• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi bahaya yang timbul dari kegiatan Pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3 serta

BAB III HASIL IDENTIFIKASI RISIKO KEDARURATAN PENGELOLAAN B3 DAN/ATAU LIMBAH B3 1

3.1 Kondisi Potensi Penggunaan B3 dan Timbulan Limbah B3

3.1.3 Potensi bahaya yang timbul dari kegiatan Pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3 serta

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BEKASI

III-19 Tanggap Darurat Terhadap Sumber Pencemar di Wilayah Kabupaten Bekasi

3.1.3 Potensi bahaya yang timbul dari kegiatan Pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3 serta jenis

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BEKASI

III-20 Tanggap Darurat Terhadap Sumber Pencemar di Wilayah Kabupaten Bekasi

Selain pada saat loading dan unloading, pada proses penyimpanan SPBU maupun pada saat pengisian BBM ke kendaraan pun memiliki risiko kebakaran.

Berdasarkan data dari Dinas ESDM Provinsi Jawa Barat, didapatkan jumlah SPBU yang terdata di Kabupaten Bekasi sebanyak 76 Unit, dengan jumlah yang sangat banyak serta lokasi yang berdekatan perlu menjadi perhatian karena dapat meningkatkan risiko terjadinya kebakaran dan merembetnya kebakaran dari satu SPBU ke SPBU lain.

Penggunaan sistem perpipaan dalam industri minyak dan gas bumi sebagai sarana untuk menyalurkan produk minyak dan gas sangat efektif dan efisien, terutama dalam menempuh jarak yang jauh melalui laut maupun darat. Dilihat dari rute yang dilalui pipa sangat beragam, maka potensi bahaya dan risiko keselamatan seperti kebocoran, tumpahan, ledakan dan pencemaran lingkungan dapat mungkin terjadi. Berbagai macam persoalan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor baik oleh faktor internal seperti korosi maupun faktor eksternal seperti lingkungan maupun masyarakat sekitar (Muhlbauer, 2004).

Selain pipa minyak, terdapat pipa yang mengalirkan gas alam dan berpotensi mengalami kebocoran apabila tidak dilakukan perawatan dengan baik. Penyaluran gas bumi melalui pipa merupakan kegiatan transmisi dan distribusi melalui pipa penyalur dan peralatan yang dioperasikan dan/atau diusahakan sebagai suatu kesatuan sistem yang terintegrasi. Apabila terjadi kebocoran dapat berpotensi menyebabkan terjadinya ledakan maupun kebakaran.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, fasilitas-fasilitas yang berpotensi menjadi sumber terjadinya kedaruratan pengelolaan B3 dan/atau limbah B3 perlu menjadi perhatian, terutama apabila pada suatu wilayah terdapat industri, SPBU dan fasilitas lain yang berdekatan dalam jumlah yang cukup banyak. Dengan dipetakannya fasilitas-fasilitas tersebut, dapat terlihat wilayah yang lebih baik dalam penanganan kedaruratan.

Berdasarkan PerMenLHK No. 6 Tahun 2021, kegiatan pengelolaan limbah B3 meliputi pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan/atau penimbunan limbah B3.

A. Pengurangan Limbah B3

Pengurangan limbah B3 dapat dilakukan dengan cara : 1. Substitusi bahan

Substitusi bahan dapat dilakukan dengan cara mengganti bahan baku yang mengandung B3 dengan bahan baku yang tidak mengandung B3

2. Modifikasi proses

Maksud dari modifikasi proses ini adalah melakukan pemilihan dan penerapan

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BEKASI

III-21 Tanggap Darurat Terhadap Sumber Pencemar di Wilayah Kabupaten Bekasi

proses produksi yang lebih efisien 3. Penggunaan teknologi ramah lingkungan B. Penyimpanan Limbah B3

Limbah B3 yang dihasilkan dilarang untuk dilakukan pencampuran. Standar dalam penyimpanan limbah B3 meliputi :

