• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan

Dalam dokumen SKRIPSI - IAIN Repository (Halaman 40-44)

BAB II LANDASAN TEORI

C. Pengelolaan Zakat

1. Perencanaan

2. Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat

3. Pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat

4. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat.51

Pada pasal 8 ayat 5 Baznas dipimpin oleh seorang ketua dan seorang wakil ketua, dibantu oleh sekretaris dan anggota. Sedangkan Baznas terdiri atas 11 orang anggota. Kemudian anggota pengurus Badan Amil Zakat terdiri dari 8 orang dari unsur masyarakat dan 3 orang dari unsur pemerintah. Unsur masyarakat terdiri dari ulama, kaum cendikiawan, tokoh masyarakat, tenaga professional dan tokoh masyarakat.52

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 dalam Pasal 16 berbunyi:

“Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Baznas, Baznas Provinsi, dan Baznas Kabupaten kota dapat membentuk UPZ pada instansi pemerintah, Badan Usaha Milik Negara, badan usaha milik Negeri serta dapat membentuk UPZ pada tingkat kecamatan, kelurahan atau nama lannya, dan tempat lainnya”.53

Prosedur pembentukan unit pengumpulan zakat dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagaimana tercantum pada Pasal 15 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 sebagai berikut:

1. Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan zakat pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota dibentuk Baznas Provinsi dan Baznas Kabupaten/kota.

51 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat Pasal 6

52 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat Pasal 8

53 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat Pasal 16

2. Baznas provinsi dibentuk oleh Menteri atas usul Gubenur setelah mandapat pertimbangan Baznas

3. Baznas kabupaten/kota dibentuk oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk atas usul Bupati/Walikota setelah mendapat pertimbangan Baznas

4. Dalam hal Gubernur atau Bupati/Walikota tidak mengusulkan pembentukan Baznas provinsi atau Baznas Kabupaten/Kota, Menteri atau pejabat yang ditunjuk dapat membentuk Baznas provinsi atau Baznas Kabupaten/Kota setelah mendapat pertimbangan Baznas.

5. Baznas provinsi dan Baznas Kabupaten/Kota melaksanakan tugas dan fungsi Baznas di Provinsi atau Kabupaten/Kota masing- masing.54

Seseorang yang ditunjuk sebagai amil atau pengelola zakat harus memiliki beberapa persyaratan sebagai berikut:

1. Beragama Islam

2. Mukallaf yaitu orang dewasa yang sehat pikirannya yang sanggup menerima tanggung jawab mengurus urusan umat

3. Memiliki sifat amanah atau jujur, sifat ini sangat penting karena terkait kepercayaan umat

4. Mengerti dan memahami hukum-hukum zakat yang menyebabkan ia mampu melakukan sosialisasi segala sesuatu yang berkaitan dengan zakat kepada masyarakat

5. Memiliki kemampuan melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya 6. Kesungguhan amil dalam melaksanakan tugasnya.55

Amil zakat yang baik adalah amil zakat yang full time sebagaimana tertulis Keputusan Menteri Agama Nomor 373 Pasal 14 Ayat 2, tidak asal- asalan dan tidak sambilan. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Baznas, Baznas Provinsi, dan Baznas Kabupaten/Kota dapat membentuk UPZ pada instansi pemerintah, badan usaha milik Negara, badan usaha milik daerah, perusahaan swasta, dan perwakilan Republik Indonesia di luar Negeri serta

54 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat Pasal 15

55 Didin Hafiudin, Zakat dalam Perekonomian Modern., 127-129

dapat membentuk UPZ pada tingkat kecamatan, kelurahan atau nama lainnya, dan tempat lainnya.56

Selanjutnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 pasal 21 ayat 1 tentang pedoman teknis pengelolaan zakat berbunyi:

1. Dalam rangka pengumpulan zakat, muzakki melakukan penghitungan sendiri atas kewajiban zakatnya

2. Dalam hal tidak dapat menghitung sendiri kewajiban zakatnya, muzakki dapat meminta bantuan Baznas.57

Hasil kerja pengurus UPZ dipertanggungjawabkan kepada Badan Pelaksana Baznas Kecamatan untuk selanjutnya dilaporkan kepada pemerintah.

