• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Ekstrakurikuler Keagamaan a. Program Ekstrakrikuler

Dalam dokumen Ridla Faridatul Ummah_084 141 148.pdf (Halaman 33-62)

KAJIAN KEPUSTAKAAN

B. Kajian Teori

1. Program Ekstrakurikuler Keagamaan a. Program Ekstrakrikuler

Kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk mengembangkan salah satu bidang pelajaran yang diminati oleh

19

sekelompok siswa, misalnya olah raga, kesenian, berbagai macam keterampilan dan kepramukaan diselenggaraan disekolah diluar jam pelajaran biasa.

Pelaksanaan kegiatan ekstrakurukuler antara satu sekolah dan sekolah yang lain bisa saling berbeda. Fariasinya sangat ditenukan oleh kemampuan guru, siswa dan kemampuan sekolah.11

Menurut Suharsimi AK,12 kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan, diluar sktruktur program yang pada umunya merupakan kegiatan pilihan.

Sedangkan definisi kegiatan eskstrakurikuler menurut direktorat pendidikan menengan kejuruan adalah kegiatan yang dilakukan diluar jam pelajaran tatap muka, dilaksanakan di sekolah atau diluar sekolah agar lebih memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran dalam kurikulum.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan diluar struktur program yang dilaksanakan diluar jam pelajaran biasa agar memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan siswa.

11 Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah (Jadangkan karta: PT Rineka Cipta, 2002),

270.

12 Ibid, 271.

b. Macam-macam Kegiatan Ekstrakurikuler

Banyak macam dan jenis kegiata ekstrakurikuler yang dilaksanakan disekolah-sekolah. Mungkin tidak ada yang sama dalam jenis maupun pengembangannya. Beberapa macam kegiatan ekstakurikuler menurut Oteng Sutisna antara lain: 13

1) Oganisasi murid seluruh sekolah

2) Organisasi kelas dan organisasi tingkat-tingkat kelas 3) Kesenian; tari-tarian, band, karawitan, vocal group 4) Club-club hobi; fotografi dan jurnalistik

5) Pidato dan drama

6) Club-club yang berpusat pada pelajaran (club IPA, club IPS, kodan seterusnya)

7) Publikasi sekolah (Koran sekolah, buku tahunan sekolah dan sebagainya)

8) Atletik dan olah raga

9) Organisasi-organisassi yang di sponsori secara kerja sama (pramuka dan setersnya)

c. Jenis-jenis Kegiatan Ekstrakurikuler

Menurut Amir Daien kegiatan ekstrakurikuler dibagi menjadi dua jenis, yaitu besifat rutin dan bersifat periodik.

Kegiatan ektrakurikuler yang bersiat rutin adalah bentuk kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan secara terus menerus, seperti:

13 Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah,273.

21

latihan bola folly, latihan sepak bola, dan sebagainya, sedangkan kegiatan ekstrakurikuler yang bersifat periodikadalah bentuk kegiatan yang dilaksanakan pada waktu tertentu saja, seperti lintas alam, kemping, pertandingan olah raga dan sebagainya.14

1) Pembinaan keimanan dan ketaqwaan terhadap tuhan yang maha Esa.

2) Pembinaan budi pekerti luhur atau ahlak mulia

3) Pembinaan kepribadian ungul, wawasan kebangsaan,dan bela negara.

4) Pembinaan prestasi akademik, seni, dan atau olah raga sesuai bakat dan minat

5) Pembinaan demokrasi, hak asasi manusia, pendidikan politik, lingkungan idup, kepekaan dan toleransi sosial dalam konteks masyarakat plural.

6) Pembinaan kreatifitas, keterampilan dan kewirausahaan.

7) Pembinaan kualitas jasmani, kesehatan dan gizi berbasis sumber gizi yang terdiversifikasi.

8) Pembinaan sastra dan budaya.

9) Pembinaan teknologi informasi dan komunikasi.

10) Pembinaan komunikasi dalam bahasa inggrsis.15

14 Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, 272.

