• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perusahaan Sub Sektor Kosmetik dan Keperluan Rumah Tangga yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.2 Perusahaan Sub Sektor Kosmetik dan Keperluan Rumah Tangga yang

Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan sub sektor kosmetik dan keperluan rumah tangga yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2014 – 2019.

Sampel ini menggunakan purposive sampling yaitu berdasarkan kriteria – kriteria

yang telah ditetapkan pada bab sebelumnya. Dari pemilihan sampel tersebut terdapat 4 perusahaan yang menjadi obyek penelitian dengan periode pengamatan selama 6 tahun (tahun 2014 sampai dengan tahun 2019), sehingga jumlah pengamatan dalam penelitian adalah 24 yang diperoleh dari 4 x 6 (jumlah perusahaan yang terpilih dikali jumlah tahun penelitian). Daftar perusahaan yang terpilih sebagai berikut :

Tabel 4. 1

Sampel Penelitian

No Kode Nama Perusahaan

1 ADES Akasha Wira International, Tbk

2 KINO Kino Indonesia, Tbk

3 TCID Mandom Indonesia, Tbk

4 UNVR Unilever Indonesia, Tbk

Sumber : www.idx.co.id

1. PT. Akasha Wira International, Tbk PT. Kino Indonesia, Tbk

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan ADES adalah industri air minum dalam kemasan, industri roti dan kue, kembang gula, makaroni, kosmetik dan perdagangan besar. Kegiatan utama Akasha International adalah bergerak dalam bidang usaha pengolahan dan distribusi air minum dalam kemasan (merek Netsle Pure Life dan Vica) serta perdagangan besar produk kosmetika.

Produksi air minum dalam kemasan secara komersial dimulai pada tahun 1986, sedangkan perdagangan produk kosmetika dimulai pada tahun 2012. Pabrik pengolahan air minum dalam kemasan berlokasi di Jawa Barat dan pabrik produk kosmetik berlokasi di Pulogadung.

Pada tanggal 2 Mei 1994, ADES memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam- LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) ADES kepada

masyarakat sebanyak 15.000.000 saham dengan nominal Rp. 1000,- per saham, dengan harga penawaran perdana Rp. 3.850.- per saham. Saham – saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 13 Juni 1994.

2. PT. Kino Indonesia,Tbk

PT. Kino Indonesia Tbk merupakan salah satu perusahaan consumer goods yang telah diakui di Indonesia dan juga manca negara dengan lingkup bisnis yang meliputi beberapa jenis kategori produk diantara lain adalah Personal Care, Beverages, Food, Pet Food dan Pharmasi. PT. Kino Indonesia Tbk ditemukan oleh Harry Sanusi pada 1991 dan terus berkembang dengan pesat seiring berjalannya waktu.

Saat ini Kino memiliki 9 anak perusahan dengan 32 merek dimana beberapa diantaranya berhasil mendapatkan pengakuan sebagai merek yang menjadi pilihan utama para konsumen. Visi dari PT. Kino Indonesia Tbk. adalah menjadi perusahaan Indonesia yang ternama & terdepan yang berlandaskan ide & inovasi.

Berawal dari sebuah perusahaan distribusi bernama PT. Dutalestari Sentratama di tahun 1991. Saat ini, PT. Dutalestari Sentratama telah berkembang secara signifikan dengan 42 titik distribusi yang menangani distribusi di seluruh Indonesia.

Mengembangkan diri ke dalam industri manufaktur, PT. Kino Indonesia Tbk. yang berawal dengan nama PT. Kino Sentra Industrindo didirikan sebagai sebuah perusahaan produksi makanan ringan pada tahun 1997 dengan pabrik yang berlokasi di Semarang, Jawa Tengah. PT. Kino Sentra Industrindo terus aktif menciptakan berbagai macam produk makanan ringan seperti permen, snack, dan cokelat. Langkah besar lainnya dilakukan pada tahun 1999, PT. Kinocare Era Kosmetindo, produsen

dengan aneka produk perawatan tubuh untuk semua gender dan usia, mulai didirikan.

Tahun 2003 PT. Kinocare Era Kosmetindo melebarkan bisnisnya ke produk perawatan rumah di bawah naungan merek Sleek. Kemudian PT. Kino Indonesia Tbk. juga melangkah lebih lanjut ke dalam industri minuman dengan memproduksi minuman berenergi Panther. Kualitas produk PT. Kino Indonesia Tbk. telah memenuhi standar kualifikasi internasional, terbukti dengan meningkatnya permintaan pasar dari seluruh dunia. Namun PT. Kino Indonesia Tbk. menyadari bahwa kepuasan tidak hanya sampai disitu, kesuksesan hari ini harus menjadi motivasi untuk semakin berprestasi di masa depan. “Innovate Today” berarti harus terus kreatif dan inovatif untuk menjadi pemimpin dalam industri kebutuhan konsumen. Dengan semangat inovasi yang menjadi nilai utama dari perusahaan, PT.

Kino Indonesia Tbk. berkomitmen memberikan produk-produk berkualitas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari konsumen Indonesia.

3. Mandom Indonesia, Tbk

PT Mandom Indonesia Tbk berdiri sebagai perusahaan joint venture antara Mandom Corporation, Jepang dan PT The City Factory. Perseroan berdiri dengan nama PT Tancho Indonesia dan pada tahun 2001 berganti menjadi PT Mandom Indonesia Tbk.

