Dewi Mustami’ah1, Nurul Sih Widanti2
1,2 Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah [email protected]
Abstrak. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan variabel persepsi terhadap lingkungan belajar pada taruna Program Diploma Pelayaran Universitas Hang Tuah. Lingkungan belajar merupakan segala situasi yang terbentuk dalam kelas sebagai hasil interaksi antara mahasiswa dengan dosen dan mahasiswa dengan mahasiswa. Persepsi pembelajar terhadap lingkungan belajarnya merupakan salah satu yang mempengaruhi keterlibatan belajar. Pengukuran menggunakan skala Likert yang disusun peneliti dengan 4 indikator yaitu hubungan dalam kelas, pengendalian kelas, sikap pengajar terhadap pekerjaannya dan kepuasan dalam kelas.
Subyek adalah taruna Program Diploma Pelayaran Universitas Hang Tuah angkatan 2017 dengan sampel 96 orang. Hasil analisis deskriptif menunjukkan 16,67% subyek memiliki persepsi tentang lingkungan belajarnya yang tergolong baik, 63,54% memiliki persepsi yang tergolong cukup dan 19,79% memiliki persepsi yang kurang positif. Sedangkan indikator yang paling menentukan persepsi subyek tentang lingkungan belajar adalah kepuasan dalam kelas.
Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan pengelola pendidikan dapat meningkatkan kualitas lingkungan belajar agar keterlibatan para taruna dalam belajar dapat semakin meningkat.
Kata Kunci: Persepsi, lingkungan belajar, Taruna Program Diploma Pelayaran Universitas Hang Tuah
Abstract. This study aims to describe the perception on the learning environment of the cadets of the Shipping Diploma Program Hang Tuah University. The learning environment is all situations that are formed in the class as a result of interactions between students and lecturers and students with students. The learner’s perception about their learning environment is one that influences student engagement. Measurement is using a Likert scale compiled by researchers with 4 indicators, namely relationships in the classroom, class control, teacher attitudes toward work and satisfaction in class. The subjects were cadets of the Shipping Diploma Program at the University of Hang Tuah class of 2017 with sample of 96 cadets.
The results of the descriptive analysis showed that 16.67% of the subjects had perceptions of their learning environment which were classified as good, 63.54% had perceptions that were quite sufficient and 19.79% had a less positive perception. While the indicator that most determines the subject’s perception of the learning environment is satisfaction in the classroom. Based on the results of this study, it is expected that management of institution should improve the quality of the learning environment so that the involvement of cadets in learning process can increase.
Keywords: Perception, learning environment, Cadets of the Shipping Diploma Program Hang Tuah University
PENGANTAR
Seiring kemajuan teknologi dan informasi, industri galangan perkapalan juga diwarnai teknologi dan peralatan yang makin canggih, termasuk tren digital. Baik yang langsung berkaitan dengan teknologi mesin, dan sistem navigasi, maupun teknologi pendukung lainnya di atas kapal, termasuk crane dan peralatan bongkar-muat. Hal ini tentu menuntut kemauan dan kompetensi dari pelaut yang lebih mumpuni.
International Maritime Organization (IMO) mensyaratkan semua pelaut di dunia, melakukan peningkatan kemampuan dan sertifikat pelaut sesuai Standards of Training, Certification and Watchkeeping (STCW) Amandemen Manila 2010 bahwa pelaut harus memiliki sertifikat kompetensi (COC) ataupun sertifikat keterampilan (COP) harus ditingkatkan sesuai dengan STCW pelaut tidak diperbolehkan berlayar atau diturunkan dari kapal.
Sebagai salah satu lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan formal di bidang pelayaran, Program Diploma Pelayaran Universitas Hang Tuah (PDP UHT)
berusaha untuk menyiapkan SDM yang memiliki kemampuan intelektual yang baik.
Keterampilan menguasai teknik perkapalan bagi taruna jurusan teknika, menguasai keterampilan penguasaan pengendalian kapal bagi jurusan nautika dan memiliki keterampilan pengelolaan kepelabuhan yang memadai bagi taruna jurusan program studi ketatalaksanaan pelayaran niaga & kepelabuhan (KPN). Untuk mewujudkan hal tersebut maka sejak awal taruna masuk dituntut untuk memaksimalkan proses belajar selama perkuliahan berlangsung agar dapat memahami materi kuliah dengan baik dan mencapai kelulusan dengan baik pula. Proses belajar dapat dimaksimalkan dengan melibatkan afeksi, kognisi dan interaksi sosial yang baik selama perkuliahan berlangsung. Keterlibatan sisi afeksi, kognisi dan interaksi sosial pada taruna dalam proses belajar dikenal dengan istilah student engagement.
