• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertunjukan

Dalam dokumen Seni Teater (Halaman 86-90)

Teater Nusantara

Tujuan Pembelajaran

Pembelajaran ini bertujuan agar siswa mampu mengekspresikan diri melalui karya teater melalui kemampuannya dalam:

• mengeksplorasi teknik olah tubuh, olah pikir, dan olah suara,

• merancang pertunjukan teater Nusantara,

• menerapkan prinsip kerja sama dalam berteater, dan

• menggelar pertunjukan teater Nusantara.

Pementasan teater membutuhkan beberapa persiapan. Salah satu yang terpenting adalah persiapan pemeran. Persiapan tersebut meliputi persiapan olah tubuh, olah suara, penghayatan karakter, serta teknik-teknik pemeranan.

Persiapan seorang pemeran dianggap penting karena pemeran adalah seorang seniman yang mengekspresikan dirinya sesuai dengan tuntutan baru dan harus memiliki kemampuan untuk menjadi ’orang baru’. Selanjutnya, kamu akan mempelajari bagaimana merancang sebuah pertunjukan teater. Di sini akan dipelajari pula prinsip berteater, yaitu kerja sama. Terakhir, akan diperkenalkan gaya-gaya pementasan yang dapat dipilih untuk menggelar pertunjukan teater.

Pertunjukan teater Tanah Air sebagai salah satu teater Nusantara pimpinan Jose Rizal Manua

Sumber: Dokumentasi pribadi teater Tanah Air, 2009

Mementaskan Teater Nusantara

Mengeksplorasi teknik olah tubuh,

olah pikir, dan olah suara

Peta Konsep

• Olah tubuh

• Olah pikir

• Olah suara

• Merancang

K a t a Kunc i

• Prinsip kerja sama

• Teater konvensional

• Teater nonkonvensional Merancang

pertunjukan teater Nusantara

Menerapkan prinsip kerja sama

Menggelar pertunjukan teater

Nusantara

Melaksanakan dasar-dasar olah tubuh, olah pikir, dan olah suara

Mengenal tahap- tahap dramatisasi

cerita drama Menjalankan

tahap-tahap dramatisasi

Mengenal unsur-unsur

pembentuk teater Menerapkan prinsip kerja sama antarunsur

pembentuk teater

Mengevaluasi pementasan Mementaskan

teater

Pelajaran 6 Pertunjukan Teater Nusantara 77

A. Mengeksplorasi Teknik Olah Tubuh, Olah Pikir, dan Olah Suara

Seni teater berhubungan erat dengan seni peran. Keduanya memiliki keterkaitan yang sangat erat. Dalam bermain peran, kamu dituntut untuk bisa memerankan berbagai karakter yang disuruh oleh sutradara. Karakter tersebut dapat kamu kuasai jika kamu sering berlatih mengolah tubuh. Tubuh adalah sumber peran yang tidak terbatas, dengan wajah kamu bisa mengekspresikan kesedihan, dengan mulut kamu bisa berteriak, dengan tangan kamu bisa menari.

Agar segala tuntutan sutradara ataupun naskah dapat diperankan, seorang pemain teater mutlak harus menguasai teknik latihan peran. Adapun teknik latihan peran adalah sebagai berikut.

1. Teknik Olah Tubuh

Tubuh merupakan bagian fisik manusia. Penampilan fisik pemain teater dalam pentas berhubungan dengan penampilan watak, sikap, gestur, dan umur peran yang digambarkan. Hal ini juga sangat berhubungan dengan penampilan laku fisik yang digariskan pengarang, sutradara, dan tuntutan peran. Tampilan fisik seorang pemeran adalah tanggung jawab pribadi pemeran.

Agar dapat memiliki penampilan fisik yang sesuai dengan tuntutan peran, seorang pemain harus berlatih agar tubuhnya lentur. Kelenturan tubuh seorang pemain teater ini sangat penting untuk berlangsungnya sebuah pertunjukan teater.

Kelenturan tubuh tersebut dapat dilatih dengan latihan olah tubuh. Latihannya dapat berupa gerakan-gerakan seperti tari dan beladiri, bisa juga latihan ekspresi.

Misalnya, latihan ekspersi marah, sedih, bahagia, dan sebagainya.

Pola-pola latihan bisa kamu pelajari dari pola yang telah ada, misalnya pola olahraga atau bisa kamu buat sendiri yang disesuaikan dengan kebutuhan.

a. Latihan Olahraga Fisik

Latihan ini bertujuan untuk melatih kekuatan dan kelenturan serta daya tahan tubuh serta koordinasi gerak tubuh. Latihan ini bisa dimulai dari bagian wajah, yaitu menggerakkan bagian wajah. Hal ini berguna untuk melatih mimik wajah.

