• Tidak ada hasil yang ditemukan

G. Analisis Alokasi Penggunaan Lahan Menggunakan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Perkembangan Wilayah Kota Sukabumi

5.1.1. Perkembangan Wilayah Kecamatan

Dari analisis yang dilakukan terhadap data jumlah keseluruhan fasilitas dan data rata-rata jarak terhadap fasilitas tahun 2003 diperoleh hasil rataan Indeks Perkembangan Kecamatan (IPK) Kota Sukabumi yaitu 22.54 dengan nilai minimum 11.06 (Kecamatan Lembursitu) dan nilai maksimum 39.21 (Kecamatan Cikole). Nilai rataan IPK tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 21.92 dengan nilai minimum 10.35 (Kecamatan Lembursitu) dan nilai maksimum 37.53 (Kecamatan Cikole). Indeks Perkembangan Kecamatan (IPK) dan Hirarki Kecamatan Tahun 2003 dan Tahun 2008 ditampilkan secara lengkap pada Lampiran 5 dan 6 sedangkan tingkat perkembangan wilayah kecamatan di Kota Sukabumi Tahun 2003 dan 2008 ditampilkan pada Tabel 19.

Tabel 19. Tingkat Perkembangan Wilayah Kecamatan Tahun 2003 dan Tahun 2008

Kecamatan

Indeks Perkembangan Kecamatan (IPK)

Jumlah Jenis Fasilitas

(Unit) Hirarki Wilayah 2003 2008 2003 2008 2003 2008 Cikole 39.21 37.53 20 20 Hirarki 1 Hirarki 1 Citamiang 31.54 29.59 20 19 Hirarki 2 Hirarki 2 Gunung Puyuh 29.54 30.15 19 19 Hirarki 2 Hirarki 2 Warudoyong 20.66 19.99 19 19 Hirarki 3 Hirarki 3 Baros 13.64 13.64 12 12 Hirarki 3 Hirarki 3 Cibeureum 12.16 12.16 13 13 Hirarki 3 Hirarki 3 Lembursitu 11.06 10.35 13 13 Hirarki 3 Hirarki 3 Sumber : Hasil Analisis (2011)

Keterangan : 1. Nilai IPK Hirarki I = > 33.57 (Thn 2003) dan > 32.50 (Thn 2008)

2. Nilai IPK Hirarki II = 22.54-33.57 (Thn 2003) dan 21.92-32.50 (Thn 2008) 3. Nilai IPK Hirarki III = < 22.54 (Thn 2003) dan nilai IPD < 21.92 (Thn 2008)

Berdasarkan hasil analisis, hanya 1 (satu) kecamatan yang termasuk ke dalam wilayah Hirarki I yaitu Kecamatan Cikole. Adapun kecamatan yang termasuk ke dalam wilayah Hirarki II adalah Kecamatan Gunung Puyuh dan Kecamatan Citamiang. Kecamatan lainnya yaitu Kecamatan Warudoyong, Kecamatan Baros, Kecamatan Cibeureum dan Kecamatan Lembursitu termasuk ke dalam wilayah Hirarki III.

Dilihat dari nilai IPK, terdapat penurunan nilai IPK dari tahun 2003 ke tahun 2008. Hal ini disebabkan karena analisis skalogram menggunakan perbandingan jumlah fasilitas dan rata-rata jarak terhadap fasilitas di setiap kecamatan sehingga memiliki sifat relatif. Sebagai dampaknya, apabila suatu wilayah kecamatan mengalami penambahan jumlah fasilitas sehingga jarak terhadap fasilitas menjadi lebih dekat, nilai IPK pada kecamatan tersebut akan mengalami peningkatan dan nilai IPK kecamatan lain seolah-olah mengalami penurunan. Setelah dilakukan penghitungan nilai IPK, hasil akhir pada analisis tingkat perkembangan kemudian disusun berdasarkan jumlah jenis fasilitas dan ditentukan hirarki wilayahnya. Hirarki kecamatan menunjukkan wilayah-wilayah yang berada pada level perkembangan yang sama.

Wilayah Kota Sukabumi mengalami pemekaran pada tahun 2000, dimana berdasarkan Perda Nomor 15 Tahun 2000 tanggal 27 September 2000, Kecamatan Baros dimekarkan menjadi 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan Lembur Situ,

Kecamatan Baros dan Kecamatan Cibeureum, yang diistilahkan dengan Kota Baru dan memiliki ciri utama pertanian, sedangkan 4 (empat) kecamatan yang sudah ada (existing) diistilahkan dengan Kota Lama. Pemekaran yang terjadi menyebabkan wilayah Kota Sukabumi memiliki tingkat perkembangan yang berbeda dimana hal ini mendorong pengembangan wilayah Kota Baru sehingga diharapkan perkembangan Kota Sukabumi dapat lebih merata. Adapun dasar pengembangan wilayah Kota Baru yang terletak di selatan Kota Sukabumi adalah Urban Development sedangkan dasar pengembangan wilayah Kota Lama yang terletak di utara Kota Sukabumi adalah Urban Renewal.

