuan serta kecerdasan anak. Ketika bayi semakin besar, sudah bisa duduk dipangkuan, mulai meraba buku dan merasakan kehangatan orang tua pada saat membacakan cerita dan itu suatu perasaan yang sangat menyenangkan anak. Perasaan itu akan terus terbawa sampai dewasa, inilah yang disebut dengan neuro association.

Dengan demikian bagi anak, buku menjadi suatu yang menyenangkan saat besar, perasaan nyaman akan dirasakan kembali sehingga anak akan merasa sangat senang atau kehadiran buku di dekatnya. Hal ini juga dapat dihubungkan untuk mengimbangi dampak televisi bagi anak.

8) Pemberian Sugesti Positif Dan Tidak Membandingkan Dengan Anak Lain.

Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar waktu dari perjalanan hidup manusia lebih banyak mendapatkan sugesti yang negatif dibandingkan yang positif.

Untuk itulah disarankan agar memberi dorongan pada apa yang harus dilakukan bukan yang dilarang, karena dorongan akan membuat anak berani mencoba sementara larangan membuat anak menjadi takut untuk mencoba.

Sedangkan tidak diserahkan membandingkan dengan anak lain karena secara umum manusia tidak akan berkenaan jika dibandingkan dengan orang lain demikian pula pada anak. Hal ini

akan berdampak rendahnya rasa percaya diri yang disebabkan eksistensi diri yang tidak dihargai.

9) Tumbuhkan Rasa Ingin Tahu.

Semua anak secara universal suka mengajukan pertanyaan, demikian juga anak-anak Indonesia. Tetapi begitu mereka dewasa, nampak berbeda dengan orang-orang di Negara-negara maju pada umumnya, yaitu sebagian besar orang Indonesia tidak suka bertanya atau lebih suka diam, sedangkan orang Eropa rasa ingin tahu mereka tetap tinggi.

Para ahli mengatakan bahwa pada otak orang Indonesia terdapat neuro pathway. Di Negara-negara maju karena setiap pertanyaan anak selalu mendapatkan perhatian dan penghargaan dengan memberikan jawaban yang memuaskan berakibat neuro pathway mereka semakin kuat. Sebaliknya pada masyarakat kita pertanyaan anak seringkali diremehkan dan tidak mendapatkan perhatian yang serius, sehingga berakibat munculnya neuro pathway dan hilangnya keingin-tahuan.

10) Perkenalkan Bahasa Kedua.

Memperkenalkan bahasa kedua (Arab, Inggris, Jepang, Jerman, Perancis) kepada anak sejak awal adalah saat yang paling tepat. Kemampuan belajara suatu bahasa asing paling tinggi sejak kelahiran hingga usia enam tahun. Dan sesudah itu menurun secara tetap dan tak terpulihkan. Banyak orang dewasa masih

berhasil belajar bahasa baru, tetapi biasanya harus dengan perjuangan berat.21

c. Factor-Faktor Yang Menentukan Keberhasilan Dalam Mengasuh Anak

Menurut anwar, arsyad ahmad ada tiga factor yang menentukan keberhasilan dalam mengasuh anak, yaitu sebagai berikut:

1. Pelatihan Yang Tepat.

Sebagaimana kaum profesional, para orang tua pun membutuhkan pelatihan. Selain orang tua yang penuh dengan rasa cinta, anak-anak juga membutuhkan orang tua yang terlatih.

Sejumlah orang tua memiliki pemahaman yang keliru bahwa kalau mereka sudah mencintai anak-anak mereka dengan semaksimal mungkin, perilaku buruk anak berkurang suatu hari nanti.

2. Disiplin Yang Tepat.

Mendisiplinkan sering kali mengarah pada makna menghukum. Ketika ada pertanyaan tentang mendisiplinkan anak, sering kali jawaban yang diberikan adalah “menghukum anak”.

Orang tua cenderung menggunakan hukuman dalam upaya mendisiplinkan anak. Mereka membentak, memarahi, menampar, memaki, mengurung anak di kamar, dan sebagainya. Ingat, pendisiplinan dan hukuman tidaklah sama. Bila digunakan secara benar, hukuman merupakan bagian kecil dari keseluruhan proses

21 Anwar, Arsyad Ahmad. Pendidikan Anak Dini Usia (pendidikan praktis bagi ibu dan calon ibu), (bandung, alfabeta, 2009), h. 27.

pendisiplinan. Bersikap tegas (strict) atau permisif tampaknya menjadi persoalan besar bagi kebanyakan orang tua baru. Untuk sebagian kecil orang tua, hal tersebut masih menjadi persoalan yang mencemaskan, terlepas dari seberapa banyak pengalaman yang mereka miliki.

