2.4 Piutang
2.4.2 Perlakuan Piutang
Pengakuan Piutang Usaha Pengakuan piutang sering berhubungan dengan pengakuan pendapatan. Karena pengakuan pendapatan pada umumnya dicatat ketika proses menghasilkan laba telah selesai dan kas terealisasi atau dapat direalisasi, maka piutang yang berasal dari penjualan barang umumnya diakui
pada waktu hak milik atas barang beralih ke pembeli, sedangkan penjualan jasa umumnya diakui pada saat penyerahan jasa atau jasa itu dilaksanakan. Menurut PSAK No. 23 (revisi 2014) menyatakan bahwa pendapatan atas transaksi penjualan jasa diakui dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca.
b. Pengukuran Piutang Usaha
Pengukuran piutang mencakup kapan diakui dan berapa jumlah piutang dan harus dicatat agar jumlah yang disajikan menunjukan nilai yang wajar.
Pengukuran piutang dilakukan terhadap piutang usaha dan piutang wesel, karena keduanya sering dijumpai dalam suatu perusahaan dan biasanya meliputi jumlah yang besar. Dengan adanya pengukuran piutang tersebut maka dapat diketahui dengan tepat nilai wajar piutang yang bersangkutan. Sesuai PSAK No. 55 (revisi 2014) aset keuangan diukur nilai wajar bagi yang diakui. Nilai wajar sebagai harga yang akan diterima atau harga yang akan dibayar (PSAK No. 68, revisi 2014). Secara teori, semua piutang diukur dalam jumlah yang mewakili nilai sekarang dari perkiraan penerimaan kas di masa datang. Oleh karena itu, piutang usaha berjangka pendek.
c. Pencatatan Piutang Usaha Piutang
Sering dicatatat dineraca perusahaan saat menjual barang atau jasa dilakukan secara kredit (Gorondutse, dkk, 2016). Menurut PSAK No 1 (revisi 2015), entitas menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan arus kas. Sehingga pencatatan yang dilakukan sebaiknnya menggunakan metode akuntansi berbasis akrual (accrual basic). Prosedur pencatatan piutang terdiri
pengakuan piutang,penerimaan piutang, pencatatan piutang ragu-ragu, pencatatan penyisihan piutang, dan penerimaan kembali piutang yang telah dihapuskan.
Prosedur pencatatan piutang bertujuan untuk mencatat mutasi piutang perusahaan kepada setiap debitur.
d. Penyajian dan Pengungkapan Piutang Usaha
Menurut PSAK No. 9 “Piutang diklasifikasikan sebagai aktiva lancar.
Piutang dinyatakan sebesar jumlah kotor tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih”. Jumlah kotor piutang harus tetap disajikan pada neraca diikuti dengan penyisihan untuk piutang yang diragukan atau taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih. Pada akhir periode akuntansi, perusahaan akan menyusun laporan keuangan. Piutang merupakan salah satu unsur yang cukup material dari aktiva lancar sehingga pengungkapannya pada neraca harus dilakukan secara tepat dan jelas agar tidak menyesatkan para pemakai laporan keuangan
2.4.3 Perlakuan Akuntansi untuk Aset PT Agung Buana Rejeki
Aset pada PT Agung Buana Rejeki terdiri atas aset tetap dan aset lancar.
Aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan akan diselesaikan dalam waktu 12 bulan, jika tidak aset tersebut diklasifikasikan menjadi aset tidak lancar.
Aset lancar terdiri atas kas dan setara kas, piutang usaha dan non usaha, persediaan real estate, tanah untuk dikembangkan, dan biaya dibayar di muka. Kas dan setara kas terdiri dari uang kas, uang yang ada di bank serta deposito berjangka yang akan jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang dari tanggal penempatannya dan tidak digunakan sebagai jaminan atas utang serta tidak
dibatasi penggunaannya. Piutang usaha dan piutang non-usaha pada awalnya diakui sebesar nilai wajar dan selanjutnya diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode bunga efektif, apabila dampak pendiskontoan signifikan, dikurangi provisi atas penurunan riil. Persediaan real estate terdiri dari tanah dalam proses pengembangan, unit bangunan siap dijual (perumahan berau indah 1 dan 2) dan bangunan yang sedang dikonstruksi, dinyatakan sebesar biaya perolehan atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah. Tanah untuk dikembangkan dinyatakan sebesar biaya perolehan atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah. Nilai realisasi bersih merupakan estimasi harga jual dalam kegiatan usaha biasa dikurangi dengan estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya penjualan. Biaya perolehan tanah untuk dikembangkan meliputi biaya pra-perolehan dan perolehan tanah dan dipindahkan ke tanah yang sedang dikembangkan pada saat pematangan tanah akan dimulai.
