TINJAUAI{ PUSTAI(A A. Kedaulatan Rakyat
Pasal 11 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik (yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Thun 20ll) menentukan
C. Problematika Hukum Recall Anggota DPR oleh Partei Polltik dan Pola Ideal Pengatartn Recall
Negara Indonesia berdasarkan
UUD
NegaraRepublik
IndonesiaTahun
1945 merupakan negara yang berkedaulatanrakyat
denganperwakilan.
Dengan menganutdemo}rasi perwakilan maka
penyelengg,araanpemilihan umum merupakan
suatu keharusan.Meskipun
calon anggolaDPR
sebagar calonwakil
rakyat diusulkan oleh partaipolitik,
tetapi untuk dapat menjadi anggotaDPR
harusdipilih
secara langsung olehrakfat.
Anggota DPR yang dipilih langsung oleh rakyat tersebut
seharusnyamenlr:arakan dan
memperjuangkanaspirasi dan kepentingan rakyat yang
telahmemilihnya, tidak lagi
memperjuangkan kepentinganFrtai politiknya,
karena ketika telaht€rpilih
menjadi anggota DPR. mereka berposisi sebagaiwakil
rakyat, bukan lagiwakil partai politik.
RakTat dapat melakukankontrol
apabila anggotaDPR
sebagaiwakil ralaat tidak memperjuangtan aspirasi dan kepentingan rakaat,
bahkan63
seharusnya
rakyat
dapat menarikkembali
dukungannnya dengan mengganti anggota DPR dalam masa jabatannya.Perkembangan yang
terjadi
saatini, wakil
rakyat hanya sekedar nama tanpa mempunyaimakra.
Karena kenyataannya, pa.rawakil rakyat tidak
m€mpeduangkanaspirasi dan
kepentinganrakyat
samasekali. Wakil rakyat
seolah-olahtidak
lagi mempunyai hubungan apapun dengan rakyat yang memilihnya. Hubungan institusionalantara
anggotaDPR
sebagaiwakil rakyat
denganrakyat
sebagaipemilih
setelahpemilihan umum
selesai,tidak
terbangun denganbaik. Hal ini
menyebabkantidak adanya
mekanismekonfrol
rakyatpemilih
denganwakilnya
yang duduk dalam badan perwakilan. Akuntabiltaswakil
rakyatjuga
lemah bahkan hampir tidak ada. Lemahnyaakuntabilitas wakil rakyat ini tidak
dapat dilepaskandari tidak
adanya mekanismekontrol
dari rakyat terhadap wakilnya yang dudukdi
badan perwakilan. Demikian pula rakyatjuga tidak
dapat melakukankontrol
terhadapkinerja wakilnya. Rakyat
hanya dibutuhkanketika pemilihan
umum diselenggarakan. Selesai pemilihan umum rakyatditinggalkan,
bahkanoleh wakil
rakyat yangterpilih
dan berhasilduduk di
lembagaDPR. Ketika mereka berhasil duduk dalam lembaga DPR, mereka jwtru
mempe{uangkan kepentingan partai
politik
pengusungnya.Salah satu alasan
yang
mendorong merekatetap menjadi wakil partai
dan bukanwakil rakyat
adalah adanya kewenanganpartai politik
untuk memberhentikanantar waktu alau recall
anggotaDPR yang
suaranyatidak
sesuai dengan kebijakan partai.Kewenanganini diberikan oleh undang-un&ng baik
Undang-Undang tentangPartai Politik maupun
Undang-Undangtenlang Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daeratr. dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.64
Anggota DPR yang bersuara
kritis
dalam menyikapi suatu kebijakan pemerintah yangtidak berpihak kepada rakyat, karena mereka memperjuangkan aspirasi
dan kepentingan rakyat,justru
menjadi korban recall oleh partaipolitik.
Peraturan perundang-undangan
di
Indonesiatidak
memberikan kewenangankepda
rakyatpemilih
unluk berperan serta dalam melakukan pergantian antarwaklu
anggota DPR. Kewenangan diberikan kepada partaipolitik
yang mencalonkan anggotaDPR
tersebut. Sehingga dapat sajaterjadi
seorang anggotaDPR yang
benar-benar berkepentingan menyuarakan dan memperjuangkan kepantingan rakyat tetapisrx
anya berbeda dengan suara partaipolitik
pengusungnya, akan menjadi korban recall.Hal ini
akan menyebabkan bergesemya kedaulatanralyat menjadi
kedaulatanpartai politik,
atau bahkan mungkin kedaulatan elite partai, bukan kedaulatan anggota partai.
Undang-Undang Dasar Negara Republik lndonesia Tahun 1945 di dalam Pasal
22B
menyebutkan bahwa anggotaDPR dapal
diberhentikandari
jabatannya, yang syarat-syarat dan tata caranyadiatur di dalam
undang-undang. Ketentuan Pasal 22B Undang-Undang Dasar NegaraRepublik
lndonesiaTahun
1945 tersebuttidak
boleh ditafsirkan secan sewenang-wenang oleh pembentuk undang-undang. Undang-Undang yang mengatur pemberhentian anggota DPR dari jabatannya harus mencerminkan rasa keadilan bagi partaipolitik
maupun bagira$at
sebagaipemilih.
