• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Iklim

Dalam dokumen BUKU AJAR PARIWISATA BERKELANJUTAN (Halaman 42-45)

42

f. Daftar Pustaka

BAB V

___________________________________________________________

Pariwisata Berkelanjutan iklim dan pemanasan global:

Kenaikan permukaan air laut menyebabkan kerusakan pada ekosistem mangrove yang akan menghilangkan daya tarik wisata hutan mangrove di beberapa kawasan pesisir dan pantai di Indonesia. Kerusakan mangrove juga telah menyebabkan abrasi pantai, sehingga sejumlah pantai di Indonesia menjadi tidak menarik. Di Bali kerusakan pantai akibat abrasi diperkirakan 3,7 km per tahun dengan erosi ke daratan sepanjang 50 sampai 100 meter.

Saat ini setiap tahun terjadi kenaikan permukaan air laut sebesar 0,30 meter akibat mencairnya es di kutub utara karena pemanasan global. Beberapa pantai dan pulau di Indonesia yang merupakan destinasi wisata unggulan, seperti pantai Kuta, Sanur, dan kepulauan Wakatobi pada tahun 2030 akan tergenang dan tenggelam, sehingga dipastikan kehilangan keindahannya.

Kenaikan permukaan air laut juga akan mengancam daerah dan masyarakat pesisir. Sebagai contoh kondisi air di Teluk Jakarta naik 57 mm tiap tahun. Pada 2050, diperkirakan 160 km2 dari Jakarta akan terendam air, termasuk Bandara Soekarno-Hatta dan Ancol sebagai salah satu penunjang dan destinasi wisata utama di Indonesia.

Peningkatan suhu air laut akan menyebabkan pemutihan terumbu karang yang otomatis menghilangkan keindahannya. Hal ini sudah terjadi di beberapa taman laut di Indonesia. Kenaikan suhu sebesar dua derajat akan menyebabkan terumbu karang mati. Padahal sejak tahun 1990 telah terjadi kenaikan suhu sebesar 0,30 derajat celcius setiap tahunnya. Bisa diperkirakan jika kenaikan suhu tidak bisa di kontrol, maka dalam beberapa tahun ke depan taman-taman bawah laut di Indonesia, seperti Bunaken, Derawan, dan Raja Ampat terancam rusak dan tidak menarik lagi karena terumbu karang mengalami pemutihan, bahkan mati.

Peningkatan suhu udara yang ekstrim akan menyebabkan punahnya beberapa mahkluk hidup, sehingga mempengaruhi jumlah keanekaragaman hayati di beberapa taman nasional di Indonesia.

Saat ini Indonesia adalah negara dengan keanekaragaman hayati terbesar nomor tiga di dunia setelah Brazil dan Zaire. Ini merupakan aset utama bagi Indonesia untuk mendatangkan wisatawan mancanegara. Sebagian wilayah yang menjadi dengan atraksi alam yang unik telah mulai kehilangan pesonanya karena kerusakan dan kepunahan. Perlu diingat juga bahwa setiap kedatangan atau pergerakan wisatawan pula memberikan kontribusi terhadap efek gas rumah kaca dan karbon (carbon foot print) terhadap konsumsinya, lalu bagaimana dengan keberlangsungan industri pariwisata seandainya kita terus mengelak untuk tidak segera menerapkan

44

pariwisata berbasis lingkungan hidup (ramah lingkungan) demi terjaganya sustainability secara ekonomi, sosial-budaya, dan ekologi?

b. Upaya Penurunan Emisi

Meningkatnya kadar gas rumah kaca telah menyebabkan kenaikan suhu bumi. Begitu seriusnya ancaman tersebut, sampai-sampai Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, menyebutnya ”mengerikan seperti dalam fiksi ilmiah (science fiction), tetapi nyata”. Penimbunan gas rumah kaca (GRK) di atmosfer diyakini akan menyebabkan pemanasan bumi antara 1,8 hingga 4 derajat celcius dalam satu abad ini. Padahal, kenaikan suhu 2,5 derajat celcius saja sudah cukup untuk memusnahkan sepertiga spesies yang hidup saat ini. Sebagian besar penimbunan GRK tersebut ditimbulkan dari pemakaian bahan bakar fosil. Ada beberapa langkah yang mesti diambil oleh umat manusia untuk mengurangi pengaruh pemakian energi terhadap dampak perubahan iklim, diantaranya

Penghematan energi

Menghemat pemakaian energi akan mengurangi jumlah bahan bakar yang digunakan dan otomatis juga mengurangi pengeluaran GRK yang ditimbulkan.

