• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Tanggap Darurat Pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3 di Kabupaten Bekasi

N/A
N/A
Iwan Eka Purwana

Academic year: 2024

Membagikan "Program Tanggap Darurat Pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3 di Kabupaten Bekasi"

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BEKASI

Tanggap Darurat Terhadap Sumber Pencemar di Wilayah Kabupaten Bekasi i

KATA PENGATAR

Mengingat semakin banyaknya kejadian kedaruratan dalam Pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3, maka diperlukan upaya untuk segera menerapkan Sistem Tanggap Darurat Pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3 baik oleh para pelaku usaha dan/atau kegiatan maupun oleh pemerintah di tingkat kabupaten/kota, provinsi dan nasional. Program Kedaruratan Pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3 itu sendiri merupakan bagian dari pelaksanaan Sistem Tanggap Darurat pada aspek pencegahan, sebagaimana yang disebutkan di dalam PP No. 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Dokumen ini disusun sesuai dengan amanat Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 74 Tahun 2019 tentang Program Kedaruratan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun dan/atau Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Pekerjaan penyusunan program ini dikhususkan untuk kebencanaan yang diakibatkan dari pengelolaan B3 dan/atau limbah B3 dalam skala Kabupaten Bekasi.

Dengan demikian pada saat situasi darurat terjadi, para pemangku kepentingan (stakeholder) yang ada di Kabupaten Bekasi dapat mengetahui peran, tugas dan fungsi masing- masing dalam melakukan kegiatan tanggap darurat sehingga penyelenggaraan kegiatan tanggap darurat akan lebih terpadu dan terkoordinir dengan baik. Akhir kata kepada semua pihak yang telah membantu kami mengucapkan terimaksasih Diharapkan dokumen ini dapat diterima dan menjadi masukan untuk mengambil langkah pada pelaksanaan kegiatan selanjutnya

Bekasi, Mei 2023

Team Penyusun

(3)

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BEKASI

Tanggap Darurat Terhadap Sumber Pencemar di Wilayah Kabupaten Bekasi ii

DAFTAR ISI

... i

KATA PENGATAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Maksud dan Tujuan ... 2

1.3 Lingkup Pekerjaan ... 2

1.4 Landasan Hukum ... 4

1.5 Definisi... 5

1.6 Proses Penyusunan Program Kedaruratan Pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3 ... 6

1.7 Sistematika Penulisan ... 7

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH KAJIAN ... 1

2.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Bekasi ... 1

2.1.1 Geografis dan Administrasi ... 1

2.1.2 Kondisi Topografi ... 1

2.1.3 Kondisi Klimatologi ... 1

2.1.4 Kondisi Demografi ... 1

2.2 Gambaran Khusus Wilayah Kabupaten Bekasi ... 4

2.2.1 Kawasan Industri ... 4

2.2.2 Kawasan Non Industri ... 1

BAB III HASIL IDENTIFIKASI RISIKO KEDARURATAN PENGELOLAAN B3 DAN/ATAU LIMBAH B3 1 3. Hazard Identification Risk Assessment & Risk Control (HIRARC... 2

3.1 Kondisi Potensi Penggunaan B3 dan Timbulan Limbah B3... 6

3.1.1 Identifikasi Risiko Kedaruratan Pengelolaan B3/Limbah B3 ...10

3.1.2 Timbulan Limbah B3 Kabupaten Bekasi ...12

3.1.3 Potensi bahaya yang timbul dari kegiatan Pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3 serta jenis potensi kecelakaannya...19

3.2 Transporter Limbah B3 ...24

3.3 Kondisi Kerentanan Kebencanaan Lainnya ...29

3.3.1 Gempa Bumi ...29

3.3.2 Gerak Tanah, Longsor dan Likuifaksi ...31

3.3.3 Banjir dan Banjir Bandang ...33

3.3.4 Indeks Risiko Bencana Kabupaten Bekasi ...34

3.4 Analisis Risiko Kedaruratan Pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3 ...35

(4)

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BEKASI

Tanggap Darurat Terhadap Sumber Pencemar di Wilayah Kabupaten Bekasi iii

3.5 Metode Analisis ...36

3.6 Perhitungan Risiko Kedaruratan Pengelolaan B3 ...39

3.7 Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) ...39

3.7.1 Standar Operasional Prosedur (SOP) Secara Umum ...39

3.7.2 Standar Operasional Prosedur (SOP) Secara Khusus ...41

3.7.3 Standar Operasional Prosedur (SOP) Tanggap Darurat Limbah B3 ...41

3.7.4 Persyaratan Kemasan/Wadah Limbah B3 ...42

3.8 Penanggulangan Limbah B3 di Daerah Rawan Bencana .... Error! Bookmark not defined. BAB IV INFRASTRUKTUR ... 1

4.1 Organisasi ... 1

4.2 Koordinasi ... 7

4.3 Fasilitas dan Peralatan Termasuk Alat Peringatan Dini ... 8

4.4 Prosedur Penanggulangan ...13

4.5 Pelatihan dan Gladi Kedaruratan ...15

BAB V FUNGSI PENANGGULANGAN ...19

5.1 Identifikasi Kejadian ...19

5.2 Pelaporan Kejadian ...19

5.3 Pengaktifan atau Penugasan Tim Kedaruratan Pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3 .20 5.4 Tindakan Mitigasi B3 dan/atau Limbah B3 ...20

5.5 Tindakan Perlindungan Untuk Petugas Penanggulangan Keadaan Darurat, Pekerja, Masyarakat, Lingkungan Hidup ...22

BAB VI KESIMPULAN DAN PENUTUP ...25

DAFTAR PUSTAKA... 1

LAMPIRAN... 2

(5)

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BEKASI

Tanggap Darurat Terhadap Sumber Pencemar di Wilayah Kabupaten Bekasi iv

DAFTAR TABEL

Tabel II. 1 Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bekasi ... II-1 Tabel II. 2 Jumlah Penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Kabupaten Bekasi ... II-2 Tabel II. 3 Jumlah Peduduk Kabupaten Bekasi 2019 - 2021 ... II-3 Tabel II. 4 Kawasan Industri di Kabupaten Bekasi ... II-Error! Bookmark not defined.

Tabel III. 1 Kawasan Industri di Kabupaten Bekasi ... III-6 Tabel III. 2 Tipologi dan Karakteristik Kawasan Rawan Bencana Gerakan Tanah ... .III-32 Tabel III. 3 Tipologi dan Karakteristik Kawasan Rawan Bencana Banjir... III-33

(6)

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BEKASI

Tanggap Darurat Terhadap Sumber Pencemar di Wilayah Kabupaten Bekasi v

DAFTAR GAMBAR

Gambar II. 1 Sebaran Kawasan Industri di Kabupaten Bekasi ... II-Error! Bookmark not defined.

Gambar II. 2 Sumber Limbah ... II-1 Gambar III. 1 Sebaran Kawasan Industri di Kabupaten Bekasi ... III-Error! Bookmark not defined.

Gambar III. 2 Sebaran Jenis Industri di Kabupaten Bekasi ... III-7 Gambar III. 3 Peta Wilayah Kabupaten Bekasi termasuk dengan percepatan getaran tanah maximum zona 2 dan 3 (SNI 03-1726-2002) ... III-30 Gambar III. 4 Peta Wilayah Banjir Kabupaten Bekasi ... III-34 Gambar IV. 1 Organisasi Kedaruratan Pengelolaan B3 dan Limbah B3 ... IV-3 Gambar IV. 2 Alur Koordinasi Kedaruratan Pengelolaan B3 dan Limbah B3... IV-7

(7)

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BEKASI

Tanggap Darurat Terhadap Sumber Pencemar di Wilayah Kabupaten Bekasi I-1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peningkatan aktivitas industri di berbagai sektor memiliki konsekuensi terhadap bertambahnya jumlah limbah B3 sebagai sisa usaha yang mengandung B3. Baik B3 maupun limbah B3 harus dikelola sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pengelolaan B3 dan/atau limbah B3 yang tidak sesuai dengan ketentuan berpotensi memicu terjadinya kedaruratan pengelolaan B3 dan/atau limbah B3. Hal ini dapat berimplikasi pada kerugian materi, korban jiwa, bahkan menimbulkan terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup. Bentuk-bentuk kondisi darurat yang mungkin terjadi antara lain kebakaran, ledakan, tumpahan, dan kebocoran B3 dan/atau limbah B3.

Kedaruratan Penanggulangan B3 dan/atau Limbah B3 adalah suatu keadaan bahaya yang mengancam keselamatan manusia, yang menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup dan memerlukan tindakan penanggulangan sesegera mungkin untuk meminimasi terjadinya tingkat pencemaran dan/atau kerusakan yang lebih parah. Program Kedaruratan Pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3 adalah dokumen perencanaan sistem tanggap darurat yang memiliki komponen infrastruktur dan fungsi penanggulangan. Sistem Tanggap Darurat wajib dimiliki dan diterapkan oleh setiap orang yang menghasilkan limbah B3, pengumpul limbah B3, pengangkut limbah B3, pemanfaat limbah B3, pengolah limbah B3, dan/atau penimbun limbah B3. Dalam kegiatan pengelolaan B3 pun aspek sistem tanggap darurat juga harus diperhatikan dengan baik, upaya-upaya pencegahan harus dilakukan.

