BABA III METODE PENELITIAN
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs. Nurul Islam Sekarbela Mataram sebanyak 125 siswa.
2. Sampel
Sampel yang digunakan yaitu siswa kelas VII sebanyak 4 siswa. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan stratified random sampling yaitu cara pengambilan sampel terdiri dari beberapa stara atau tingkatan. Adapun tingkatannya berdasarkan dari siswa yang memiliki predikat sangat baik (A), Baik (B), cukup (C), dan kurang (D).
Rentang nilai pengetahuan dan predikat dapat dilihat dalam tabel 3.1 berikut ini: :37
36 Imam Yuwono,” Penelitian SSR (Single Subject Research), (Banjarmasin:
Universitas Lambung Mangkurat), hlm. 2.
37 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, “Panduan Peniliaian oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan untuk Sekolah Menengah Pertama”, dalam https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://yudikustiana.file s.wordpress.com/2017/06/panduan-penilaian-cetakan-
ketiga.pdf&ved=2ahUKEwjo0pH63Nr5AhXljOYKHdo9BboQFnoECAcQAQ&usg=AOvV aw1qwJxtCQTBLbQuwWNdZmMY, diakses tanggal 22 Agustus 2022, pukul 23.14.
27
Tabel 3.1 Interval Nilai dan Preditkatnya Interval Nilai Predikat Keterangan
89 – 100 A Sangat Baik
77 – 88 B Baik
65 – 76 C Cukup
0 – 64 D Kurang
Setelah semua siswa dikelompokkan berdasarkan predikat, maka dilakukan pengambilan sampel dengan cara acak yang mewakili tiap-tiap dari predikat tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian lapangan, peneliti menemukan bahwa tidak ada siswa yang memiliki nilai pada predikat C dan D. Oleh karena itu, dalam penelitian ini pengambilan sampel hanya terdiri dari predikat A dan B.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Penelitian lapangan dilakukan selama satu minggu dari tanggal 30 Agustus s/d 7 September 2022, berikut tabel 3.2 waktu dan kegiatan penelitian.
Tabel 3.2 Waktu dan Kegiatan Penelitian Waktu/
Pertemuan Ke-
Kegiatan
1
Sesi pertama pelaksanaan baseline (A) sebelum diberikan treatment. Untuk menentukan tingkat kemampuan spasial siswa.
2 Pelaksanaan baseline (A) sesi-2
28
3 Pelaksanaan baseline (A) sesi-3
4 Sesi pertama pelaksanan intervensi atau treatment (B) dengan menggunakan media pembelajaran berupa multimedia interaktif berbasis geogebra untuk meningkatkan kemampuan spasial siswa.
5 Sesi ke-2 pelaksanaan intervensi atau treatment
6 Sesi ke-3 pelaksanaan intervensi atau treatment
2. Adapun lokasi yang dijadikan sasaran dalam penelitian ini adalah Madrasah Tsanawiyah Nurul Islam Sekarbela Mataram Nusa Tenggara Barat, tahun ajaran 2021/2022.
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian eksperimen biasanya menggunakan variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Sebaliknya variabel bebas adalah yang mempengaruhi variabel terikat.
Variabel terikat dalam penelitian kasus tunggal dikenal dengan nama target behavior (perilaku sasaran). Sedangkan variabel bebas dikenal dengan istilah intervensi atau perlakuan. 38
Variabel babas : Multimedia Inteteraktif Berbasis Geogebra
Variabel terikat : Kemampuan Spasial Siswa.
38 Juang Sunanto, Koji Takeuchi, dan Hideo Nakata, Pengantar Penelitian
dengan Subjek
Tunggal, (Tokyo: CRICED University of Tsukuba, 2005), hlm.12-13.
29 E. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu desain reversal subjek tunggal A-B. Desain A-B merupakan desain dasar dari penelitian eksperimen subjek tunggal.