15 Kokom Komalasari, Pendidikan Karakter (Bandung: Refika Aditama, 2017), 129

d. Mekanisme kegiatan ekstrakurikuler 1) Perencanaan kegiatan eksrakurikuler

Perencanaan merupakan kegiatan menetapkan tujuan serta merumuskan dan mengatur pendayagunaan manusia, informasi finansial, metode dan waktu untuk memaksimalisasi efisiensi dan efektivitas pencapaian tujuan. Siswanto berpendapat bahwa perencanaan adalah proses dasar yang digunakan untuk memilih tujuan dan menentukan cakupan pencapaiannya. 16 Menurut George R. Terry perencanaan ialah proses dasar yang digunakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan.17

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa perencanaan merupakan kegiatan menetapkan serangkaian tindakan-tindakan yang akan dilakukan dalam rangka mencapai tujuan dengan cara menggunakan sumber daya yang dimiliki secara maksimal.

Hal-hal pokok yang perlu ditetapkan dalam merencanakan program kegiatan adalah isi (materi pelajaran/perkuliahan yang akan diberikan, metode/alat apa yang akan dipakai dan jadwal pelajaran). Dalam panduan pengembangan diri yang diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan SMA, tahun 2010, BAB III, Butir A 4 – 6 Perencanaan kegiatan ekstrakurikuler

16 Siswanto Sastrohadiwiryo, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), 23.

17 George R.Teri, Prinsip-prinsip Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara 2012),75.

23

mengacu pada jenis-jenis kegiatan yang memuat unsur-unsur sasaran kegiatan, substansi kegiatan, waktu pelaksanaan kegiatan, serta keorganisasiannya, tempat dan sarana.

Dari beberapa pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa perencanaan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan merupakan serangkaian kegiatan menetapkan tujuan serta merumuskan dan mengatur pendayagunaan manusia, finansial, isi/materi kegiatan, metode, waktu/jadwal dan sarana kegiatan untuk memaksimalisasi efisiensi dan efektifitas pencapaian tujuan.

2) Pelaksanaan kegiatan eksrakurikuler

Penjadwalan kegiatan ekstrakurikuler pilihan dirancang diawal tahun pelajaran oleh pembina dibawah bimbingan kepala sekolah atau madrasah atau wakil kepala sekolah.

Jadwal kegiatan ekstrakurikuler diatur agar tidak menghambat pelaksanaan kegiatan intra dan kurikuler.18

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan suatu kegiatan yang menfasilitasi pengembangan diri peserta didik dan dapat dilaksanakan di luar jam sekolah maupun di jam sekolah.

Menurut Popi Sopiatin Dalam melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler merujuk pada hal-hal sebagai berikut ini:19

18 Kokom Komalasari, Pendidikan Karakter, 127.

19 Sopiatin, Popi, Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan Siswa, (Bogor: GhaliaIndonesia, 2010), 101.

a) Kegiatan ekstrakurikuler dapat meliputi kegiatan keagamaan, olah raga, seni dan budaya, berorganisasi, wirausaha, dan kegiatan sosial lainnya.

b) Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler dibina oleh pembimbing dan harus dipertanggung jawabkan kepada kepala sekolah

c) Setiap peserta didik memiliki hak yang sama dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan potensi, bakat dan minatnya masing-masing.

d) Keterlaksanaan kegiatan ekstrakurikuler merupakan tanggung jawab bersama antar pihak-pihak sekolah.

e) Pengorganisasian kegiatan ekstrakuriuler dilakukan melalui pembentukan antara lain: olah raga, sosial, dan kesenian di sekolah. Pengaturannya dilakukan oleh pengurus osis dibawah bimbingan petugas penanggung jawab kegiatan ekstrakurikuler.

3) Evaluasi kegiatan eksrakurikuler

Evaluasi kegiatan ektrakurikuler dilakukan untuk mengukur ketercapaian tujuan pada setiap indkator yang telah ditetapkan dalam perencanaan suatu pendidikan. Suatu pendidikan hendaknya mengefaluasi setiap indikator yang sudah tercapai maupun yang belum tercapai. Berdasarkan hasil efaluasi,

25

satuan pendidikan dapat melakukan perbaikan rencana tindak lanjut untuk siklus kegiatan berikutnya.20

Evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur memperoleh kesimpulan.21

Agar suatu pekerjaan evaluasi dapat dilaksanakan dengan baik dan memperoleh hasil yang memuaskan hendaknya terlebih dahulu mengambil langkah-langkah pelaksanaan evaluasi sebagai berikut:

a) Perencanaan Evaluasi

Menurut Suharsimi AK,22 perencanaan kegiatan/penilaian disekolah berperan penting terhadap keberhasilan evaluasi. Sebelum guru melaksanakan kegiatan evaluasi hendaknya terlebih dahulu membuat perencanaan evaluasi agar dalam pelaksanaan evaluasi tersebut nantinya dapat terlaksana dengan baik. Setelah perencanaan evaluasi tersebut dibuat, maka hal yang harus dibuat oleh guru berikutnya alah membuat materi evaluasi itu sendiri.

20 Kokom Komalasari, Pendidikan Karakter,127.

21 Kunandar, Guru Profesional, (Jakarta: Rajawali Press, 2007), 377.

22 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), 2-3.

Perencanaan evaluasi perlu dilaksanakan karena sangat membantu guru dalam persiapan dan siswa juga terbantu dengan adanya pelaksanaan evaluasi itu sendiri agar supaya bisa mempersiapkan diri sebelum menempuh ujian.

b) Pelaksanaan Evaluasi

Menurut Suharisimi AK,23 untuk tes formatif dalam pelaksanaaan evaluasi tidak membutuhkan perencanaan dan langkah yang kompleks karena pelaksanaan dan penyusunan soal itu dilakukan oleh guru mata pelajaran masing-masing, tapi untuk tes sumatif membutuhkan perencanaan dan kerja sama dari semua staf sekolah.

Dalam pelaksanaan tes sumatif teknik tes yang sering digunakan mencakup tiga macam, yaitu tertulis, lisan, dan perbuatan. Namun dari ketiga macam teknik tersebut yang paling digunakan adalah teknik tertulis. Dari rangkaian tes tersebut yang paling sering digunakan adalah tes tulis yang memudahkan guru dalam mengatur waktu pelaksanaan evaluasi.

2. Buku Risalah Haidl

Buku Risalah haidl sangat penting untuk dimengerti oleh semua wanita, pria yang sudah beristri, juga para mu’allim, para

23 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), 5.

27

da’i, dan kita semua. Sebab masalah ini sangat erat hubungannya dengan ibadah yang fardlu ‘ain, seperti sholat dan puasa yang semua wanita melakukannya.

a. Haidl

1) Pengertian

Haidl adalah darah yang keluar dari kemaluan seorang perempuan setelah umur 9 tahun, dengan sehat (tidak dikarenakan sakit), tetapi memang watak/kodrat wanita, dan tidak setelah melahirkan anak.24

Haidl, atau biasa disebut menstrubasi, secara harfiah (lughot) mempunyai arti mengalir. Sedangkan menurut arti syar’i adalah darah yang keluar melalui alat kelamin wanita yang sudah mencapai usia minimal 9 tahun kurang dari 16 hari kurang sedikit (usia 8 tahun 11 bulan 14 hari lebih sedikit), dan keluar secara alami (tabiat perempuan) bukan disebabkan melahirkan atau suatu penyakit pada rahim.

Dengan demikian darah yang keluar ketika wanita belum berumur 9 tahun kurang 16 hari kurang sedikit, atau disebabkan penyakit ataupun disebabkan melahirkan, maka tidak dinamakan darah haidl.25

2) Sifat darah haidl

Warna darah haidl ada 5 macam:

24 Muhammad Ardani, Risalah Haidl, Nifas & Istikhadloh (Surabaya: Al-Miftah, 2011), 11.

25 LBM-PPL 2002 M, Uyunnul Masa-il Linnisa’ (Kediri:Lajnah Bahtsul Masa-il Mubtadi-ien Pondok Pesantren Lirboyo, 2003), 15.

a) Hitam, (warna ini paling kuat) b) Merah

c) Abu-abu (antara merah dan kuning) d) Keruh (antara kuning dan putih)

Maka kalau ada cairan keluar dari kemaluan tetapi warnanya bukan salah satu dari warna yang lima tersebut, seperti cairan putih yang keluar sebelum dan sesuda haidl, atau ketika sakit keputihan maka jelas itu bukan haidl tetapi sama dengan kencing. Oleh karena itu, jika keluar terus menerus maka tetap diwajibkan sholat.