Biaya dibayar dimuka diamortisasi selama masa manfaat masing-masing biaya dengan menggunakan metode garis lurus. Sedangkan pada aset tetap PT Agung Buana Rejeki menggunakan model biaya (cost model) sebagai kebijakan akuntansi pengukurannya. Aset tetap dinyatakan sebesar biaya perolehan yang kemudian dikurangi akumulasi penyusutan dan rugi penurunan nilai. Biaya perolehan aset tetap termasuk biaya penggantian bagian aset tetap saat biaya tersebut terjadi, jika memenuhi kriteria pengakuan. Selanjutnya, pada saat inspeksi yang signifikan dilakukan, biaya inspeksi tersebut diakui ke dalam jumlah tercatat aset tetap sebagai suatu penggantian jika memenuhi kriteria pengakuan. Semua biaya pemeliharaan dan perbaikan yang tidak memenuhi kriteria pengakuan. Semua
biaya pemeliharaan dan perbaikan yang tidak memenuhi kriteria pengakuan diakui dalam laba rugi komprehensif konsolidasian pada saat terjadinya. Aset tetap berupa tanah tidak mengalami penyusutan dan dicatat sebesar harga perolehannya.
Aset tetap seperti properti investasi yang terdiri dari bangunan balai pendidikan, balai kesehatan, warung, toko dan lahan parkiran yang dikuasai grup untuk disewakan dan tidak digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk tujuan administrasi atau dijual dalam kegiatan usaha normal. Aset ini dinyatakan sebesar biaya perolehan termasuk pengeluaran yang dapat diatribusikan langsung untuk perolehannya. Selanjutnya, properti investasi diukur berdasarkan biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan (kecuali tanah yang tidak disusutkan) dan rugi penurunan nilai. Nilai wajar properti yang diungkapkan invesstasi ditentukan berdasarkan acuan harga pasar untuk property sejenis. Masa manfaat ekonomis, nilai residu dan metode penyusutan direview setiap akhir tahun dan pengaruh dari setiap perubahan estimasi berlaku prospektif. Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat dilepaskan atau saat tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan aset (dihitung sebagai perbedaan antara jumlah neto hasil pelepasan dan jumlah tercatat dari aset) dimasukkan dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian pada tahun aset tersebut dihentikan pengakuannya. Jika terdapat bukti obyektif bahwa penurunan nilai telah terjadi atas aset dalam kategori pinjaman yang diberikan dan piutang atau investasi dimiliki hingga jatuh tempo yang dicatat pada biaya diamortisasi, maka jumlah kerugian tersebut diukur sebagai selisih antara nilai
tercatat aset dengan nilai kini estimasi arus kas masa depan (tidak termasuk kerugian kredit di masa depan yang belum terjadi) yang didiskonto menggunakan suku bunga efektif awal dari aset tersebut (yang merupakan suku bunga efektif yang dihitung pada saat pengakuan awal). Nilai tercatat aset tersebut langsung dikurangi dengan penurunan nilai yang terjadi atau menggunakan akun penyisihan dan jumlah kerugian yang terjadi diakui di laporan laba rugi komprehensif konsolidasian.
2.4.4 Perlakuan Akuntansi untuk Liabilitas PT Agung Buana Rejeki
Liabilitas keuangan terdiri dari utang usaha pihak ketiga, utang lain-lain, utang bank dan lembaga keuangan lainnya, utang sewa pembiayaan dan juga liabilitas keuangan lainnya. Liabilitas dimasukkan sebagai liabilitas lancar jika diharapkan akan diselesaikan dalam waktu 12 bulan, jika tidak akan dimasukkan sebagai liabilitas tidak lancar. Pengklasifikasian liabilitas keuangan pada awal pengakuan didasarkan pada hal berikut:
1. Diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi komprehensif, yang memiliki dua sub klasifikasi yaitu liabilitas keuangan yang ditetapkan demikian pada saat pengakuan awal dan liabilitas keuangan yang diklasifikasi dalam kelompok diperdagangkan.
2. Liabilitas keuangan ynag diukur pada biaya perolehan diamortisasi
Pada saat pengakuan awal, liabilitas diukur pada nilai wajar dikurangi biaya transaksi yang dapat diatribusikan langsung atas penerbitan liabilitas keuangan dan tidak akan terjadi apabila instrumen keuangan tersebut tidak diterbitkan.
Biaya transaksi tersebut diamortisasi selama umur liabilitas berdasarkan metode
suku bunga efektif dan dicatat sebagai bagian beban bunga untuk biaya transaksi sehubungan dengan liabilitas keuangan.
Dalam liabilitas keuangan terdapat pinjaman dan juga imbalan jasa.
Pinjaman diakui sebesar nilai wajar, dikurangi biaya transaksi yang terjadi.
Selanjutnya diamortisasi nilai selisih antara penerimaan (yang sudah dikurangi biaya transaksi) dan nilai peluanasan dicatat pada laba rugi selama periode pinjaman dengan menggunakan metode bunga efektif. Biaya yang dibayar untuk memeperoleh fasilitas pinjaman diakui sebagai biaya transaksi pinjaman sepanjang besar kemungkinan sebagian atau seluruh fasilitas akan ditarik.
