• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pergulatan Bangsa Indonesia di Bidang Demokrasi dan Hak

Dalam dokumen Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti (Halaman 32-38)

Bab 2 Praktik Demokrasi dan Hak Asasi Manusia

C. Pergulatan Bangsa Indonesia di Bidang Demokrasi dan Hak

Ketika Undang-Undang Dasar 1945 disusun, muncul perdebatan tentang tempat hak asasi manusia di dalam UUD. Mohammad Hatta mengusulkan agar hak asasi manusia dimuat secara jelas di dalam UUD 1945.

Masa Orde Baru yang menggantikan pemerintahan Soekarno, dimulai dengan pertumpahan darah. Ratusan ribu orang, bahkan sebagian pihak mengklaim lebih dari satu juta orang, tewas dibunuh tanpa proses peradilan yang jelas. Mereka dibunuh karena dituduh sebagai komunis atau simpatisan komunis.

Pertumpahan darah di masa Orde Baru berlanjut terus hingga terjadinya

“petrus” atau “penembakan misterius” pada sekitar tahun 1982-1984. Sekitar 8.000 orang yang dianggap sebagai “preman” atau kriminal, ditembak mati, juga tanpa proses peradilan yang jelas.

BBC menurunkan berita berikut ini:

Bathi Mulyono adalah korban yang selamat dari kejaran penembak miste- rius, di era tahun 1980-an.

“Rumah saya, rumah istri saya, dan keluarga saya digrebek oleh orang- orang bertopeng menggunakan senjata laras panjang, dan dimanapun, saya dikejar”

“Saya sempat bersembunyi di beberapa tempat. Paling lama di Gunung Lawu selama satu setengah tahun. Di Semarang, mobil hardtop saya kacanya pecah semua ditembaki.”

“Di Blok M Jakarta, saya sempat ditembak tapi tidak kena. Sangat luar biasa mengerikan keadaan ketika itu, kata Bathi Mulyono “.

Sebelumnya, ia mengaku keluar masuk penjara karena sejumlah kasus perkelahian.

Penembakan misterius atau dikenal dengan sebutan petrus merupakan kebijakan pemerintah orde baru untuk menekan angka kejahatan dengan membunuh para preman.

Penangkapan, penghilangan orang, penindasan terhadap kebebasan berpendapat, berbagai pelanggaran terhadap demokrasi, dan hak asasi manusia, terus terjadi di bawah pemerintahan Orde Baru.

Kontrol terhadap pers juga terjadi sangat ketat. Media pemberitaan yang dipandang merugikan pemerintah, khususnya surat kabar dan majalah, ijin terbitnya dicabut. Tercatat harian “Indonesia Raja”, yang sempat terbit kembali pada awal Orde Baru, “Pedoman”, “Sinar Harapan”, “Kompas”, majalah ”Ekspres”, majalah “Tempo”, ditutup selama beberapa hari, atau bahkan selama-lamanya.

Masyarakat banyak hidup dalam kekhawatiran dan ketakutan.

Berbagai bidang kegiatan ekonomi juga dikuasai oleh keluarga penguasa, sehingga kemudian terjadilah gerakan “Reformasi” yang dirintis oleh para mahasiswa, pemuda, dan berbagai lembaga swadaya masyarakat pada tahun 1997-1998.

Di masa orde reformasi, pelanggaran prinsip-prinsip hak asasi manusia pun masih terjadi. Hal itu antara lain telah disebutkan dalam pembahasan pertama. Berbagai kasus pelanggaran HAM masih terus berlangsung meskipun bangsa Indonesia sudah memasuki era reformasi. Rakyat seperti tidak berdaya menghadapi mereka yang berkuasa dan memiliki banyak uang tetapi menindas dan menyengsarakan hidup sesamanya. Hingga kini penanganan terhadap berbagai kasus pelanggaran HAM belum tuntas.

Kini kita hidup di era reformasi yang diawali dengan ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintahan saat itu. Dapat dikatakan bahwa demokrasi di Indonesia menunjukkan perkembangan menuju perbaikan sejak tahun 1998 yang merupakan salah satu tonggak sejarah di Indonesia. Ini adalah tahun dimana pemerintahan Soeharto berakhir dan tampuk pemerintahan beralih ke B.J.

Habibie selaku Presiden Republik Indonesia yang ketiga. Pemerintahan Soeharto disebut Orde Baru yang dikecam karena menggunakan pendekatan otoriter walaupun masa itu disebut juga dengan Demokrasi Pancasila. Orde Baru memang menggantikan rezim Orde Lama di bawah pemerintahan Presiden Soekarno.

Reformasi ini diwujudkan dalam kehidupan berpolitik dan bermasyarakat yang sifatnya menjadi lebih bebas dan terbuka (Indonesia-investment, 2013).

