BAB III SISTEM PEMBELAJARAN UIN SUNAN KALIJAGA
C. Praktik Integrasi-Interkoneksi dalam Kurikulum UIN Sunan Kalijaga
75
No Kegiatan Kriteria Untuk Dapat SKS Penuh (20) SKS 3. Mahasiswa mengembangkan objektif mandiri
beserta dengan desain kurikulum, rencana pembelajaran, jenis proyek akhir, dan lainnya yang harus dicapai di akhir studi
7. Membangun Desa
1. Berdedikasi untuk 1 atau 2 proyek utama, dengan fokus:
a. Peningkatan kapasitas kewirausahaan masyarakat, UMKM, atau BUM Desa b. Pemecahan masalah sosial (mis. kurangnya
tenaga kesehatan di desa, pembangunan sanitasi yang tidak memadai)
2. Menghasilkan dampak yang nyata di akhir kegiatan (mis. irigasi desa yang lebih memadai, koperasi desa menghasilkan keuntungan lebih banyak)
8. Pertukaran Pelajar
Jenis mata pelajaran yang diambil harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan prodi asal untuk lulus (mis. memenuhi kurikulum dasar, memenuhi persyaratan kuliah umum, memenuhi persyaratan electives, dan lainnya)
Setiap mahasiswa akan mendapat informasi lebih lanjut di prodi masing-masing terkait pengambilan mata kuliah dan hak belajar di luar prodi dan di luar UIN Sunan Kalijaga. Prinsip pengambilan mata kuliah adalah bentuk berstruktur dimana hak belajar diekuivalensikan dengan mata kuliah di prodi masing – masing.
76
dipertentangkan. Apabila KKNI berkaitan dengan level atau kualifikasi berdasarkan capaian pembelajaran yang sesuai dengan bidang keilmuan masing-masing, maka kurikulum berdasar integrasi-interkoneksi memberikan perluasan wawasan dan lebih mendalam dari perspektif yang berbeda, baik secara filosofis, substantif, maupun metodologis. Dengan demikian visi integrasi-interkoneksi memberikan jalan bagaimana mahasiswa memahami dan mengembangkan keilmuannya secara holistik (menyeluruh) dan tidak parsial (terbagi- bagi).
Visi integrasi-interkoneksi ini diaktualisasikan dalam bentuk kegiatan pendidikan secara konkret di semua jenjang pendidikan dari program studi (S1), Pendidikan Profesi, program studi magister (S2), hingga program studi doktor (S3). Ada tiga macam kurikulum yang semuanya harus bervisi integrasi-interkoneksi, Pertama, kurikulum, formal yang meliputi seluruh kegiatan perkuliahan yang wajib ditempuh oleh mahasiswa dengan bobot Satuan Kredit Semester (SKS) tertentu, baik kegiatan perkuliahan yang berlangsung di dalam maupun tugas-tugas di luar kelas. Kedua, kurikulum informal yang meliputi seluruh kegiatan kampus yang dilaksanakan oleh mahasiswa secara mandiri dan tidak ada kaitannya dengan bobot SKS. Ketiga, kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) yaitu interaksi yang berlangsung di kampus antara warga kampus khususnya dosen dan mahasiswa, yang di dalamnya terkandung tata nilai, norma-norma pergaulan, etika berkomunikasi yang tercermin dalam perilaku seluruh warga kampus. Bila civitas akademika UIN Sunan Kalijaga gagal mengaktualisasikan integrasi-interkoneksi dalam kurikulum sebagaimana dikemukakan, maka UIN yang dideklarasikan sejak 2004 yang lalu bisa gagal mewujudkan cita-citanya sendiri.
1. Konsep integrasi-interkoneksi
Konsep integrasi interkoneksi memberikan pandangan bahwa semua ilmu pengetahuan yang telah berkembang dalam berbagai bidang itu sesungguhnya merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan satu dengan lainnya. Bila di sekolah dikenal pembelajaran tematik seperti yang telah berjalan di Sekolah Dasar maupun Madrasah maka proses pembelajaran integrasi-interkoneksi mirip dengan pembelajaran tematik tersebut. Tetapi pembelajaran tematik itu sekedar menjelaskan bahwa setiap tema pembelajaran mengandung berbagai macam ilmu, sedangkan integrasi-interkoneksi lebih mengedepankan bahwa setiap ilmu itu tidak dapat dipisahkan nilai-nilai, khususnya nilai agama (Islam). Itulah sebabnya seorang ilmuwan itu perlu mengembangkan
77
ilmunya dengan berlandaskan pada agama. Demikian sebaliknya, ilmu agama yang syarat nilai itu tidak bisa dipisahkan dari ilmu pengetahuan ketika agama berhadapan dengan perkembangan peradaban manusia yang semakin maju dan kompleks.
Konsep integrasi-interkoneksi tersebut dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut:
Gambar 3.11. Konsep integrasi-interkoneksi
Gambar tersebut menjelaskan bahwa sumber dari segala ilmu itu adalah nash al- Qur’an atau Kalamullah dan alam semesta (hukum alam) Sunnatullah. Al-Qur’an dan alam semesta, keduanya merupakan ciptaan Allah SWT, keduanya juga disebut sebagai ayat-ayat Allah. Kalamullah disebut ayat-ayat qauliyah dan sunnatullah sebagai ayat kauniyah. Oleh karena itu, tidak mungkin saling bertentangan. Bila ada pertentangan satu dengan yang lain, maka pasti ada salah satu pemahamannya yang salah. Apakah pemahaman terhadap al-Qur’an yang salah, ataukah pemahaman terhadap alam raya yang salah. Al-Qur’an dan alam raya sebagai sumber pengetahuan yang diciptakan Allah SWT pasti benar.