Kemudian, latihlah gerakan tangan supaya luwes, latihannya bisa seperti latihan menari. Lalu, teruskan latihan ke arah tubuh dan bagian kaki. Setelah semuanya dilatih dengan baik, koordinasikan semua gerakan dalam satu rangkaian gerakan menggunakan iringan musik (seperti menari). Teruslah berlatih maka suatu saat tubuh dan penguasaan gerakan kamu akan menjadi lebih yang baik.

b. Latihan Rangkaian Gerakan

Setelah latihan umum dikuasai, maka langkah selanjutnya adalah latihan gerakan yang ditentukan sesuai permintaan. Jenis latihan ini lebih spesifik.

Contohnya, latihan bagaimana gerakan lemah gemulai, bagaimana posisi tubuh ketika terkejut atau mengekspresikan kebahagiaan, bagaimana posisi tubuh jika sedang marah, dan sebagainya.

2. Olah Suara (Vokal)

Suara adalah unsur penting dalam kegiatan seni teater yang menyangkut segi auditif atau sesuatu yang berhubungan dengan pendengaran. Dalam kenyataannya, suara dan bunyi itu sama, yaitu hasil getaran udara yang datang dan menyentuh selaput gendang telinga. Akan tetapi, dalam konvensi dunia teater kedua istilah tersebut dibedakan. Suara merupakan produk manusia untuk membentuk kata- kata, sedangkan bunyi merupakan produk benda-benda.

Suara adalah unsur yang sangat penting dalam berteater. Dengan suara atauvokal yang baik, pemeran akan mampu mengekspresikan karakter tokoh yang dimainkannya. Jenis suara tiap orang berbeda-beda, tapi di dalam teater pemeran dituntut untuk bisa menirukan suara sesuai tokoh yang diperankan.

Berolah suara tidak hanya terbatas pada jenis karakter tertentu. Misalnya, suara berat, ringan, halus, mendesah, berteriak, melenguh, menangis, dan membentak saja. Dalam teater ternyata berolah suara lebih kompleks lagi. Seorang pemain dituntut untuk bisa menirukan dialek (logat bicara), harus benar dan tepat dalam membaca teks, harus bisa menyanyi, harus pandai mengolah suara-suara alam, dan sebagainya.

Dalam berolah vokal, seorang pemain perlu memerhatikan teknik aksentuasi pengucapan huruf, kata, dan kalimat.

a. Aksen dinamik, yaitu belajarlah mengucapkan bagian kata atau kalimat lebih dikeraskan dibandingkan dengan kata atau kalimat lain.

b. Aksen tempo, yaitu aksen yang dilakukan saat menghadapi kata-kata yang lebih penting daripada kata yang lain. Misalnya, “saya harus pu-lang!”

c. Aksen intonasi/nada adalah aksen yang dilakukan dengan melagukan kata yang sesuai. Misalnya, “Baik, baik. Sekarang kau akan senang menjauhiku”.

Kalimat tersebut dapat diucapkan dengan ekspresi marah atau senang.

3. Olah Pikir (Imajinasi)

Seorang pemain teater memiliki kecerdasan tersendiri. Bagaimana ia mampu memerankan suatu peran yang notabene peran itu adalah karakter orang lain yang kontradiktif dengan dirinya. Contohnya, apabila memerankan orang gila, ia harus menunjukan bahwa ia tidak normal, bagaimana ia harus bertingkah laku, bertutur kata sekenanya, gerakan tubuh sedang berdiri, duduk, mimik wajah sedih, bingung, dan marah.

Dalam berimajinasi seorang pemain haruslah memahami dan mempelajari semua karakteristik panca indra. Karena peran pemain dalam setiap penampilan adalah bersifat sugesti yaitu bagaimana caranya agar penonton terbawa dan dengan mudah mengetahui maksud gerakan pemain. Misalnya, bagaimana ia berimajinasi ketika melihat kejadian aneh yang menimpa orang lain, posisi mata pemain seolah-olah menjadi jembatan mata penonton. Begitu pula dengan indra telinga, penciuman, perasa, dan peraba haruslah dilatih dengan rutin.

Semua itu dibutuhkan sebuah pendalaman jiwa yaitu konsentrasi. Konsentrasi dapat dikuasai dengan cara memusatkan seluruh pikiran dan perasaan hanya

Pelajaran 6 Pertunjukan Teater Nusantara 79

tercurah pada peran tersebut. Caranya bisa dengan pengamatan dan penjelajahan pada orang aslinya. Kesuksesan dalam memerankan tokoh tertentu dapat terwujud jika daya imajinasi kamu terlatih. Konsentrasi dan daya imajinasi dalam berteater sangat diperlukan untuk membawa penonton pada alur cerita yang diinginkan.

Penonton akan mengerti serta memahami pertunjukan sehingga pementasan teater akan berkenan dihati para penonton.

Nah, untuk lebih menguasai drama, cobalah berlatih dengan teman-temanmu membawakan naskah yang berjudul “Buku Harianmu Buku Harianku Juga”

karangan Henry Arkan berikut ini.

Pemain :

Akbar : laki-laki, 12 tahun, anak penjual kertas bekas Alni : perempuan, 10 tahun, teman Akbar

Rina : pemilik buku harian Bapak : orang tua Akbar

Dalam dokumen Seni Teater (Halaman 86-90)