Miller dkk (2011) menjelaskan bahwa student engagement (keterlibatan dalam pembelajaran) pada mahasiswa dapat dipengaruhi oleh faktor individu dan faktor pendidikan. Faktor individu yang berkontribusi dalam meningkatkan student engagement terdiri dari tiga faktor (1) perceived control and autonomy, mahasiswa merasa memiliki kemampuan untuk mempengaruhi hasil sosialnya. Mahasiswa dengan persepsi kontrol pribadi yang lebih tinggi memiliki keinginan untuk menyelesaikan tugas agar memuaskan dirinya; (2) persepsi terhadap lingkungan belajar, lingkungan yang berkontribusi dalam meningkatkan student engagement yaitu jenis ruangan kelas, mahasiswa, dan karakteristik fakultas. Suasana lingkungan di mana pengajar berperilaku dengan mendukung mahasiswanya berhubungan positif dengan jumlah mahasiswa yang berpartisipasi selama di dalam kelas. Selanjutnya, fakultas dapat meningkatkan engagement pada mahasiswa dengan menunjukkan pencapaian dari mahasiswa; (3) motivasi berprestasi dan tujuan mahasiswa, mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi cenderung terlibat dan mencari aktivitas yang berorientasi pada prestasi. Selanjutnya, mahasiswa yang memiliki tujuan dalam akademik akan memiliki pola pemikiran yang berbeda dari mahasiswa lain yang tidak memiliki tujuan.
Porter (2006) memberikan penekanan lebih pada faktor dari lingkungan kampus. Ia menjelaskan bahwa struktur institusi juga dapat mempengaruhi student engagement pada
mahasiswa. Struktur institusi ini mempengaruhi student engagement pada mahasiswa dari tiga sisi, yaitu: size yang mengacu pada jumlah murid per-setting, mission yang mengacu pada jumlah mahasiswa yang lulus dan selectivity mengacu pada kemampuan rata-rata peer grup.
Algridge & Fraser (2008) mengartikan lingkungan belajar setara dengan iklim kelas yaitu merupakan segala situasi yang terbentuk di dalam kelas sebagai hasil dari interaksi antara mahasiswa dengan dosen dan mahasiswa dengan mahasiswa lainnya. Lingkungan belajar merupakan keadaan psikologis dan hubungan sosial yang muncul akibat hubungan antara dosen dan peserta didik atau hubungan di antara peserta didik yang menjadi ciri khusus suatu kelas dan mempengaruhi proses belajar-mengajar.
Fraser (2003) mengartikan lingkungan belajar setara dengan iklim kelas yaitu merupakan segala situasi yang terbentuk di dalam kelas sebagai hasil dari interaksi antara mahasiswa dengan dosen dan mahasiswa dengan mahasiswa lainnya. Lingkungan belajar merupakan keadaan psikologis dan hubungan sosial yang muncul akibat hubungan antara dosen dan peserta didik atau hubungan di antara peserta didik yang menjadi ciri khusus suatu kelas dan mempengaruhi proses belajar-mengajar (Fisher & Rawnsley, dalam Khine
& Fisher, 2011).
Menurut Scheerens & Bosker (2008) ciri-ciri dalam lingkungan belajar meliputi (1) Hubungan di dalam kelas. Hubungan di dalam kelas sejauh mana keterlibatan mahasiswa di dalam kelas, adanya mahasiswa yang mendukung dan membantu, mahasiswa didik dapat mengekspresikan kemampuannya secara terbuka dan bebas, mahasiswa membantu mahasiswa yang lain jika mahasiswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas pengajar, adanya keakraban dalam kelas, saling menghormati satu sama lain adanya perasaan tenggang rasa; (2) Pengendalian kelas. Pengendalian kelas merupakan pengajar memulai dan mengakhiri materi pelajaran tepat waktu, adanya peraturan kelas yang dijalankan, munculnya ketenangan mahasiswa dalam belajar di dalam kelas, tidak ada mahasiswa yang sering absen, adanya jadwal piket kelas yang teratur, pembagian tugas struktur kelas yang jelas; (3) Sikap pengajar terhadap pekerjaannya. Sikap pengajar terhadap pekerjaannya yaitu pengajar bersikap ramah-tamah, sering memotivasi
mahasiswa untuk bertanya, menumbuhkan minat belajar dalam diri mahasiswa, memiliki sifat yang terbuka terhadap mahasiswa, mengajak mahasiswa untuk berpikir kritis dan mengajak mahasiswa untuk memperhatikan materi yang telah diberikan; (4) Kepuasan di dalam kelas. Kepuasan di dalam kelas yaitu mahasiswa merasa senang belajar di dalam kelas yang terlihat bersih, tertib, teratur, sehat dan menggunakan media belajar secara optimal.