Program Kedaruratan Pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3 merupakan dokumen perencanaan Sistem Tanggap Darurat yang paling sedikit memuat Infrastruktur (organisasi, koordinasi, fasilitas dan peralatan, prosedur penanggulangan, dan pelatihan geladi keadaan darurat) serta Fungsi Penanggulangan. Dalam penyusunan program kedaruratan pengelolaan B3 dan/atau limbah B3 skala kabupaten/kota. Kepala instansi daerah kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang penanggulangan bencana berkoordinasi dengan: (a) Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3, Pengumpul Limbah B3, Pengangkut Limbah B3, Pemanfaat Limbah B3, Pengolah Limbah B3, dan/atau Penimbun Limbah B3, (b) Menteri, (c) Gubernur, (d) instansi lingkungan hidup kabupaten/kota, (e) instansi terkait lainnya di kabupaten/kota.

Kabupaten Bekasi adalah salah satu kota/kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Barat yang memiliki luas 1.224,88 km2 dengan total jumlah penduduk pada tahun tahun 2021 berdasarkan hasil proyeksi penduduk interim BPS Kabupaten Bekasi mencapai 3.157.962 jiwa penduduk dengan rata-rata kepadatan penduduk sebesar 2.479 jiwa per km2. Kabupaten

(8)

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BEKASI

Tanggap Darurat Terhadap Sumber Pencemar di Wilayah Kabupaten Bekasi I-2

Bekasi dijuluki kota industri terbesar di Asia Tenggara karena menyumbang industri terbanyak yang mana tercatat pada Kementrian Perindustrian terdapat 10 kawasan industri sehingga industri-industri ini berpotensi menghasilkan B3 dan/atau limbah B3.

Berdasarkan data dari SIRAJA Limbah pada tahun 2022, Kabupaten Bekasi merupakan wilayah penghasil limbah B3 terbesar di Jawa Barat dengan timbulan LB3 sebesar 11.069.099 ton pada tahun 2021. Kondisi ini menjadikan Kabupaten Bekasi khususnya 10 kawasan industri yang ada perlu mendapatkan perhatian khusus karena sisa hasil produksi yang mengadung B3 dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan. Oleh karena itu, upaya pengelolaan lingkungan hidup dalam melakukan pengelolaan B3 dan/atau limbah B3 memerlukan suatu panduan untuk mencegah dan menanggulangi peristiwa kedaruratan yang diakibatkan oleh kegiatan pengelolaan B3 dan/atau limbah B3 di wilayah Kabupaten Bekasi.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud pelaksanaan kegiatan ini adalah tersusunnya pedoman dalam rangka pencegahan dan penanggulangan peristiwa kedaruratan yang diakibatkan oleh kegiatan pengelolaan B3 dan/atau limbah B3 di Kabupaten Bekasi.

Adapun tujuan dari kegiatan ini yaitu:

1. Pembuatan Dokumen Program Kedaruratan Pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3 Kabupaten Bekasi;

2. Pembuatan Naskah Akademis Program Kedaruratan Pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3 Kabupaten Bekasi; dan

3. Pembuatan Rancangan Peraturan Bupati Bekasi tentang Program Kedaruratan Pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3 Kabupaten Bekasi.

1.3 Lingkup Pekerjaan 1. Uraian Kegiatan

a. Pengumpulan data dan informasi, lingkup pekerjaan:

- Jenis industri;

- Jenis kegiatan pengelolaan B3 dan/atau limbah B3;

- Klasifikasi B3 dan/atau kategori dan karakteristik limbah B3;

- Jumlah B3 dan/atau limbah B3;

- Sumber limbah B3;

- Potensi ancaman terhadap keselamatan jiwa manusia;

- Potensi ancaman terhadap fungsi lingkungan hidup;

- Gambaran jalur lalu lintas angkutan B3 dan/atau limbah B3;

(9)

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BEKASI

Tanggap Darurat Terhadap Sumber Pencemar di Wilayah Kabupaten Bekasi I-3

- Kerentanan bencana;

- Tata ruang;

- Demografi;

- Kapasitas geografis daerah.

b. Identifikasi dan analisis risiko kedaruratan pengelolaan B3 dan/atau limbah B3, lingkup pekerjaan:

Identifikasi risiko dilakukan dengan melihat potensi bahaya yang mungkin terjadi di suatu kegiatan pengelolaan B3 dan/atau limbah B3 berdasarkan klasifikasi B3 (sifatnya) dan/atau kategori dan karakteristik limbah B3 yang dikelolanya. Selain itu, identifikasi kerentanan kebencanaan lainnya juga termuat dalam analisis risiko kedaruratan ini. Identifikasi risiko kedaruratan pengelolaan B3 dan/atau limbah B3 berimplikasi terhadap penentuan infrastruktur yang dibutuhkan serta fungsi penanggulangan yang harus disiapkan.

c. Identifikasi infrastruktur eksisting dan merumuskan infrastruktur yang dibutuhkan,

lingkup pekerjaan:

Memuat penjelasan secara rinci mengenai infrastruktur yang meliputi organisasi, koordinasi, fasilitas dan peralatan, prosedur penanggulangan, serta pelatihan dan/atau geladi kedaruratan.

d. Menentukan fungsi penanggulangan, lingkup pekerjaan:

Menentukan mekanisme pelaksanaan penanggulangan secara utuh yang harus dilaksanakan dalam merespon kejadian kedaruratan pengelolaan B3 dan/atau limbah B3 mulai dari diterimanya laporan awal sampai dengan kedaruratan dapat diatasi. Informasi dan hal-hal penting yang harus termuat dan diperhatikan:

- Identifikasi kejadian;

- Pelaporan kejadian;

- Pengaktifan atau penugasan tim kedaruratan pengelolaan B3 dan limbah B3;

- Tindakan mitigasi;

- Tindakan perlindungan segera;

- Tindakan perlindungan untuk petugas penanggulangan keadaan darurat, pekerja, masyarakat dan lingkungan hidup;

- Pemberian informasi mengenai peringatan adanya kedaruratan pengelolaan lingkungan hidup.

(10)

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BEKASI

Tanggap Darurat Terhadap Sumber Pencemar di Wilayah Kabupaten Bekasi I-4

2. Batasan Kegiatan

Kegiatan ini dilaksanakan di wilayah administrasi Kabupaten Bekasi. Pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data, studi banding, rapat pembahasan, rapat koordinasi, dan kunjungan lapangan dilakukan dalam rangka mendukung penyelenggaraan kegiatan dan pelaporan.

3. Ruang Lingkup Kurun Waktu Pelaksanaan

Seluruh pekerjaan Program Kedaruratan Pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3 Di Wilayah Kabupaten Bekasi, harus dapat di selesaikan dalam waktu 4 (empat) bulan atau selama 90 (Sembilan puluh) hari kalender terhitung sejak dikeluarkannya SPK (Surat Perintah Mulai Kerja) dari Penjabat Pembuat Komitmen.

1.4 Landasan Hukum

Pelaksanaan kegiatan ini mengacu pada dasar hukum berikut:

1. Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;

2. Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

3. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah;

4. Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan B3;

5. Peraturan Pemerintah RI Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana;

6. Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen K3;

7. Peraturan Pemerintah RI Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

8. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 101 Tahun 2018 tentang Pedoman Pemulihan Lahan Terkontaminasi Limbah B3;

9. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 74 Tahun 2019 tentang Program Kedaruratan Pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3;

10. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 19 Tahun 2019 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Keadaan Darurat Bahan Kimia dalam Kegiatan Usaha Industri Kimia;

11. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 1 Tahun 2020 tentang Penyusunan RKL-RPL Rinci Perusahaan di Kawasan Industri;

12. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 6 Tahun 2021 tentang Tata Cara Pengelolaan Limbah B3;

13. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 2 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Bekasi;

(11)

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BEKASI

Tanggap Darurat Terhadap Sumber Pencemar di Wilayah Kabupaten Bekasi I-5

14. Peraturan Bupati Bekasi Nomor 85 Tahun 2021 tentang Kewenangan, Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja pada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi;

15. Keputusan Keputusan Bupati Bekasi Nomor: Hk.02.02/Kep.135-BPKD/2023 tentang Pengesahan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Peraturan Bupati Bekasi Nomor 232 Tahun 2022 tentang Penjabaran APBD Tahun Anggaran 2023.

1.5 Definisi

Dalam dokumen ini yang dimaksud dengan:

1. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah zat, energi, dan atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup

2. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3) adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3.

3. Kedaruratan Penanggulangan B3 dan/atau Limbah B3 adalah suatu keadaan bahaya yang mengancam keselamatan manusia, yang menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup dan memerlukan tindakan penanggulangan sesegera mungkin untuk meminimalisasi terjadinya tingkat pencemaran dan/atau kerusakan yang lebih parah 4. Pengelolaan B3 adalah upaya untuk mencegah terjadinya resiko akibat pencemaran

dan/atau kerusakan lingkungan hidup akibat B3

5. Pengelolaan Limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan/atau penimbunan Limbah B3

6. Program kedaruratan pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3 adalah dokumen perencanaan sistem tanggap darurat yang memiliki komponen infrastruktur dan fungsi penanggulangan

7. Resiko kecelakaan pengolahan B3 dan/atau Limbah B3 adalah potensi kejadian kecelakaan yang berkaitan dengan bahaya B3 dan karakteristik Limbah B3, Jumlah keberadaan , dan kondisi pelaksanaan pesyaratan pengelolaan B3 dan Limbah B3

8. Pemulihan fungsi lingkungan hidup adalah serangkaian kegiatan penanganan lahan terkontaminasi yang meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pemantauan untuk memulihkan fungsi lingkungan hidup yang disebabkan oleh pencemaran lingkungan hidup dan/atau perusakan lingkungan hidup.