3. Kerja Sama, Bukan Kontrol.

Banyak orang tua beranggapan bahwa tujuan pendisiplinan adalah untuk mengontrol perilaku anak, atau lebih tepatnya memaksa si anak berperilaku sesuai kehendak orang tua. Oleh karenanya, orang tua kemudian terpicu untuk bersifat menguasai, sangat keras, sering kali mencela dan sama sekali tak member kelonggaran pada si anak. Padahal, tujuan penerapan kedisiplinan adalah juga untuk kebaikan si anak sendiri. Kalau orang tua sudah menganggap bahwa pendisiplinan itu adalah menguasai anak sepenuhnya, maka hasilnya akan diluar pengharapan.

G. Kerangka Pikir

Belajar sambil bermain merupakan sesuatu yang dilakukan berulang- ulang dan menimbulkan kesenangan/kepuasan bagi diri seseorang. Upanya melalui bermain memberi kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Selain itu, bermain membantu anak mengenal dirinya sendiri, dengan siapa ia hidup, serta lingkungan tempat ia hidup.

Seperti yang diketahui bahwa bermain sambil belajar memberikan kontribusi khusus pada semua aspek perkembangan anak usia dini. Sehingga semua kegiatan yang dilakukan anak harus diwujudkan melalui aktivitas belajar sambil bermain.

Hal tersebut di atas akan sempurna apabila diiringi dengan peran orang tua, karena tanpa peran orang tua maka anak tidak mampu berekplorasi sendiri. Maka akan lebih sempurna apabila di dalam anak belajar sambil bermain didukung oleh peran orang tua dalam mengembangkan kreatif anak dalam belajar.

Sehingga diyakini bahwa peran orang tua tidak bisa terlepas dalam proses anak berekplorasi, maka hasilnya akan sempurna jika anatara kreatifitas anak dalam menyalurkan minat literasinnya didukung oleh peran orang tua.

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif.Strauss dan Corbin dalam kutipan Nusa Putra menulis, istilah penelitian kualitatif dimaksudkan sebagai jenis penelitan yang temuan- temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya.

Denzin dan Lincoln dalam kutipan Nusa Putra menguraikan, penelitian kualitatif merupakan fokus perhatian dengan beragam metode, yang mencakup pendekatan interpretative dan naturalistik terhadap

subjek kajiannya. Hal ini berarti bahwa para Peneliti kualitatif mempelajari benda-benda di dalam konteks alaminya, yang berupaya untuk memahami, atau menafsirkan, fenomena dilihat dari sisi makna yang dilekatkan pada manusia (peneliti) kepadanya. Penelitian kualitatif mencakup subjek yang dikaji dan kumpulan berbagai data empiris-studi kasus, pengalam pribadi, introspeksi, perjalanan hidup, wawancara, teks- teks hasil pengamatan, historis, interaksional, dan visual-yang menggambarkan saat-saat dan makna keseharian dan problematis dalam kehidupan seseorang.22

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.

Dalam buku Nana Sudjana dan Ibrahim mengatakan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, pristiwa, pristiwa yang terjadi pada saat sekarang, dengan perkataan lain, penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan.23

2. Kehadiran Peneliti

Karena penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, maka kehadiran Peneliti wajib ke lokasi penelitian atau sangat dibutuhkan, karena Peneliti lebih mengetahui keseluruhan penelitian di lapangan.

Kehadiran Peneliti bukan untuk mempengaruhi subjek penelitian, akan

22 Nusa Putra, Ninin Dwilestari. Penelitian Kualitatif PAUD Pendidikan Anak Usia Dini.

(Jakarta : Rajawali Pers, 2013), h. 66.

23 Nana Sudjana, ibrahim. Penelitian Dan Penilaian Pendidikan. (Bandung. Sinar Baru Algensindo, 2004), h. 64.

tetapi untuk mendapatkan data dan informasi yang objektif. Untuk mendapatkan hal itu maka dapat digunakan beberapa teknik, yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Dalam pelaksanaan penelitian, Peneliti hadir di lokasi penelitian mulai sejak adanya izin meneliti dari pihak yang berwenang terhadap lokasi tersebut, dengan cara mendatangi lokasi penelitian pada waktu yang tidak menentu artinya tidak terjadwal secara formal.

Adapun tujuan yang ingin di capai Peneliti dengan keberadaannya di lapangan yaitu untuk mencari dan mengkaji data yang berkaitan dengan peran orang tua dalam pengembangan minat literasi pada Anak Usia Dini (AUD) di Dusun Dasan Telage, Desa Jelantik.

3. Lokasi Penelitian

Batasan pertama yang selalu muncul dalam kaitannya dengan metodologi penelitian adalah tempat penelitian. Yang dimaksud dengan tempat penelitian tidak lain adalah tempat dimana proses studi yang digunakan untuk memperoleh pemecahan masalah penelitian berlangsung.24

24 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan ( Jakarta: PT bumi aksara, 2014), h. 53.

Adapun lokasi penelitian yang dipilih oleh Peneliti yaitu di Dusun Dasan Telage, Desa Jelantik, Kec. Jonggat, Kab. Lombok Tengah.

Dengan alasan sebagai berikut:

a. Melihat bahwa orang tua anak di Dusun Dasan Telage Desa Jelantik sangat menekankan belajar membaca, menulis, dan berhitung pada anak usia dini.

b. Dusun dasan telage desa jelantik memiliki PAUD yang siswanya dari beberapa dusun dan siswanya cukup banyak dikarenakan tingginya minat orang tua dalam menyekolahkan dan mengembangkan literasi anaknya sejak usia dini.

c. Untuk memudahkan Peneliti dalam mendapatkan data dan informasi yang objektif serta menghemat tenaga dan biaya karena lokasi penelitian tersebut dekat dengan rumah Peneliti.

4. Sumber Data

yang dimaksud sumber data ialah dari mana data itu dapat diperoleh.25 Berdasarkan dari pengertian di atasa maka, sumber data pada penelitian ini diperoleh melalui observasi yang sumber datanya berbentuk benda, gerak atau proses sesuatu. Wawancara dimana sumber datanya dari responden. Dan dokumentasi sumber datanya diperoleh dari dokumen atau catatan.

25 Johni Dimyati, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya pada PAUD. h, 39.

Prosedur pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi adalah instrumen lain yang sering dijumpai dalam penelitian pendidikan.Secara garis besar metode observasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu sebagai berikut:

1) Observasi partisipasi

Pada posisi ini kehadiran Peneliti dalam menjalankan tugas di tengah-tengah kegiatan responden diketahui secara terbuka, sehingga antara responden dengan Peneliti terjadi hubungan atau interaksi secara wajar.

2) Observasi non partisipasi

Pada kondisi ini Peneliti dapat melakukan pengambilan data dari responden walaupun mereka tidak hadir secara langsung di tengah-tengah responden. Observasi tidak langsung ini semakin banyak dilakukan, sesuai dengan kemajuan teknologi komunikasi canggih. 26

26 Hamid Darmadi. Metode Penelitian Pendidikan, h. 263.

Dari kedua paparan di atas, maka observasi yang akan peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah observasi non partisipan, karena Peneliti berperan sebagai pengamat terhadap segala aktivitas yang dilakukan oleh orang tua anak, tanpa harus ikut campur tangan atau berbaur langsung dengan mereka. Adapun tujuan Peneliti melakukan observasi ini adalah agar Peneliti tahu apa saja bentuk peran orang tua dalam pengembangan minat literasi selama berada di rumah.

Data yang akan diobservasi oleh Peneliti dalam penelitian ini adalah strategi dan kondisi dalam pengembangan minat literasi pada Anak Usia Dini (AUD), yang dilakukan di Dusun Dasan Telage Desa Jelantik.

b. Wawancara

Adapun metode wawancara yang digunakan Peneliti dalam penelitian ini adalah wawancara tidak tersetruktur. Artinya, peneliti tidak menyiapkan pertanyaan-pertanyaan tertulis yang disertai dengan jawabannya, akan tetapi peneliti hanya mempersiapkan kisi-kisi umum dari hal-hal yang ingin ditanyakan kepada informan dan jawabannya pun bisa berkembang setelah berada di lokasi penelitian.

Data yang ingin dicari oleh Peneliti adalah bagaimana peran orang tua dalam pengembangan minat literasi pada Anak Usia Dini (AUD).

Tentunya yang akan diwawancara yaitu: orang tua dan Anak Usia Dini (AUD) Di Dusun Dasan Telage, Desa Jelantik.

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data penelitian mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat, Koran, majalah, prasasti, notulen rapat, leger nilai, agenda, dan lain-lain.

Sukardi dalam kutipan Johni Dimyati, membedakan jenis dokumentasi menjadi dua macam, yaitu:

1) Dokumentasi resmi 2) Dokumentasi tidak resmi

Dokumentasi resmi, merupakan dokumen yang secara resmi memang ditatakelolakan oleh suatu instansi. Dokumen yang termasuk resmi yang terkait penelitian ini, antara lain: surat keterangan penelitian, dokumen data warga, dan sejarah dusun.

Dokumentasi tidak resmi, merupakan dokumen yang tidak disusun untuk kepentingan dinas atau kepentingan berhubungan anatara dua pihak yang secara resmi harus dibuat oleh pejabat yang berwenang dengan ditandai oleh adanya: nomor surat, perihal, ditandatangani oleh pejabat yang brwenang serta dicap sebagai tanda sah.27

27 Johni Dimyati, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), h. 88.

Penggunaan metode dokumentasi ini untuk memperoleh data-data tertulis, seperti profil dusun, jumlah penduduk, dan jumlah orang tua yang memiliki anak usia dini serta dokumen penting lainnya yang dibutuhkan dalam mendukung penelitian ini.