Pada tahun 1993, Perseroan menjadi perusahaan ke-167 dan perusahaan joint venture Jepang ke-11 yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Saat ini jumlah saham Perseroan adalah 201.066.667 lembar saham dengan nilai nominal Rp 500/saham.

Kegiatan produksi komersial Perseroan dimulai pada tahun 1971 dimana pada awalnya Perseroan menghasilkan produk perawatan rambut, kemudian berkembang dengan memproduksi produk wangi-wangian dan kosmetik. Saat ini Perseroan berkantor pusat di Wisma 46 Kota BNI, Lt.7, Jl. Jend. Sudirman Kav. 1, Jakarta.

Perseroan mempunyai dua lokasi pabrik di Kawasan Industri MM2100, Bekasi ; Factory 1 yang berada di Jl. Irian khusus memproduksi seluruh produk kosmetik Perseroan sementara Factory 2 yang berada di Jl. Jawa berfungsi untuk memproduksi kemasan plastik dan juga sebagai pusat logistik.

Merek utama Perseroan antara lain GATSBY, PIXY, Pucelle dan Bifesta. Selain itu, Perseroan juga memproduksi berbagai macam produk lain dengan merek Tancho, Mandom, Spalding, Lovillea, Miratone, dan juga beberapa merek yang khusus diproduksi untuk ekspor.

Selain pasar domestik, Perseroan juga mengekspor produk-produknya ke beberapa negara antara lain Uni Emirat Arab (UEA), Jepang, India, Malaysia, Vietnam, Thailand, dan lain-lain. Melalui UEA, produk-produk Perseroan di re- ekspor ke berbagai negara di Afrika, Timur Tengah, Eropa Timur, dan lain-lain.

4. PT. Unilever Indonesia Tbk

Unilever Indonesia pertama kali didirikan pada 5 Desember 1933 dengan nama

“Lever’s Zeepfabrieken N.V.” yang bertempat di daerah Angke, Jakarta Utara berdasarkan akta No. 23 dari Mr. A.H. van Ophuijsen, notaris di Batavia. Akta ini disetujui oleh Jenderal Geoual van Nederlandsch-Indie berdasarkan surat No. 14 pada 16 Desember 1933, terdaftar di Raad van Justitie di Batavia dengan No. 302 pada 22

Desember 1933 dan diterbitkan dalam Javasche Courant pada 9 Januari 1934.

Tambahan No 3.

Pada 22 Juli 1980, perusahaan berganti nama menjadi “PT Unilever Indonesia”

dengan akta No. 171 dari notaris Ny. Kartini Muljadi SH. Perubahan nama pun kembali terjadi pada 30 Juni 1997 menjadi “PT Unilever Indonesia Tbk” dengan akta No. 92 notaris publik Bp. Mudofir Hadi SH. Akta ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan surat keputusan No.C2-1.049HT.01.04 TH.98 tanggal 23 Februari 1998 dan diumumkan dalam Berita Negara No. 2620 tanggal 15 Mei 1998, Tambahan No. 39.

Pada 22 November 2000, Unilever Indonesia mengadakan perjanjian dengan PT Anugrah Indah Pelangi, untuk mendirikan perusahaan baru yaitu PT Anugrah Lever (PT AL) yang bergerak di bidang manufaktur, pengembangan, pemasaran dan penjualan dari kecap, saus cabai dan saus lainnya di bawah Bango dan merek lain di bawah lisensi perusahaan untuk PT AL.

Berselang dua tahun, tepatnya pada tanggal 3 Juli 2002, Unilever Indonesia kembali mengadakan perjanjian dengan Texchem Resources Berhad untuk mendirikan perusahaan baru yaitu PT Technopia Lever yang bergerak di bidang distribusi, ekspor dan impor barang-barang dengan merek dagang Domestos Nomos.

Pada tanggal 7 November 2003, Texchem Resources Berhad menandatangani perjanjian jual beli saham dengan Technopia Singapore Pte. Ltd, di mana Texchem Resources Berhad setuju untuk menjual semua sahamnya di PT Technopia Lever ke Technopia Singapore Pte. Ltd.

Dalam Rapat Umum Luar Biasa perusahaan pada tanggal 8 Desember 2003, Unilever Indonesia menerima persetujuan dari pemegang saham minoritasnya untuk mengakuisisi saham PT Knorr Indonesia (PT KI) dari Unilever Overseas Holdings Limited (pihak terkait). Akuisisi ini efektif berjalan pada tanggal penandatanganan perjanjian jual beli saham antara perusahaan dan Unilever Overseas Holdings Limited pada tanggal 21 Januari 2004.

Pada 30 Juli 2004, Unilever Indonesia bergabung dengan PT KI. Merger dicatat dengan menggunakan metode yang mirip dengan metode penyatuan kepemilikan.

Perusahaan adalah perusahaan yang bertahan dan setelah merger PT KI tidak lagi ada sebagai badan hukum yang terpisah. Penggabungan ini sesuai dengan persetujuan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam surat No. 740 / III / PMA / 2004 tanggal 9 Juli 2004.

Pada 2007, perusahaan menandatangani perjanjian bersyarat untuk membeli merek "Buavita" dan "Gogo" minuman Vitality berbasis buah dari Ultra. Transaksi selesai pada Januari 2008.

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian

Dokumen terkait