• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Kognitif Menurut Para Ahli

Dalam dokumen PDF T E S I S (Halaman 51-57)

BAB II PEMBAHASAN

C. Perkembangan Kognitif Menurut Para Ahli

Teori belajar yang dikemukakan Robert M. Gagne merupakan perpaduan yang seimbang antara behaviorisme dan kognitisme, yang berpangkal pada teori pemrosesan informasi.37 Dalam pemrosesan informasi terjadi interaksi antar kondisi internal dengan kondisi eksternal individu. Kondisi internal adalah keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi di dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran. Kondisi eksternal ini oleh Gagne disebut sebagai sembilan peristiwa pembelajaran yang akan dibahas di bagian selanjutnya.38

36 John W Santrock. Perkembangan Anak Editor Wibi Hardani. (Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 2007) h. 265-268

37 Tanwey Gerson Ratumanan, Belajar dan Pembelajaran, (Surabaya: Unesa University Press, 2004) h. 70-71

38 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011) h. 92

2) Jerome Bruner

Bruner dalam bukunya Toward Theory of Instruction mengungkapkan bahwa anak-anak belajar dari konkret ke abstrak melalui tiga tahap yaitu, enactive, Iconic dan symbolic. Pada tahap enactive anak berinteraksi dengan objek berupa benda-benda, orang dan kejadian. Dari interaksi tersebut anak belajar nama dan merekam ciri benda dan kejadian.

Pada proses iconic anak mulai belajar mengembangkan simbol dengan benda. Jika anak diberi kartu domino ia tahu bahwa artinya dua.

Proses symbolic terjadi saat anak mengembangkan konsep dalam hal ini

“papa”. “Papa” adalah konsep yang artinya ayahnya. Dengan proses yang sama anak belajar tentang berbagai benda seperti gelas, minum dan air.

Pada tahap symbolic anak mulai belajar berfikir abstrak. Ketika anak berusia 4-5 tahun pertanyaan “apa itu?” akan berubah menjadi

“kenapa?” atau “mengapa?”. Pada tahap ini anak mulai mampu menghubungkan keterkaitannya antara berbagai benda, orang atau objek dalam suatu urutan kejadian. Ia mulai mengembangkan arti atau makna dari suatu kejadian.39

3) Howard Gardner

Howard Gardner mengemukakan bahwa intelegensi sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah atau untuk mencipta karya yang dihargai dalam suatu kebudayaan atau lebih. Lebih lanjut Gardner

39 Khadijah, Perkembangan Kognitif Anak Usia Teori dan Perkembangannya. (Medan:

Perdana Publishing, 2016) h. 81-82

mengajukan konsep pluralis dari intelegnsi dan membedakannya kepada delapan jenis intelegensi. Dalam kehidupan sehari-hari, intelegensi itu tidak berfungsi dalam bentuk murni, tetapi setiap individu memiliki campuran (blend) yang unik dari sejumlah intelegnsi yaitu intelegnsi linguistik, logistik, spasial, musik, kinestetik, intrapribadi dan antar pribadi dan naturalistis.40

4) Carl Witherington

Carl Witherington Menurut Carl Witherington, inteligensi merupakan kesempatan bertindak sebagaimana dimanifestasikan dalam kemampuan-kemampuan atau kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

a. Fasilitas dalam menggunakan bilangan dan angka.

b. Efisiensi penggunaan bahasa.

c. Kecepatan pengamatan.

d. Fasilitas dalam memahami hubungan.

e. Mengkhayal atau mencipta.

Selanjutnya Witherington mengemukakan bahwa “kognitif adalah pikiran, kognitif (kecerdasan pikiran) melalui pikiran dapat digunakan dengan cepat dan tepat dalam mengatasi suatu situasi untuk memecahkan masalah”. Sedangkan perkembangan kognitif (perkembangan mental), adalah perkembangan pikiran. Pikiran adalah

40 Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini Dalam Berbagai Aspeknya, (Jakarta:

Kencana, 2012) h. 47

bagian dari proses berpikir dari otak. Pikiran yang digunakan untuk mengenali, mengetahui, dan memahami”.41

5) Erik Erikson

Erik Erikson dilahirkan di Jerman dari orang tua yang berketurunan Denmark. Erikson tidak melihat manusia ketika dilahirkan mempunyai potensi untuk menjadi lebih baik atau buruk. Penjelasan Erikson mengenai perkembangan kepribadian seseorang berdasarkan prinsip epigenesis. Epigenesis adalah munculnya sesuatu yang baru dan yang terjadi secara kualitatif, tidak berkesinambungan.42