Kecamatan Cikole adalah kecamatan wilayah Hirarki I yang terletak di sebelah utara Kota Sukabumi dan termasuk ke dalam wilayah Kota Lama. Kecamatan Cikole merupakan BWK II pusat Kota Sukabumi yang terdiri dari 6 (enam) wilayah Kelurahan yaitu Kelurahan Cikole, Kelurahan Kebonjati, Kelurahan Gunungparang, Kelurahan Selabatu, Kelurahan Subangjaya dan Kelurahan Cisarua. Fungsi utama kawasan dari Kecamatan Cikole adalah perdagangan dan jasa, pemerintahan/ perkantoran, perumahan serta pariwisata. Kawasan permukiman di Kecamatan Cikole menyebar mengikuti pola linier dan konsentris pada pusat-pusat pertumbuhan. Kawasan pertanian dengan luas terbatas juga terdapat di Kecamatan Cikole yaitu di sebelah utara Kelurahan Subang Jaya, sebelah utara Kelurahan Cisarua dan sebelah utara Kelurahan Selabatu (Dinas Tata Ruang, Lingkungan Hidup, dan Permukiman Kota Sukabumi, 2004). Dilihat dari fungsi kawasan sebagai pusat kota, Kecamatan Cikole memiliki jumlah jenis fasilitas pendidikan, kesehatan dan ekonomi yang sangat lengkap. Oleh karena itu, aksesibilitas baik jarak tempuh maupun kemudahan mencapai fasilitas sangat baik karena beragam fasilitas dimilikinya sendiri sehingga aktivitas masyarakat di wilayah ini sangat tinggi dan beragam. Tingkat perkembangan yang lebih tinggi dimiliki kecamatan ini sebagai dampak dari kebijakan Kota Sukabumi dimana pada awalnya perkembangan fisik bersifat sentralistik (concentric) di wilayah Kota Lama dimana Kecamatan Cikole sebagai pusatnya sehingga penggunaan lahan di Kecamatan Cikole didominasi oleh areal lahan terbangun.

Kecamatan yang termasuk ke dalam wilayah Hirarki II adalah Kecamatan Gunung Puyuh dan Kecamatan Citamiang. Kedua kecamatan tersebut memiliki jumlah fasilitas lebih sedikit namun memiliki aksesibilitas lebih baik karena berbatasan langsung dengan Kecamatan Cikole yang merupakan pusat kota. Secara umum, kecamatan yang masuk wilayah hirarki I dan hirarki II merupakan bagian dari Kota Lama yang lebih dahulu berkembang. Kecamatan Citamiang termasuk ke dalam BWK IV Kota Sukabumi dengan fungsi utama kawasan yaitu perdagangan dan perumahan dengan komponen utama kawasan adalah perdagangan, industri, perumahan serta kawasan hijau sedangkan Kecamatan Gunungpuyuh termasuk ke dalam BWK I Kota Sukabumi dengan fungsi utama kawasan perumahan dengan komponen utama kawasan mencakup perumahan, perdagangan, pendidikan tinggi dan hutan kota (Dinas Tata Ruang, Lingkungan Hidup, dan Permukiman Kota Sukabumi, 2004).

Berdasarkan data Podes Tahun 2003 dan 2008, apabila dibandingkan dengan Kecamatan Cikole, jenis fasilitas yang tidak dimiliki Kecamatan Citamiang dan Kecamatan Gunungpuyuh adalah fasilitas pendidikan tinggi (akademi/perguruan tinggi) dan pondok pesantren/madrasah diniyah. Oleh karena itu, jarak tempuh terhadap fasilitas menjadi lebih jauh namun karena kedua kecamatan tersebut dekat dengan Kecamatan Cikole (Hirarki I), ditunjang dengan adanya infrastruktur berupa jalan arteri, maka kemudahan mencapai fasilitas relatif lebih baik. Perkembangan di wilayah Kecamatan Citamiang dan Gunungpuyuh terjadi searah dengan perbaikan infrastruktur dan pertumbuhan di wilayah tersebut.

Kecamatan lainnya yaitu Kecamatan Warudoyong, Kecamatan Baros, Kecamatan Cibeureum dan Kecamatan Lembursitu termasuk kedalam wilayah Hirarki III karena memiliki jumlah fasilitas yang relatif lebih sedikit dan aksesibilitas yang relatif kurang baik karena keempat kecamatan ini terletak jauh dari pusat kota. Kecamatan Warudoyong walaupun merupakan bagian dari Kota Lama, terletak di sebelah selatan dari wilayah Kota Baru dan memiliki jumlah fasilitas lebih sedikit dibandingkan kecamatan lainnya di wilayah Kota Baru. Berdasarkan Data Podes Tahun 2003 dan 2008, fasilitas yang tidak terdapat di 4 (empat) kecamatan ini adalah fasilitas pendidikan (SLTP, SLTA,dan

akademi/perguruan tinggi), fasilitas kesehatan (apotik) dan fasilitas ekonomi (hotel/penginapan) sehingga jumlah jenis fasilitasnya lebih sedikit. Oleh karena itu, aksesibilitas berupa jarak tempuh menjadi lebih jauh karena fasilitas tersebut terdapat di luar wilayahnya. Kecamatan Warudoyong, Kecamatan Baros, Kecamatan Cibeureum dan Kecamatan Lembursitu memiliki ciri utama pertanian dan masih memiliki areal pertanian yang cukup luas. Dengan kata lain, areal non terbangun di wilayah ini masih luas sehingga pembangunan fasilitas mengarah ke wilayah Hirarki III.

Untuk menciptakan perkembangan antar wilayah yang berimbang di Kota Sukabumi, Pemerintah Kota Sukabumi menerapkan strategi pengembangan dengan banyak pusat secara menyebar diantaranya dengan memanfaatkan daya tarik jalan lingkar selatan untuk mengembangkan salah satu pusat kegiatan baru berskala regional. Oleh karena itu, diterapkan strategi penataan bipolar yang dapat menstimulan perkembangan wilayah Kota Sukabumi di bagian selatan (Kota Baru). Sebaran hirarki kecamatan Kota Sukabumi ditampilkan pada Gambar 9.