(12)

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BEKASI

Tanggap Darurat Terhadap Sumber Pencemar di Wilayah Kabupaten Bekasi I-6

1.6 Proses Penyusunan Program Kedaruratan Pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3

Dalam penyusunan dokumen kedaruratan pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3 ini terdapat tahap kegiatan penyusunan Dokumen Tanggap Darurat Terhadap Sumber Pencemaran di Wilayah Kabupaten Bekasi yaitu:

1. Perencanaan

a. Identifikasi produk pengaturan bidang lingkungan hidup atau referensi terkait program kedaruratan pengelolaan B3 dan/atau limbah B3 khususnya skala kabupaten/kota;

b. Menggali isu strategis dan permasalahan kedaruratan pengelolaan B3 dan/atau limbah B3 sesuai dengan perkembangan kondisi terkini melalui kajian primer dan/atau sekunder;

c. Identifikasi kebutuhan dan persoalan yang muncul dan belum terakomodasi dalam infrastruktur eksisting;

d. Koordinasi dengan perangkat daerah dan/atau stakeholder terkait;

e. Penyusunan jadwal rencana pelaksanaan kegiatan sesuai arahan tim teknis atau Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi.

2. Pelaksanaan

a. Mengumpulkan data dan informasi;

b. Melakukan identifikasi dan analisis risiko kedaruratan pengelolaan B3 dan/atau limbah B3;

c. Melakukan identifikasi infrastruktur eksisting dan menentukan infrastruktur yang dibutuhkan;

d. Menentukan fungsi penanggulangan;

e. Pelaksanaan rapat dengan tim teknis dan stakeholder mengenai penyusunan dokumen Program Kedaruratan Pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3 Kabupaten Bekasi;

f. Pelaksanaan rapat dengan tim teknis dan stakeholder mengenai penyusunan naskah akademis dan rancangan Peraturan Bupati tentang Program Kedaruratan Pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3 Kabupaten Bekasi;

g. Konsultansi dan/atau studi banding dengan Dinas Lingkungan Hidup Kota Cilegon, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat, dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

3. Penyelesaian

a. Laporan dan notulensi rapat teknis dengan tim teknis dan/atau stakeholder terkait;

b. Dokumen Program Kedaruratan Pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3 Kabupaten Bekasi;

(13)

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BEKASI

Tanggap Darurat Terhadap Sumber Pencemar di Wilayah Kabupaten Bekasi I-7

c. Dokumen Naskah Akademis Program Kedaruratan Pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3 Kabupaten Bekasi;

d. Dokumen Rancangan Peraturan Bupati Bekasi tentang Program Kedaruratan Pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3 Kabupaten Bekasi; dan

e. Laporan Pendahuluan, Laporan Antara, Konsep Laporan Akhir, dan Laporan Akhir yang disetujui oleh pemberi kerja.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dokumen kegiatan penyusunan Tanggap Darurat Terhadap Sumber Pencemar di Wilayah Kabupaten Bekasi sebagaimana dijabarkan Tabel I.1 berikut:

Tabel I. 1 Sistematika Penulisan Dokumen Tanggap Darurata Terhadap Sumber Pencemar di Wilayah Kabupaten Bekasi

BAB I PENDAHULUAN Bab ini memaparkan latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, lingkup pekerjaan dan dasar hukum BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

KAJIAN

Bab ini memaparkan gambaran umum dan gambaran khusus dari wilayah Kabupaten Bekasi

BAB III IDENTIFIKASI RESIKO KEDARURATAN PENGELOLAAN B3 DAN LIMBAH B3

Bab ini memaparkan tentang kondisi potensi penggunaan B3 dan Timbulan Limbah B3,Transpoter Limbah B3, Kondisi kerentanan kebencanaan lainnya, analisis risiko kedaruratan pengelolaan B3 dan Limbah B3, Metode Analisis

BAB IV INFRASTRUKTUR Bab ini memaparkan mengenai Organisasi, tahap koordinasi, tempat penyimpanan sementara limbah B3 dan fasilitas dan peralatan peringatan dini, BAB V FUNGSI PENANGGULANGAN Bab ini memaparkan mengenai proses

penanggulangan serta pelatihan dan gladi kedaruratan

BAB VI KESIMPULAN DAN PENUTUP Bab ini berisikan sebuah gagasan yang telah tercapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan di Bab Pendahuluan.

(14)

II-1 Tanggap Darurat Terhadap Sumber Pencemar di Wilayah Kabupaten Bekasi

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BEKASI

BAB II

GAMBARAN UMUM WILAYAH KAJIAN

2.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Bekasi 2.1.1 Geografis dan Administrasi

Kabupaten Bekasi adalah salah satu kabupaten di Jawa Barat, yang secara geografis terletak pada 106˚ 58’ 5” – 107˚ 17’ 45” BT dan 05˚ 54’ 50” – 06˚ 29’ 15” LS dengan luas wilayah sebesar 1.273,88 Km2 yang terdiri dari 23 Kecamatan yang terdiri dari 182 Desa dan 5 Kelurahan serta memiliki batas wilayah sebagai berikut :

• Utara : Laut Jawa

• Selatan : Kabupaten Bogor

• Barat : DKI Jakarta , Kota Bekasi dan Laut Jawa

• Timur : Kabupaten Karawang 2.1.2 Kondisi Topografi

Topografi dinilai dari kemiringan atau kelerengan lahan. Kelerengan terjal (>45%) dinilai sebagai kawasan yang tidak layak bangun. Kelerengan landai (<45%) adalah kawasan layak bangun. Berdasarkan DIKPLHD Kabupaten Bekasi Tahun 2022 Di Kabupaten Bekasi kelerengan wilayah terbagi menjadi 4 kategori yaitu 0-2 % berada di Kecamatan Muaragembong Tarumajaya, Cabangbungin, Babelan, Sukawangi, Sukakarya, Pebayuran, Tambelang, Sukatani, Tambun Utara, Cibitung, Karang Bahagia, Kedungwaringin, sebagian Cikarang Timur, sebagian Tambun Selatan, sebagian Cikarang Barat, dan sebagian Cikarang Utara, kelerengan 2-5 % berada di Kecamatan sebagian Tambun Selatan,sebagian Setu, sebagian Cikarang Utara, sebagian Cikarang Selatan, sebagian Cikarang Pusat, sebagian Cibarusah dan sebagian Bojongmangu, kelerengan 5-8 % berada di kecamatan sebagian Kecamatan Serang Baru, Kelerengan 15-25% berada di kecamatan sebagian Cikarang Selatan, sebagian di kecamatan Setu, sebagian di Cikarang Selatan, sebagian di Serang Baru, sebagian di Cibarusah dan sebagian di Bojongmangu dan kelerengan 25-40% berada disebagian kecamatana Cibarusah dan sebagian di Kecamatan Bojongmangu. Kondisi kelerengan tersebut sejalan dengan morfologi kawasan yaitu berada di kelerengan 0-5% memiliki morfologi datar, kelerengan 2-5

% memiliki morfologi landai, kelerengan 5-8% memiliki morfologi landai, kelerengan 15-25%

memiliki morfologi bergelombang dan kelerengan 25-40% memiliki morfologi berbukit. Selain kelerengan dan morfologi wilayah, seluruh wilayah Kabupaten Bekasi di ketinggian 0-200 mdpl.

(15)

II-1 Tanggap Darurat Terhadap Sumber Pencemar di Wilayah Kabupaten Bekasi

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BEKASI

Gambar II. 1 Peta Administrasi Kabupaten Bekasi

(16)

II-1 Tanggap Darurat Terhadap Sumber Pencemar di Wilayah Kabupaten Bekasi

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BEKASI

2.1.3 Kondisi Klimatologi

Kabupaten Bekasi memiliki iklim tropis dengan dua musim yaitu musim kemarau dan penghujan dengan suhu udara pada tahun 2021 ±16°C - 29°. Curah Hujan baik langsung maupun tak langsung akan mempengaruhi jenis dan pola tanam serta pola identitas penggunaan tanah dan ketersediaan air pada pengairan. Dari data uang ada, Kabupaten Bekasi memiliki curah hujan yang tidak terlalu tinggi. Curah hujan tertinggi tahun 2021 terjadi pada bulan Februari sebesar 678,6 mm. (DIKPLHD, 2022)

2.1.4 Kondisi Demografi

Kabupaten Bekasi terdiri dari 23 Kecamatan di sajikan pada table II-1. Tabel II-1 menunjukan bahwa wilayah administrasi Kecamatan yang paling luas di Kabupaten Bekasi yaitu Kecamatan Muaragembong dengan luas 14.009 Ha, Sedangkan Kecamatan Kaduwaringin memiliki luas wilayah paling kecil yaitu seluas 3.153 Ha.