1. Limbah B3 yang disimpan terlindung dari hujan dan tertutup 2. Memiliki lantai kedap air

3. Dilengkapi dengan simbol dan label limbah B3

4. Limbah B3 dikemas dengan menggunakan kemasan dari bahan logam atau plastik 5. Kemasan mampu menahan limbah B3 untuk tetap berada di dalam kemasan 6. Memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan pada saat

dilakukan pemindahan dan/atau pengangkutan

7. Kondisi kemasan tidak bocor, tidak berkarat, dan tidak rusak Terdapat tata cara penyimpanan limbah B3, yaitu :

1. Tempat penyimpanan limbah B3

Tempat penyimpanan limbah B3 harus bebas banjir dan tidak rawan bencana alam seperti longsor, gempa bumi, sink hole, tsunami dan mud volcano.

2. Cara penyimpanan limbah B3 3. Waktu penyimpanan limbah B3

Waktu penyimpanan limbah B3 terdiri atas : - 90 hari

90 hari diperuntukkan untuk limbah B3 yang dihasilkan sebesar 50 kg per hari atau lebih

- 180 hari

180 hari diperuntukkan untuk limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 kg per hari untuk limbah B3 kategori 1

- 365 hari

365 hari diperuntukkan untuk limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 kg per hari untuk limbah B3 kategori 2 dari sumber tidak spesifik dan sumber spesifik umum

- 365 hari

365 hari juga diperuntukkan untuk limbah B3 kategori 2 dari sumber spesifik khusus

Khusus untuk daerah rawan bencana, penyimpanan limbah B3 dapat dilakukan dengan cara merekayasa teknologi untuk perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan memperhatikan aspek-aspek seperti lapisan tanah yang sudah direkayasa sesuai

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BEKASI

III-22 Tanggap Darurat Terhadap Sumber Pencemar di Wilayah Kabupaten Bekasi

dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

C. Pengumpulan Limbah B3

Pengumpul limbah B3 wajib melakukan penyimpanan limbah B3 paling lama 90 hari sejak limbah B3 diserahkan oleh penghasil limbah B3. Apabila tidak dapat memenuhi batas waktu penyimpanan maka wajib diserahkan kepada pihak lain.

Limbah B3 dapat dikumpulkan dengan cara:

1. Segregasi limbah B3

Segregasi adalah suatu proses pemilahan limbah antara jenis yang satu dengan jenis lainnya.

2. Penyimpanan limbah B3 D. Pengangkutan Limbah B3

Dalam pengangkutan limbah B3 wajib memenuhi ketentuan berikut : 1. Alat angkut limbah B3

Berikut untuk persyaratan pengangkutan limbah B3:

- Alat angkut tertutup untuk limbah B3 kategori 1

- Alat angkut terbuka atau tertutup untuk limbah B3 kategori 2 Alat angkut limbah B3 dibagi menjadi :

i. Spesifikasi umum

- Dilengkapi dengan prosedur bongkat muat

- Dilengkapi dengan peralatan untuk penanganan limbah B3 yang diangkut

- Dilengkapi dengan prosedur penanganan limbah B3 pada kondisi darurat

- Dilengkapi dengan GPS Tracking ii. Spesifikasi khusus

- Untuk alat angkut berupa angkutan jalan

• Menggunakan alat angkut kendaraan roda 4 atau lebih

• Mencantumkan nama perusahaan pada keempat sisa kendaraan

• Mencantumkan nomor telepon perusahaan pada sisi kanan, kiri, dan belakang kendaraan

• Dilekati simbol limbah B3 pada keempat sisi kendaraan sesuai dengan karakteristik limbah B3 yang diangkut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-udangan

- Untuk alat angkut berupa angkutan perkeretaapian, menggunakan gerbong datar yang disesuaikan dengan karakteristik limbah B3