Persepsi terhadap lingkungan belajar dapat menjadi prediktor terhadap keterlibatan siswa dalam belajar. Penelitian yang dilakukan oleh Purba (2016) pada siswa SMA menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dari persepsi iklim sekolah terhadap student engagement pada siswa SMA Sultan Iskandar Muda Medan dengan nilai R Square sebesar 0,38. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Fitriyah (2018) juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara persepsi iklim sekolah dengan student engagement pada siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Tarik dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,517 dengan nilai signifikansi sebesar 0,00.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara kuantitatif persepsi Taruna Program Diploma Pelayaran Universitas Hang Tuah tentang lingkungan belajarnya.
Bagaimana pembelajar mempersepsikan lingkungan belajarnya akan sangat berpengaruh terhadap keterlibatan mereka dalam belajar. Adanya persepsi yang positif terhadap lingkungan belajar akan dapat meningkatkan keterlibatan dalam belajar, sehingga pada akhirnya pencapaian prestasi belajar juga akan optimal.
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif yang dimaksudkan untuk mengeksplorasi dan mengklarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial dengan jalan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu persepsi terhadap lingkungan belajar pada taruna Program Diploma Pelayaran Universitas Hang Tuah dalam proses belajarnya. Persepsi tentang lingkungan belajar dalam penelitian ini didefinisikan secara operasional berdasarkan persepsi taruna pada lingkungan belajarnya.
Jumlah subyek dalam penelitian ini adalah sebanyak 96 orang taruna dari jurusan Teknika, Nautika dan Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga yang diambil dengan menggunakan teknik sampling berupa Simple Random Sampling.
Instrumen pengukuran yang digunakan adalah kuesioner berupa skala Likert yang disusun oleh peneliti yang terdiri dari 27 aitem dengan menggunakan indikator yang didasarkan pada pendapat dari Scheerens & Bosker (2008) berupa ciri-ciri dalam lingkungan belajar meliputi : (1). Hubungan di dalam kelas ; (2). Pengendalian kelas
; (3). Sikap pengajar terhadap pekerjaannya; dan (4). Kepuasan di dalam kelas. Untuk menganalisa data penelitian yang dapat memberikan gambaran tentang persepsi terhadap lingkungan belajar digunakan rumus hitungan mean teoritis dan mean empiris.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil analisa terhadap instrumen pengukuran, diperoleh hasil bahwa alat ukur cukup valid dengan indeks diskriminasi aitem yang bergerak antara 0,360 sampai dengan 0,633. Sedangkan uji reliabilitas untuk skala ini diperoleh nilai koefisien reliabilitasnya sebesar 0,796.
Berdasarkan hasil perhitungan analisis deskriptif , diperoleh hasil sebagaimana tertera pada tabel 1 berikut ini:
Tabel 1. Hasil Deskriptif Persepsi terhadap Lingkungan Belajar pada Subyek Penelitian
RANGE JUMLAH SUBYEK PROSENTASE
BAIK 16 16.67%
SEDANG 61 63.54%
KURANG 19 19.79%
TOTAL 96 100.00%
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa dari 96 subyek dalam penelitian ini, 16 orang subyek atau 16,67% memiliki persepsi terhadap lingkungan belajar yang termasuk dalam kategori tinggi. Sedangkan persepsi terhadap lingkungan belajar yang termasuk
dalam kategori sedang dimiliki oleh 61 orang subyek atau 63,54% dari total subyek penelitian. Sementara itu, subyek yang memiliki persepsi terhadap lingkungan belajar yang termasuk dalam kategori rendah adalah 19 orang atau 19,79% dari total subyek penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian ini, diperoleh data bahwa 63,54% taruna Program Diploma Pelayaran Universitas Hang Tuah telah memiliki persepsi yang tergolong cukup dalam melihat lingkungan belajarnya. Sementara itu, 16,67% taruna yang menjadi subyek penelitian memiliki persepsi yang baik tentang lingkungan belajarnya. Hal ini berarti bahwa sebagian besar taruna yang menjadi subyek penelitian telah memiliki persepsi yang cukup baik tentang lingkungan belajarnya. Para taruna ini telah memiliki penilaian yang cukup baik tentang hubungan psikologis dan hubungan sosial yang muncul akibat hubungan antara dosen dan taruna atau hubungan di antara taruna yang satu dengan yang lain yang menjadi ciri khusus suatu kelas dan mempengaruhi proses belajar-mengajar.