Untuk meningkatkan validitas penelitian menggunakan desain A-B, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian yaitu:39
1. Mendefinisikan target behavior sebagai perilaku yang dapat diukur secara akurat.
2. Melaksanakan pengukuran dan pencatatan data pada kondisi baseline (A) secara kontinyu sekurang kurangnya 3 kali atau sampai trend dan level data stabil.
3. Memberikan intervensi (B) setelah kondisi baseline stabil.
4. Melakukan pengukuran target behavior pada kondisi intervensi (B) secara kontinyu selama periode waktu tertentu sampai trend dan level data menjadi stabil.
5. Menghindari mengambil kesimpulan adanya hubungan fungsional (sebab akibat) antara variabel terikat dengan variabel bebas.
F. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah:
1. Pre-test atau baseline (A)
Tes ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan spasial siswa sebelum diberikan intervensi.
2. Intervensi atau pemberian treatment (B)
Intervensi diberikan bersamaan dengan treatment atau perlakuan kepada siswa yang memuat materi segiempat.
Adapun kisi-kisi tes kemampuan spasial yang digunakan terdapat dalam tabel 3.3 berikut ini:
39 Imam Yuwono,” Penelitian SSR (Single Subject Research), (Banjarmasin:
Universitas Lambung Mangkurat), hlm. 69.
30
Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes Kemampuan Spasial
Elemen/Aspek Indikator
Persepsi Spasial (Spatial Perseption)
Menetapkan arah vertikal daan horizontal dari sebuah segiempat yang diubah-ubah;
Penggambaran (Visualistaion)
Menentukan komposisi suatu objek
setelah dimanipulasi posisi dan bentuknya;
Rotasi Mental (Mental Rotation)
Menetapkan hasil dari rotasi gambar segiempat;
G. Teknik Pengumpulan Data
Cara mengumpulkan data dalam penelitian ini dilakukan untuk menjawab problematika yang telah dirumuskan, mencapai tujuan penelitian serta menguji hipotesis. Dalam penelitian ini digunakan teknik subjek tunggal A-B melalui penyebaran tes dan dokumentasi.
1. Tes
Untuk memperoleh data, peneliti menggunakan penyebaran tes berupa pertanyaan-pertanyaan yaitu sebanyak 6 butir pernyataan. Kemudian dilakukan penyebaran kepada para informan yaitu kepada siswa kelas VII, dengan jumlah secara keseluruhan responden (informan) yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 4 siswa.
2. Dokumentasi
Menurut Sugiyono bahwa teknik pengumpulan data dengan dokumentasi merupakan catatan peristiwa pada masa lampau. Dokumentasi bisa berbentuk gambar
31
foto maupun berbagai karya-karya monumental dari seseorang bisa berupa film, patung dan lainnya.40 Dalam penelitian ini teknik dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data hasil tes berupa jawaban siswa dari soal tes.
H. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan tahap terakhir sebelum menarik kesimpulan. Dalam penelitian eksperimen pada umumnya saat menganalisis data menggunakan teknik statistik deskriptif.41 Pada subjek tunggal digunakan statistik deskriptif yang sederhana yaitu anlisis visual dalam kondisi dan antar kondisi.
Cara yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini, yaitu:
1. Analisis dalam kondisi
Analisis visual untuk dalam kondisi meliputi enam komponen, sebagai berikut:
a. Panjang Kondisi
Panjangnya kondisi dilihat dari banyaknya data point atau skor pada setiap kondisi. Berdasarkan batasan masalah dalam penelitin ini, sehingga panjang kondisinya yaitu untuk fase baseline (A) sebanyak tiga dan fase intervensi (B) sebanyak tiga. Jika dimasukkan dalam tabel maka bentuknya seperti berikut ini:
Kondisi Baseline (A)
Intervensi (A)
Panjang Kondisi 3 3
40 Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D”, (Bandung: Alfabet CV, 2013), hlm. 240.