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BEKASI

III-23 Tanggap Darurat Terhadap Sumber Pencemar di Wilayah Kabupaten Bekasi

- Untuk alat angkut berupa angkutan laut, sungai, dan penyeberangan dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan 2. Rekomendasi pengangkutan limbah B3

Rekomendasi pengangkutan sebagai dasar diterbitkannya perizinan untuk pengangkutan limbah B3

3. Festronik pengangkutan limbah B3

Dalam pengangkutan limbah B3 wajib disertai dengan festronik. Fesktronik digunakan oleh :

a. Pengangkut limbah B3

b. Penghasil limbah B3, pengumpul limbah B3, pemanfaatan limbah B3, pengolah limbah B3, dan/atau penimbunan limbah B3

E. Pemanfaatan Limbah B3

Pemanfaatan limbah B3 wajib dilakukan oleh penghasil limbah dan apabila tidak mampu untuk dilakukan sendiri, maka dapat diserahkan kepada pemanfaat limbah B3.

Pemanfaatan limbah B3 dapat dilakukan sebagai : 1. Substitusi bahan baku

2. Substitusi sumber energi 3. Bahan baku

4. Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi F. Pengolahan Limbah B3

Pengolahan limbah B3 wajib dilakukan oleh penghasil limbah dan apabila tidak mampu untuk dilakukan sendiri, maka dapat diserahkan kepada pengolah limbah B3.

Pengolahan limbah B3 dapat dilakukan dengan cara:

1. Termal :

Pengolahan limbah B3 dengan cara termal dapat dilakukan melalui porses salah satunya adalah Insinerasi.

2. Stabilisasi dan solidifikasi

Pengolahan limbah B3 dengan cara stabilisasi dan solidifikasi dapat dilakukan untuk limbah B3 yang memiliki kualifikasi sebagai berikut :

- Memiliki karakteristik mudah meledak, mudah menyala, reaktif, infeksius, korosif dan beracun

- Melakukan analisis organik dan anorganik berdasarkan baku mutu TCLP-B

- Berwujud cair atau lumpur 3. Bioremediasi

Pengolahan limbah B3 dengan cara bioremediasi dapat dilakukan untuk limbah B3 yang memiliki kualifikasi sebagai berikut :

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BEKASI

III-24 Tanggap Darurat Terhadap Sumber Pencemar di Wilayah Kabupaten Bekasi

- Limbah B3 yang memiliki konsentrasi TPH (Total Petroleum Hydrocarbon) paling tinggi 15%

- Hasil uji logam berat memenuhi baku mutu lebih kecil dari atau sama dengan TCLP-B

4. Elektrokoagulasi

Pengolahan limbah B3 dengan cara elektrokoagulasi dapat dilakukan untuk limbah B3 yang memiliki kualifikasi sebagai berikut :

- Penampungan dan pemisahan antara pengotor dan limbah B3

- Proses koagulasi pada reaktor menggunakan aliran listrik searah dengan arus maksimal dengan tegangan yang telah disesuikan

- Volume limbah B3 yang diumpakan per satuan waktu - Pemisah antara residu dengan air limbah hasil olahan 5. Pencucian :

- Tangki kapal (tank cleaning)

- Pencucian kemasan bekas B3 dan/atau limbah B3 6. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

G. Penimbunan Limbah B3

Penimbunan limbah B3 wajib dilakukan oleh penghasil limbah dan apabila tidak mampu untuk dilakukan sendiri, maka dapat diserahkan kepada penimbun limbah B3.

Penimbunan limbah B3 dapat dilakukan pada : 1. Penimbusan akhir yang terdiri dari :

- Fasilitas penimbusan akhir kelas I - Fasilitas penimbusan akhir kelas II - Fasilitas penimbusan akhir kelas III 2. Sumur injeksi

3. Penempetan Kembali di area bekas tambang 4. Bendungan penampungan limbah tambah

5. Fasilitas penimbunan limbah B3 lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi