• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Tinjauan Teori

2. Perkembangan Spritual Peserta Didik

Kata spiritual memiliki akar kata “spirit” yang berarti roh, kata ini berasal dari bahasa latin spiritus yang berarti nafas. Spirit memberikan hidup, menjiwai seseorang. Mempunyai kepercayaan atau keyakinan berarti mempercayai atau mempunyai komitmen terhadap sesuatu atau seseorang. Konsep kepercayaan mempunyai dua pengertian. Pertama kepercayaan didefinisikan sebagai kultur atau budaya dan lembaga keagamaan seperti Islam, Kristen, Budha, dan lain-lain. Kedua, kepercayaan didefinisikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan ketuhanan,

kekuatan tertinggi, orang yang mempunyai wewenang atau kuasa, sesuatu perasaan yang memberikan alasan tentang keyakinan (believe) dan keyakinan sepenuhnya. Jadi spiritual adalah semangat dan energi kehidupan yang berlandaskan pada hal yang transenden di luar fisik.36

Perkembangan menunjukkan suatu proses tertentu, yaitu suatu proses yang menuju ke depan dan tidak dapat diulang kembali. Dalam perkembangan manusia ter- jadi perubahan-perubahan yang sedikit banyak bersifat tetap dan tidak dapat diulangi.

Perkembangan menunjukkan pada perubahan- perubahan dalam suatu arah yang bersi- fat tetap dan maju.37

Pada dasarnya, perkembangan merujuk kepada perubahan sistematik tentang fungsi fisik dan psikis. Perubahan fisik meliputi perkembangan biologis dasar sebagai hasil dari konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma), dan hasil dari interaksi proses biologis dan genetika dengan lingkungan. Sementara perubahan psikis menyangkut keseluruhan karakteristik psikologis individu, seperti perkembangan kognitif, emosi, sosial, dan moral.

Perkembangan adalah suatu perubahan-perubahan ke arah yang lebih maju, lebih dewasa, secara teknis, perubahan tersebut biasanya disebut proses.38 Perkem- bangan dapat diartikan sebagai proses perubahan kuantitatif dan kualitatif individu dalam rentang kehidupannya, mulai dari masa konsepsi, masa bayi, masa kanak- kanak, masa anak, masa remaja, sampai masa dewasa.

Perkembangan dapat diartikan juga sebagai suatu proses perubahan dalam

36Dadang Kahmad, Sosiologi Agama (PT Remaja Rosdakarya; Bandung: Cet. II 2002).

37Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan (Cet. Rineka Cipta ), h.1.

38 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Cet. IX; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), h. 170.

diri individu atau organisme, baik fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan.39

Sejatinya, setiap manusia memiliki tahapan perkembangan seperti yang telah dijelaskan di atas, hanya dalam kenyataannya tidak semua manusia memiliki perjal- anan hidup sesuai dengan rentang tahapan perkembangan tersebut. Ada individu yang hidupnya hanya sampai masa bayi, kanak-kanak, anak, atau remaja. Namun, ada juga yang rentang kehidupannya sampai usia dewasa atau masa pikun (usia lanjut).

b. Tahap-Tahap Perkembangan Spritual

Menurut James W. Fowler mengembangkan suatu tahap perkembangan dalam keyakinan seseorang (stages of faith development) sepanjang rentang kehidupan manusia beliau mengemukakan kepercayaan merupakan orientasi holistik yang menunjukan hubungan antara individu dalam alam semesta.40 Tahap perkembangan spiritual menurut teori membagi ada enam tahapan perkembangan spiritual dian- taranya meliputi kepercayaan :

1. Tahap kepercayaan intuitif-froyektif (intuitive-projective) masa kanak-kanak awal. Tahap dimana masih terdapat karakter kejiwaan yang belum terlin- dungi dari ketidak sadaran, dimana anak masih belajar untuk membedakan khayalan dengan realitas yang sesunguhnya biasanya rentang usianya adalah 3-7 tahun.

39Syamsu Yusuf L.N. dan Nani M. Sugandhi, Perkembangan Peserta didik, (Cet. III; Ja- karta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012), h. 2.

40Alia B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islam, (Jakarta: Raja Grapindo, 2008).

h. 288.

2. Tahap kepercayaan mythikal literal (mytthical-literal) masa kanak-kanak pertengahan dan akhir. Tahap dimana seorang telah mulai mengembangkan keimanan yang kuat dalam kepercayaannya, dimana anak sudah mulai men- galami ketergantungan dengan alam semesta namun ia masih melihat kekuatan kosmik dalam bentuk seperti yang terdapat pada manusia. Rentang usianya terjadi pada usia sekolah. Anak-anak usia sekolah menginterpres- tasikan kisah-kisah religius secara literalis dan pandangan mereka mengenai Pencipta sangat menyerupai gambaran mereka mengenai orang tua yang memberikan sebuah hadiah untuk kebaikan yang dilakukan dan memberikan hukuman untuk keburukan yang dilakukan. Pandangan mengenai kebenaran sering kali ditinjau berdasarkan pertukaran yang adil.

3. Tahap kepercayaan sintetik konvesional (synthetic coventional) transisi anta- ra masa kanak-kanak dan remaja, remaja awal. Tahap dimana seorang me- negembangkan karakter keimanan terhadap kepercayaan yang dimilikinya, dimana ia mempelajari keimanan dari orang lain disekitarnya, namum masih terbatas pada sistem kepercayaan yang sama. Remaja masih cenderung patuh terhadap keyakinan religius orang lain. Benar salahnya perilaku itu memba- hayakan relasi atau apa yang akan dikatakan oleh orang lain. Iman remaja sering kali melibatkan sebuah relasi pribadi dengan Pencipta. Tuhan dipan- dang sebagai sosok yang “selalu benar untukku”.

4. Tahap kepercayaan ividuatif-relektif (individuative-reflective) transisi antara masa remaja dan masa dewasa. Merupakan suatu tahapan pecobaan dan per- golakan, dimana individu mulai mengembangkan tangung jawab pribadi ter- hadap kepercayaan dan perasaan.

5. Tahap konjungtif (conjunctive) masa dewasa pertengahan. Tahap individu mulai mengenal berbagai pertentangan yang terdapat dalam realitas ke- percayaanya. Tahap ini lebih terbuka terhadap paradox dan mengandung berbagai sudut pandang yang saling bertolak belakang. Tahap iman universal (universal faith) masa dewasa pertengahan tau masa dewasa akhir. Tahap yang dikenal dengan pencerahan. Manusia mengalami transendensi pada tingkat pengalaman yang lebih tinggi sebagai hasil dari pemahaman terhadap lingkungan yang konfliktual dna penuh parakdosal.

Dari teori di atas penulis dapat mengatakan bahwa proses perkembangan spir- itual yang dikemukakan oleh Flower merupakan suatu proses perkembangan yang berhenti pada tahap ke empat karena tahap keempat merupakan suatu tahap muncul- nya suatu kemantangan diri individu sehingga untuk melanjutkan melangka kedepanya individu butuh suatu padangan yang lebih luas untuk mencapi suatu jalan kehidupan yang seutuhnya.

Dokumen terkait