• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Pengujian Sampel Air Minum Parameter Mikrobiologi (Escherichia coli)

BAB 5 PENGUJIAN SAMPEL AIR

5.5. Prosedur Pengujian

5.4.3 Prosedur Pengujian Sampel Air Minum Parameter Mikrobiologi (Escherichia coli)

Sarana (Point Of Access) maupun Titik Air Siap Minum (Point Of Use) menggunakan prosedur yang sama yaitu

a. Pencegahan kontaminasi

Kehati-hatian harus dilakukan selama pengambilan sampel dan pengujian untuk mencegah kontaminasi sampel oleh bakteri di lingkungan atau dari sampel air itu sendiri. Teknik aseptik pengambilan sampel lapangan adalah sebagai berikut:

● Selalu mencuci tangan dengan sabun atau menggunakan hand sanitizer sebelum memulai pengujian sampel baru atau menyentuh peralatan yang akan menyentuh sampel.

● Jika menggunakan sarung tangan, gantilah dengan sarung tangan baru di antara setiap sampel baru.

● Sanitasi/desinfeksi peralatan apa pun yang bersentuhan dengan sampel menggunakan alkohol sebelum melakukan pengujian pada sampel baru.

“Untuk Pengujian Parameter Nitrat, Nitrit, Kromium Val 6, Alumunium, Besi, Flourida, Mangan dapat merujuk pada manual pelaksanaan alat masing-masing.”

B A B 5 – P E N G U J I A N S A M P E L A I R

51 b. Manajemen waktu

Uji kualitas air sendiri sebenarnya membutuhkan waktu kurang lebih 20-30 menit. Namun, enumerator juga harus merencanakan waktu untuk mengunjungi sumber air minum rumah tangga dan membaca hasil sampel pada hari berikutnya. Hasil harus dibaca dalam waktu 24 jam setelah pengujian dimulai

c. Transportasi sampel

Dalam beberapa kasus, mungkin lebih mudah untuk mengumpulkan sampel dan memprosesnya untuk pengujian di lokasi lain (laboratorium). Dalam hal ini, waktu transit yang singkat (hingga 30 menit) dapat diterima asalkan sampel dijauhkan dari sinar matahari langsung. Jika persyaratan unik lokasi survei memerlukan waktu pengangkutan yang lebih lama, maka coolbox harus digunakan. Sampel harus disimpan dalam suhu dingin (kurang dari 4 °C), jangan pernah dibekukan, dan harus dianalisis dalam waktu 6 jam setelah pengumpulannya.

d. Inkubasi sampel

Untuk memberikan kondisi yang tepat bagi bakteri untuk tumbuh menjadi koloni yang dapat dihitung, pelat Compact Dry harus disimpan pada suhu sekitar 37 °C selama 24 jam. Jika suhu terlalu rendah dalam jangka waktu lama, bakteri akan tumbuh terlalu lambat sehingga tidak dapat terlihat dan jika suhu terlalu tinggi, bakteri mungkin akan mati atau diambil alih oleh bakteri lain yang cocok dengan kondisi yang lebih panas.

e. Persiapan, pengujian dan inkubasi

1) Siapkan inkubator. Atur suhu 35 + 2oC (Cara penggunaan : lihat manual) 2) Siapkan compact dry EC (CD EC), Membran filter sistem dan syringe 3) Bukalah pembungkus alumunium compact dry

4) Keluarkan sejumlah piringan compact dry sesuai kebutuhan. Simpan kembali sisa CD EC yang belum dipakai pada wadahnya, tutup rapat kemasan dan hindari dari sinar matahari secara langsung.

B A B 5 – P E N G U J I A N S A M P E L A I R

52 5) Tempelkan stiker di bagian memorandum piringan

6) Pasang/sambungkan syringe dan membran filter system

7) Tuangkan sampel air yang sudah dihomogenkan ke dalam membran filter (corong berisi filter) sampai batas 100 mL

B A B 5 – P E N G U J I A N S A M P E L A I R

53 8) Pipet sebanyak 1 mL (dengan mikropipet atau pipet tetes steril) untuk membasahi

permukaan CD EC, dengan cara letakkan CD EC di atas permukaan yang datar, buka penutup plate, kemudian teteskan sampel air tersebut ke seluruh permukaan CD EC

9) Lakukan penyaringan sampel air yang tersisa (99 mL) dengan cara menarik katup syringe secara perlahan, sampai sampel air tersaring seluruhnya

10) Tempelkan filter dari corong (membran filter sistem) pada permukaan plate CD EC yang telah dibasahi dengan 1 mL sampel (poin 8), dengan menggunakan pinset steril (hindari adanya gelembung). Tutup kembali CD EC.