Semua ilmu pengetahuan yang tertulis dalam gambar jaring laba-laba di atas digali dan dikembangkan dari dua sumber kalamullah dan sunnatullah tersebut, nampak jelas keterhubungan satu dengan yang lainnya. Garis putus-putus yang membatasi satu pengetahuan menunjukkan adanya pintu yang terbuka untuk saling menerima pengetahuan lainnya.
78
2. Implementasi integrasi-interkoneksi dalam kurikulum a. Kurikulum Formal
Kurikulum formal adalah sejumlah beban tugas matakuliah yang dirancang untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan. Aktualisasi visi integrasi- interkoneksi dalam kurikulum formal dapat dilaksanakan dalam format keterhubungan antara iman, ilmu, dan amal. Essensi dari ketiganya bisa saja dijabarkan dalam istilah yang berbeda sesuai dengan kebutuhan dan pemahaman masing-masing individu pembelajar. Keterhubungan tersebut dapat digambarkan dengan skema model pola pikir yang berbentuk segitiga (lihat gambar).
Untuk bidang studi yang berbasis pada kalamullah yang selama ini dikenal dengan Islamic studies, karena bersifat filosofis normatif, maka implementasinya meliputi tiga aspek, yaitu: nash, ilmu, dan falsafah. Sedangkan untuk bidang ilmu lain yang berbasis pada sunatullah di alam raya ini model pembelajarannya bisa sedikit berbeda, yaitu: nash, ilmu, dan waqi’ (realitas).
Bidang studi yang filosofis, khususnya dalam Islamic Studies menekankan pola pemaduan antar tiga entitas sebagai berikut:
Sedangkan pada bidang studi yang empirik seperti sains dan teknologi bisa menggunakan pola pemaduan tiga entitas berikut:
79
Kedua model yang sedikit berbeda tersebut tujuannya sama, yaitu untuk mengembangkan ilmu bertauhid atau integratif bukan ilmu yang dikotomik. Hanya saja karena ada ilmu yang bersifat filosofis di satu sisi dan ilmu yang empirik di sisi yang lain, maka diperlukan metode yang berbeda.
b. Kurikulum informal
Kegiatan mahasiswa di kampus baik yang dilaksanakan oleh organisasi mahasiswa seperti senat mahasiswa (SM), badan eksekutif mahasiswa (BEM), lembaga kegiatan mahasiswa (LKM) ataupun komunitas tertentu merupakan kurikulum informal. Oleh karena itu, semua pemangku kepentingan harus konsisten untuk tetap dalam visi integrasi-interkonekasi. Semua kegiatan di kampus UIN mesti memadukan semangat qur’ani, ilmu pengetahuan dan amal kebajikan. Jangan sampai konsep ‘seni untuk seni’ paham sekuler yang lepas dari moral agama dan tidak membawa kebajikan dikembangkan di lingkungan mahasiswa UIN Sunan Kalijaga.
Tetapi juga jangan sampai UIN Sunan Kalijaga sepi dari kegiatan seni dan olahraga, karena dua bidang itu merupakan bagian integral dari proses pendidikan yang berkarakter.
c. Kurikulum tersembunyi (hidden curriculum)
Kehidupan di kampus, selain ada yang berbentuk kegiatan terstruktur seperti dalam kurikulum formal dan non formal, ada pula kegiatan yang tidak terstruktur namun dampaknya sangat besar dalam pembentukan karakter mahasiswa, yaitu tata nilai dan norma yang berlaku. Interaksi dosen dan mahasiswa, dan iklim akademik yang tumbuh di kampus dilandasi oleh tata-nilai tersebut. Semua itu disebut sebagai hidden curriculum (kurikulum tersembunyi). Lembaga pendidikan yang menerapkan kurikulum serupa bisa saja karakter peserta didiknya berbeda, karena masing-masing memiliki hidden curriculum yang berbeda.
Oleh karena itu, seluruh warga kampus khususnya civitas akademika (dosen dan mahasiswa) perlu teguh dalam menjaga tata nilai, pola interaksi, dan iklim akademik yang islami. Tidak ada cara lain kecuali visi integrasi-interkoneksi itu diaktualisasikan dalam interaksi sehari-hari.
Perkembangan ilmu yang sekularistik dengan memisahkan antara agama dan ilmu pengetahuan sudah berlangsung sangat lama sehingga sulit untuk diubah. Namun demikian, kesadaran akan perlunya mengembalikan ilmu pada jalur yang benar sudah
80
berkembang secara masif, khususnya di kalangan umat beragama. Upaya konkret dalam mengembangkan ilmu yang integratif-interkonektif sudah dimulai oleh UIN Sunan Kalijaga dan beberapa perguruan tinggi lain. Meskipun bentuk konseptualnya berbeda-beda tetapi semangatnya sama.