BAB III PEMBAHASAN 23
B. Prioritas masalah
Metode yang digunakan dalam menentukan prioritas masalah adalah dengan menggunakan metode delbecq yaitu metode yang memprioritaskan masalah dengan memberi skor antara 1-10, hal ini dimaksudkan agar diperoleh variasi nilai yang cukup luas. Pemberian skor dari masing-masing individu yang memberikan penilaian yang disesuaikan dengan kriteria yang telah ditentukan. Kemudian dengan penentuan kriteria juga tergantung kepada penilaian masing-masing individu.
Adapun kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
1. Besarnya masalah: melihat dampak masalah tersebut terhadap produktivitas kerja, pengaruhnya terhadap keberhasilan serta membahayakan sistem yang ada atau tidak. Semakin besar dampak dari masalah tersebut maka nilai yang diberikan makin tinggi. Keterangannya adalah kecil – besar skor (0 – 10) yaitu cara memprioritaskan masalah berdasarkan seberapa besar masalah tersebut sering ditemukan, ditinjau dari faktor Man, Place and Time.
2. Kegawatan Masalah: dilihat dari tersedianya waktu yang mendesak atau tidak masalah tersebut harus diselesaikan. Semakin mendesak masalah tersebut untuk diselesaikan maka nilai yang diberikan semakin tinggi. Keterangannya adalah mulai dari hal yang ringan – gawat dengan penyelesaian skor (0 – 10).
3. Kemudahan intervensi: tersedianya biaya, tenaga, sarana atau peralatan, waktu serta cara atau metode dan teknologi penyelesaian masalah tersebut.
Keterangannya adalah mulai dari yang sulit – mudah diselesaikan dengan skor (0 – 10) yaitu prioritas masalah ditinjau dari tingkat kemudahan dalam penanggulangannya yang meliputi (5M) yaitu yaitu Man (Manusia/SDM), Money (Keuangan), Methode (Kebijakan), Material (Prasarana, Ruang, Peralatan dll), dan Machine (Alat-Alat).
Berikut adalah analisis prioritas masalah:
Tabel 3.2 Analisis Prioritas Masalah
No Inventaris masalah
Kriteria dan Bobot Masalah (1-
10) Jumlah
Skor
Priorita s Masala Besar h
Masalah
Kemuda han
Kegawat an
1
Ruang
penyimpanan stok logistik sanitarian rumah sakit yang kecil dan sempit dan kurang tertata rapi.
5 4 6 15 XIV
2
Pada bagian
sanitasi rumah sakit masih kesulitan untuk
menghilangkan bau pada ruangan
5 3 4 12 XVII
3
Kurang bersihnya air pada setiap kamar mandi dan toilet yang ada di bangsal sering menyebabkan pasien mengeluh dan merasa kurang nyaman.
5 3 5 13 XVI
4 Perbaikan atau pengadaan sarana yang baru
memerlukan proses yang cukup lama, dan tidak semua bisa langsung tergantikan dengan
7 6 7 20 IX
yang baru.
5
Kurangnya tindak lanjut dari kuisoner kepuasan pasien yang telah di isi pasien/pengunjung Rumah Sakit
7 5 6 18 XI
6
Lokasi customer service dengan bagian PKRS yang berjauhan yang mengakibatkan pemantauan atau pelaporan yang tidak efisien.
9 7 8 24 V
7
Kurangnya SDM di bagian Admisi sehingga bagian customer service harus membantu bagian Admisi untuk pendaftaran pasien.
5 2 3 10 XIX
8
Kurangnya SDM ketika pengadaan acara internal eksternal dan pemantauan karyawan di Rumah Sakit maupun Klinik.
4 2 3 9 XX
9
Kurangnya
komputer yang ada di bagian SDI juga dapat membuat
3 1 2 6 XXIII
pekerjaan
terhambat karena komputer yang ada telah digunakan.
10
Rak penyimpanan berkas karyawan yang kurang memadai karena sudah melebihi kapasitas.
4 3 4 11 XVIII
11
Tempat untuk penerimaan tamu dan tempat evaluasi karyawan yang kurang.