B A B 5 – P E N G U J I A N S A M P E L A I R

54 11) Balikkan plate, kemudian inkubasikan pada suhu 35oC ± 2oC selama 24 ± 2 jam,

dengan cara masukkan CD EC ke dalam incubator

12) Catat waktu penyimpanan (inkubasi sampel)

13) Lakukan cara kerja 1) sampai dengan 12) untuk sampel berikutnya

14) Lakukan kontrol blanko untuk setiap seri pengujian (misalkan kewajiban 15 rumah tangga dilakukan selama 3 kali pengujian, maka kontrol blanko dilakukan sebanyak 3 kali juga), pengujian kontrol blanko dilakukan dengan cara mengganti sampel air dengan menggunakan aquadest steril.

Catatan :

f. Cara menghitung koloni bakteri

1) Keluarkan CD EC dari inkubator sesuai dengan standar masa inkubasinya

2) Hitung jumlah koloni yang terbentuk dari bagian belakang plate (koloni Escherichia coli berwarna biru dan (Total Coliform adalah hasil penjumlahan koloni berwarna merah/ungu dan biru) abaikan total Coliform, tidak usah dihitung, sehingga fokus pada warna biru

*Bagi daerah dengan kondisi ketersediaan listrik terbatas, waktu inkubasi dapat menyesuaikan dengan ketersediaan listrik tersebut, contoh : diketahui waktu pertama inkubasi tercatat pada pukul 09.00 WIB dan pembacaan harus dilakukan pada pukul 09.00 WIB keesokan harinya, namun listrik padam selama 3 jam, maka pembacaan dapat dilakukan pada pukul 12.00 WIB (mengganti waktu listrik yang padam selama 3 jam).

B A B 5 – P E N G U J I A N S A M P E L A I R

55 3) Jika jumlah koloni tidak dapat dihitung, misalkan karena sangat banyak dan/atau

koloni bergabung satu dengan yang lain, maka jumlah koloni ditulis 101 (artinya lebih dari 100)

4) Contoh pencatatan jumlah pelat Compact Dry yang berbeda : Gambar 1

Jumlah koloni E. coli = 0

Gambar 2

Jumlah koloni E. coli = 101 , dikarenakan sangat banyak coloni tidak terhitung, cukup ditulis 101

Gambar 3

Jumlah koloni E. coli = 27

B A B 5 – P E N G U J I A N S A M P E L A I R

56 5) Catat hasil penghitungan jumlah koloni dalam formulir hasil. Hasil pengujian parameter mikrobiologi adalah kuantitatif, pastikan menulis hasil pengujian dalam bentuk numerik (rentang 0-100 CFU/100 mL atau jika koloni >100 CFU/100 mL dapat ditulis 101) dan Gambar 4

Warna yang menyebar tidak menandakan kontaminasi.

Jumlah koloni E. coli = 0

Gambar 5

Warna cokelat tidak menandakan

kontaminasi.

Jumlah koloni E. coli = 0

Gambar 6

Warna biru mengindikasikan banyak sekali coloni.

Jumlah koloni E. coli = 101

JANGAN menulis hasil pengujian E.coli yang sifatnya kualitatif seperti positif, negative, ada/tidak ada koloni, dan lain sebagainya.

B A B 6 – K A L I B R A S I A L A T &

Q U A L I T Y C O N T R O L

57 BAB 6

KALIBRASI ALAT & QUALITY CONTROL

6.1. Kalibrasi Alat

Kalibrasi adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antara nilai yang ditentukan oleh instrumen ukur atau sistem pengukuran atau nilai yang diwakili oleh bahan ukur dengan nilai-nilai yang sudah diketahui yang berkaitan dari besaran yang di ukur dalam kondisi tertentu. (ISO 17025:2017)

Tujuan kalibrasi adalah untuk mencapai ketelusuran pengukuran hasil pengukuran dapat dikaitkan atau dapat ditelusur sampai ke satuan yang lebih tinggi yaitu standar internasional melalui rangkaian perbandingan yang tak terputus. (ISO 17025:2017).

Kalibrasi biasanya dilakukan oleh tenaga/orang yang mempunyai sertifikat (misalnya dari Labkesmas, laboratorium kalibrasi, perguruan tinggi, dll) yang memiliki kemampuan kalibrasi peralatan yang digunakan pada Surveilans KAMRT. Kalibrasi WAJIB dilakukan minimal satu tahun sekali.

Alat yang perlu dikalibrasi dalam pelaksanaan pengawasan kualitas kesehatan lingkungan (pengujian kualitas air minum) setiap tahunnya meliputi peralatan :

a. TDS meter b. pH meter

c. Photometer/Spektrofotometer d. Inkubator portable

6.2. Manajemen Pelaksanaan Kalibrasi Alat dan Sumber Daya

Kalibrasi alat wajib dilakukan satu tahun sekali dalam hal menjamin kualitas dan validitas mutu dari pemeriksaan sampel yang dilakukan dalam kegiatan Surveilans KAMRT.