Sebagaitindak
lanjut dari ketentuan Pasal22B tersebu!di
dalam Undang-Undang tentang MPR,DP&
DPD, danDPRD
mensyaratkan alasan pemberhentian anggota DPR adalah karena meninggal dunia" mengurdurkandiri,
atau terlibat dalam tindak pidana.Alasan pemberhentian antar
waktu
selain tersebutdi
atas, salah satu alasan lairurya adalah karena usulan partaipolitik.
Undang-Undangtidak
memberikankriteria tenlang
anggotaDPR yang melakukan
perbuatanatau
kesalahanyang
bagaimana66
s€hingga partai
politik
dapotmemberhertikamya Hal ini
akan sangat tergantung dari snhjektifitasFmprmn
pertaipolitik ahu eliE psrhi politik.
Begitu pula dengan alasan pemberhentiandari keangotaan DPR karcna anggota DPR yang
bersangkutan diberhentikan sebagai anggotaparai politik. tlal ini juga
akan sangat tergantung darisubjehifitas pimpinan partai politik
atauelite partai politik.
Padahalyang memilih anggota DPR adalah rakyat
secara langsrmg. Seharusnyarakyat
sebagaipemilih
dilibatkan dalam mekanisme pemberh€rtian antar waktu arggota DPR.Mekanisme
recall
alau pemberhentian antar waktu anggota DPR berdasarkanperaturan
perundang-undanganyang berlaku dilakukan melalui dua pintu, yaitu
mekanismerecall melalui partai politik, dan
mekanismerecall melalui
Mahkamah Kehormatan Dewan.Pemberhentian antar
waktu
anggotaDPR melalui
mekanismepartai politik culup
sederhana,yaitu
Dewan Pimpinan Partai mengusulkan kepada Pimpinan DPR, kemudian piminan DPR meneruskannya kepada Presiden untuk dikeluarkan KeputusanPresiden tentang
pemberhentianantar waktu anggota DPR. Pimpinan DPR
dan Presidendalam hal ini tidak
dalamposisi menolali
atau mengabulkan usulan, tetapihanya melakukan tindakan administratif saja
denganmemberikan
persetujuan dan pengesahan terhadap usulan Dewan Pimpinan Pusat partaipolitik.
Beberapa kasus
yang telah tedadi berkaitan
dengan pemberhentian antarwaktu
anggotaDPR oleh partai politik telah
memakankorban. Dikaakan
sebagaikorban karena
anggotaDPR yang diberhentikan antar waktu tenebut
sebenamyamempe{uangkan aspirasi dan kepentingan ra$at, tetapi
suaranya berseberangan dengansuara partai politikrya. Misalnya
pemberhentianLily Wahid dan Effendi
Choirie oleh partaipolitik
pengusungnya yaitu Partai Kebangkitan Bangsa(PKB). Lily
Wahid diberhentikan antar waktu karena sturanya dianggap menyalahi kebijakan partai
67
dalam
kasusBank Century,
sedangkan pemberhentian antarwaldu
terhadapEffendi Choirie
karenadia
mendukung hakangka
mafia pajak, sementaraPKB
menolak usul penggunaanhak angket.
Padahaldalam kedua
kasusitu
mereka mempeduargkan aspirasi rakyat. Suara rakyat menghendaki agar kedua kasus tersebut dapat diselesaikan secara tuntas.Pemberhentian
antar waktu melalui mekanisme Mahkamah
KehormatanDewan
berdasarkanPasal 122
Undang-UndangNomor 17 Tahun 2014
dilakukan setelah adanya hasil penyelidikan danverifikasi
atas pengaduanterhadap anggota DPR karena:a.
Tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8163b. Tidak
melaksanakantusas
secaraberkelanjutan atau
berhalangan tetapsebagai anggota DPR selama tiga bulan berturut-turut tanpa keterangan yang sahc. Tidak
lagi memenuhi syarat sebagai anggota DPR sebagaimana ketentuan mengenai syarat calon anggotaDPR
yangdiafur
dalam undang-undang mengenai pemilihan umum anggota DPR, DPD, dan DPRD, dan/ataud.
Melanggar ketentuan larangan s€bagaimana diatur dalam Undang-Undangini.
Pengaduan kepada Mahkamah Kehormatan
Dewan
dapat disampaikan oleh pimpinan DPR atas aduan anggota DPR terhadap anggota DPR, anggota DPR terhadapa Pasal 81 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 menentukan kewajiban anggota DPR yaitu:
a.
Memegang teguh dan mergamalkan Panc:silab.
Melaksanakan Undang-Undang Dasar Negar. Republik lndonesia Tahun 1945 dan menaati ketentuan peraturan perundang-undanganc.
Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan Republik lndonesiad,
Mendahulukan kepentintan negara diatas kepentinSan pribadi, kelompok, dan golongane.
Memp€riuangkan peningkatan kesejahteraan rakyatf.
Menaati pdnsip demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan negarag-
Menaatitata tertib dan kode etikh.
Menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga laini.
Menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui kunjungan kerja secara berkalai.
Menampung dan menindaklanjutiaspirasi dan pengaduan masyarakat, dank.
Memberikan pertanggurqjawaban secara moral dan politis kepada konstituien di daerah pemilihantrya.68
Dalam dokumen
PENELITIAN - Unissula
(Halaman 48-53)