Sedangkan contoh liabilitas yang lain adalah imbalan pasca kerja. Ini sesuai dengan Undang undang Ketenagakerjaan No. 13/2003. Tidak terdapat pendanaan yang disisihkan oleh PT Agung Buana Rejeki sehubungan imbalan pasca kerja ini. Jumlah yang diakui sebagai liabilitas imbalan pasti di laporan posisi keuangan konsolidasian merupakan nilai kini liabilitas imbalan pasti disesuaikan dengan keuntungan dan kerugian aktuarial yang belum diakui dan biaya jasa lalu yang belum diakui.
2.2.5 Perlakuan Akuntansi untuk Ekuitas PT Agung Buana Rejeki
Berdasarkan akta No. 75 tanggal 28 Agustus 2013 dari Humberg Lie, S.H., S.E., M.Kn., notaris di Jakarta, Dewan Komisaris menyatakan peningkatan modal ditempatkan dan disetor dalam Perusahaan yang merupakan hasil Pelaksanaan Penawaran Umum Saham Perdana kepada masyarakat sejumlah 4.005.885.250 saham atau sebesar Rp 400.588.525.000 milik masyarakat telah disetor ke dalam kas Perusahaan, sebagaimana dinyatakan dalam surat Biro Administrasi Efek, PT
Ficomindo Buana Registrar, No. 125/CS/FBR-GAMA/VII/2013 tanggal 17 Juli 2013. Peningkatan saham milik masyarakat dari 4.000.000.000 saham atau Rp 400.000.000.000 menjadi 4.005.885.250 saham atau Rp 400.588.525.000 berasal dari pelaksanaan waran sebanyak 5.885.250 saham atau Rp 588.525.000. Akta ini telah diterima dan dicatat dalam database Sistem Administrasi Badan Hukum Kementeriaan Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No.
AHUAH.01.10-51770 tanggal 2 Desember 2013.
Berdasarkan akta No. 159 tanggal 21 Juni 2013 dari Humberg Lie, S.H., S.E., M.Kn., notaris di Jakarta, Perusahaan menetapkan penggunaan laba tahun buku 2012 sebagai berikut:
a. Dana cadangan sebesar Rp 1.000.000.000.
b. Dana untuk operasional dan pengembangan usaha Perusahaan.
2.2.6 Pengakuan Akuntansi untuk Pendapatan PT Agung Buana Rejeki Pendapatan diakui bila besar kemungkinan manfaat ekonomi akan diperoleh oleh PT Agung Buana Rejeki dan jumlahnya dapat diukur secara handal.
Kriteria spesifik juga harus dipenuhi sebelum pendapatan diakui. Pendapatan dapat dibagi menjadi:
1. Pendapatan dari penjualan unit bangunan apartemen dan bangunan sejenis lainnya yang telah selesai proses pembangunannya diakui dengan metode akrual penuh (full accrual method). Sedangkan pendapatan penjualan unit apartemen dalam penyelesaian, diakui dengan metode persentase penyelesaian (percentage-of completion method)
2. Pendapatan penjualan kavling tanah tanpa bangunan, diakui dengan
metode akrual penuh (full accrual method) pada saat pengikatan jual beli.
3. Pendapatan dari penjualan tanah untuk dikembangkan diakui pada saat risiko dan manfaat tanah tersebut secara signifikan telah berpindah kepada pelanggan.
4. Pendapatan dari penjualan material bangunan diakui pada saat risiko dan manfaat barang secara signifikan telah berpindah kepada pelanggan.
2.2.7 Pengakuan Akuntansi untuk Beban PT Agung Buan Rejeki
Jumlah kerugian penurunan nilai diakui pada laba rugi dan disajikan dalam beban “beban penurunan nilai” Biaya yang dialokasikan sebagai beban proyek termasuk:
1. Biaya pra-perolehan tanah atas tanah yang tidak berhasil diperoleh;
2. Kelebihan biaya dari hasil yang diperoleh atas pembangunan sarana umum yang dikomersialkan, yang dijual atau dialihkan, sehubungan dengan penjualan unit.
Pengakuan beban dengan metode persentase penyelesaian dilakukan berdasarkan pada tingkat atau persentase penyelesaian dari bangunan apartemen tersebut yang ditetapkan dengan metode survei pekerjaan yang dilaksanakan. Beban yang tidak berhubungan dengan proyek real estate dibebankan ke laporan laba rugi komprehensif konsolidasian pada saat terjadinya (accrual basis).
Termasuk didalam beban adalah taksiran beban untuk pengembangan prasarana di masa yang akan datang atas tanah yang telah terjual. Contoh beban yang masuk dalam laba rugi komprehensif adalah sewa pembiayaan dan sewa operasi dalam lease.