Sedangkan sifat-sifat darah (selain warna) ada 4 macam:

(1) Kental

(2) Berbau (bacin=jawa) (3) Kental sekaligus berbau (4) Tidak kental dan tidak berbau

Darah yang hitam serta kental adalah lebih kuat dibandingkan darah hitam yang tak kental. Darah hitam yang berbau lebih kuat dibandingkan darah yang tak berbau. Darah kental yang berbau lebih kuat dibanding darah kental tak berbau atau berbau tai tidak kental. Kalau darah yang keluar ada dua macam dan sama kuatnya seperti

29

darah hitam encer dan merah kental, maka darah yang lebih dulu keluar adalah lebih kuat.

3) Masa keluarnya darah haidl

Masa keluarnya darah haidl menurut LBM-PPL 2002 dalam Uyumul Masa-il Linnisa’26 bahwa paling sedikit sehari semalam, yakni 24 jam falakiyah (istiwa’) baik 24 jam itu terus menerus (ittisal mu’tad) ataupun putus-putus (‘adamul ittishal mu’tad). Jadi 24 jam itu boleh tidak keluar mulai awal sampai 24 jam. Tetapi kumpulan dari darah yang putus-putus dalam beberapa hari. Asal tidak lebih 15 hari.

Jadi apabila mengeluarkan darah tidak sampai 24 jam.

Jelas situ bukan darah haidl tetapi darah istikhadloh.

Demikian pula jika ada 24 jam, tetapi kumpulan dari darah yang putus-putus dalam waktu yang lebih dari 15 hari berarti draah tersebut juga darah istikhadloh.

Dan umumnya masa haidl itu 6 atau 7 hari, baik keluarnya darah secara terus menerus ataupun terputus- putus. Paling lama masa haild adalah 15 hari, meskipun keluarnya tidak terus menerus.

26 LBM-PPL 2002 M, Uyunnul Masa-il Linnisa’ (Kediri:Lajnah Bahtsul Masa-il Mubtadi-ien

Pondok Pesantren Lirboyo, 2003), 15-16.

4) Haidl yang terputus-putus

Saat darah haidl tiba menurut LBM-PPL 2002 dalam Uyumul Masa-il Linnisa’27, bahwa seorang wanita wajib menghindari hal-hal yang diharamkan sebab haild, disamping itu ia harus menjaga jangan sampai sesuatu yang dipakai dalam terkena najisnya darah haidl.

Bila darah yang keluar telah mencapai batas minimal haidl (24 jam), maka tatkala darah berhenti, ia wajib mandi serta melaksanakan rutinitas ibadahnya. Bila kemudian darah keluar lagi, maka ia diwajibkan kembali menghindari hal-hal yang diharamkan bagi wanita haild. Dan jika darah berhenti lagi, ia wajib mandi lagi dan demikian seterusnya, selama maish dalam masa 15 hari, yakni masa maksimal haild.

Manakala darah berhenti sebelum batas minimal haidl (24 jam), maka ia cukup membersihkan darah yang keluar dan wudlu’ bila ingin melaksanakan aktifitas ibadahnya.

Bila ternyata darah keluar lagi, maka saat darah berhenti, ia wajib mandi kalau memang masa keluar darah pertama ditambah darah kedua, jumlahnya mencapai batas minimal haild.

27 Ibid., 32.

31

5) Tanda suci

Darah dihukumi berhenti menurut LBM-PPL 2002 dalam Uyumul Masa-il Linnisa’28, bila seandainya diusap dengan cara memasukan semisal kapas, sudah tidak ada cairan yang sesuai dengan sifat dan warna darah (hanya berupa cairan bening) maka bisa dikatakan sudah suci.