Tabel II. 1 Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bekasi

Kecamatan Luas (Ha) Persentase

Setu 6.216 4,88

Serang Baru 6.380 5,01

Cikarang Pusat 4.760 3,74

Cikarang Selatan 5.174 4,06

Cibarusah 5.039 3,96

Bojongmangu 6.006 4,71

Cikarang Timur 5.131 4,03

Kedungwaringin 3.153 2,48

Cikarang Utara 4.330 3,40

Karangbahagia 4.610 3,62

Cibitung 4.530 3,56

Cikarang Barat 5.369 4,21

Tambun Selatan 4.310 3,38

Tambun Utara 3.442 2,70

Babelan 6.360 4,99

Tarumajaya 5.463 4,29

Tambelang 3.791 2,98

Sukawangi 6.719 5,27

Sukatani 3.752 2,95

Sukakarya 4.240 3,33

Pebayuran 9.634 7,56

Cabangbungin 4.970 3,90

Muaragembong 14.009 11,00

(17)

II-2 Tanggap Darurat Terhadap Sumber Pencemar di Wilayah Kabupaten Bekasi

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BEKASI

Sumber : Kabupaten Bekasi Dalam Angka 2022

Jumlah penduduk Kabupaten Bekasi tahun 2021 berdasarkan hasil proyeksi penduduk interim BPS Kabupaten Bekasi mencapai 3.157.962 jiwa penduduk dengan rata-rata kepadatan penduduk sebesar 2.479 jiwa per km2. Wilayah yang paling padat penduduknya adalah Kecamatan Tambun Selatan yaitu sebanyak 9.990 jiwa/km2, sedangkan yang paling rendah kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Muaragembong 290 jiwa/km2. Keberadaan penduduk menurut kecamatan tidak menyebar secara merata. Penduduk paling banyak berdomisili di Kecamatan Tambun Selatan yaitu 13,63% dari total penduduk Kabupaten Bekasi, sedangkan paling sedikit di kecamatan Bojongmangu yaitu 0,89%.

Tabel II. 2 Jumlah Penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Kabupaten Bekasi

No Kecamatan Jumlah

Penduduk Tahun 2021

Kepadatan Penduduk per

Km2 Tahun 2021

Laju Pertumbuhan Penduduk Per Tahun 2020-

2021

Rasio Jenis Kelamin Tahun 2021

1 Setu 180.460 2.903 5,26 105,72

2 Serang Baru 154.270 2.418 4,25 103,56

3 Cikarang Pusat 68.166 1.432 1,65 103,15

4 Cikarang Selatan 162.746 3.145 1,00 101,96

5 Cibarusah 96.612 1.917 2,55 104,17

6 Bojongmangu 27.986 466 0,79 101,50

7 Cikarang Timur 107.608 2.097 1,42 103,40

8 Kedungwaringin 70.636 2.240 2,31 103,36

9 Cikarang Utara 230.645 5.327 1,18 102,93

10 Karangbahagia 126.411 2.742 3,45 103,15

11 Cibitung 246.602 5.444 2,23 102,91

12 Cikarang Barat 205.372 3.825 0,45 104,45

13 Tambun Selatan 430.565 9.990 0,15 101,58

14 Tambun Utara 200.225 5.817 4,01 103,06

15 Babelan 275.572 4.333 2,74 102,97

16 Tarumajaya 134.698 2.466 1,96 103,76

17 Tambelang 41.258 1.088 1,29 102,69

18 Sukawangi 50.115 746 1,25 103,19

19 Sukatani 95.694 2.550 3,15 103,50

20 Sukakarya 52.819 1.246 2,06 103,17

Kecamatan Luas (Ha) Persentase

Kabupaten Bekasi 127.388 100,0

(18)

II-3 Tanggap Darurat Terhadap Sumber Pencemar di Wilayah Kabupaten Bekasi

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BEKASI

No Kecamatan Jumlah

Penduduk Tahun 2021

Kepadatan Penduduk per

Km2 Tahun 2021

Laju Pertumbuhan Penduduk Per Tahun 2020-

2021

Rasio Jenis Kelamin Tahun 2021

21 Pebayuran 102.808 1.067 0,68 102,85

22 Cabangbungin 56.048 1.128 1,35 102,98

23 Muaragembong 40.646 290 1,08 104,82

Kabupaten Bekasi 3.157.962 64.677 46 2.375

Sumber : Kabupaten Bekasi Dalam Angka 2022

Berdasarkan data BPS Kabupaten Bekasi, jumlah penduduk Kabupaten Bekasi terjadi fluktuasi setiap tahunnya, Pada tahun 2019 jumlah penduduk Kabupaten Bekasi sebesar 2.667.159 juta jiwa naik 3.113.017 juta jiwa pada tahun 2020, kemudian mengalami kenaikan Kembali pada tahun 2021 sebesar 3.157.962 juta jiwa. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Statistika Tahun 2022 diperoleh data jumlah penduduk di Kabupaten Bekasi untuk tahun 2019-2021 adalah sebagai berikut:

Tabel II. 3 Jumlah Peduduk Kabupaten Bekasi 2019 - 2021

No Kecamatan Jumlah

Penduduk Tahun 2019

Jumlah Penduduk Tahun 2020

Jumlah Penduduk Tahun 2021

1 Setu 128.458 173.656 180.460

2 Serang Baru 116.090 149.527 154.270

3 Cikarang Pusat 61.132 67.336 68.166

4 Cikarang Selatan 140.721 161.534 162.746

5 Cibarusah 84.544 94.802 96.612

6 Bojongmangu 26.543 27.821 27.986

7 Cikarang Timur 96.892 106.478 107.608

8 Kedungwaringin 65.499 69.437 70.636

9 Cikarang Utara 207.232 228.937 230.645

10 Karangbahagia 106.527 123.238 126.411

11 Cibitung 201.921 242.557 246.602

12 Cikarang Barat 181.494 205.333 205.372

13 Tambun Selatan 389.040 431.038 430.565

14 Tambun Utara 155.393 194.405 200.225

15 Babelan 207.520 270.050 275.572

16 Tarumajaya 100.706 132.756 134.698

17 Tambelang 38.216 40.862 41.258

(19)

II-4 Tanggap Darurat Terhadap Sumber Pencemar di Wilayah Kabupaten Bekasi

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BEKASI

No Kecamatan Jumlah

Penduduk Tahun 2019

Jumlah Penduduk Tahun 2020

Jumlah Penduduk Tahun 2021

18 Sukawangi 45.356 49.649 50.115

19 Sukatani 80.670 93.491 95.694

20 Sukakarya 47.794 52.016 52.819

21 Pebayuran 95.746 102.285 102.808

22 Cabangbungin 51.912 55.488 56.048

23 Muaragembong 37.753 40.321 40.646

Kabupaten Bekasi 2.667.159 3.113.017 3.157.962 Sumber : Kabupaten Bekasi Dalam Angka 2022

2.2 Gambaran Khusus Wilayah Kabupaten Bekasi 2.2.1 Kawasan Industri

Kawasan industri merupakan kawasan tempat pemusatan kegiatan industri pengolahan yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan fasilitas penunjang lainnya yang disediakan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri. Kementrian Perindustrian menyatakan bahawa industri di kabupaten bekasi tercatat terdapat 10 kawasan industri dengan luas 9.496 Ha.

Kawasan Industri Kabupaten Bekasi

No Kawasan Jumlah

Tenant

(1)

Luas (Ha) (2)

1 East Jakarta Industrial Park 83 320

2 MM2100 Industrial Town BFIE 232 1.700

3 MM2100 Industrial Town MMID 193 805

4 Kawasan Industri Jababeka 594 2.267

5 Greenland international industrial center (GIIC) 132 1.700 6 Kawasan Industri Lippo Cikarang 109 1.645 7 Kawasan Industri Marunda Center 20 600 8 Kawasan Industri Terpadu Indonesia China 55 205

9 Kawasan Industri Gobel 15 54

10 Bekasi International Industrial Estate (BIIE) 200 Total 1.433 9.496 Sumber: (1) Hasil Survei Lapangan, 2023

(2) Kementrian Perindustrian, 2021

Berdasarkan Tabel x dapat dilihat bahwa Kawasan industri di Kabupaten Bekasi terluas terdapat pada Kawasan Industri Lippo Cikarang dengan luas kawasan 1.645 Ha dan terkecil terdapat pada Kawasan Industri Gobel dengan luas kawasan 54 Ha.

(20)

II-1 Tanggap Darurat Terhadap Sumber Pencemar di Wilayah Kabupaten Bekasi

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BEKASI

Gambar II. 2 Sebaran Kawasan Industri di Kabupaten Bekasi

(21)

II-1 Tanggap Darurat Terhadap Sumber Pencemar di Wilayah Kabupaten Bekasi

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BEKASI

2.2.2 Kawasan Non Industri

Selain kawasan industri terdapat kawasan non industri yang menghasilkan limbah B3, limbah tersebut dihasilkan dari kegiatan/ usaha yaitu pariwista, pelayanan kesehatan maupun dari domestik rumah tangga.

Gambar II. 3 Sumber Limbah

2.2.2.1 Pelayanan Kesehatan

Berdasarkan BPS Tahun 2022, jumlah fasilitas kesehatan di kabupaten Bekasi terdiri dari 40 rumah sakit, 17 rumah sakit bersalin, 50 puskesmas, 149 poliklinik pratama dan 92 Apotek.

