• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN MAGANG

B. Program Magang Yang Dilaksankan

Formalin sering digunakan sebagai bahan pengawet dan pembunuh kuman, bahkan dalam produk-produk pembersih rumah tangga. Formalin perlu digunakan secara hati-hati, karena paparan bahan ini dalam jangka panjang dapat menimbulkan masalah Kesehatan yang serius. Formalin merupakan zat beracun yang dapat dengan mudahnya menyebar melalui udara. Paparan jangka pendek akibat kontak fisik dengan formalin dapat menyebabkan iritasi kulit, mata, dan saluran pernapasan.

Paparan formalin yang terlalu tinggi bisa meyebabkan berbagai gejala, seperti pusing, batuk, dan iritasi pada kulit. Berikut cara mengurangi dan mencegah paparan formalin:

1. Belilah daging ikan, daging ayam, dan daging-daging lainnya yang masih segar. Hindari daging yang keras, sebab kemungkinan sudah diberi formalin.

2. Mencuci bahan makanan dengan baik dan benar sebelum dimasak.

3. Masaklah makanan hingga benar-benar matang, karena kandungan formalin bisa hilang saat proses pemanasan masakan.

4. Jika sedang menggunakan insektisida atau produk pembersih, pastikan menggunakannya di udara terbuka.

5. Cuci tangan dan bersihkan tubuh dengan air dan sabun setelah menggunakan intsektisida atau produk pembersih.

6. Hindari merokok di dalam ruangan dan akan lebih baik lagi jika menghentikan kebiasaan merokok sepenuhnya.

7. Ajak anggota keluarga terlebih anak-anak dan orang lanjut usia untuk sering menghirup udara segar di luar, terutama jika mereka menderita masalah pernapasan.

8. Jaga sirkulasi udara di dalam rumah pada suhu terendah yang masih nyaman.

9. Jaga sirkulasi udara di dalam rumah tetap segar dengan cara membuka jendela lebar-lebar, terutama pada pagi hingga sore hari.

Meski tidak sepenuhnya bisa terhindar dari paparan formalin, Anda setidaknya berusaha meminimalkan paparan formalin dengan

menerapkan Langkah-langkah pencegahan di atas. Jagan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter bila Anda merasakan gejala akibat paparan formalin terlalu tinggi.

Formalin mempunyai banyak nama kimia yang sudah umum di kalangan Masyarakat, diantaranya Formol, Methylene aldehyde, Paraforin, Morbicid, Oxomethane polyoxymethylene glycols, Methanol, Formoform, Superlysoform, Formic aldehyde, Formalith, Tetraoxymethylene, Methyoxide, Karsan, Trioxane, Oxymethylene, dan Methylene glycol (Vidiawati, 2013).

Formalin sebenarnya berbentuk padat dengan sebutan formaldehid atau dalam istilah asingnya di tulis formaldehyde. Bila zat ini tercampur dengan air barulah disebut dengan formalin, didalam formalin terkandung 37% formaldehida, 13% methanol dan air dengan kadar 36 – 40 % yang merupakan cairan yang tidak berwarna dengan bau yang menusuk, uapnya merangsang selaput lendir hidung dan tenggorokan, rasa terbakar dan jika disimpan di tempat dingin dapat menjadi keruh, biasanya disimpan di wadah tertutup, terlindung dari Cahaya dengan suhu tempat penyimpanan di atas 20°C.

1. Deskripsi Ikan Cakalang

Ikan cakalang termasuk ikan perenang cepat dan mempunyai sifat makan yang rakus. Ikanjenis ini sering bergerombol yang hampir bersamaan melakukan ruaya di sekitar pulau maupun jarak jauh dan senang melawan arus. Ikan ini dapat berkumpul di

perairan pelagic hingga kedalaman 200 m dan mencari makan berdasarkan penglihatan sehingga rakus terhadap mangsanya.