Berdasarkan hasil perhitungan nilai rerata untuk masing-masing indikator yang digunakan dalam penelitian ini, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 2. Nilai Rerata Masing-Masing Indikator
INDIKATOR RERATA
Hubungan dalam kelas 21.4063
Pengendalian kelas 14.6771
Sikap Pengajar 14.969
Kepuasan di dalam kelas 22.07292
Berdasarkan hasil di atas, dapat dilihat bahwa indikator yang paling dominan dalam menentukan persepsi pada subyek penelitian terhadap lingkungan belajar adalah indikator kepuasan dalam kelas. Indikator ini berkaitan dengan persepsi taruna tentang suasana kelasnya, merasa senang belajar di dalam kelas yang terlihat bersih, tertib, teratur, sehat dan menggunakan media belajar secara optimal. Selain itu, indikator yang juga menentukan terbentuknya persepsi subyek terhadap lingkungan belajarnya adalah hubungan dalam kelas. Hubungan di dalam kelas ini berkaitan dengan sejauh mana keterlibatan para taruna
di dalam kelas, serta adanya hubungan yang saling mendukung antar taruna dalam kelas.
Sementara itu, indikator sikap pengajar dan juga indikator pengendalian kelas, lebih kurang dominan untuk membentuk persepsi para subyek tentang lingkungan belajarnya.
DISKUSI
Persepsi terhadap lingkungan belajar dapat menjadi prediktor terhadap keterlibatan siswa dalam belajar. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purba (2016) dan juga penelitian yang dilakukan oleh Fitriyah (2018) yang mendapatkan hasil bahwa persepsi siswa terhadap iklim atau lingkungan belajarnya berkaitan dengan keterlibatan siswa dalam belajar. Demikian pula dengan subyek pada penelitian ini. Adanya persepsi yang positif para taruna tentang lingkungan belajarnya akan dapat meningkatkan keterlibatan para taruna dalam belajar pula.
Namun demikian, 19 orang subyek penelitian ini atau 19,79% masih memiliki persepsi terhadap lingkungan belajar yang termasuk dalam kategori rendah. Hal ini berarti bahwa masih ada taruna yang menjadi subyek penelitian yang menganggap bahwa lingkungan belajarnya kurang mendukung proses belajar yang dijalaninya. Kemungkinan hal ini dapat disebabkan karena adanya sistem pembelajaran di Program Diploma Pelayaran Universitas Hang Tuah yang cukup berat dan keras, termasuk juga kegiatan-kegiatan fisik yang berat, sehingga masih terdapat taruna-taruna yang merasakan bahwa suasana belajar yang dijalani masih kurang nyaman atau kurang mendukung proses belajar yang dijalani.
Hal ini pada akhirnya akan dapat berpengaruh pada keterlibatan dalam belajar.
Lingkungan belajar dapat berkontribusi dalam meningkatkan student engagement.
Lingkungan belajar ini berkaitan dengan jenis ruangan kelas, siswa, dan karakteristik fakultas (Miller, 2011). Fraser (2003) mengartikan lingkungan belajar setara dengan iklim kelas yaitu merupakan segala situasi yang terbentuk di dalam kelas sebagai hasil dari interaksi antara mahasiswa dengan dosen dan mahasiswa dengan mahasiswa lainnya . Lingkungan belajar merupakan keadaan psikologis dan hubungan sosial yang muncul akibat hubungan antara dosen dan peserta didik atau hubungan di antara peserta didik yang menjadi ciri khusus suatu kelas dan mempengaruhi proses belajar-mengajar (Fisher
& Rawnsley, dalam Khine & Fisher, 2011). Oleh karena itu, semakin positif persepsi yang terbentuk dari para siswa, dalam penelitian ini adalah para taruna Program Diploma Pelayaran Universitas Hang Tuah, akan membuat keterlibatan dalam belajar menjadi tinggi pula.