Tabel II. 4 Layanan Kesehatan

No Kecamatan Rumah Sakit Rumah Sakit

Bersalin Poliklinik Puskesmas Apotek

1 Setu 2 4 11 2 8

2 Serang Baru 0 1 5 2 3

3 Cikarang Pusat 0 0 6 1 5

4 Cikarang Selatan 6 3 7 3 6

5 Cibarusah 2 0 4 2 3

6 Bojongmangu 0 0 1 1 0

7 Cikarang Timur 0 0 5 2 1

8 Kedungwaringin 1 0 7 2 4

9 Cikarang Utara 6 1 11 3 8

10 Karangbahagia 2 0 8 2 4

11 Cibitung 2 0 6 3 4

(22)

II-2 Tanggap Darurat Terhadap Sumber Pencemar di Wilayah Kabupaten Bekasi

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BEKASI

No Kecamatan Rumah Sakit Rumah Sakit

Bersalin Poliklinik Puskesmas Apotek

12 Cikarang Barat 7 3 10 3 11

13 Tambun Selatan 4 2 10 8 10

14 Tambun Utara 2 0 7 2 6

15 Babelan 3 2 7 3 3

16 Tarumajaya 2 0 8 2 6

17 Tambelang 0 0 6 1 1

18 Sukawangi 0 0 6 1 0

19 Sukatani 0 1 5 1 1

20 Sukakarya 0 0 7 1 1

21 Pebayuran 0 0 8 3 3

22 Cabangbungin 1 0 2 1 3

23 Muaragembong 0 0 2 1 1

Jumlah 40 17 149 50 92

Sumber: Kabupaten Bekasi Dalam Angka 2022 2.2.2.2 Pemukiman

Berdasarkan PERDA Kabupaten Bekasi No 12 Tahun 2011, Lokasi kawasan pemukiman tersebar diseluruh kecamatan seluas kurang lebih 13.918 hektar. Pengembangan kawasan pemukiman perkotaan seluas kurang lebih 41.907 hektar berada pada 12 Kecamatan yaitu Kecamatan Cibitung, Karang Bahagia, Tambun Utara,Sukatani, Sukawangi, Cikarang Timur, Cikarang Pusat, Tambun Selatan, Serang Baru, Setu, Cikarang Selatan, dan Cikarang Barat.

Sedangkan pengembangan kawasan pemukiman perdesaan seluas kurang lebih 3.515 hektar berada pada 6 kecamatan meliputi Kecamatan Babelan, Muaragembong, Cabangbungin, Cibarusah, Bojongmangu dan Serang Baru.

2.2.2.3 Niaga

Berdasarkan Badan Pusat Statistika, pada tahun 2022 di Kabupaten Bekasi ada 35 Akomodasi dengan status hotel bintang. Jumlah total kamar tidur tersedia pada seluruh hotel bintang di Kabupaten Bekasi mencapai 4.149 kamar dan 5.062 tempat tidur. Sedangkan pada hotel Non Bintang ada jumlah 24 akomodasi.

(23)

III-1 Tanggap Darurat Terhadap Sumber Pencemar di Wilayah Kabupaten Bekasi

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BEKASI

BAB III

HASIL IDENTIFIKASI RISIKO KEDARURATAN PENGELOLAAN B3 DAN/ATAU LIMBAH B3

Identifikasi resiko merupakan usaha untuk menemukan atau mengetahui risiko-risiko yang mungkin timbul dalam kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan atau perorangan. Penilaian Risiko limbah B3 belum banyak dilakukan oleh industri karena umumnya industri melakukan penilaian risiko untuk bahan berbahaya dan beracun (B3) murni digunakan sebagai bahan baku industri. Penilaian risiko ini pun sebagian besar banyak dilakukan oleh industri dalam kategori besar.

1. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Berdasarkan PP No.74 Tahun 2019 Bahan Berbahaya dan Beracun atau sering disingkat dengan (B3) adalah zat, energi, atau komponen lain yang sifat, konsentrasi dan jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan merusak lingkungan hidup, membahayakan lingkungan hidup, Kesehatan serta

kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.

Beberapa jenis B3 yang mudah dikenali dan boleh dipergunakan antara lain adalah bahan-bahan kimia seperti, Asam Asetat, Asam Sulfat, Asam Klorida, Asetilena, Formalin, Methanol, Natrium Hidroksida, termasuk juga gas Nitrogen. Sedangkan B3 yang dilarang dipergunakan antara lain adalah Aldrin, Chlordane, DDT, Dieldrin, Endrin, Heptachlor, Mirex, Toxaphene, Hexachlorobenzene dan PCBs. Berdasarkan sifatnya, B3 dapat diklasifikasikan menjadi B3 yang mudah meledak, pengoksidasi, sangat mudah sekali menyala, beracun, berbahaya, korosif, bersifat iritasi, berbahaya bagi lingkungan dan karsinogenik.

2. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3)

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesai No.32 Tahun 2009 Limbah B3 adalah sisa usaha atau kegiatan yang mengandung zat atau komponen yang secara langsung maupun tidak dapat mencemarkan, merusak, atau membahayakan

lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.

Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya. Apabila orang tersebut tidak mampu melakukan sendiri

pengelolaan limbah B3, maka pengelolaannya diserahkan kepada pihak lain.

Pengelolaan limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan penimbunan.

(24)

III-2 Tanggap Darurat Terhadap Sumber Pencemar di Wilayah Kabupaten Bekasi

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BEKASI

Pengelolaan limbah B3 wajib mendapatkan izin dari menteri, Gubernur atau

bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. Menteri, gubernur, bupati/walikota wajib mencantumkan persyaratan lingkungan hidup yang harus dipenuhi dan kewajiban yang harus dipatuhi pengelola limbah B3 dalam izin.

Terdapat beberapa larangan dalam pengelolaan limbah B3, yaitu :

Pertama, setiap orang dilarang untuk memasukkan limbah B3 ke dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kedua, setiap orang dilarang untuk membuang B3 dan limbah B3 ke media lingkungan hidup, dengan kata lain usaha dan kegiatan yang menghasilkan B3 dilarang membuang limbah B3 yang dihasilkannya itu secara langsung ke dalam media lingkungan hidup, tanpa pengelolaan terlebih dahulu.

Ketiga, pengenceran untuk maksud menurunkan konsentrasi zat racun dan bahaya limbah B3 juga dilarang bagi kegiatan penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan penimbulan limbah B3

3. Hazard Identification Risk Assessment & Risk Control (HIRARC)

Hazard Identification Risk Assessment & Risk Control (HIRARC) adalah suatu proses untuk mengetahui adanya suatu bahaya kemudian menghitung besarnya risiko dan menetapkan risiko tersebut dapat diterima atau tidak kemudian melakukan tindakan pencegahan untuk mengurangi risiko penilaian sebelumnya. HIRARC bertujuan untuk mengetahui pentingnya melaksanakan. Aplikasi K3 bisa berjalan dengan baik dengan melakukan perencanaan yang baik diantaranya, identifikasi berbahaya, penilaian dan pengendalian risiko semua itu yang ada dalam manajemen risiko.

4. Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI)

Indonesia memiliki risiko bencana yang tinggi sebagai konsekuensi letak negara ini dari sisi geologis dan geografis. Secara geologis, Indonesia berada pada pertemuan empat lempeng utama yaitu Eurasia, Indo Australia, Filipina, dan Pasifik yang

menjadikan Indonesia rawan bencana gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung api.

Di sisi lain, kondisi geografis Indonesia yang berada di daerah tropis dan pada pertemuan dua Samudra dan dua benua membuat wilayah ini rawan akan bencana banjir, tanah longsor, banjir bandang, cuaca ekstrim, gelombang ekstrim dan abrasi, dan kekeringan yang juga dapat memicu kebakaran hutan dan lahan.

Melihat kondisi tersebut, perlu dilakukan upaya-upaya pengelolaan risiko bencana untuk mengurangi kerugian akibat bencana seminimal mungkin. Upaya pengelolaan risiko bencana ini didasarkan dengan pemahaman risiko bencana yang ada yang

(25)

III-3 Tanggap Darurat Terhadap Sumber Pencemar di Wilayah Kabupaten Bekasi

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BEKASI

diperoleh melalui suatu kajian risiko bencana. Informasi risiko bencana tersebut kemudian dijadikan salah satu dasar dalam perumusan berbagai upaya

penanggulangan bencana. Penentuan tingkat risiko bencana sudah dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sejak periode awal berdiri, yaitu pada tahun 2008. Pada tahun 2009, BNPB menerbitkan status kebencanaan melalui indeks Kerawanan Bencana Indonesia yang diperbaharui dengan Indeks Rawan Bencana Indonesia pada tahun 2011. Sejak 2013, BNPB menerbitkan Indeks Risiko Bencana Indonesia. Perubahan terminology dari “rawan”Risiko” menunjukan perubahan substansi dari penilaian dampak bencana (korban jiwa, kerusakan atau kerugian) menjadi penilaian potensi kehilangan atau kerugian (risiko).

Dalam indeks risiko, tingkat kebencanaan dinilai berdasarkan komponen penyusunnya, yaitu bahaya, kerentanan, dan kapasitas pemerintah dalam menghadapi bencana.