Namun apabila masih ada cairan yang verwarna keruh dan kuning, maka masih dihukumi darah haidl, karena masih berwarna darah haidl.

6) Perbuatan yang haramkan atas wanita haidl Wanita yang haidl diharamkan menjalankan : (1) Sholat, tidak wajib menqodlo’, bahkan haram (2) Sujud syukur

(3) Sujud tilwahah (4) Thowaf

(5) Puasa, tetapi wajib qodlo’ (Romadlon) (6) I’tikaf (diam dalam masjid)

(7) Masuk masjid kalau khawatir mengotori masjid (8) Membaca Al-Qur’an

(9) Menyentuh Al-Qur’an (10) Menulis Al-Qur’an (11) Bersuci

28 LBM-PPL 2002 M, Uyunnul Masa-il Linnisa’ (Kediri:Lajnah Bahtsul Masa-il Mubtadi-ien

Pondok Pesantren Lirboyo, 2003), 33.

(12) Mendatangi orang sakaratul maut (13) Bersetubuh

(14) Dijatuhi talaq

(15) Dibuat senang (istima’) tubuhnya antara pusar dan lututnya

7) Fardlunya mandi haidl29

a) Niat menghilangkan hadast haidl atau mengilangkan hadast besar.

Niat dilakukan pada permulaan membasuh anggota badan yang pertama kali. Akan tetapi kalau sudah terlanjur membasuh sebgaian anggota badan namun belum berniat, ataupun niatnya belum jadi, maka setelah niatnya jadi wajib mengulangi basuhan pada anggota yang belum diniati tadi.

b) Mengilangkan najis

Kalau terdapat najis pada sebagaian anggota badan maka wajib dihilangkan terlebih dahulu kemudian dibasuh.

c) Meratakan air keseluruh badan bagian luar

Wajib membasuh seluruh bagian rambut (dari ujung sampai pangkalnya) meskipun lebat atau tebal, seluruh kulit badan, kuku dan bagian bawahnya, lubang telinga

29 Muhammad Ardani, Risalah Haidl, Nifas & Istikhadloh (Surabaya: Al-Miftah, 2011), 29.

33

yang tampak dari luar, kerut-kerutan badan, lipat- lipatan badan, persendian-persendian badan, bagian farji yang kelihatan kotika berjongkok dan masrubah (tempat menutupnya lubang dubur)30

b. Istihadloh 1) Pengertian

Secara bahasa istihadloh adalah mempunyai arti mengalir. Dan secara istilah syar’i istihadloh adalah darah penyakit yang yang keluar dari farji wanita yang tidak sesuai dengan ketentuan haidl dan nifas.31

Sudah diterangkan bahwa darah yang tidak memenuhi persyaratan darah haidl yaitu: darah yang keluar sebelum umur 9 tahun atau sudah umur 9 tahun tetapi pada masa tidak boleh haidl, atau tidak menacapai 24 jam atau melebihi 15 hari. Namun tidak berarti jika darah keluar melebihi 15 hari, maka dianggap haidlnya 15 hari selebihnya istihadloh. 32

2) Sifat dan warna darah istihadloh

Kuat dan lemahnya darah, dipengaruhi warna dan sifat daah yang sebagaimana berikut:33

30 Muhammad Ardani, Risalah Haidl, Nifas & Istikhadloh (Surabaya: Al-Miftah, 2011), 29.

31 LBM-PPL 2002 M, Uyunnul Masa-il Linnisa’ (Kediri:Lajnah Bahtsul Masa-il Mubtadi-ien Pondok Pesantren Lirboyo, 2003), 70.

32 Muhammad Ardani, Risalah Haidl, Nifas & Istikhadloh (Surabaya: Al-Miftah, 2011), 39-40.

33 LBM-PPL 2002 M, Uyunnul Masa-il Linnisa’ (Kediri:Lajnah Bahtsul Masa-il Mubtadi-ien

Pondok Pesantren Lirboyo, 2003), 71.

