• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Perilaku

Dalam dokumen Rizky Saputra - 14030120P.pdf (Halaman 35-38)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Perilaku

2.2.4. Perubahan Perilaku

Menurut WHO yang dikutip dalam Notoatmodjo (2007), perubahan perilaku dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:

a. Perubahan Alamiah (Natural Change)

Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu

perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat didalamnya juga akan mengalami perubahan.

b. Perubahan Terencana (Planned Change)

Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek. Didalam melakukan perilaku yang telah direncanakan dipengaruhi oleh kesediaan individu untuk berubah, misalnya apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan didalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat menerima inovasi atau perubahan tersebut dan sebagian orang lagi sangat lambat menerima inovasi atau perubahan tersebut.

2.3. Tipe Perilaku Merokok

Kebiasaan merokok tidak terjadi secara kebetulan karena ada beberapa tahap yang dilalui seseorang perokok sebelum ia menjadi perokok reguler yaitu seseorang yang telah menganggap rokok telah menjadi bagian dari hidupnya. Menurut Komasari & Helmi (2007) ada beberapa tahapan dalam perkembangan perilaku merokok, yaitu :

1. Tahap Prepatory.

Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat atau dari hasil bacaan, hal-hal ini dapat menimbulkan minat untuk merokok.

2. Tahap Initiation.

Tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok.

3. Tahap Becoming a Smoker.

Apabila seseorang sudah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang perhari,

4. Tahap Maintenance of Smoking.

Tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara mengaturan diri.

Menurut Trim (2006), ada tiga tipe perokok yang Dapat diklasifikasikan menurut banyaknya rokok yang dihisap. Tiga tipe perokok tersebut adalah : 1. Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari.

2. Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari 3. Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari.

Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku merokok.

Berdasarkan tempat – tempat dimana seseorang menghisap rokok, tipe perilaku merokok menjadi 2 yaitu:

1. Merokok di tempat-tempat umum/ruang public

a. Kelompok homogeny (sama-sama perokok) secara bergerombol mereka menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain, karena itu mereka menempatkan diri di smoking area.

b. Kelompok yang heterogen (merokok ditengah-tengah orang lain yang tidak merokok , anak kecil, orang jompo , orang sakit dll).

2. Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi.

a. Kantor atau di luar kamar pribadi. Perokok memilih tempat-tempat seperti ini sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh rasa gelisah yang mencekam.

b. Toilet. Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka berfantasi.

2.3.1.Alasan Merokok

Komalasari dan Helmi (2006) yang mengutip Conrad and Miller menyatakan bahwa seseorang akan menjadi perokok melalui:

a. Dorongan Psikologis, merokok rasanya seperti rangsangan seksual, sebagaisuatu ritual, menunjukkan kejantanan (bangga diri), mengalihkan kecemasan, dan menunjukkan kedewasaan.

b. Dorongan Fisiologis, adanya nikotin yang dapat mengakibatkan ketagihan (adiksi) sehingga ingin terus merokok.

Menurut Silvan Tomkins yang dikutip oleh Rochadi ada 4 alasan psikologis orang menjadi perokok ke empat alasan tersebut adalah:

1. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Dengan merokok seseorang merasakan penambahan rasa yang positif.

2. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang yang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya bila ia marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat.

Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak.

3. Perilaku merokok yang adiktif. Oleh Green disebut sebagaipsychological Addiction. Mereka yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang.

Mereka umumnya akan pergi keluar rumah membeli rokok, walau tengah malam sekalipun, karena ia khawatir kalau rokok tidak tersedia setiap saat ia menginginkannya.

4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah menjadi kebiasaannya rutin. Dapat dikatakan pada orang-orang tipe ini merokok sudah merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis, seringkali tanpa dipikirkan dan tanpa disadari. Ia menghidupkan api rokoknya bila rokok yang terdahulu telah benar-benar habis.

Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku perokok.