41 Imam Yuwono,” Penelitian SSR (Single Subject Reserch), (Banjarmasin:
Universitas Lambung Mangkurat), hlm. 97.
32 b. Kecenderungan Arah
Kecenderungan arah (trend/slope) data pada suatu grafik sangat penting untuk memberikan gambaran perilaku subjek yang sedang diteliti. Dengan menggunakan kombinasi antara level dan trend, peneliti secara reliabel dapat menentukan pengaruh kondisi (intervensi) yang dikontrol. Dalam penelitian ini cara yang digunakan untuk menentukan kecenderungan arah grafik (trend) yaitu metod free hand.42
c. Tingkat atau Kecenderungan Stabilitas
Data dinyatakan stabil apabila rentang datanya kecil atau variasinya rendah. Atau jika 80-90% data masih berada pada 15% diatas atau dibawah mean, maka data dinyatakan stabil. Dalam penelitian ini menggunakan kriteria stabilitas 15% (0,15) maka langkah yang digunakan sebagai berikut:
1) Menentukan rentang stabilitas, dengan cara:
2) Menentukan mean level, dengan cara:
3) Menentukan batas atas, dengan cara:
42 Ibid. 102.
Skor tertinggi x kriteria stabilitas (0,15) = rentang stabilitas
Menjumlahkan semua hasil data yang ada pada ordinat dan dibagi dengan banyaknya data
Mean level + ½ dari rentang stabilitas
33
4) Menentukan batas bawah, dengan cara:
5) Menghitung presentase data point pada suatu kondisi yang berada dalam rentang stabilitas dengan cara mencari selisih antara banyaknya data point yang ada pada rentang (antara batas atas dan batas bawah) dengan banyaknya keseluruhan data point. Hasil temuan selisih tersebut disimpulkan dalam (%). Jika presentasi stabilitas diantara 85% - 90% maka dikatakan stabil.
d. Jejak Data
Jejak data adalah perubahan data dari satu data ke data lainnya dalam suatu kondisi dimana data tersebut kemungkinan terjadi penurunan, kenaikan dan mendatar.
e. Level Stabilitas dan Rentang
Level stabilitas dinyatakan dengan stabil atau tidak stabil, sesuai dengan perhitungan kecenderungan stabilitas yang telah dilakukan sebelumnya. Rentang merupakan jarak antara data awal dengan data terakhir.
f. Tingkat Perubahan
Tingkat perubahan (level change) yang menunjukkan berapa besar terjadinya perubahan data dalam suatu kondisi. Cara menghitungnya adalah (a) menentukan berapa besar data point (skor) pertama dan terakhir dalam suatu kondisi, (b) kurangi data yang besar dengan data yang kecil, (c) tentukan apakah selisihnya menunjukkan arah yang membaik
Mean level - ½ dari rentang stabilitas
34
(therapeutic) atau memburuk (contratherapeutic) sesuai dengan tujuan intervensi atau pengajarannya.43 2. Analisis antar kondisi
Analisis visual untuk antar kondisi mempunyai lima komponen, sebagai berikut:44
a. Jumlah variabel yang diubah yaitu menentukan variabel yang berubah diantara kondisi baseline dengan intervensi.
b. Perubahan kecenderungan dan efeknya.
Kecenderungan arah grafik (trend) menunjukkan perubahan setiap data (path) dari sesi ke sesi. Untuk menentukan perubahan kecenderungan arah dilakukan dengan mengambil data pada analisis dalam tersebut. Dengan membandingkan arah grafik pada kondisi baseline dengan intervensi akan diketahui grafik kearah membaik atau kearah memburuk.
c. Perubahan Stabilitas
Ditentukan dengan melihat kecenderungan stabilitas pada kondisi yang dibandingkan.
d. Perubahan Level
Perubahan level data antar dua kondisi pada tiap variabel dihitung dengan cara :
1) Menentukan data point pada kondisi baseline (A) pada sesi terakhir dan sesi pertama pada kondisi intervensi (B)
2) Menghitung selisih antar kedua data point tersebut.