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa taruna Program Diploma Pelayaran Universitas Hang Tuah yang menjadi subyek penelitian rata-rata memiliki persepsi yang tergolong cukup tentang lingkungan belajarnya (63,54% dari total populasi). Para taruna ini memberikan penilaian yang cukup berkaitan dengan lingkungan belajarnya. Sedangkan indikator yang paling dominan dalam membentuk persepsi para subyek tentang lingkungan belajarnya adalah kepuasan yang dirasakan di dalam kelas.
berkaitan dengan persepsi taruna tentang suasana kelasnya, merasa senang belajar di dalam kelas yang terlihat bersih, tertib, teratur, sehat dan menggunakan media belajar secara optimal. Selain itu, indikator yang juga menentukan terbentuknya persepsi subyek terhadap lingkungan belajarnya adalah hubungan dalam kelas. Hubungan di dalam kelas ini berkaitan dengan sejauh mana keterlibatan para taruna di dalam kelas, serta adanya hubungan yang saling mendukung antar taruna dalam kelas. Oleh karena itu, untuk semakin meningkatkan keterlibatan para taruna dalam belajar (student engagement) melalui persepsi tentang lingkungan belajarnya, disarankan adalah dengan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dalam kelas, baik berkaitan dengan lingkungan fisik maupun lingkungan psikologisnya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa subyek penelitian memiliki persepsi yang tergolong cukup tentang lingkungan belajarnya. Hal ini memiliki implikasi bahwa para pengajar dan penyelenggara pendidikan di Program Diploma Pelayaran Universitas Hang Tuah perlu terus memperhatikan bagaimana kondisi lingkungan belajarnya agar para taruna memiliki semangat dan keterlibatan belajar yang baik. Kondisi lingkungan belajar baik secara fisik, mencakup kondisi ruang kelas dan sarana belajar, maupun secara psikologis, seperti interaksi yang positif antara pengajar dan taruna, antar taruna
maupun antara pengelola dengan taruna, perlu terus dijaga secara baik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah bahwa subyek penelitian yang diambil hanya pada satu angkatan, yaitu angkatan 2017 yang pada saat pengambilan data masih berada pada tahun pertama proses pendidikan sehingga belum mewakili bagaimana persepsi taruna pada angkatan sebelumnya, yang telah berada pada tahun kedua dan ketiga proses pendidikannya, terhadap lingkungan belajar mereka. Selain itu, pengambilan data hanya dengan menggunakan kuesioner sehingga belum bisa menggali secara mendalam tentang bagaimana persepsi subyek tentang lingkungan belajar mereka.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka hal yang dapat disarankan adalah :
Adanya persepsi subyek yang tergolong cukup tentang lingkungan belajar mereka, 1.
maka disarankan agar pengelola Program Diploma Pelayaran Universitas Hang Tuah lebih memperhatikan suasana lingkungan belajar, seperti kondisi kelas yang nyaman, fasilitas belajar yang lengkap, serta adanya media belajar yang dapat mendukung proses belajar para taruna. Selain itu, perlu juga diciptakan suasana psikologis yang positif dalam belajar, terutama berupa interaksi yang positif antara pengajar dengan taruna, antara pengelola dengan taruna maupun antar taruna sehingga suasana belajar akan menjadi nyaman.
Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah variasi karakteristik 2.
subyek dari tingkat kedua dan tingkat ketiga sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih luas tentang bagaimana persepsi para taruna tentang lingkungan belajarnya ketika mereka telah melewati tahun pertama proses pendidikannya.
DAFTAR PUSTAKA
Aldridge, J.M. & Fraser, B.J.. (2008). Outcomes-Focused Learning Enviroments – Determinant and Effect. Rotterdam: Sense Publisher.
Fitriyah, R., (2018). Hubungan antara Persepsi Iklim Sekolah dengan School Engagement pada Siswa Madrasah. Skripsi. Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Kesehatan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Khine, M.S. & Fisher, D., (2011). Classrom Envoronment and Teachers’ Cultural Background in Secondary Science Classes in Asian Context. International Educational Research Conference, University of Notre Dame Fremantle, Western Australia.
Miller, R.L., Rycek, R.F., & Fritson, K. (2011). The effect of high impact learning experiences on stodents engagement. Procedia Social and Behavior Sciences 5 (2011) 53-59.
Porter, S.R., (2006). Institutional Structure and Student Engagement. Research in higher education August 2006, Vo. 47. p. 521-558.
Purba, M.A.F. (2016). Pengaruh Iklim Sekolah terhadap Student Engagement pada Siswa SMA Iskandar Muda Medan. Medan: Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Skripsi. Tidak Diterbitkan.
Scheerens, J. & Bosker, R. (2008). The Foundations of Educational Effectiveness, Oxford:
Pergamon.