Berdasarkan tempat-tempat dimana seseorang menghisap rokok, maka dapat digolongkan atas:

1. Merokok di tempat-tempat Umum/ Ruang Publik

Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombol mereka menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain, karena itu mereka menempatkan diri di smoking area.

Kelompok yang heterogen (merokok ditengah orang-orang lain yang tidak merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit, dan lainnya).

Mereka yang berani merokok ditempat tersebut, tergolong sebagai orang yang tidak berperasaan, kurang etis dan tidak mempunyai tata krama.

Bertindak kurang terpuji dan kurang sopan, dan secara tersamar mereka tega menyebar "racun" kepada orang lain yang tidak bersalah.

2. Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi.

Di kantor atau di kamar tidur pribadi. Mereka yang memilih tempat- tempat seperti ini sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh dengan rasa gelisah yang mencekam. Di toilet, perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka berfantasi.

2.3.2.Bahaya Merokok

Subanada (2004) menyatakan merokok adalah sebuah kebiasaan yang dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun dilain pihak dapat menimbulkan dampak buruk baik bagi si perokok itu sendiri maupun orang-orang disekitarnya. Penyakit yang ada hubungannya dengan merokok adalah penyakit yang diakibatkan langsung oleh merokok atau diperburuk keadaannya karena orang itu merokok. Penyakit-penyakit yang terpicu karena merokok dan dapat meningkatkan sebab kematian adalah:

1. Penyakit Kardiovaskuler

penyakit kardiovaskuler menyumbang hampir mendekati 40%

kematian di negara maju dan sekitar 28% di negara miskin dan berkembang (Gaziano, 2008).

2. Penyakit Kanker Paru

Karena penyimpanan tar tembakau sebagian besar terjadi di paru- paru, maka kanker paru adalah jenis kanker yang paling umum disebabkan merokok. Di indonesia, kanker paru menjadi penyabab

kematian utama kaum pria dan lebih dari 70% kasus kanker itu baru terdiagnosis pada stadium lanjut (Anonim, 2006)

3. Penyakit Saluran Pernafasan

Merokok merupakan penyebab utama penyakit paru-paru bersifat kronis dan obstruktif misalnya bronchitis dan emfisema. Sekitar 85%

dari penderita penyakit ini disebabkan oleh rokok. Gejala yang ditimbulkan berupa batuk kronis, berdahak dan gangguan pernafasan- banyak dijumpai pada perokok.

4. Merokok dan Kehamilan

Merokok pada wanita hamil memberikan resiko tinggi terhadap keguguran, kematian janin, kematian bayi sesudah lahir, dan kematian mendadak pada bayi, wanita hamil perokok juga mengganggu perkembangan kesehatan fisik maupun intelektual anak-anak yang akan bertumbuh.

5. Merokok dan Alat Perkembangbiakan

Merokok akan mengurangi terjadinya konsepsi (memiliki anak), fertilitas pria ataupun wanita perokok akan mengalami penurunan, nafsu seksual juga akan mengalami penurunan dibandingkan dengan bukan perokok. Komalasari dan Helmi (2006) yang mengutip Chanoine wanita perokok akan mengalami masa menopause lebih cepat dibandingkan dengan bukan perokok.

6. Merokok dan Alat Pencernaan

Sakit maag lebih banyak dijumpai pada mereka yang merokok.

Merokok mengakibatkan penurunan tekanan pada ujung bawah dan atas

lambung sehingga mempercepat terjadinya sakit maag. Pencernaan protein terhambat bagi mereka yang perokok. Menurut Komalasari dan Helmi (2006) yang mengutip Harrisons, bahwa merokok mengurangi rasa lapar.

7. Merokok Meningkatkan Tekanan Darah

Menurut Komalasari dan Helmi (2006) yang mengutip Beaglehole merokok sebatang sehari akan meningkatkan tekanan darah sistolik 10- 25mmHg serta menambah detak jantung 5-20 kali per 1 menit.

8. Merokok memperpendek umur

Menurut Komalasari dan Helmi (2006) yang mengutip Krantz penelitian di Amerika Serikat yang melibatkan 6813 pria perokok, dibedakan menjadi bukan perokok, perokok sedang, dan perokok berat.