Kebebasan dalam berpolitik, misalnya adalah kebebasan untuk mendirikan partai politik yang memiliki visi misi yang berbeda dari partai politik yang sudah ada pada kepemimpinan Soeharto. Secara lebih rinci, pencapaian Habibie dalam bidang reformasi ini adalah:

1. Memberikan kebebasan pers

2. Pendirian partai politik dan sejumlah serikat misalnya serikat buruh 3. Pembebasan sejumlah narapidana politik

4. Pembatasan periode kepresiden menjadi maksimal dua kali lima tahun 5. Pelimpahan sebagian kewenangan dan kekuasaan ke pemerintah daerah

Penyelenggaraan pemilihan umum pada tahun 1999, walau pun pemilihan presiden sebelumnya baru saja dilakukan pada tahun 1998 oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Sayangnya, pada masa ini juga mulai muncul tindakan kekerasan seperti yang terjadi di Ambon, Kalimantan Barat, Jawa Timur, dan Kupang tanpa mudah ditelusuri siapa pelakunya. Pada masa inilah kemerdekaan Timor Timur diakui oleh pemerintah Indonesia.

Sejak bergulirnya reformasi, Indonesia telah mengalami empat kali pergantian presiden, yaitu presiden B.J. Habibie dalam kabinet reformasi pembangunan, Presiden Abdurrahman Wahid sebagai presiden hasil pemilu tahun 1999 dengan kabinet persatuan nasional, kemudian Presiden Abdurrahman Wahid digantikan oleh presiden Megawati dengan kabinet gotong royong. Pada pemilihan umum tahun 2004 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terpilih menggantikan Megawati Soekarnoputeri. Beliau lebih dikenal dengan sebutan Presiden SBY. Ia memerintah selama 2 periode, yaitu 20 Oktober 2004 sampai dengan 20 Oktober 2014. Presiden SBY adalah presiden pertama yang dihasilkan dari pemilihan

secara langsung oleh rakyat tanpa melalui DPR. Nama kabinet SBY adalah Kabinet Indonesia Bersatu. Setelah masa pemerintahan Presiden SBY berakhir, pada pemilu presiden tahun 2014 rakyat telah memilih Joko Widodo, mantan Gubernur DKI Jakarta sebagai Presiden RI yang baru, beliau lebih dikenal dengan sebutan Presiden Jokowi. Nama kabinet bentukan Jokowi adalah Kabinet Kerja.

Pemikiran Jokowi yang terkenal adalah: Nawacita, Menurut Wikipedia, Nawacita adalah istilah umum yang diserap dari bahasa sansekerta nawa (sembilan) dan cita (harapan, agenda, keinginan). Nawacita merupakan visi-misi Joko Widodo dan Yusuf Kalla berisi agenda pemerintahan pasangan itu. Dalam visi-misi tersebut dipaparkan sembilan agenda pokok untuk melanjutkan semangat perjuangan dan cita-cita Bung Karno yang dikenal dengan istilah Trisakti, yakni berdaulat secara politik, mandiri dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan. Salah satu agenda dalam Nawacita yakni, revolusi karakter bangsa atau lazim disebut revolusi mental. Arti dari revolusi mental adalah menggalakkan pembangunan karakter untuk mempertegas kepribadian dan jati diri bangsa sesuai dengan amanat Trisakti Bung Karno. Untuk mencapai hidup sejahtera, Jokowi minta rakyat bekerja keras.

Pada masa kini, pembangunan nasional dilaksanakan tidak lagi seperti di zaman orde baru yang dikenal dengan nama Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita), melainkan dengan nama Program Pembangunan Nasional (Propenas).

Pemerintah di era reformasi memiliki tekad untuk mengadakan demokratisasi dalam segala bidang kehidupan. Di antara bidang kehidupan yang menjadi sorotan utama untuk direformasi adalah bidang politik, ekonomi dan hukum.

Reformasi ketiga bidang tersebut dilakukan sekaligus karena reformasi politik yang berhasil mewujudkan demokratisasi politik dengan sendirinya akan ikut mendorong proses demokrasi ekonomi. Untuk mewujudkan praktik demokrasi yang sesuai dengan tuntutan refornasi maka berbagai peraturan dan UU yang tidak sesuai dengan jiwa reformasi telah direvisi. Ada beberapa perubahan yang mencolok yaitu:

1. Pemilihan umum yang lebih demokratis, Pemilu Presiden dan Legislatif dilakukan secara langsung oleh rakyat selain memilih Presiden, Wakil Presiden, anggota dewan (DPR/DPRD), juga memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD).

2. Partai politik yang lebih mandiri dan terdiri dari banyak partai Politik dibandingkan dengan di zaman sebelum reformasi dimana ada pembatasan jumlah partai politik. Di zaman kini, partai politik yang boleh mengikuti

pemilu hanyalah partai politik yang lolos Electoral Threshold artinya ambang batas parlemen. Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun Tahun 2012, ambang batas parlemen ditetapkan sebesar 3,5% dan berlaku nasional untuk semua anggota DPR dan DPRD. Setelah digugat oleh 14 partai politik, Mahkamah Konstitusi kemudian menetapkan ambang batas 3,5% tersebut hanya berlaku untuk DPR dan ditiadakan untuk DPRD. Electoral Threshol ditetapkan agar menciptakan sistem pemilihan umum yang baik.

