a) Mengidentifikasi fungsi dan tugas yang telah ditetapkan b) Membuat urutan tugas secara logis dan jelas
c) Mulai dengan kalimat aktif d) Gunakan kata kerja
b. Pengelolaan Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat adalah pengolahan obat dimana seluruh obat yang akan diberikan kepada pasien diserahkan pengolahan sepenuhnya oleh perawat (Nursalam, 2014). Dalam teknik pengelolaan obat akan dilakukan sepenuhnya oleh perawat dengan acuan sebagai berikut:
1) Penanggung jawab pengelola obat adalah kepala ruangan yang secara operasional dapat mendelegasikan kepada staf yang ditunjukkan.
2) Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat serta menandatangani surat persetujuan sentralisasi obat.
3) Penerimaan Obat
Obat yang telah diresepkan ditunjukan kepada perawat dan obat yang telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada parawat dengan menerima lembar serah terima.
Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah dan sediaan dalam kartu kontol obat dan diketahui (ditandatangani) oleh keluarga atau pasien dalam buku masuk obat, kemudian pasien dan keluarga mendapat penjelasan tentang kapan/bilamana obat tersebut akan habis.
Pasien atau keluarga selanjutnya mendapat kartu kontrol obat.
Obat yang telah diserahkan selanjutunya disimpan oleh perawat dalam kotak obat (Nursalam, 2014).
4) Pembagian obat dan penyimpanan persediaan obat
Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disiapkan untuk diberikan pada pasien.
Obat yang telah disiapkan selanjutnya diberikan oleh perawat dengan terlebih dahulu dicocokan dengan terapi yang diinstruksikan dokter.
Pada saat memberikan obat terlebih dahulu perawat menginformasikan kepada pasien tentang macam, kegunaan obat, jumlah obat yang diberikan dan efek samping. Usahakan tempat obat kembali ke perawat setelah obat dikonsumsi/disuntikan.
Mencatat kembali dalam buku/lembar pemberian obat setelah obat diberikan kepada pasien.
Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh kepala ruangan atau petugas yang ditunjuk dan didokumentasikan dalam buku obat masuk. Obat yang hampir habis akan diinformasikan pada keluarga dan kemudian akan dimintai resep (jika masih diperlukan) kepada dokter penanggung jawab pasien.
Lemari obat selalu diperiksa dengan keamanan mekanisme kunci, penempatan obat dipisahkan antara obat oral (untuk diminum) maupun obat injeksi maupun obat luar (Nursalam, 2014).
5) Penambahan obat baru
Bilamana tedapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau perubahan alur pemberian obat maka informasi ini akan dimasukan dalam buku / lembar pemberian obat.
Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja), maka dokumentasi hanya dilakukan pada pemberian obat dan kemudian diinfomasikan pada keluarga (Nursalam, 2014).
PN/perawat yang menerima Pengaturan dan pengelolaan oleh
perawat Pasien/keluarga Farmasi/apotek Pasien/keluarga
Surat persetujuan sentralisasi obat dari perawat
Lembar serah terima obat
Buku serah terima/masuk obat Dokter
Pasien/keluarga
Pendekatan oleh perawat
Gambar 2.7.Alur Pengelolaan Sentralisasi Obat c. Discharge Planning
Discharge planning adalah suatu proses dimana pasien mulai mendapatkan pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungannya.
Discharge planning menunjukkan beberapa proses formal yang melibatkan tim atau memiliki tanggung jawab untuk mengatur perpindahan sekelompok orang ke kelompok lainnya (RCP, 2001).Perawat adalah salah satu anggota tim discharge planner, dan sebagai discharge planner perawat mengkaji setiap pasien dengan mengumpulkan dan menggunakan data yang berhubungan untuk mengidentifikasi masalah aktual dan potensial, menentukan tujuan dengan atau bersama pasien dan keluarga, memberikan tindakan khusus untuk mengajarkan dan mengkaji secara individu dalam mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi pasien secara optimal dan mengevaluasi kesinambungan asuhan keperawatan.
Tujuan discharge planning adalah untuk memberikan pelayanan terbaik untuk menjamin keberlanjutan asuhan berkualitas antara rumah sakit dan komunitas dengan memfasilitasi komunikasi yang efektif (Discharge Planning Association, 2008) dalam Siahaan (2009). The royal Marsden Hospital (2004) dalam Siahaan (2009) menyatakan bahwa tujuan dilakukannya discharge planning adalah untuk mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik dan psikologis untuk di transfer ke rumah atau ke suatu lingkungan yang dapat disetujui, menyediakan informasi tertulis dan verbal kepada pasien dan pelayanan kesehatan untuk mempertemukan kebutuhan mereka dalam proses pemulangan, memfasilitasi proses perpindahan yang nyaman dengan memastikan semua fasilitas pelayanan kesehatan yang diperlukan telah dipersiapkan untuk menerima pasien, mempromosikan tahap kemandirian yang tertinggi kepada pasien, teman-teman dan keluarga dengan menyediakan, memandirikan aktivitas perawtan diri.
Ketika melakukan discharge planning dari suatu lingkungan ke lingkunganyang lain, ada beberapa prinsip yang harus diikuti/diperhatikan.
Berikut ini adalah beberapa prinsip yang dikemukakan oleh The Royal Marsden Hospital (2004) dalam Siahaan (2009), yaitu :
1) Discharge planning harus merupakan proses multidisiplin, dimana sumber-sumber untuk mempertemukan kebutuhan pasien dengan pelayanan kesehatan ditempatkan pada satu tempat.
2) Prosedur discharge planning harus dilakukan secara konsisten dengan kualitas tinggi pada semua pasien
3) Kebutuhan pemberi asuhan (care giver) juga harus dikaji.
4) Pasien harus dipulangkan kepada suatu lingkungan yang aman dan adekuat.
5) Keberlanjutan perawatan antar lingkungan harus merupakan hal yang terutama.
6) Informasi tentang penyusunan pemulangan harus diinformasikan antara tim kesehatan dengan pasien/care giver, dan kemampuan terakhir disediakan dalam bentuk tertulis tentang perawatan berkelanjutan.
7) Kebutuhan atas kepercayaan dan budaya pasien harus dipertimbangkan ketika menyusun discharge planning.
Keuntungan dilakukannya discharge planning adalah Bagi Pasien:
1) Dapat memenuhi kebutuhan pasien
2) Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses perawatan sebagai bagian yang aktif dan bukan objek yang tidak berdaya.
3) Menyadari haknya untuk dipenuhi segala kebutuhannya
4) Merasa nyaman untuk kelanjutan perawatannya dan memperoleh support sebelum timbulnya masalah.
5) Dapat memilih prosedur perawatannya
6) Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa yang dapat dihubunginya.
Bagi Perawat:
1) Merasakan bahwa keahliannya diterima dan dapat digunakan 2) Menerima informasi kunci setiap waktu
3) Memahami perannya dalam sistem
4) Dapat mengembangkan keterampilan dalam prosedur baru
5) Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang berbeda dan cara yang berbeda.
6) Bekerja dalam suatu sistem dengan efektif.
Adapun pelaksanaan Discharge Planning yang idealnya dilaksanakan:
1) Ketua Tim memberi Health Education (HE) pada pasien yang akan pulang atau yang direncanakan pulang, meliputi: obat-obatan yang masih harus diminum di rumah, diet, aktivitas, istirahat, kapan kontrol kembali dan dimana, apa saja yang dibawa pulang dan hal-hal yang perlu diperhatikan pasien selama di rumah.
2) Jika pasien pulang dengan meneruskan perawatan khusus, seperti perawatan kateter atau perawatan luka, maka pasien dan keluarga dibekali pengetahuan tentang perawatan kateter dan perawatan luka.
3) Selain memberikan penjelasan secara lisan, Ketua Tim juga memberikan kartu discharge planning dan leaflet-leaflet lain yang berisi penjelasan yang diperlukan.
4) Setelah pasien dan keluarga mendapatkan discharge planning, maka pasien atau keluarga menandatangani format discharge planning sebagai bukti telah mendapatkan discharge planning dari perawat.
d. Metode/Standar/Pedoman/Protap
Standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai yang diinginkan dan mampu dicapai berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan.
Berdasarkan Clinical Practice Guidline (1990), standar merupakan keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna yang dipergunakan sebagai batas penerimaan minimal. Tujuan standar keperawatan menurut Gillies (1989) adalah untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan, mengurangi biaya asuhan keperawatan, dan melindungi perawat dari kelalaian
dalam melaksanakan tugas dan melindungi pasien dari tindakan yang tidak terapeutik.
Standar Pelayanan Keperawatan merupakan standar dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien sesuai dengan penyakit pasien. Standar Asuhan Keperawatan (SAK) berdasarkan kelompok penyakit: SAK bedah, SAK interna, SAK Anak, SAK kegawatan dan lain-lain. Masing-masing kelompok SAK akan dijabarkan sesuai dengan jenis kasus yang ada di suatu ruangan.
Standar administrasi merupakan standar yang berisikan kebijakan-kebijakan dari suatu rumah sakit.