4 2 2 8 XXI
12
Terkadang terjadi sistem online rumah sakit mengalami masalah sehingga menghambat proses pendaftaran khususnya pada system fingerprint pendataan BPJS
6 3 5 14 XV
13 Kurang luasnya ruangan admisi terlebih ketika para petugas rekam medis atau yang lainnya berlalu lalang harus saling menunggu
bergantian karena menjadi akses
8 6 8 22 VII
keluar masuk rekam medis
14
Banyaknya pasien yang masih bingung dengan alur pendaftaran pasien pada pengambilan nomor antrian pendaftaran atau konfirmasi
kedatangan dengan nomor antrian periksa ke poli yang dituju
3 2 2 7 XXII
15
Perbedaan sistem penginputan pasien yang periksa dokter dengan e-resep dan belum e-resep
8 4 4 16 XIII
16
Penerapan kebijakan EMR (Electronic Medical Record) yang tidak merata pada tiap bagian pemeriksaan di Rumah Sakit
9 9 10 28 I
17
Terdapat 2 ruangan penyimpan berkas RM yang berbeda Dengan terdapat 2 ruang untuk
10 8 9 27 II
penyimpanan berkas RM yang terpisah
menjadikan kinerja staf kurang efektif dan efisien
18
Susunan urutan penomoren berkas RM yang tidak urut atauu tidak sesuai, dan Tracer tidak digunakan
9 8 9 26 III
19
Berkas rekam
medis seringkali hilang sehingga harus membuat rekam medis baru dan atas kejadian itu dokter cukup kesulitan untuk melakukan
tindakan selanjurnya
9 7 9 25 IV
20 Komputer dan meja kerja yang kurang Kurangnya fasilitas yang ada di bagian casemix juga dapat membuat pekerjaan terhambat karena kompoter yang ada telah digunakan Sedangkan pekerjaan untuk
7 5 7 19 X
merekap dan mengScan berkas banyak.
21
Ruangan casemix
yang kecil
bergabung dengan
Rm sehingga
Ruangan tidak kondusif
banyaknya oarang keluar masuk ke Casemix sehingga dapat
mempengaruhi kerja karena ruang gerak akan sulit untuk bakerja dengan baik.
8 7 8 23 VI
22
Tempat penyimpanan dokumen yang kurang tertata sehingga dokumen juga ikut tidak tertata dan tidak memiliki tempat dokumen tersendiri untuk masing- masing dokumen yang berbeda
7 4 6 17 XII
23
Berkas yang tidak
rapi karena
banyaknya Staples di berkas tersebut
8 5 8 21 VIII
sehingga meneta ulang berkas yang untuk di Scan.
Keterangan: Pemberian skor 1 – 10 (dari hasil observasi dan pertimbangan tertentu).
Dasar penentuan bobot nilai berdasarkan observasi di Rumah Sakit Nur Hidayah Bantul Maka ditemukan hasil prioritas masalah dengan metode delberg, diketahui hasil skor tertinggi adalah “Penerapan kebijakan EMR (Electronic Medical Record) yang tidak merata pada tiap bagian pemeriksaan di Rumah Sakit.” ( DITAMBAHKAN DAMPAK DARI KEBIJAKAN YANG TIDAK MERATA )
Berdasarkan hasil penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah diatas hal ini dapat dianalisa dengan menggunakan Diagram Fishbone. Fishbone diagram (diagram tulang ikan - karena bentuknya seperti tulang ikan) sering juga disebut Cause- and-Effect Diagram atau Ishikawa Diagram.
Diagram tulang atau fishbone adalah salah satu metode di dalam meningkatkan kualitas.
Diagram ini akan menunjukkan sebuah dampak atau akibat dari sebuah permasalahan, dengan berbagai penyebabnya. Adapun kategori penyebabnya dapat digambarkan dari 5 aspek yaitu Man, Money, Methode, Material, dan Machine. Maka analisis masalah ditinjau dari beberapa aspek dari diagram fishbone yaitu sebagai berikut:
37
MAN MONEY
METHODE
Biaya yang mahal untuk mengembangkan dan merawat sistem agar tetap baik dan tidak terjadi eror Kurangnya
sosialisasi secara terbuka (tatap muka)
Keterbatasan mengaplikasik an e-resep dalam program EMR
Sebagian dokter yang belum mau
Diagram 3.1 Fishbone Penyebab dari Prioritas Masalah
Penyebab dari masalah Penerapan kebijakan EMR (Electronic Medical Record) yang tidak merata pada tiap bagian pemeriksaan di Rumah Sakit adalah sebagai berikut:
1. Man yaitu adanya sebagian dokter yang belum mau memakai e-resep karena keterbatasan mengaplikasikan e-resep dalam program EMR (Electronic Medical Record). Operator dapat melakukan kesalahan saat proses input atau edit data 2. Money yaitu biaya yang mahal untuk mengembangkan dan merawat sistem agar
tetap baik dan tidak terjadi eror.
3. Machine yaitu sangat tergantung pada ketersediaan sumber tenaga listrik, jaringan, serta komputer.
4. Methode yaitu kurangnya sosialisasi secara terbuka (tatap muka) bagi seluruh karyawan.
5. Material yaitu kendala pada pekerjaan petugas RM yang tidak efisien untuk melakukan pemilahan berkas RM yang e –resep dan yang masih manual.
( DITABAHKAN DENGAN AKAR MASALAH YANG PALING UTAMA DARI 5M, SARAN DARI BU TUITIK YANG MAN DAN DIJELASKAN SECARA RINCI)
Penerapan kebijakan EMR
(Electronic Medical Record)
yang tidak merata Kurangnya
pelatihan mengenai cara penggunaan APK EMR Kurangnya
sosialisasi secara terbuka (tatap muka) bagi seluruh
karyawan. Kendala pada pekerjaan
petugas RM yang tidak efisien untuk melakukan pemilahan berkas RM yang e –resep dan yang masih manual.
MATERIAL BEHAVIOR