Warna darah:

a) Hitam b) Merah

c) Merah kekuking-kuningan d) Kuning

e) Keruh Sifat-sifat darah:

a) Kental b) Cair

c) Berbau busuk/anyir d) Tidak berbau

Warna nomer 1 lebih kuat dari pada nomor 2. Dan warna nomor 2 lebih kuat dari pada nomor 3, begitu seterusnya. Jika kedua darah sama sama-sama memiliki sifat/warna yang mendorong kearah kuat, maka yang dihukumi darah kuat, adalah yang lebih banyak ciri-ciri yang mendorong kearah kuat.

3) Pembagian orang istikhadloh

Pembagian orang istikhadoh adalah sebagai berikut:34 a) Mubtada’ah mumayyizah

Orang istikhadloh yang pertama “mubtada’

mumayyizah” yaitu orang istikhadloh/mengeluarkan

34 Muhammad Ardani, Risalah Haidl, Nifas & Istikhadloh (Surabaya: Al-Miftah, 2011), 40.

35

darah melebihi 15 hari yang sebelumnya belum pernah haidl, serta mengerti baha darahnya dua macam (darah kuat dan darah lemah) atau melebihi dua macam.35

Hukum mubtada’ah mumayyizah iu haidlnya dikembalikan pada darah qowi (darah kuat). Yakni semua darah qowi adalah haidl, dan sedangkan darah dlo’if adalah darah istikhadloh, meskipun lama sekali.

Bisa dikatakan mbubtada’ah mumayyizah bila memenuhi 4 syarat, diantaranya:

Darah qowi (darah haidl) tidak kurang dari sehari semalam (24 jam), darah qowi (darah haidl) tidak lebih dari 15 hari, darah dlo’if (darah istikhadloh) tidak kurang dari 15 hari, dan darah dho’if harus keluar terus menerus, yakni langsung dho’if tidak dipisahkan oleh darah qowi, meskipun dipisahkan oleh naqo’ (tidak keluar darah).

Kalau sudah memenuhi empat syarat diatas, maka semua darah qowi dan masa tidak keluarnya darah yang memisahkan (kalau ada) dihukumi haidl, dan semua darah dho’if adalah istihadloh meskipun sampai beberapa bulan/tahun. Baik darah qowi itu keluar lebih dahulu atau ditengah-tengah ataupun terakhir.

35 Muhammad Ardani, Risalah Haidl, Nifas & Istikhadloh (Surabaya: Al-Miftah, 2011), 41.

Namun kalau tidak memenuhi slaah satu dari 4 (empat) syarat tersebut, maka yang dihukumi darah haild bukan darah qowi akan tetapi haidlnya sehari semalam dari permulaan darah, lalu istihadloh 29 (dua puluh sembilan) hari setiap bulan sama dengan hukumnya mubtada’ah ghoiru mumayyizah.

b) Mubtada’ah ghoiru mumayyizah

Mubtada’ah ghoiru mumayyizah yaitu orang istihadloh yang belum pernah haidl serta darahnya hanya satu macam, misalnya: hanya darah hitam atau darah merah saja.36

Hukumnya mubtada’ah ghoiru mumayyizah itu haidlnya sehari semalam terhitung dari permulaan keluarnya darah, lalu sucinya 29 hari setiap bulan.

Artinya: kalau darahnya terus keluar sampai sebulan penuh atau beberapa bulan, maka setiap bulan (30 hari) haidlnya sehari semalam, sedangkan sucinya (istihadloh) 29 hari. Tetapi sehari semalam dan lainnya adalah istihadloh (suci). Kemudian kalau pada suatu bulan darahnya tidak melebihi 15 hari maka semuanya adalah darah haild.