Salah satu cara penghematan energi adalah melalui efisiensi, yaitu mengurangi pemakaian energi tanpa harus mengurangi produk atau jasa yang ingin diperoleh.

Efisiensi dapat dilakukan dengan pendekatan teknologi. Seperti menciptakan rumah, mobil dan mesin-mesin yang hemat energi. Cara lain adalah dengan melakukan pendekatan sistemik seperti menyediakan transportasi masal untuk mengurangi pemakaian kendaraan pribadi. Diantara berbagai cara pengurangan emisi GRK, upaya efisiensi sesungguhnya memiliki potensi yang paling besar. Namun sayangnya upaya ini masih kurang mendapat perhatian. Selain melalui efisiensi, penghematan energi bisa juga dilakukan dengan melalui konservasi energi.

Konservasi energi pada prinsipnya adalah upaya mengurangi pemakaian energi dengan mengurangi permintaan produk atau jasa. Upaya ini bisa diwujudkan melalui perubahan gaya hidup. Contoh yang sederhana adalah dengan mengurangi budaya konsumtifisme dan dengan mengurangi ketergantungan terhadap kendaraan bermotor dengan cara membudayakan bersepeda atau berjalan kaki.

Carbon capture (penangkapan karbon)

Dengan teknologi carbon capture, karbon dioksida dari hasil pembakaran bahan bakar fosil tidak dilepaskan begitu saja ke atmosfer namun dipisahkan dari gas buang dan selanjutnya disimpan untuk selamanya di dalam perut bumi atau di dasar laut. Disamping itu, berkembang pula ide untuk memanfaatkan karbon dioksida yang telah dipisahkan tadi untuk budidaya tanaman algae yang selanjutnya bisa dipanen sebagai sumber minyak nabati.

Mengganti bahan bakar

Bahan bakar fosil yang menyebabkan emisi GRK paling tinggi adalah batu bara,

___________________________________________________________

Pariwisata Berkelanjutan

sedangkan yang paling kecil adalah gas alam. Dengan kenyataan tersebut maka penggantian batu bara dengan gas alam diyakini mampu mengurangi emisi GRK secara signifikan.

Pemanfaatan energi terbarukan

Di masa mendatang energi terbarukan akan menjadi andalan pemenuhan sumber energi umat manusia. Selain ramah lingkungan, potensi energi terbarukan juga sangat besar. Energi matahari yang jatuh ke bumi jumlahnya 10 ribu kali lipat dari jumlah seluruh energi yang dibutuhkan umat manusia saat ini. Sebagian dari energi tersebut berubah menjadi energi angin, energi gelombang, dan menjadi tenaga untuk untuk memutar siklus air di bumi. Namun sebagian besar energi matahari tidak termanfaatkan dan hanya dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi ke ruang angkasa. Kita patut bersyukur karena Indonesia dikaruniai begitu banyak sumber energi terbarukan. Selain sumber energi yang bersumber dari matahari (termasuk energi air dan gelombang), Indonesia juga memiliki potensi energi panas bumi yang sangat besar dan sesungguhnya mampu mencukupi seluruh kebutuhan listrik nasional yang ada saat ini. Namun rupanya, upaya pemanfaatan energi terbarukan, khususnya di negara kita, masih jauh dari memuaskan.

c. Studi Kasus d. Kesimpulan e Daftar Pustaka

BAB VI

Dalam dokumen BUKU AJAR PARIWISATA BERKELANJUTAN (Halaman 42-45)

Dokumen terkait