Ikan cakalang telah menjadi daya tarik tersendiri dalam usaha perikanan dalam beberapa tahun terakhir ini. Di 1950, kurang dari

300.000 ton persegi dibawa. Sedangkan pada tahun 1991, 1.674.970 ton persegi ditangkap. Saat ini, ikan cakalang mencakup sekitar 40 % dari hasil penangkapan tuna di seluruh dunia meskipun cakalang tidak termasuk komoditi utama dengan skala yang besar. Amerika saja mengkonsumsi 400.000 ton persegi. Untuk Negara Indonesia, ikan cakalang masih diperuntukkan untuk keperluan pangan terutama di wilayah pesisir.

Ikan cakalang merupakan salah satu ikan yang sangat melimpah di seluruh wilayah Indonesia. Penyebaran Ikan Cakalang di Indonesia meliputi Samudera Indonesia, pantai barat Sumatera, Selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara, perairan Indonesia Timur meliputi Laut Banda, Laut Flores, Laut Maluku, Laut Makassar (Uktolseja, 1987). Dilansir dari situs resmi Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Republik Indonesia, persebaran ikan cakalang dominan terdapat di Pulau Jawa dan Kepulauan Nusa

Tenggara.

Gambar 8. Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis)

Kingdom : Animalia Fillum : Chordata Subfillum : Vertebrata Kelas : Actinopterygii Ordo : Perciformes Famili : Scombridae Genus : Katsuwonus

Spesies : Katsuwonus pelamis

Ikan cakalang (katsuwonus pelamis) memiliki kandungan omega 3 yang sangat tinggi. Omega 3 ini merupakan lemak esensial yang dapat mendukung daya ingat otak. Oleh karena itulah, omega 3 sering dikonsumsi oleh anak-anak sebagai bentuk suplemen untuk membantu menjaga kesehatan mata dan kulit, sirkulasi jantung, pembekuan darah dan kuat tulang. Serta dapat melindungi tubuh dari berbagai penyakit, seperti Kanker Pankreas, Ovarium, Mulut, Faring, Lambung, Kerongkongan serta Usus Besar.

2. Pengujian Formalin

Formalin biasanya digunakan sebagai pengawet dalam bidang industri. Formalin merupakan bahan pengawet makanan ilegal berbahaya yang bersifat karsinogen. Pada industri makanan, formalin digunakan untuk memperpanjang umur simpan dari

makanan karena formalin merupakan senyawa anti mikroba yang efektif dalam membunuh bakteri, bahkan virus sekalipun. Formalin sudah dilarang sejak tahun 1982 yang kemudian pelarangan penggunaanya pada industri makanan dituangkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan terbaru Nomor 033 Tahun 2012 Tentang Bahan Tambahan Pangan.

2. Preparasi dan Pelaksanaan Pengujian Formalin a. Tujuan

Digunakan untuk mendeteksi kandungan formalin pada produk perikanan, untuk mengetahui nilai kandungan formalin pada produk perikanan, prinsip pemeriksaan pada contoh basah dan kering menggunakan test kit, acuan dengan metode merck formaldehyde test kit.

b. Alat dan Bahan

Berikut alat dan bahan yang digunakan dalam pengujian formalin beserta keguanaannya:

Tabel 1. Alat-alat Pengujian Formalin

No. Alat Kegunaan

1. Talenan Tempat penyimpana sampel

sebelum di timbang

2. Pisau Digunakan untuk memotong sampel

3. Petridish Wadah sampel pada saat ditimbang

4. Spatula Digunakan untuk menghomogenkan sampel dan aquades

5. Timbangan Untuk menimbang sampel yang

akan digunakan

6. Centrifuge Untuk memisahkan partikel organel yang larut sehingga membentuk endapan yang terpisah berdasarkan perbedaan massa jenis dari pertikel pembentuk larutan tersebut

7. Tabung centrifuge Digunakan sebagai wadah untuk mencampur dan mengaduk

8. Gelas ukur 25 ml Digunakan untuk mengukur

Aquadest

9. Erlenmeyer 150 ml Sebagai wadah saat penyaringan cairan yang telah terpisah dari endapannya setelah dicentrifuge 10. Tabung Formalin Digunakan saat pencampuran

cairan yang telah tersaring dengan test kit formalin dan sebagai wadah saat

pembacaan hasil

11. Tip mikropipet Untuk memindahkan cairan dengan skala kecil

12. Kertas saring supernatant Untuk menyaring cairan yang telah Dicentrifuge

13. Corong Digunakan untuk menyaring,

posisinya berada di bawah kertas saring supernatant

14. pH Meter Untuk mengukur Tingkat asam-basa suatu larutan. Alat ini digunakan di laoratorium untuk mengukur derajat keasaman (pH) suatu larutan, apakah larutan tersebut tergolong asam, basa, atau netral.