3) Menentukan perubahan level kearah membaik atau memburuk. Apabila selisihnya besar dan
43 Siti Dina Efendi, “Efektivitas Game Edukatif Terhadap Kemampuan Menulis
Permulaan Anak Autis Di Sekolah Dasar”, Jurnal Pendidikan Khusus, Vol. 9, No. 2, Juli 2017, hlm. 8.
44 Ibid.8-9.
35
membaik maka menunjukkan bahwa intervensi yang diberikan memberikan pengaruh besar terhadap variabel terikat.
e. Data Overlap
Dalam menentukan data overlap pada kondisi baseline (A) dan intervensi (B) dilakukan dengan cara berikut ini:
1) Melihat batas bawah dan batas atas kondisi baseline
2) Menghitung banyak data point pada kondisi intervensi (B) yang berada pada rentang kondisi baseline (A)
3) Perolehan hasil dibagi dengan banyaknya data poin dalam kondisi intervensi kemudian dikalikan 100%.
Semakin kecil presentase overlap maka semakin baik pengaruh intervensi terhadap target behavior.
3. Uji Signifikan
Penelitian ini menggunakan jenis uji McNemar, yaitu untuk mengetahui perbedaan adari suatu kondisi sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Caranya adalah dengan membuat 4 sel tabel 3.3 frekuensi sebagai berikut:
Tabel 3.3 Frekuensi Uji McNemar
Tanda (+) dan (-) dipergunakan untuk mencatat respon siswa sehubungan dengan adanya perlakuan yang berbentuk pembelajaran berbasis geogebra . S ebelum Perlakuan
Setelah Perlakuan
+ -
+ A B
- C D
36
Perubahan respon siswa dapat dilihat pada sel B dan C. Tanda (+) merupakan respon positif, sedangkan tanda (-) merupakan respon negatif. Perubahan tanda (+) ke (-) dicatat sel B. sebaliknya perubahan tanda (-) ke (+) dicatat dalam sel C.
Dalam Uji McNemar, perlakuan dikatakan signifikan atau tidak, dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut:
1) H0 : tidak ada perubahn yang signifikan pada kemampuan spasial setelah diberikan intervensi.
2) H1 : terdapat perubahan yang sangat signifikan pada kemampuan spasial setelah diberikan intervesi.
3) Alpha 0,05, diproleh Chi Squere sebesar 3,841 dengan degree of freedom (df) n = 1
4) Kriteria:
Tolak H0 (terima H1), apabila Chi Squere >
3,841
Terima H0 (tolak H1), apabila Chi Square ≤ 3,841
maka rumusnya yaitu45, = ( ) , B + C >
10.
45 Wahyudi David dan Aurino R A Djamaris, “ Metode Stasistik: untuk Ilmu dan Teknologi Pangan”, (Jakarta: Penerbitan Universita Bakrie, 2018), hlm. 49- 50.
37 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
Penelitian ini menggunakan eksperimen Single Subject Research (SSR) desain A-B. Data yang disajikan berupa hasil penelitian 4 siswa selama 6 sesi yakni 3 sesi untuk baseline (A), dan 3 sesi untuk intervensi (B). Penelitian ini dimulai dari tanggal 30 Agustus s/d 7 September 2022 Adapun hasil penelitian meliputi:
1. Hasil Pelaksanaan Baseline (A)
Hasil pelaksanaan baseline (A) terhadap kemampuan spasial siswa digambarkan dalam tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1 Perolehan Data Siswa Fase Baseline (A) Pertemuan
ke-
Perolehan Data Siswa Fase Baseline (A)
LQ LZ SL IH
1 0 30 40 0
2 10 20 50 20
3 10 40 30 40
Berdasarkan tabel 4.1 tersebut, peneliti menemukan bahwa masing-masing siswa memiliki tingkat kemampuan spasial awal yang bervariasi atau berbeda-beda. Terdapat beberapa siswa yang masih kesulitan dalam menjawab soal tes dan memiliki tingkat kemampuan spasial yang rendah, maka peneliti akan memberikan treatment berupa pembelajaran interaktif yang berbasis geogebra. Waktu yang digunakan dalam pemberian intervensi adalah 3 kali pertemuan dengan masing-masing durasi 60 menit.