Selanjutnya peneliti mengambil data yang paling penting terkait dengan peran orang tua dalam pengembangan minat literasi anak usia dini tersebut.

2. Data yang Tidak Perlu.

Data kasar atau umum yang diperoleh dari lokasi penelitian, kemudian melakukan penggolongan data yang terkait dengan peran orang tua dalam pengembangan minat literasi anak usia dini di Dusun Dasan Telage, Desa Jelantik. Data-data yang tidak perlu dibuang untuk membuat batasan permasalahan yang akan dibahas. Sehingga akan mendapatkan kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian ini. Data-data yang tidak perlu diantaranya adalah data yang terdapat dalam kategori data umum.

3. Data yang Penting Untuk Dibahas.

Dalam proses penelitian ini data-data yang diperoleh di lokasi penelitian lewat kegiatan wawancara, setelah diadakan pengumpulan hasil wawancara dengan responden. Hasil tersebut dipilah dan mengambil data yang sangat diperlukan dalam kegiatan penelitian ini. Data yang sudah dipilih untuk dibahas adalah data yang masuk kategori data khusus, seperti peran orang tua dalam pengembangan minat literasi anak usia dini di Dusun Dasan Telage, Desa Jelantik.

b. Display Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya peneliti mendisplay data. Tahap display data adalah langkah mengorganisasi data dalam suatu tatanan informasi yang padat atau kaya makna sehingga dengan mudah membuat kesimpulan. Pada tahap ini peneliti menyajikan data yang berupa hasil wawancara dan merubahnya menjadi data tertulis yang tersusun sesuai dengan yang ditanyakan. Selain itu data yang diambil dari dokumentasi di Dusun Dasan Telage, Desa Jelantik disajikan dalam bentuk tabel dan dideskripsikan secara lengkap.

c. Kesimpulan dan verifikasi

Berdasarkan hasil analisa data, melalui langkah reduksi data dan display data, langkah terakhir adalah menarik kesimpulan dan melakukan verifikasi terhadap kesimpulan yang dibuat. Kesimpulan yang dibuat adalah jawaban terhadap masalah riset. Akan tetapi, sesuai-tidaknya isi kesimpulan dengan keadaan sebenarnya, dalam arti valid atau tidaknya kesimpulan yang dibuat, perlu diverifikasi.

Verifikasi adalah upanya membuktikan kembali benar atau tidaknya kesimpulan yang dibuat dengan kenyataan.29

Dalam hal ini peneliti menganalisis data penting yang akan diambil atau vertifikasi data yang dituangkan dalam bentuk pembahasan. Dalam membahas tentang hasil penelitian, peneliti

29 Ibid, h. 288.

memilah hasil penelitian antara lain bagaimana peran orang tua, kendala, dan solusi dalam pengembangan minat literasi anak usia dini di Dusun Dasan Telage Desa Jelantik.

BAB II

PAPARAN DATA DAN TEMUAN A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Di Dusun Dasan Telage Desa Jelantik banyak orang tua yang mengajari anak pada masa usia dini literasi, hal tersebut dianggap sangat penting mengingat pada masa tersebut anak dalam keadaan kosong sehingga semua orang tua memasukan anak mereka ke lembaga pendidikan anak usia dini dengan harapan anak mereka setelah pulang sekolah mampu menerapkan apa yang di ajarkan ibu dan bapak guru terkait dengan literasi.

Orang tua banyak mengajari anak mereka di rumah dengan gaya belajar yang monoton sehingga anak cepat bosan. Mereka tidak mau tahu apakah anak sudah bosan atau tidak, mereka hanya berharap anak mereka cepat bisa membaca, menulis, dan berhitung.

B. Peran Orang Tua dalam Pengembangan Minat Literasi Anak Usia Dini (AUD) di Dusun Dasan Telage Desa Jelantik.

Berdasarkan hasil wawancara yang Peneliti lakukan dengan orang tua Anak Usia Dini (AUD) di Dusun Dasan Telage Desa Jelantik dapat dikatakan bahwa keterlibatan orang tua dalam pengembangan minat literasi anak usia dini dalam bentuk beberapa peran, diantaranya seperti menjadi teladan yang baik bagi anak, menyediakan tempat belajar yang aman, menyediakan fasilitas dan sarana untuk kerja kreatif anak, memotivasi, mengembangkan gagasan, menciptakan suasana keluarga yang kondusif, mengkondisikan

Dokumen terkait