Tabel 2. Bahan-bahan Pengujian Formalin

No. Bahan Kegunaan

1. Ikan cakalang Sampel yang akan diuji kandungan Formalinnya

2. Carrez I dan Carrez II Untuk memisahkan protein dari daging ikan

3. F01 dan F02 (Test Kit) Proses kerja test kit formalin yaitu dengan pembentukan senyawa kompleks berwarna merah ungu dari reaksi antara formaldehid dan 4- amino-3-hidrazino-5-mercapto-

1,2.4-Triazole. Test kit formalin berisi 2 botol pereaksi:

Pereaksi pertama, botol tetes polipropilene volume 10 ml, berwarna putih, tembus Cahaya, tertutup rapat, berisis cairan agak kental.

Pereaksi kedua, berisi serbuk pereaksi 2 formalin.

4. Aquades Air murni bebas mineral yang

dicampurkan kedalam sampel di dalam tabung centrifuge.

3. Prosedur Kerja

a. Timbang ikan cakalang sebanyak 10 gram, masukkan ke dalam tabung centrifuge, kemudian tambahkan 20 ml aquadest.

b. Homogenkan menggunakan spatula.

c. Setelah dihomogenkan tambahkan larutan carrez 1 dan 2 masing-masing 2 ml, aduk dengan spatula.

d. Sesuaikan pH antara 7,5 – 8 dengan menggunakan pH meter.

Jika pH belum sesuai, sesuaikan dengan NaOH dan HCl.

e. Jika pH sudah sesuai, tambahkan lagi aquadest sebanyak 6 ml lalu aduk-aduk dengan spatula hingga homogen

f. Tutup tabung centrifuge lalu masukkan ke dalam centrifuge.

g. Kemudian centrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit.

h. Setelah Itu, saring dengan kertas saring supernatant ke dalam Erlenmeyer dan akan terpisah filtrat dengan residu.

i. Pipet hasil saringan dan masukkan ke dalam 2 tabung formalin, masing-masing sebanyak 5 ml, tabung 1 adalah sampel dan tabung 2 hanya control.

j. Tabung 1 ditambahkan Fo1 sebanyak 5 tetes, kocok perlahan dan atur pH ≥13 jika belum sesuai maka sesuaikan dengan NaOH 1N.

k. Terakhir tambahkan Fo2 sebanyak 1 mikrospoon, kocok dan diamkan selama 5 menit, dan lakukan pembacaan. Catat hasil dan olah data sesuai rumus. Penambahan Fo1/Fo2 sebagai penerang warna untuk hasil uji formalin, agar para penguji mudah membaca hasil tersebut.

4. Alur Pengujian Formalin

Flowsheet Pengujian Formalin Contoh Basah Metode “Merck Formaldehyde Testkit”

(+) aquadest 20 ml

← blender hingga homogen

(+) carrez I,II @ 2 ml

← aduk dengan spatula

← sesuaikan pH 7,6-8 dengan NaOH 1N atau HCI

1N (+) aquadest 6 ml

← blender hingga homogen

← masukkan ke tabung sentrifuge

← sentrifuge 3000 rpm, 5 menit

← supernatant saring ke beaker gelas

← pipet @ 5 ml ke dua tabung

(+) Fo1 5 tetes

← kocok perahan, atur pH >13 dengan NaOH

1N (+) Fo2 1 mikrospoon

← kocok kuat selama 1 menit

← diamkan selama 5 menit 10 gr contoh basah

Bubur contoh

bubur contoh2

filtrat residu

Tabung 1/

Sampel

Tabung 2/

Kontrol

Pembacaan Hasil

Dokumen terkait