38
2. Hasil Pelaksanaan Intervensi (B)
Hasil pelaksanaan intervensi (B) terhadap kemampuan spasial siswa setelah diberikan treatment digambarkan dalam tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2 Perolehan Data Siswa Fase Intervensi (B) Pertemuan
ke-
Perolehan Data Siswa Fase Intervensi (B)
LQ LZ SL IH
4 20 20 40 40
5 30 40 60 40
6 30 40 50 40
Berdasarkan tabel 4.2 tersebut, intervensi dilakukan selama 3 kali pertemuan masing-masing siswa mengalami peningkatan dari baseline (A). Terlihat bahwa LQ dan LZ maisng-masing mengalami peningkatan pada sesi ke-5 yaitu dengan nilai 30 dan 40, SL memiliki nilai sempurna atau 60 pada sesi ke-5 dan mengalami penurunan pada sesi ke-6, sedangkan IH memiliki nilai yang sama pada setiap sesinya.
Berdasarkan perolehan data pada baseline (A) dan intervensi (B), maka dapat digambarkan beberapa grafik seperti berikut.
39
Grafik 4.1 Hasil Perolehan Data Kemampuan Spasial LQ Berdasarkan grafik 4.1, hasil kemampuan spasial LQ dari baseline (A) sampai intervensi (B) mengalami peningkatan. Garis merah menunjukan pada baseline arah trendnya meningkat, begitupula pada intervensi.
Grafik 4.2 Hasil Perolehan Data Kemampuan Spasial LZ
0 10 20 30 40 50 60
1 2 3 4 5 6
Kemampuan Spasial
Sesi
LQ
Baseline Intervensi
0 10 20 30 40 50 60
1 2 3 4 5 6
Kemampuan Spasial
Sesi
LZ
Baseline Intervensi
40
Berdasarkan grafik 4.2 tersebut, garis merah menunjukkan arah trend pada baseline dan intervensi mengalami peningkatan meskipun pada sesi ke-2 dan ke-4 yaitu dari nilai 20, meningkat dengan nilai 40 pada sesi ke- 3 dan kembali menurun dengan nilai 20. Namun kembali meningkat pada sesi ke-5 dan ke-6 dengan nilai 40.
Grafik 4.3 Hasil Perolehan Data Kemampuan Spasial SL
Berdasarkan grafik 4.3 tersebut, kemampuan spasial yang diproleh SL mengalami peningkatan setelah diberikan pembelajaran interaktif berbasis geogebra. Dapat dilihat pada garis merah, arah trend pada baseline mengalami penurunan dengan nilai pada sesi ke-2 adalah 50 dan pada sesi ke-3 menjadi 30. Kemudian setelah diberikan intervensi arah trendnya menjadi meningkat.
0 10 20 30 40 50 60
1 2 3 4 5 6
Kemampuan Spasial
Sesi
SL
Baseline Intervensi
41
Grafik 4.4 Hasil Perolehan Data Kemampuan Spasial IH Berdasarkan grafik 4.4 tersebut, kemampuan spasial IH mengalami peningkatan setelah diberikan treatment. Arah trend pada grafik menunjukkan pada baseline meningkat dan pada intervensi arah trendnya mendatar.