Penilaian tingkat risiko berdasarkan potensi kerugian di atas memungkinkan adanya perhitungan capaian suatu upaya pengurangan risiko bencana di suatu daerah. Risiko bencana akan mengalami penurunan atau peningkatan seiring adanya perubahan pada komponen tersebut. Oleh karena itu, program atau kegiatan yang berkaitan dengan pengurangan kerentanan atau peningkatan kapasitas dapat dilihat kontribusinya secara kuantitatif dalam bentuk penurunan indeks risiko bencana.

Penilaian secara berkala terhadap indeks risiko ini dapat menjadi perangkat

pemantauan dan evaluasi terhadap capaian program penanggulangan bencana pada periode tertentu Indeks Risiko Bencana Indonesoa (IRBI) ini dihitung berdasarkan rumus berikut:

𝑅𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜 = 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑦𝑎 𝑋 𝐾𝑒𝑟𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠

Di mana hazard (Bahaya) dihitung berdasarkan probabilitas spasial, frekuensi dan kekuatan (magnitude) dari suatu fenomena alam seperti gempa bumi, banjir, letusan gunung api dan lainnya. Vulnerability (kerentanan) dihitung berdasarkan parameter sosial budaya, ekonomi, fisik, dan lingkungan. Capacity (kapasitas) dinilai dengan menggunakan pendekatan tingkat ketahanan daerah berdasarkan tujuh prioritas yaitu:

1) Perkuatan kebijakan dan kelembagaan;

2) Pengkajian risiko dan perencanaan terpadu;

3) Pengembangan sistem informasi, diklat dan logistic;

4) Penanganan tematik Kawasan rawan bencana;

5) Peningkatan efektivitas pencegahan dan mitigasi bencana;

(26)

III-4 Tanggap Darurat Terhadap Sumber Pencemar di Wilayah Kabupaten Bekasi

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BEKASI

6) Perkuatan kesiapsiagaan dan penanganan darurat bencana; dan 7) Pengembangan sistem pemulihan bencana.

5. Metode Kajian

Kajian ini menggunakan data sekunder untuk limbah B3 yang diperoleh dari

Kementrian Perindustrian yang berisi tentang nama-nama industri dan komoditi yang dihasilkan sehingga dapat menyimpulkan limbah B3 apa saja yang dihasilkan dari setiap industri yang ada di Kabupaten Bekasi. Sedangkan data primer jumlah B3 diproleh dari wawancara, observasi dan pengisian form kuisioner. Selain itu data diperoleh dari cc publikasi yang diterbitkan oleh BPS, BNPB, DLH Kabupaten/Kota serta data lain yang terkait dengan kajian ini. Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode Focus Group Discussion (FGD) baik secara luring maupun daring dengan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota.

6. Pendekatan Studi

Pendekatan yang akan dilakukan dalam kajian analisis risiko pengelolaan B3 dan/atau limbah B3 di Kabupaten Bekasi meliput:

a. Pendekatan Kualitatif

Pendekatan kualitatif yaitu mengelompokkan data, kemudian diseleksi menurut kualitas kebenarannya. Selanjutnya data-data tersebut dibandingkan dengan teori- teori yang diperoleh dari studi kepustakaan. Langkah-langkah pendekatan kualitatif adalah sebagai berikut:

1) Pengumpulan data, yaitu data yang diperoleh dari hasil FGD, dikumpulkan.

Begitu pula data dari sumber yang relevan seperti dari Direktorat Pemulihan Lahan Tekontaminasi dan Tanggap Darurat Limbah B3 dan Non B3 serta Direktorat Pengelolaan B3 Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia (KLHK).Begitu pula data dari BPS, BPBD Kabupaten/Kota, DLH Kabupaten/Kota.

2) Penilaian data,yaitu dalam tahap ini data yang diperoleh diteliti dan dinilai dengan memperhatikan prinsip validitas, otentisitas, dan reabilitas sehingga data yang relevan saja yang digunakan.

3) Penafsiran data, yaitu selanjutnya akan diadakan analisis dan interpretasi terhadap berbagai data yang ada yang digunakan untuk perhitungan analisis risiko pengelolaan limbah B3 dan B3.

4) Penyimpulan data

Pada tahap akhir akan diberikan kesimpulan terhadap hasil interpretasi dan analisis data terutama yang bersifat kualitatif seperti data terkait kapasitas

(27)

III-5 Tanggap Darurat Terhadap Sumber Pencemar di Wilayah Kabupaten Bekasi

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BEKASI

pemerintah daerah (pemda) kabupaten/kota dalam pengelolaan limbah B3 dan B3 yang meliputi kondisi pengelolaan limbah B3 dan B3; adanya Lembaga bidang tanggap darurat; dan program kedaruratan pengelolaan limbah B3 dan B3. Selain itu, data kualitatif meliputi kategori B3 dan limbah B3 yang dominan. Secara umum kategori I terdiri dari bahan yang mudah meledak dan menyala, sedangkan kategori II terdiri dari bahan yang mudah korosi dan iritasi.

b. Pendekatan Kuantitatif

Pendekatan kuantitatif yaitu mengelompokkan data, kemudian diseleksi menurut kualitas kebenarannya. Selanjutnya data-data tersebut akan dianalisis secara kuantitatif. Data kuantitatif terdiri dari data bahaya Limbah B3 dan B3 dari sisi tonase yang dihasilkan. Kemudian data kerentanan yang terdiri dari jumlah manusia yang terpapar, jumlah kejadian kedaruratan dan indeks risiko bencana.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi.

Dokumentasi adalah sejumlah fakta dan data yang tercatat dalam bahan seperti surat-surat, catatan harian, laporan, dan sebagainya. Teknik dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data melalui dokumen.

7. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan suatu tahapan yang sangat penting dalam proses penyusunan kajian ini, yang dilakukan secara cermat sesuai prosedur dan ciri-ciri penelitian kualitatif, untuk menghindari data yang tidak credible. Secara umum, penelitian yang digunakan dalam kegiatan penyusunan naskah akademik ini dilakukan melalui pendekatan:

a. Metode Yuridis Normatif

Metode ini dilakukan melalui studi pustaka yang menelaah data sekunder, baik yang berupa Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, data dari direktorat pengelolaan B3 KLHK RI, hasil penelitian dan pengkajian, serta referensi lainnya, yang seluruhnya dianalisis secara kualitatif.

b. Metode Yuridis Empiris

Metode ini dilakukan dengan menelaah data primer yang diperoleh atau dikumpulkan melalui Forum Group Discussion (FGD), wawancara dengan DLH provinsi dan kabupaten/kota, wawancara dengan para pelaku industri, hingga mendengar pendapat para ahli yang kompeten.

(28)

III-6 Tanggap Darurat Terhadap Sumber Pencemar di Wilayah Kabupaten Bekasi

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BEKASI

3.1 Kondisi Potensi Penggunaan B3 dan Timbulan Limbah B3

Jumlah penduduk yang besar, serta dukungan infrastruktur yang memadai menyebabkan Kabupaten Bekasi menjadi salah satu pusat industri di Jawa Barat. Kementrian Perindustrian menyatakan bahawa industri di kabupaten bekasi tercatat terdapat 10 kawasan industri dengan luas 9.496 Ha. Pada tahun 2021 terdapat 7.600 perusahaan industri dari 10 kawasan yang berada di kabupaten Bekasi.

Tabel III. 1 Kawasan Industri di Kabupaten Bekasi

No Kawasan Industri Lokasi Luas Kawasan

(Ha) 1

Kawasan Industri Terpadu Indonesia China

Kec. Cikarang Pusat 205.00 Pengelola : PT.Kawasan Industri Terpadu Indonesia

China

2 Bekasi International Industrial Estate (Kawasan Hyundai) Kec.Cikarang Selatan 200.00 Pengelola : PT.Hyundai Inti Development

3

MM2100 Industrial Town BFIE

Kec.Cikarang Barat 1700.00 Pengelola : PT.Bekasi Fajar Industrial Estate, PT.Bekasi

Mitra IE, PT.Bekasi Surya Pratama 4 MM2100 Industrial Town MMID

Kec.Cikarang Barat 805.00 Pengelola : PT.Megalopolis Manunggal Ind.Dev.

5 Kawasan Industri Jababeka Kec.Cikarang Utara 2267.00

Pengelola : PT.Jababeka Infrastruktur

6 East Jakarta Industrial Park Kec.Cikarang Selatan 320.00 Pengelola : PT.East Jakarta Industrial Park

7 Kawasan Industri Gobel Kec.Cikarang Barat 54.00

Pengelola : PT.Gobel Dharma Nusantara 8

Kawasan Industri Marunda Center

Kec.Tarumajaya 600.00 Pengelola : PT.Tegar Primajaya; PT. Multikarya

Hasilprima 9

Greenland International Industrial Center (GIIC)

Kec.Cikarang Pusat 1700.00 Pengelola : PT.Puradelta Lestari, Tbk; PT. Pembangunan

Deltamas

10 Kawasan Industri Lippo Cikarang Kec.Cikarang Selatan 1645.00 Pengelola : PT.Lippo Cikarang, Tbk

TOTAL 9.496 Sumber: Kementrian Perindustrian, 2021

Berdasarkan data BPS tahun 2022, jenis industri di kabupaten Bekasi meliputi industri makanan, minuman, pengolahan tembakau, tekstil, pakaian jadi, kulit, kayu, kertas, bahan kimia, farmasi, karet, logam, elektronik, transportasi, dan furnitur. Empat jenis industri terbanyak di kabupaten Bekasi yaitu industri Pakaian Jadi (17%), Barang galian bukan logam (16%), Karet dan Plastik (10%), dan Bahan Kimia (7%) (BPS, 2022).