Pada perokok berat 50% meninggal pada usia 47, 5 tahun; 50% perokok sedang meninggal sesudah berumur 56 tahun dan 50% bukan perokok meninggal pada usia 58 tahun. Dengan kata lain merokok sama saja dengan memperpendek umur.

9. Merokok Bersifat Adiksi (Ketagihan)

Didalam rokok terdapat nikotin yang diklasifikasikan sebagai obat yang bersifat kecanduan bila digunakan sehingga nikotin diklasifikasikan sebagai obat bersifat adiktif.

10. Merokok Membuat Lebih Cepat Tua

Rokok mengakibatkan kulit menjadi mengerut, kering, pucat dan mengeriput terutama di daerah wajah. Mekanisme ini terjadi akibat bahan kimia yang dijumpai dalam rokok mengakibatkan vasokontriksi

pembuluh darah tepi dan di daerah terbuka, misalnya pada wajah.

Wajah perokok menjadi tua dan jelek, mengeriput, kecoklatan dan tidak berminyak.

2.4. Siswa

Siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagai suatu komponen pendidikan, siswa dapat ditinjau dari berbagai pendekatan, antara lain: pendekatan social, pendekatan psikologis, dan pendekatan edukatif/pedagogis.

1. Pendekatan sosial, siswa adalah anggota masyarakat yang sedang disiapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang lebih baik. Sebagai anggota masyarakat, dia berada dalam lingkungan keluarga, masyarakat sekitarnya, dan masyarakat yang lebih luas. siswa perlu disiapkan agar pada waktunya mampu melaksanakan perannya dalam dunia kerja dan dapat menyesuaikan diri dari masyarakat. Kehidupan bermasyarakat itu dimulai dari lingkungan keluarga dan dilanjutkan di dalam lingkungan masyarakat sekolah. Dalam konteks inilah, siswa melakukan interaksi dengan rekan sesamanya, guru-guru, dan masyarakat yang berhubungan dengan sekolah. Dalam situasi inilah nilai-nilai social yang terbaik dapat ditanamkan secara bertahap melalui proses pembelajaran dan pengalaman langsung.

2. Pendekatan Psikologis, siswa adalah suatu organisme yang sedang tumbuh dan berkembang. siswa memiliki berbagai potensi manusiawi,

seperti: bakat, inat, kebutuhan, social-emosional-personal, dan kemampuan jasmaniah. Potensi-potensi itu perlu dikembangkan melalui proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah, sehingga terjadi perkembangan secara menyeluruh menjadi manusia seutuhnya.

Perkembangan menggambarkan perubahan kualitas dan abilitas dalam diri seseorang, yakni adanya perubahan dalam struktur, kapasitas, fungsi, dan efisiensi. Perkembangan itu bersifat keseluruhan, misalnya perkembangan intelegensi, sosial, emosional, spiritual, yang saling berhubungan satu dengan lainnya.

3. Pendekatan edukatif/paedagogis, pendekatan pendidikan menempatkan siswa sebagai unsur penting, yang memiliki hak dan kewajiban dalam rangka sistem pendidikan menyeluruh dan terpadu.

2.4.1.Remaja

Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Masa remaja menurut Deswita (2006), berlangsung antara umur 12-15 tahun adalah remaja awal, 15-18 tahun masa remaja pertengahan, dan 18-21 adalah remaja akhir. Pada usia ini umumnya anak sedang duduk dibangku sekolah menengah pertama (SMP) sampai menengah atas (SMA) (Asrori, 2009). Menurut Monks dkk dalam Asrori (2009), remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secarapenuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja sering kali dikenal dengan

fase “mencari jati diri” atau fase topan dan badai”. Sesuai dengan perkembangan usia remaja menurut Deswita (2006) maka terdapat tiga tahap proses perkembangan yang dilalui remaja dalam proses menuju kedewasaan, disertai dengan karakteristiknya, yaitu :

1. Remaja awal (12 – 15 tahun)

Pada tahap ini, remaja masih merasa heran terhadap perubahan- perubahan yang terjadi pada dirinya dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan tersebut. Mereka mulai mengembangkan pikiran- pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah teragsang secara erotis. Kepekaan yang berlebihan ini ditambah dengan berkurangnya pengendalian terhadap ego dan menyebabkan remaja sulit mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa.

2. Remaja Madya (15 - 18 tahun)

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman-teman. Ada kecenderungan narsistik, yaitu mencintai dirinya sendiri, dengan cara lebih menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Pada tahap ini remaja berada dalam kondisi kebingungan karena masih ragu harus memilih yang mana, peka atau peduli, ramai- ramai atau sendiri, optimis atau pesimis dan sebagainya.

3. Remaja akhir (18 - 21 tahun)

Tahap ini adalah masa mendekati kedewasaan yang ditandai dengan pencapaian

- Minat yang semakin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

- Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan mendapatkan pengalaman-pengalaman baru.

- Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

- Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.

- Tumbuh dinding pemisah antara diri sendiri dengan masyarakat umum.

Masa remaja adalah merupakan periode yang penting, periode peralihan, periode perubahan, usia yang bermasalah, mencari identitas, usia yang menimbulkan ketakutan, masa yang tidak realistik dan ambang masa kedewasaan. Ada sejumlah sikap yang sering ditunjukkan remaja adalah 1. Kegelisahan.; Sesuai dengan fase perkembangannya remaja mempunyai

banyak idealisme, angan-angan atau keinginan yang hendak diwujudkan dimasa depan. Namun sesungguhnya remaja belum memiliki kemampuan yang memadai untuk mewujudkan semua itu.

2. Pertentangan; Sebagai individu yang sedang mencari jati diri, remaja berada pada situasi psikologis antara ingin melepaskan diri dari orang tua dan perasaan masih belum mampu untuk mandiri.

3. Mengkhayal;Khayalan remaja putra biasanya berkisar pada soal prestasi dan jenjang karier, sedangkan remaja putri lebih mengkhayalkan romantika hidup.

4. Aktivitas berkelompok;Berbagai macam keinginan para remaja seringkali tidak dapat terpenuhi karena bermacam-macam kendala, diantaranya

biaya, larangan dari orang tua, yang seringkali melemahkan atau bahkan mematahkan semangat para remaja.

5. Keinginan mencoba segala sesuatu;Pada umumnya remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high curiosity). Karena didorong rasa ingin tahu yang tinggi, remaja cenderung ingin bertualang, menjelajah segala sesuatu, dan mencoba segala sesuatu yang belum pernah dialaminya.

Selain itu didorong juga oleh keinginan seperti orang dewasa menyebabkan remaja ingin mencoba melakukan apa yang sering dilakukan oleh orang dewasa. Akibatnya tidak jarang secara sembunyi- sembunyi, remaja pria mencoba merokok karena sering melihat orang dewasa melakukannya (Ali, 2002).

2.5. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan, konsep hanya dapat diamati atau diukur melalui konstruktur atau yang lebih dikenal dengan nama Variable (Notoatmodjo, 2005)

Variable adalah simbol atau lambang yang menunjukkan nilai atau bilangan dari konsep (Notoatmodjo, 2005)

Skema 1. Kerangka Konsep

Perilaku merokok siswa SMA Negeri 1Barumun

• Pengetahuan

• Sikap

• Tindakan Iklan Luar Ruang

Dari skema diatas, kita dapat melihat responden yang mendapatkan stimulus dari iklan luar ruang yang akan mempengaruhi organisme tersebut.

Apakah stimulus yang datang ditolak atau diterima dapat diukur dari pengetahuan responden. Apabila stimulus telah mempengaruhi pengetahuan responden, maka akan muncul respon dari responden, yang diukur dari sikap responden terhadap objek dan selanjutnya dilihat melalui tindakan siswa dalam merokok.