3. Hasil Analisis Data
Analisis dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif. Data yang dianalisis berdasarkan dari data yang telah diperoleh dilapangan. Adapun komponen yang dianalisis berdasarkan analisis dalam kondisi dan analisis antar kondisi. Analisis dalam kondisi meliputi beberapa komponen, yaitu: panjang kondisi, kecenderungan arah, kecenderungan stabilitas, jejak data, level stabilitas dan rentangannya, dan tingkat perubahan. Dalam penelitian ini panjang kondisi dibatasi hanya 3 sesi saja baik itu pada baseline maupun intervensi. Komponen analisis antar kondisi yaitu: jumlah variabel yang diubah, perubahan kecenderungan dan efeknya, perubahan stabilitas, perubahan level, dan data overlep. Adapun rincian perhitungan mengenai komponen-komponen analisis dalam
0 10 20 30 40 50 60
1 2 3 4 5 6
Kemampuan Spasial
Sesi
IH
Baseline Intervensi
42
kondisi dan analisis antar kondisi selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran 9.
Berdasarkan data penelitian yang telah dijabarkan dalam baseline (A) dan intervensi (B), maka dapat dirangkum hasil analisis dalam kondisi dan analisis antar kondisi berikut ini.
a. Hasil Analisis Dalam Kondisi
Adapun rangkuman hasil analisis dalam kondisi ditunjukkan pada tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3 Hasil Analisis Dalam Kondisi LQ LQ
Kondisi Baseline (A) Intervensi (B)
Panjang kondisi 3 3
Kecenderungan Arah
(+) (+)
Kecenderungan Stabilitas
Variabel 0%
Variabel 0%
Jejak data
(+) (+)
Level Stabilitas dan Rentang
Variabel (0-10)
Variabel (20-30) Tingkat Perubahan 10-0 = +10
(meningkat)
30-20 = +10 (meningkat) Berdasarkan tabel 4.3 tersenut, diketahui bahwa pada baseline dan intervensi menggunakan panjang
43
kondisi masing-masing 3 sesi. Hasil analisis menunjukkan adanya peningkatan kemampuan spasial pada subjek penelitian. Kecenderungan arah menunjukkan trend dari baseline dan intervensi mengalami peningkatan. Selain itu, terjadi peningkatan perubahan data pada kemampuan spasial dalam baseline dan intervensi dengan masing-masing perubahan +10.
Selanjutnya hasil rangkuman analisis dalam kondisi LZ ditunjukkan dalam tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4 Hasil Analisis Dalam Kondisi LZ LZ
Kondisi Baseline (A) Intervensi (B)
Panjang kondisi 3 3
Kecenderungan Arah
(+) (+)
Kecenderungan Stabilitas
Variabel 34%
Variabel 0%
Jejak data
(+) (+)
Level Stabilitas dan Rentang
Variabel (30-40)
Variabel (20-40) Tingkat Perubahan 40-30 = +10
(meningkat)
40-20 = +20 (meningkat)
44
Hasil analisis pada tabel 4.4 tersebut menunjukkan hasil yang sama dengan tabel 4.3, yaitu kecenderungan arah mengalami peningkatan pada masing-masing fase. Pada analisis ini tingkat perubahan data dari baseline meningkat +10 dan intervensi terjadi perubahan meningkat +20. Oleh karena itu hasil analisis ini menunjukkan peningkatan kemampuan spasial subjek setelah diberikan intervensi.
Adapun hasil rangkuman analisis dalam kondisi ditunjukkan pada tabel 4.5 sebagai berikut:
Tabel 4.5 Hasil Analisis Dalam Kondisi SL SL
Kondisi Baseline (A) Intervensi (B)
Panjang kondisi 3 3
Kecenderungan Arah
(-) (+)
Kecenderungan Stabilitas
Variabel 34%
Variabel 34%
Jejak data
(-) (+)
Level Stabilitas dan Rentang
Variabel (40-30)
Variabel (40-50) Tingkat Perubahan 30-40 = -10
(menurun)
50-40 = +10 (meningkat)
45
Berdasarkan tabel 4.5 tersebut, kemampuan spasial siswa meningkat. dapat dilihat dari kecenderungan arah pada baseline mengalami penurunan dan setelah diberikan intervensi arah trendnya mengalami peningkatan. Begitupula pada tingkat perubahan data, pada baseline terjadi perubahan dari menurun -10 menjadi meningkat +10 pada intervensi.