(29)

III-7 Tanggap Darurat Terhadap Sumber Pencemar di Wilayah Kabupaten Bekasi

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BEKASI

Gambar III. 1 Sebaran Jenis Industri di Kabupaten Bekasi

Selain itu, berdasarkan data dari SIRAJA Limbah, industri yang memiliki pengelola limbah B3 terbanyak berada di kabupaten Bekasi dengan perizinan sebanyak 100 perizinan yang nama industrinya dapat dilihat pada Tabel

Industri pengelola limbah B3

NO NAMA PERUSAHAAN STATUS

1 PT PPLI - Cibitung Transfer Station Non Proper

2 PT Indra Prasta Indonesia Non Proper

3 PT Bensel Abadi Jaya Non Proper

4 PT Mega Asha Perkasa Proper

5 PT Duta Alam Pratama Non Proper

6 PT SETIA UTAMA NUSANTARA Non Proper

7 PT SURYA LAKSANA ABADI Non Proper

8 PT. Putra Sigordang Mandiri Non Proper

9 PT LX Pantos Indonesia Non Proper

10 PT. Karunia Berkah Leluhur Non Proper

11 PT Empat Saudara Anak Bangsa Non Proper

12 PT Sugema Indah Perkasa Proper

13 PT. Soda Nikka Indonesia Proper

14 PT. BERKAT SAHABAT ABADI Non Proper

15 PT Yuto Packaging Technology Indonesia Non Proper

(30)

III-8 Tanggap Darurat Terhadap Sumber Pencemar di Wilayah Kabupaten Bekasi

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BEKASI

NO NAMA PERUSAHAAN STATUS

16 PT ALDIKON SUKSES MANDIRI Non Proper

17 PT Media Cahaya Cerah Non Proper

18 PT Trikarsa Multi Persada Non Proper

19 PT Hijau Tata Lingkungan Proper

20 PT Mitra Kaya Galvanize Non Proper

21 PT Enviro Sejahtera Indonesia Non Proper

22 PT BRATACO Non Proper

23 PT. KARYA TEKNIK MULIA Non Proper

24 PT DOHOT ALAM SEJAHTERA Non Proper

25 PT Rifki Jaya Mandiri Abadi Non Proper

26 Adhifarma Adyajaya Medika Non Proper

27 PT. YUTAKA TRANS FABIO Non Proper

28 PT Cikarang Nusantara Proper

29 PT Semen Indonesia Beton Non Proper

30 PT Putra Selang Jaya Non Proper

31 PT. Palang Hijau Indonesia Non Proper

32 PT. Anugerah Megah Alam Lestari Proper

33 PT. SAMNAIL JAYA ABADI Non Proper

34 ENVIROLAB NUSANTARA Proper

35 PT Unilever Indonesia Divisi CRMS Non Proper

36 PT Tarra Pratama Abadi Non Proper

37 PT Menembus Batas Langit Non Proper

38 PT Kurnia Bintang Mandiri Non Proper

39 PT Sinar Hidayah Putra Non Proper

40 PT Ansori Jaya Non Proper

41 PT Lamgabe Mulia Perkasa Non Proper

42 PT Main Tenang Jaya Non Proper

43 PT Putera Mandiri Lestari Abadi Proper

44 PT. Panca Niaga Abadi Non Proper

45 PT. Cahaya Kharisma Mandiri Non Proper

46 PT. Kunci Emas Sejahtera Non Proper

47 PT. GAC Samudera Logistics Non Proper

48 PT. Unggul Trijaya Non Proper

49 PT. Sinar Mustika Non Proper

50 PT. Alekto Green Indonesia Proper

51 PT. Darma Karya Mandiri Non Proper

52 PT. Rodo Gira Putra Mandiri Non Proper

53 PT. Langlang Buana Logam Non Proper

54 PT. Harapan Internasional Non Proper

55 PT Binasamsurya Mandalaputra Non Proper

56 PT. Dwitama Mbojo Mantika Non Proper

57 Mutiara Perkasa Bahagia Non Proper

58 PT. Syncrum Logistics Non Proper

(31)

III-9 Tanggap Darurat Terhadap Sumber Pencemar di Wilayah Kabupaten Bekasi

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BEKASI

NO NAMA PERUSAHAAN STATUS

59 PT. Bahtera Jaya Sarana Non Proper

60 PT Jaya Mukti Mandiri Non Proper

61 PT Surya Jaya Plastik SJP Non Proper

62 PT. Samudra Cahaya Mutiara Non Proper

63 PT Lutfi Mandiri Abadi Non Proper

64 PT. CHOLYFOUR MITRA MANDIRI Non Proper

65 PT. Sumber Surya Kalvari Non Proper

66 PT Sukses Jagratara Non Proper

67 PT. WIRASWASTA GEMILANG INDONESIA CIBITUNG Non Proper

68 PT. BERKAH LANGGENG JAYA Non Proper

69 PT. TES AMM INDONESIA Non Proper

70 PT. Restu Ibu Jaya Non Proper

71 PT Teknotama Lingkungan Internusa - Cikarang Non Proper

72 PT Harrosa Darma Nusantara Non Proper

73 PT Mulya Jaya Nusantara Non Proper

74 PT. JAYA MULYA MANDIRI Non Proper

75 PT.KOMALA AGUNG LANGGENG PERKASA Non Proper

76 PT. Omega Cipta Kencana Non Proper

77 PT. Prima Karya Ayumandiri Non Proper

78 PT. Barokah Global Solusi Non Proper

79 PT Sinar Agung Kreasi Utama Non Proper

80 PT. Canamas Antar Nusa Non Proper

81 PT. Aneka Karya Lestari Non Proper

82 PT Horas Miduk Non Proper

83 PT. Lippo Cikarang Tbk Proper

84 PT. Harapan Baru Sejahtera Plastik Non Proper

85 PT. Pasadena Metric Indonesia Non Proper

86 PT. Sagara Waja Sejahtera Non Proper

87 PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk - Offtake Stasiun Tegal Gede Non Proper

88 PT.Amanah Arofah Non Proper

89 PT. MUKTI MANDIRI LESTARI Non Proper

90 PT. BERKAH ANUGRAH ILAHI Non Proper

91 PT. PULO KENCANA DRUM INDUSTRI Non Proper

92 PT. JATSINDO Non Proper

93 KOPERASI KARYAWAN PT. WIRASWASTA GEMILANG INDONESIA Non Proper

94 PT. SUMBER REJEKI SERUNI Non Proper

95 PT. Sunnur Logam Jaya Proper

96 PT. KITA MANDIRI ABADI Non Proper

97 PT Nirmala Tipar Sesama Non Proper

98 PT. Muhtomas Proper

99 PT. Wiraswasta Gemilang Indonesia Proper

100 PT. Rusli Jagat Utama Non Proper

(32)

III-10 Tanggap Darurat Terhadap Sumber Pencemar di Wilayah Kabupaten Bekasi

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BEKASI

Kegiatan yang dilaksanakan oleh pengelola limbah B3 berpotensi menimbulkan terjadinya kedaruratan. Tingginya mobilisasi limbah B3 yang dilakukan oleh pengakut mengakibatkan risiko terjadinya tumpahan dari kendaraan menjadi besar. Jalur-jalur pengangkutan limbah B3 serta lokasi kegiatan pengelolaan limbah harus menjadi perhatian khusus untuk dilakukan pemantauan secara rutin sehingga dapat meminimalkan potensi terjadinya kedaruratan dilokasi tersebut.

3.1.1 Identifikasi Risiko Kedaruratan Pengelolaan B3/Limbah B3

Identifikasi risiko kedaruratan pengelolaan B3 dianalisa dengan mempertimbangkan kapasitas (sumber daya manusia/personil, biaya, kebijakan dan SOP yang diterapkan, fasilitas dan peralatan yang dimiliki dsb) yang dimiliki suatu unit kerja. Berikut ini merupakan contoh matriks identifikasi risiko kedaruratan pengelolaan B3 atau Limbah B3.