2.6 Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah suatu jawaban sementara dari pernyataan penelitian. Biasanya hipotesis ini di rumuskan dalam bentuk hubungan antara dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

Ha: apabila p value < 0,05 terdapat hubungan yang bermakna antara iklan luar ruang dengan Pengetahuan, sikap dan tindakan

Ho: apabila p value > 0,05 tidak terdapat hubungan yang bermakna antara iklan luar ruang dengan Pengetahuan, sikap dan tindakan

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain dan Metode Penelitian

Desain penelitian dilakukan analitik kolerasi dengan pendekatancross sectional yaitu untuk mengidentifikasi hubungan iklan luar ruang dengan perilaku merokok siswa SMA Negeri 1 Barumun tahun 2016.

(Notoadmodjo, 2007)

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian 3.2.1.Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2015 sampai dengan Agustus 2016. Penelitian ini diawali dengan pengajuan judul, melakukan survey awal dan dikonsulkan kepada pembimbing sampai ujian skripsi, setelah ujian skripsi peneliti juga mengkonsulkan kembali dimana ada beberapa isi skripsi yang perlu di revisi atau perbaikan sampai dengan disahkannya skripsi ini.

3.2.2.Tempat Penelitian

Tempat Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Barumun, Jl. KH.

Dewantara No. 43 Sibuhuan, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1.Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa laki - laki kelas X dan XI pada SMA Negeri 1Barumun pada tahun ajaran 2015-2016 yang berjumlah 190 orang. dengan perincian pada tabel berikut :

Tabel 3.1. Jumlah Siswa laki - laki Kelas X SMA Negeri 1 Barumun

No Kelas Jumlah Siswa

1 X1 10

2 X2 21

3 X3 19

4 X4 18

5 X5 17

6 X6 17

Jumlah 102

Sumber : SMA Negeri 1 Barumun Tahun 2016

Tabel 3.2. Jumlah Siswa laki - laki Kelas XI SMA Negeri 1 Barumun

No Kelas Jumlah Siswa

1 XI IPA 1 9

2 XI IPA 2 16

3 XI IPA 3 15

4 XI IPA 4 14

5 XI IPS 1 21

6 XI IPS 2 13

Jumlah 88

Sumber : SMA Negeri 1 Barumun Tahun 2016 3.3.2.Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari jumlah siswa laki – laki kelas X dan XI pada SMA Negeri 1Barumun pada tahun ajaran 2015- 2016. Jumlah sampel dihitung dengan menggunakan rumus dari Notoatmodjo (2010) sebagai berikut.

Nn = 1+ N(2) n= 190

1 + 190 (0,12) n= 190

2,9 n = 65,5 n = 66 Keterangan : n = Besar Sampel N= Besar Populasi

Z = Tingkat kepercayaan/ketetapan yang diinginkan (0,1)

Dengan menggunakan tehnik proporsional random sampling.

Pengambilan sampel secara proporsi dilakukan dengan mengambil subyek dari setiap strata atau setiap wilayah ditentukan seimbang dengan banyaknya subyek dalam masing – masing strata atau wilayah (Arikunto, 2006). Di dapatkan jumlah sampel sebanyak 66 orang responden. Kemudian untuk menetukan jumlah sampel setiap kelas dilakukan dengan menggunakan rumus menurut Sugiyono (2007).

n =X x N1 N

Keterangan :

n : Jumlah sampel yang diinginkan setiap strata N : Jumlah seluruh populasi Siswa Barumun X : Jumlah populasi pada setiap strata N1 :Sampel

Berdasarkan rumus, jumlah sampel dari masing-masing kelas yaitu : Kelas X1 : 19010 x66=3 responden

Kelas X2 : 19021 x66=7 responden

Kelas X3 : 19

190x66=7 responden Kelas X4 : 18

190x66=6 responden Kelas X5 : 17

190x66=6 responden Kelas X6 : 19017 x66=6 responden

Kelas XI IPA 1 : 1909 x66=3 responden

Kelas XI IPA 2 : 19016 x66=6 responden

Kelas XI IPA 3 : 19015 x66=5 responden

Kelas XI IPA 4 : 19014 x66=5 responden

Kelas XI IPS 1 : 21

190x66=7 responden Kelas XI IPS 2 : 13

190x66=5 responden

Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel secara simple random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak sederhana, dengan menggunakan tehnik mengundi (lottery technique) yaitu dengan mengundi unsur-unsur penelitian atau satuan-satuan elementer dalam populasi (Notoatmojo, 2010).

Kriteria responden yang akan menjadi sampel : 1. Jenis kelamin Laki - Laki

2. Masih berstatus sebagai siswa SMA Negeri 1Barumun kelas X dan XI.

Kriteria tersebut didasarkan pada pertimbangan usia antara 15-18 tahun termasuk remaja madya, adalah bersifat idealistik, melibatkan diri dengan kehidupan, pekerjaan dan hubungan diluar keluarga, mempersiapkan diri untuk mencapai kebebasan secara finansial atau emosional, menjadi lebih mampu berfikir karena sudah hampir memasuki tahap dewasa.

3.4. Alat Pengumpulan Data 3.4.1.Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan instrumen penelitian yaitu kuesioner. kuesioner terdiri dari 10 pernyataan tentang iklan luar ruang, 14 pertanyaan mengenai pengetahuan, 15 pernyataan tentang sikap, dan 1 pertanyaan mengenai tindakan. Peneliti juga melakukan pengamatan langsung di daerah kawasan sekolah.

3.4.2.Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari dokumentasi SMA Negeri 1Barumun meliputi keterangan lokasi, jumlah siswa laki - laki kelas X, XI dan data pendukung lainnya.

3.5. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Agar alat ukur yang dipakai benar-benar dapat mengukur variabel iklan luar ruang, pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap rokok dapat melakukan fungsi ukurnya secara cermat dan dapat dipercaya, maka dilakukan uji kuesioner di luar subjek penelitian yaitu sebanyak 10 responden. Uji validitas instrumen penelitian menggunakan nilai Corrected item-total correlation pada masing-masing butir pertanyaan. Item variabel yang mencapai nilai r hitung > r tabel (0,361) dianggap valid/memuaskan, sementara reabilitas suatu item variabel dikatakan reliabel/baik jika memiliki nilai Croanbach’s alpha> 0,60.

(Arikunto, 2010)

Secara keseluruhan semua item pertanyaan variabel iklan luar ruang, pengetahuan, sikap dan tindakan pada kuesioner ini dinyatakan valid dan reliabel dimana hasil ini diambil dari peneliti sebelumnya. Hasil statistik menyatakan nilai Corrected item-total correlationdari iklan luar ruang, pengetahuan, sikap dan tindakan adalah > 0,361. Sedangkan nilai Croanbach’s alphaadalah > 0,60 (Ananda, 2012)

3.6. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Penelitian ini bersifat analitik kolerasi dengan menggunakan data primer, yang mana data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden berdasarkan hasil pengisian kuesioner.

Pada waktu pengambilan data responden diberikan kejelasan terlebih dahulu mengenai tujuan serta diminta kesediaannya untuk dijadikan sampel penelitian. Kemudian sampel diminta mengisi sendiri kuesioner yang telah disediakan.

Ada beberapa prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data penelitian ini yaitu :

1. Mengajukan surat permohonan izin pelaksanaan Penelitian kepada institusi pendidikan STIKES AUFA ROYHAN Padangsidimpuan.

2. Mengajukan surat permohonan izin Pelaksanaan penelitian di SMA Negeri 1 Barumun

3. Menyatakan persetujuan responden menjadi responden secara sukarela.

4. Setelah calon responden bersedia maka diminta untuk menandatangani lembar persetujuaninformed consent.

5. Menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada responden dan selanjutnya dipersilahkan untuk menjawab pertanyaan dengan jujur.

6. Setelah kuesioner diisi, dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya sehingga data yang diperoleh terpenuhi.

Dalam dokumen Rizky Saputra - 14030120P.pdf (Halaman 35-38)

Dokumen terkait