Untuk hasil analisis dalam kondisi IH ditunjukkan pada tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6 Hasil Analisis Dalam Kondisi IH IH
Kondisi Baseline (A) Intervensi (B)
Panjang kondisi 3 3
Kecenderungan Arah
(+) (=)
Kecenderungan Stabilitas
Variabel 34%
Stabil 100%
Jejak data
(+) (=)
Level Stabilitas dan Rentang
Variabel (0-40)
Stabil (40-40)
Tingkat Perubahan 40-0 = +40 (meningkat)
40-40 (tidak ada perubahan) Hasil penelitian pada tabel 4.6 tersebut menunjukkan bahwa, terjadi peningkatan dalam
46
kemampuan spasial pada subjek penelitian setelah diberikan intervensi, adapun arah trend pada beseline mengalami peningkatan dan terjadi kesamaan arah pada intervensi, selain itu, tingkat perubahan data pada baseline terjadi perubahan +40 dan pada intervensi tidak terjadi perubahan.
4. Hasil Analisis Antar Kondisi
Dalam analisis antar kondisi, variabel yang diubah yaitu kemampuan spasial sehingga jumlah variabel yang diubah hanya 1. Adapun Perubahan kecenderungan arah dan efeknya, perubahan stabilitas, dan perubahan level diambil dari analisis dalam kondisi, oleh karena itu, berikut disajikan tebel 4.7 hasil analisis antar kondisi.
Tabel 4.7 Hasil Analisis Antar Kondisi
Nama
Junlah variab el diubah
Perubahan kecenderun gan arah dan efek
nya
Perubah an stabilitas
Peruba han Level
Data Overl ap
Intervensi/Baseline
LQ 1 (+)
(+)
Variabel ke Variabel
(20- 10) (+10)
0%
LZ 1 (+)
(+)
Variabel ke Variabel
(40- 20) (+20)
0%
SL 1
(+) (+)
Variabel ke Variabel
(40- 30) (+10)
34%
IH 1
(+) (=)
Variabel ke Stabil
(40- 20) (+20)
0 %
47
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.7 tersebut, kemampuan spasial siswa mengalami peningkatan setelah diberikan intervensi (B) hal ini dapat dilihat dari perubahan kecendrungan arah dan efeknya antara baseline (A) dengan intervensi (B) . Hal teresebut didukung juga oleh data overlap yang menunjukan terdapat 3 siswa yang mendapatkan 0% dan satu siswa mendapatkan 34%, yang berarti semakin kecil perubahan overlap maka semakin besar pengaruh intervensi (B) terhadap kemampuan spasial siswa.
5. Uji Signifikan
Untuk menguji apakah penelitian ini memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap kemampuan spasial siswa setelah diberikan perlakuan berupa pembelajaran yang berbasis geogebra, berikut penjabaran pada tabel 4.8 yang dilakukan berdasarkan uji McNemar.
Tabel 4.8 Hasil Frekuensi Uji McNemar
a) Merumuskan Hipotesis
H0 : tidak ada perbedaan nilai antara sebelum dan sesudah perlakuan
H1 : terdapat perbedaan nilai antara sebelum dan sesudah perlakuan
b) Tingkat signifikansi : 5%
c) Statistik uji
Sebelum Perlakuan Setelah Perlakuan
+ -
+ 2 1
- 1 0
48
Uji McNemar tidak bisa dilakukan karena nilai B+C
< 10, sehingga peneliti menggunakan uji binomial sebagai alternatif. Maka diproleh nilai statistik ujinya yaitu p-value = 1. Karena p-value > 5%, maka gagal tolak H0. Dengan demikian, pada tingkat signifikansi 5% dapat dinyatakan tidak ada perbedaan yang signifikan pada kemampuan spasial siswa sebelum dan sesudah diberikan intervensi.
B. Pembahasan
Hasil penelitian yang diperoleh yaitu hasil tes kemampuan spasial siswa dengan menggunakan treatment berupa multimedia interaktif berbasis geogebra pada materi segiempat terhadap 4 subyek. Tes kemampuan spasial diberikan selama 6 kali pertemuan, pertemuan ke-1, ke-2 dan ke-3 merupakan tahap baseline (A) yaitu tes untuk mengetahui tingkat awal kemampuan spasial siswa, kemudian pertemuan ke-4, ke-5 dan ke-6 merupakan tahap intervensi (A) yaitu pemberian tes kemampuan spasial bersamaan dengan pemberian treatment berupa multimedia interaktif berbasis geogebra.
Pada baseline (A) diberikan soal tes kemampuan spasial kepada 4 siswa secara kontinyu selama 3 sesi tanpa memberikan intervensi dengan jumlah soal 6 butir soal pada setiap pertemuan. Berikut adalah deskripsi pelaksanaan pada baseline (A):
a. Pertemuan ke-1
Pelaksanaan pertemuan ke-1 dilakukan pada hari Rabu, 31 Agustus 2022. Pada sesi ini peneliti mengalami sedikit kendala, yaitu ruang kelas untuk pelaksanaan tes tidak tersedia atau semua kelas masih digunakan untuk kegiatan belajar mengajar, sehingga tes dilakukan diluar ruangan.
Berdasarkan hasil tes kemampuan awal yang telah diberikan, menunjukan bahwa kemampuan spasial siswa masih dalam kategori rendah.
49 b. Pertemuan ke-2
Pertemuan ke-2 dilakasanakan pada hari Kamis, 1 September 2022. Sama halnya dengan pertemuan ke-1, sesi ini masih dilakukan diluar ruangan tepatnya diberugak sekolah. Soal yang diberikan masih sama seperti sebelumnya. Hasil tes kemampuan spasial pada pertemuan ke-2 ini rata-rata siswa mengalami peningkatan dari pertemuan ke-1 dan terdapat satu siswa yang mengalami penurunan.
c. Pertemuan ke-3
Pertemuan ke-3 dilakukan pada Jum’at, 2 September 2022.
pada pertemuan ke-2 ini pelaksanaan tes kemampuan spasial dilakukan didalam kelas sehingga siswa lebih berkonsentrasi. Berdasarkan hasil data pada pertemuan ini terdapat dua siswa mengalami peningkatan, satu siswa mengalami penurunan dan satu lainnya memiliki nilai tetap atau tidak terjadi penurunan maupun peningkatan.
Adapun pelaksanaan intervensi (B) dilakukan di labolatorium komputer MTs. Nurul Islam sekarbela, pelaksanaan pembelajaran dilakukan selama 60 menit, 40 menit untuk pengerjaan treatment dan 20 menit untuk menjawab tes kemampuan spasial siswa. Berikut adalah deskripsi pelaksanaan intervesnsi (B):
a. Pertemuan ke- 4
Pertemuan Ke-4 dilaksanakan pada tanggal 5 September 2022. Pada pelaksanaan pertemuan ke-1 siswa diberikan soal tes setelah pemberian treatment. Siswa diminta untuk membuat bangun jajargenjang dan pencerminan dari bangun tersebut kemudian membuat bangun layang-layang dan perputaran 90° dari bangun tersebut lalu siswa diminta untuk membuktikan bangun yang mereka buat adalah jajargenjang dan layang-layang dengan menggunakan tools geogebra. Setelah pemberian treatment siswa diminta untuk menjawab soal tes kemampuan spasial yang masih