(33)

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BEKASI

III-11

Tanggap Darurat Terhadap Sumber Pencemar di Wilayah Kabupaten Bekasi

Tabel III. 2 Contoh Matriks Identifikasi Resiko Kedaruratan Pengelolaan B3 atau Limbah B3

No. Nama Perusahaan Jenis Kegiatan Pengelolaan B3

Jenis Usaha/

Kegiatan Lokasi Jenis B3 Karakteristik/

Sifat B3

Kategori B3

Jumlah B3 yang digunakan tahun 2021

(ton)

Potensi Bahaya B3

Risiko Kedaruratan

Frekuensi Kejadian Tumpahan dan/atau

Kedaruratan (kali/bulan)

Obyek Terdampak

Media Lingkungan

Waktu Paparan

(hari)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)

1 PT. East Jakarta Industrial Park Penghasil Kawasan Industri

EJIP Industrial Park Plot 3A, Sukaresmi, Cikarang Selatan,

Bekasi

Sludge

WWTP Beracun 2 685.863 Iritasi Tumpah 0

Lingkungan dan makhluk

hidup

Tanah dan air tanah 1 bulan

2 PT. East Jakarta Industrial Park Penghasil Kawasan Industri

EJIP Industrial Park Plot 3A, Sukaresmi, Cikarang Selatan,

Bekasi

Used rags

Padatan mudah menyala

2 0

Iritasi dan mudah menyala

Terbakar 0

Lingkungan dan makhluk

hidup

Tanah dan air tanah 1 bulan

3 PT. East Jakarta Industrial Park Penghasil Kawasan Industri

EJIP Industrial Park Plot 3A, Sukaresmi, Cikarang Selatan,

Bekasi

Minyak pelumas bekas

Cairan mudah

menyala 2 0

Iritasi dan mudah menyala

Terbakar 0

Lingkungan dan makhluk

hidup

Tanah dan air tanah 1 bulan

4 PT. East Jakarta Industrial Park Penghasil Kawasan Industri

EJIP Industrial Park Plot 3A, Sukaresmi, Cikarang Selatan,

Bekasi

Kemasan

bekas tinta Beracun 2 0 Iritasi Tumpah 0

Lingkungan dan makhluk

hidup

Tanah dan air tanah 1 bulan

5 PT. East Jakarta Industrial Park Penghasil Kawasan Industri

EJIP Industrial Park Plot 3A, Sukaresmi, Cikarang Selatan,

Bekasi

Limbah elektronik termasuk lampu TL

Beracun 2 0.0076 Iritasi Pecah 0

Lingkungan dan makhluk

hidup

Tanah dan

udara 1 bulan

6 PT. East Jakarta Industrial Park Penghasil Kawasan Industri

EJIP Industrial Park Plot 3A, Sukaresmi, Cikarang Selatan,

Bekasi

Bahan kimia

kadaluwarsa Beracun 1 0 Iritasi Tumpah 0

Lingkungan dan makhluk

hidup

Tanah dan air tanah 1 bulan

7 PT. East Jakarta Industrial Park Penghasil Kawasan Industri

EJIP Industrial Park Plot 3A, Sukaresmi, Cikarang Selatan,

Bekasi

Limbah dari laboratorium

yang mengandung

B3

Beracun 1 5.538 Iritasi Tumpah 0

Lingkungan dan makhluk

hidup

Tanah dan air tanah 1 bulan

8 PT. East Jakarta Industrial Park Penghasil Kawasan Industri

EJIP Industrial Park Plot 3A, Sukaresmi, Cikarang Selatan,

Bekasi

Kemasan

bekas B3 Beracun 2 0.212 Iritasi Terbakar 0

Lingkungan dan makhluk

hidup

Tanah 1 bulan

(34)

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BEKASI

III-12 Tanggap Darurat Terhadap Sumber Pencemar di Wilayah Kabupaten Bekasi

3.1.2 Timbulan Limbah B3 Kabupaten Bekasi

Berdasarkan dari SIRAJA Limbah, didapatkan bahwa jumlah limbah B3 yang dihasilkan dari tahun 2019 sampai 2021 bersifat fluktuatif. Pada tahun 2019 limbah B3 yang dihasilkan oleh industri di Kabupaten Bekasi sebesar 1.311.702,08 ton, pada tahun 2020 sebesar 821.516,84 ton dan pada tahun 2021 meningkat drastis sebesar 5.620.320,49 ton.

Timbulan limbah B3 yang dihasilkan oleh pelaku usaha/kegiatan yang berlokasi di Jawa Barat pada tahun 2021 sebanyak 11.069.099 ton dengan jumlah terbesar berasal dari Kabupaten Bekasi Sebesar 5.620.481 ton atau hampir 51% dari keseluruhan limbah B3 yang dihasilkan.

Kabupaten Bekasi didominasi oleh kegiatan industri baik yang berada didalam kawasan maupun tidak.

Kementrian Perindustrian menyatakan bahawa industri di kabupaten bekasi tercatat terdapat 10 kawasan industri dengan luas 9.496 Ha. Kawasan Industri dalam produksinya pasti menggunakan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan menghasilkan Limbah B3. Berikut adalah jumlah B3 dan limbah B3 yang dihasilkan oleh 10 Kawasan Industri Kabupaten Bekasi pada Tahun 2022.

Volume B3 Kabupaten Bekasi Tahun 2022

No Kawasan Jumlah B3 (Ton)

1 East Jakarta Industrial Park 27962,098

2 MM2100 Industrial Town BFIE

3 MM2100 Industrial Town MMID

4 Kawasan Industri Jababeka

5 Greenland international industrial center (GIIC)

6 Kawasan Industri Lippo Cikarang

7 Kawasan Industri Marunda Center

8 Kawasan Industri Terpadu Indonesia China

9 Kawasan Industri Gobel

10 Bekasi International Industry Estate (Kawasan Hyundai) Total Sumber : Hasil Analisis, 2023

Volume Limbah B3 Kabupaten Bekasi Tahun 2022

No Kawasan Jumlah Limbah B3 (Ton)

1 East Jakarta Industrial Park 215302, 8413

2 MM2100 Industrial Town BFIE

3 MM2100 Industrial Town MMID

4 Kawasan Industri Jababeka

5 Greenland international industrial center (GIIC)

(35)

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BEKASI

III-13 Tanggap Darurat Terhadap Sumber Pencemar di Wilayah Kabupaten Bekasi

No Kawasan Jumlah Limbah B3 (Ton)

6 Kawasan Industri Lippo Cikarang

7 Kawasan Industri Marunda Center

8 Kawasan Industri Terpadu Indonesia China

9 Kawasan Industri Gobel

10 Bekasi International Industry Estate (Kawasan Hyundai) Total Sumber : Hasil Analisis, 2023

Berdasarkan data-data volume limbah B3 dapat diketahui jenis limbah B3 terbanyak yang dihasilkan di 10 kawasan di Kabupaten Bekasi.

Jenis B3 Kawasan EJIP Tahun 2022

No Jenis B3 Volume (Ton) Persentase (%)

1 Limbah Dust Collector 7873,000 28,156%

2 Sludge Grinding 4054,000 14,498%

3 Nitrogen 2682,000 9,592%

4 Oksigen 2510,000 8,976%

5 Oli / Greace 2000,000 7,153%

6 Isocyanate Papi 135C 1638,286 5,859%

7 Helium 1186,000 4,241%

8 Polyol DSD 528.01 1175,841 4,205%

9 Oli 1171,170 4,188%

10 Steel Slag 989,000 3,537%

11 SLUDGE 496,860 1,777%

12 Oil 280,000 1,001%

13 Cyclopentane - CP5 224,248 0,802%

14 Pasta Bekas, Powder 180,930 0,647%

15 Coolant Bekas 175,000 0,626%

16 Solar 126,000 0,451%

17 Aluminium tercampur Coolant 116,000 0,415%

18 Used Coolant 114,000 0,408%

19 Tinta 90,650 0,324%

20 Cat 77,240 0,276%

21 MD-100 45,257 0,162%

22 Majun Terkontaminasi 39,200 0,140%

23 Coolant 39,000 0,139%

24 Kain Majun Bekas 39,000 0,139%

25 Sludge Togata 38,000 0,136%

26 Eks kemasan B3 ( Drum kosong, Sak Kardus, Freekort ) 35,880 0,128%

27 Tinner 30,267 0,108%

28 Argon 28,000 0,100%

29 Punching Oil 26,000 0,093%

(36)

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BEKASI

III-14 Tanggap Darurat Terhadap Sumber Pencemar di Wilayah Kabupaten Bekasi

No Jenis B3 Volume (Ton) Persentase (%)

30 Resin X1087RD ( XNR 7533N ) 25,975

Gambar

Tabel II. 1 Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bekasi ................................................................
Gambar II. 1 Sebaran Kawasan Industri di Kabupaten Bekasi ......... II-Error! Bookmark not defined
Tabel I. 1 Sistematika Penulisan Dokumen Tanggap Darurata Terhadap Sumber Pencemar di  Wilayah Kabupaten Bekasi
Gambar II. 1 Peta Administrasi Kabupaten Bekasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengelolaan Limbah B3 merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mencangkup Penyimpanan Limbah B3, Pengumpulan Limbah B3, Pemanfaatan, Pengangkutan,

Pengolahan secara termal dilakukan oleh Penghasil Limbah B3 yang memiliki Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3; atau Pengolah Limbah B3

LIMBAH Sampah Domestik Sanitary LF + LFG Recovery Pengomposan/b iodiegester 3R &amp; RDF Insinerasi Limbah Infectious Limbah Padat B3 Limbah Cair B3 Limbah Cair Domestik

Penimbunan Limbah B3 yang dilakukan sendiri oleh pemegang izin dan/atau penyerahan Limbah B3 kepada Pengumpul Limbah B3, Pemanfaat Limbah B3, Pengolah Limbah B3, dan/atau Penimbun

22 Tahun 2021 Pengelolaan Limbah B3 • Pasal 274-449 • Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 dari sumber spesifik dapat dikecualikan dari kewajiban melakukan Pengelolaan Limbah

Dokumen ini berisi format untuk menyusun rincian teknis penyimpanan limbah B3 yang diintegrasikan dalam persetujuan

Pengolahan limbah B3 dengan teknologi insinerasi di FPLT Kawasan Medan dapat menjadi solusi pengelolaan limbah B3 yang

Perubahan mekanisme pengelolaan limbah B3 seiring terbitnya dua peraturan turunan dari Undang-Undang