3. Pengaturan HAM termasuk didalamnya membentuk lembaga HAM . 4. Kebebasan pers dijamin penuh oleh pemerintah melalui UU.

5. Lembaga demokrasi lebih berfungsi, pemilihan pejabat-pejabat birokrasi dilakukan secara langsung (Pilkada), yaitu pilkada gubernur, walikota, dan bupati.

6. Adanya badan khusus penyelenggara Pemilu, yaitu KPU sebagai panitia, dan Panwaslu sebagai pengawas proses pemilu. Belum lagi tim pengamat independen yang dibentuk secara swadaya. Disini dibutuhkan birokrasi tersendiri untuk menyelenggarakan Pemilu, meskipun pada masa Reformasi Sekalipun masih terjadi banyak pelanggaran Demokrasi dan HAM, antara lain pemahaman aparat pemerintah terhadap hak asasi, baik di lembaga eksekutif, termasuk aparat penegak hukum maupun di lembaga legislatif menjadi hambatan utama bagi pelaksanaan instrumen-instrumen HAM internasional yang sudah diratifi kasi. Pemahaman yang lemah terhadap hak asasi manusia, dan lemahnya komitmen untuk menjalankan kewajiban menghormati, melindungi, dan memenuhi hak asasi manusia berdampak pada meluasnya pelanggaran HAM. Hal itu terjadi khususnya terhadap warga yang lemah secara ekonomi, sosial, dan politik. Melalui berbagai peristiwa yang diberitakan di media massa maupun media sosial, nampak aturan hukum yang cenderung diskriminatif terhadap kaum miskin. Pada bulan Februari ada dua buah kasus kekerasan yang dilakukan oleh anggota DPR terhadap orang yang bekerja untuk mereka (Liputan 6.com, tanggal 04,06,12,16 dan 18 Februari 2016, 01,02 dn 03 Maret 2016).

Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah pada tanggal 26 September 2014. Jadi dapat dikatakan bahwa perjalanan demokrasi di Indonesia masih akan berlangsung panjang demi menjamin tercapainya keadilan, kesempatan menyuarakan pendapat dan mengawasi jalannya pemerintahan. Demokrasi hanya dapat terwujud apabila demokrasi sebagai prinsip dan acuan hidup bersama

antarwarga negara dengan negara dijalankan dan dipatuhi oleh semua pihak.

Perwujudan demokrasi bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan negara semata-mata melainkan merupakan bagian dari tanggung jawab warga negara.

Berdasarkan berbagai pembahasan di atas kita dapat melihat bahwa praktik- praktik demokrasi dan hak asasi manusia di negara kita memang masih jauh dari yang kita harapkan. Pemerintah belum mampu menjalankan tugasnya dengan baik, sehingga berbagai pelanggaran hak asasi manusia masih terus terjadi.

Apabila di masa Perjanjian Lama Allah memerintahkan Musa mendirikan kota- kota perlindungan, sehingga orang yang tidak bersalah dapat hidup dengan aman, maka di Indonesia hal itu masih jauh dari kenyataan. Banyak orang yang belum dapat menikmati hidup yang aman dengan jaminan pemerintah atas hak- hak asasi mereka.

Mengajak Sesama Remaja Mewujudkan Demokrasi dan HAM

Untuk mencapai demokrasi dan hak asasi manusia, seluruh pihak yang terlibat harus sepakat bahwa keadilan harus ditegakkan dan kepedulian terhadap sesama memang mewarnai keputusan yang diambil dan tindakan yang dilakukan. Sikap demokratis tidak tumbuh dengan sendirinya, namun harus dipupuk sejak dini, diawali dengan menumbuhkan sikap mengasihi sesama, tidak menganggap diri lebih istimewa daripada orang lain. Sejak dini orang tua perlu menerapkan pola asuh yang demokratis, yaitu memberi kesempatan kepada anak untuk menyuarakan pendapat mereka yang mungkin saja berbeda dari pendapat orang tua. Penghargaan kepada pendapat anak akan memupuk rasa percaya diri anak, yang berakibat pada muculnya rasa menghargai orang lain juga. Penghargaan terhadap orang lain merupakan sikap HAM. Sebaliknya, pola asuh otoriter adalah kondisi dimana orang tua memaksakan kehendak mereka kepada anak. Akibatnya anak tidak terbiasa membuat keputusan sendiri di samping itu, muncul rasa tidak percaya diri.

Buat Slogan

Buat slogan berupa ajakan bagi sesama remaja untuk mewujudkan demokrasi dan HAM dalam kehidupan sehari-hari!

Dalam dokumen Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti (Halaman 32-38)