6) Renzulli

Ciri-ciri kemampuan kognitif (untuk anak berbakat kognitif), yaitu antara lain mudah menangkap pelajaran, ingatan baik, perbendaharaan kata luas, penalaran tajam (berpikir logis, kritis, memahami hubungan sebab akibat), daya konsentrasi baik, menguasai banyak bahan tentang macam-macam topik, senang dan sering membaca, ungkapan diri lancar dan jelas, pengamat yang cermat, senang mempelajari kamus, peta dan ensiklopedi, cepat memecahkan soal, cepat menemukan kekeliruan atau kesalahan, cepat menemukan asas dalam suatu uraian, daya abstraksi tinggi, selalu sibuk menangani berbagai hal, mampu membaca pada usia lebih muda.Ia juga membagi bidang-bidang kognitif antara lain

41 Yuliani Nurani Sujiono, Metode Pengembangan Kognitif, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009) 1.16

42 Soemantri Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003) h. 23

meliputi daya abstraksi, kemampuan penalaran dan kemampuan memecahkan masalah.43

7) Alfred Binet

Alfred Binet mengemukakan potensi seseorang tercermin dalam kemampuannya menyelesaikan tugas-tugas yang menyangkut pemahaman dan penalaran. Perwujudan potensi kognitif manusia harus dimengerti sebagai suatu aktivitas atau perilaku kognitif yang pokok, terutama pemahaman penilaian dan pemahaman baik yang menyangkut kemampuan berbahasa maupun yang menyangkut kemampuan motorik.

Menurut Alferd Binet, terdapat tiga aspek kemampuan dalam intelegansi, yaitu:

a. Konsentrasi: kemampuan memusatkan pikiran kepada suatu masalah yang harus dipecahkan.

b. Adaptasi: kemampuan mengadakan adaptasi penyesuaian terhadap masalah yang dihadapinya atau fleksibel dalam menghadapi masalah.

c. Bersikap kritis: kemampuan untuk mengadakan kritik, baik terhadap masalah yang dihadapi, maupun terhadap dirinya sendiri.44

8) Sarah Smilansky

Sarah Smilansky adalah seorang guru besar di Tel Aviv, University Israel. Smilansky peduli terhadap psikologi anak dan mengemukakan tentang mengembangkan kognitif anak melalui permainan. Diyakini

43 Yuliani Nurani Sujiono, Metode Pengembangan Kognitif, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009) 1.18

44 Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini Dalam Berbagai Aspeknya, (Jakarta:

Kencana, 2012) h. 51

melalui permainan dan pengalaman nyata membuat anak mempunyai imajinasi. Smilansky percaya bahwa pendidikan anak usia dini merupakan hal yang sangat fundamental dalam memberikan kerangka terbentuknya perkembangan dasar-dasar pengetahuan, sikap dan keterampilan pada anak.

Proses pendidikan dan pembelajaran pada anak usia dini hendaknya dilakukan dengan tujuan memberikan konsep-konsep dasar yang memiliki kebermaknaan melalui pengalaman yang nyata, sehingga anak dapat memperoleh pengetahuan baru untuk menunjukan kreativitas dan rasa ingin tahu secara optimal. Pada rentang usia ini anak akan mengalami masa keemasan atau golden age dimana anak mulai peka terhadap diri dan lingkungannya dengan melalui stimulasi yang diberikan. Masa ini juga merupakan masa peletak dasar untuk mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik, bahasa, sosial-emosional dan spiritual.45

9) Elizabeth B Hurlock

Elizabeth B Hurlock berpendapat bahwa untuk membuat anak kecil mengerti agama, konsep kegamaan harus diajarkan dalam bahasa sehari- hari dan dengan contoh dari kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, konsep-konsep menjadi konkret dan realistis. Pembelajaran yang terlalu tekstual akan sulit dipahami oleh anak. Mereka harus diberi pemahaman melalui contoh-contoh konkrit, peragaan langsung, dan dikemas melalui

45 Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. (Jakarta:Indeks, 2009) h.118

bermain. Dengan cara ini, maka secara tidak langsung, dan dikemas melalui bermain. Dengan cara ini, maka secara tidak langsung mereka dapat menerima apa yang diajarkan kepada mereka.46

10) David Ausubel

Teori David Ausubel dikenal dengan teori meaning learning. Inti belajar bermakna ialah bahwa apa yang dipelajari anak memiliki fungsi bagi kehidupannya. Menurut Ausubel seseorang belajar dengan mensosialisasikan fenomena baru dalam skema yang telah dimiliki.

Dalam proses itu seseorang dapat mengembangkan skema yang ada atau mengubahnya. Saat proses belajar siswa menyusun sendiri apa yang ia pelajari. Teori belajar Ausubel ini sangat dengan inti pokok konstruktivisme. Selain itu, keduanya menekankan pentingnya belajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru ke dalam sistem pengertian yang telah dimiliki.selain itu keduanya menekankan pentingnya similasi pengalaman baru ke dalam struktur pengetahuan atau pengertian yang sudah dimiliki siswa. Keduanya menyatakan bahwa dalam proses belajar siswa itu aktif.47

Dalam dokumen PDF T E S I S (Halaman 51-57)

Dokumen terkait