Tugas dan tanggung jawab Unit Pengumpulan Zakat yaitu sebagai berikut:

1. Melakukan pengumpulan dana zakat, infaq sadaqah, hibah, wasiat, waris dan kafarat di unit masing-masing

2. Mencatat pengumpulan dana zakat, infaq sadaqah, wasiat waris dan kafarat pada formulir yang dibuat Badan Amil Zakat.

3. Menyerahkan hasil pengumpulan dana zakat, infaq sadaqah, wasiat waris dan kafarat kepada unit pengumpulan Badan Amil Zakat kerena Upz tidak bertugas, mendayagunakannya

4. Melaporkan kegiatan pengumpulan zakat kepada Baznas.58

Sedangkan tugas Badan Amil Zakat sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 sebagai berikut:

1. Menyelenggarakan tugas admisnistratif dan teknis pengumpulan, perindistrbusian dan pendayagunaan zakat

2. Mengumpulkan dan mengolah data yang diperlukan untuk menyusun rencana pengelolaan zakat

3. Penyelenggaraan tugas penelitian, pengembangan komunikasi, informasi dan edukasi pengelolaan zakat

4. Membentuk dan mengukuhkan unit pengumpulan zakat sesuai dengan wilayah operasionalnya

56 Anggota Ikapi, Undang-Undang Pengelolaan Zakat, (Bandung: Fokusmedia, 2012), 10.

57 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat Pasal 21

58 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat

5. Dewan pertimbangan memberikan pertimbangan kepada badan pelaksana baik diminta ataupun tidak diminta dalam pelaksanaan tugas organisasi

6. Komisi pengawas melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan tugas Badan Pelaksana Baznas.59

Keterkaitan antara tugas dan tangggung jawab Upz dan Baznas dalam pengelolaan zakat, yaitu dalam hal perencanaan, pendataan dan evaluasi kerja.

Kedua satuan organisasi ini tidak dapat bekerja sendiri, melainkan memerlukan koordinasi yang baik antara keduanya.

Pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Pasal 25 zakat wajib didistribusikan kepada mustahiq sesuai dengan syariat Islam. Pasal 26 Pendistribusian zakat, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, dilakukan berdasarkan skala prioritas dengan memperhatikan prinsip dengan memperhatikan prinsip pemerataan, keadilan dan kewilayahan.60

Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat. Sedangkan pengertian zakat menurut undang-undang di atas adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang Muslim atau badan hukum yang dimiliki oleh seorang Muslim sesuai dengan ketentuan agama diberikan kepada yang berhak menerimanya.61

1. Perencanaan

59 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat

60 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat Pasal 25 dan 26

61 Suparman Usman, Hukum Islam: Asas-asas dan Pengantar Studi Hukum Islam dalam Indonesia, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), 164

Terkait dengan perencanaan zakat tentunya berkaitan dengan kegiatan dengan proses sebagai berikut:

a. Menetapkan sasaran dan tujuan zakat. Sasaran zakat berkaitan dengan orang yang berkewajiban zakat (muzakki) dan orang yang berhak mendapatkan zakat (mustahiq). Sedangkan tujuannya adalah menyantuni orang yang berhak agar terpenuhi kebutuhan dasarnya atau meringankan beban mereka.

b. Menetapkan bentuk organisasi atau kelembagaan zakat yang sesuai dengan tingkat kebutuhan yang hendak dicapai dalam pengelolaan zakat.

c. Menetapkan cara melakukan penggalian sumber dan distribusi zakat. Dalam hal ini dilakukan identifikasi orang-orang yang berkewajiban zakat (muzakki) dan orang-orang yang berhak menerima zakat (mustahiq). Setelah diidentifikasikan kemudian orang-orang tersebut dikompilasikan dengan data khusus, sehingga teridentifikasi secara tertib dan rapi, sebagai bahan pembuatan program kerja dalam pengelolaan zakat.

d. Menentukan waktu untuk penggalian sumber zakat dan waktu untuk mendistribusikan zakat dengan skala prioritas.

e. Menetapkan amil atau pengelola zakat dengan menetukan orang yang mempunyai komitmen, kompetensi, mindset dan profesionalisme untuk melakukan pengelolaan zakat.

f. Menetapkan sistem pengawasan terhadap pelaksanaan zakat, baik mulai dari pembuatan perencanaan, pembuatan pelaksanaan, pengembangan secara terus menerus secara berkesinambungan.62 Berdasarkan perencanaan di atas, kemudian dibuatlah program kerja yang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan kelembagaan zakat yang telah ditetapkan. Tugas utama dalam merancang kegiatan zakat harus disesuaikan dengan lingkungan kerjanya agar dapat membantu menciptakan efisiensi, efektivitas dan dilakukan secara rasional.

Dalam dokumen SKRIPSI - IAIN Repository (Halaman 40-44)

Dokumen terkait