36 Muhammad Ardani, Risalah Haidl, Nifas & Istikhadloh (Surabaya: Al-Miftah, 2011), 47.

37

c) Mu’tadah mumayyizah

Mu’tadah mumayyizah yaitu orang istihadloh yang pernah haidl dan suci serta mengerti bahwa dirinya mengeluarkan darah 2 macam atau lebih (qowi dan dlo’if).37

Hukum mu’tadah mumayyizah ada 3 macam yang berbeda-beda hukumnya :

Waktu serta kira-kira (banyak sedikit) nya darah qowi sama dengan waktu serta kira-kira kebiasaan haidl yang sebelumnya. Darah yang demikian itu yang dihukumi haild adalah darah qowi. Akan tetapi pada bulan (daur) pertama mandinya setelah melewati 15 hari, sedangkan bulan (daur kedua) dan seterusnya mandinya setelah habis 5 hari (darah qowi), waktu atau ukuran darah qowi tidak sama dengan kebiasaanya, namun antara masa kebiasaannya haidl dengan darah qowi tidak ada 15 hari, dan waktu atau ukuran darah qowi tidak sama dengankebiasaannya antara masa kebiasaan haidl dan darah qowi ada 15 hari.

d) Mu’tadah ghoiru mumayyizah dzakiratun li’adatiha qodron wa waqtan

Mu’tadah ghoiru mumayyizah dzakiratun li’adatiha qodron wa waqtan yaitu orang istihadloh yang pernah

37 Muhammad Ardani, Risalah Haidl, Nifas & Istikhadloh (Surabaya: Al-Miftah, 2011), 51.

haidl dan suci, darahnya hanya satu macam, serta wanita yang bersangkutan ingat akan ukuran dan waktu haidl dan suci yang menjadi (adat) nya.38

Yang dimaksud dengan qodron (ukuran adatnya) yaitu:

banyak atu sedikitnya haild dan suci. Misal, 7 hari haidl, lalu suci 23 hari.

Yang dimaksud waqtan (waktu adatnya) yaitu: masa mulai dan habisnya haidl dan suci. Misal, haidl 7 hari mulai jam 12.00 siang tanggal satu, kemudian istihadloh dengan darah satu macam, serta wanita yang bersangkutan ingat persis akan adat (kebiasaanya) diatas.

Hukum wanita yang mengalami istihadloh mu’tadah ghoiru mumayyizah dzakiratun li’adatiha qodron wa waqtan itu banyak atau sedikit serta waktunya haidl dan suci disamakan dengan adatnya. Baik itu haidl sekali setiap bulan ataupun tiap dua bulan atau tiap setahun atau kurang sebulan, dan baik adat itu baru terjadi sekali atau sudah berulang kali.

e) Mu’tadah ghoiru mumayyizah nasiyatun li’adatiha qodron wa waqtana haidlnya

Mu’tadah ghoiru mumayyizah nasiyatun li’adatiha qodron wa waqtan yaitu orang istihadloh yang pernah

38 Muhammad Ardani, Risalah Haidl, Nifas & Istikhadloh (Surabaya: Al-Miftah, 2011), 55.

39

haidl dan suci, darahnya satu macam dan ia tidak ingin / tidak mengerti akan ukuran seta waktu yang pernah ia jalankan, wanita yang yang demikian ini juga disebut

“Mutahayyiroh”.39

Hukum wanita mutahayyiroh tersebut tidak dapat ditentukan haidlnya dan sucinya karena seluruh masa keluarnya darah bisa mengandung banyak kemungkinan, bisa haidl, suci, atau baru terhentinya darah.

Yakni wanita mutahayyiroh tersebut dihukumi seperti orang haidl dalam sebagaian hukum, yaitu:

Haram dinikmati antara lutut dan pusar, membaca Al- Qur’an diluar shalat, menyentuh atau membawa Al- Qur’an, berdiam dimasjid, dan lewat masjid, kalau khawatir mengotori masjid

Dan seperti orang suci dalam sebagaian hukum yang lain, yaitu: Boleh / wajib shalat, boleh / wajib puasa, boleh thowaf, boleh dicerai, dan boleh mandi / bahkan wajib

Karena setiap waktu keluar darah kemungkinan untuk menempati waktu terhentinya haidl yang diadatkan, maka mutahayyiroh tersebut wajib mandi

39 Muhammad Ardani, Risalah Haidl, Nifas & Istikhadloh (Surabaya: Al-Miftah, 2011), 76.

Dalam dokumen Ridla Faridatul Ummah_084 141 148.pdf (Halaman 33-62)

Dokumen terkait