Hal yang perlu diketahui, kalibrasi alat dilakukan oleh pemilik aset alat sanitarian kit, dalam rangka pemeliharan alat.

Mekanisme cara kalibrasi alat dapat dilakukan berdasarkan anggaran masing-masing wilayah. Terdapat dua cara untuk mengkalibrasi alat yakni :

a. Dengan mengirim alat sanitarian kit ke laboratorium yang dapat mengkalibrasi alat sanitarian kit terdekat.

b. Dengan dikoordinir dalam satu provinsi/regional pada provinsi dengan menggabungkan beberapa kabupaten/kota dan mengkalibrasi seluruh alat puskesmas di wilayahnya pada satu lokasi yang ditentukan. Misalkan pada Aula Dinas Kesehatan Provinsi atau Kab/Kota, ruang pertemuan, ataupun di hotel disesuaikan dengan sumber daya di wilayah masing-masing.

B A B 6 – K A L I B R A S I A L A T &

Q U A L I T Y C O N T R O L

58 6.2.1 Biaya PNBP Kalibrasi per Alat

Biaya kalibrasi alat yang dimaksud adalah harga satuan alat yang dikalibrasi per alat per unit.

Apabila dilakukan pada laboratorium pemerintah, biasanya masih menggunakan standar harga alat pada PP 64 Tahun 2019 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Kesehatan. Harga di bawah ini merupakana contoh tarif pada laboratorium yang menggunakan dasar tarif pada PP PP 64 Tahun 2019. Harga akan berbeda jika dilakukan pada tempat dan laboratorium yang berbeda, oleh karena itu silahkan kontak laboratorium terdekat di wilayah Anda untuk mendapatkan informasi terkait harga kalibrasi alat sanitarian kit.

No Nama Alat Tarif PNBP per alat Pada Lampiran PP 64 Tahun 2019 1 Fotometer/Sprektofotometer 600.000 Halaman 56

2 pH meter 94.000 Halamn 58

3 TDS meter/ turbidity meter 200.000 Halaman 58

4 Inkubator 1 titik uji 350.000 Halamn 57

5 Air Particulate Meter PM 10

Gravimetri Elektrometri

500.000 68.000

Halaman 44

PM 2,5 Gravimetri Elektrometri

500.000 68.000

Halaman 44

6.2.2 Biaya Akomodasi Sumber Daya yang mengkalibrasi

Bagi pelaksanaan kalibrasi dengan cara mendatangkan SDM yang mengkalibrasi ke wilayahnya, maka harus dipikirkan akomodasi sumber daya yang mengkalibrasi berupa Uang Harian, Transport, dan Penginapan, disesuaikan dengan SBM Kemenkeu ataupun standad biaya di wilayah masing-masing tergantung sumber dana pembiayaan.

Pembiayaan jumlah tenaga dan lama hari yang dibutuhkan dapat disesuaikan dengan jumlah alat dan jenis alat yang akan dikalibrasi.

“Hal yang perlu diperhatikan dalam PENGANGGARAN KALIBRASI SANITARIAN KIT yang dikoordinir pada satu lokasi adalah :

1. Biaya PNBP kalibrasi per alat,

2. Biaya Akomodasi SDM yang mengkalibrasi, 3. Tempat pelaksanaan kalibrasi.”

B A B 6 – K A L I B R A S I A L A T &

Q U A L I T Y C O N T R O L

59 6.2.3 Dukungan Tempat pelaksanaan Kegiatan Kalibrasi Alat

Dukungan tempat pelaksanaan yang dimaksud adalah tempat yang ditentukan pada suatu wilayah tertentu baik pada provinsi/ kabupaten kota yang paling memungkinkan dan memudahkan untuk mengumpulkan seluruh alat sanitarian kit di puskesmas untuk dilakukan kalibrasi sanitarian kit seperti mekanisme yang pernah dilakukan oleh Direktorat Penyehatan Lingkungan sebelumnya.

Tempat yang dimaksud adalah tempat yang memungkinkan dengan suhu dan kondisi ruangan yang cukup dingin/ suhu ruang dan memiliki sumber listrik yang memadai sebagai syarat alat-alat yang dikalibrasi dapat berfungsi dengan baik. Sebagai contoh Aula Dinas Kesehatan Provinsi atau Kab/Kota, ruang pertemuan, ataupun di hotel disesuaikan dengan sumber daya dan kemampuan di wilayah masing-masing.

6.3. Pengawasan Kualitas (Quality Control)

Dalam pelaksanaan pengujian kualitas air diperlukan quality control yang bertujuan untuk menjamin kualitas pengujian. Quality control dilakukan :

a. Pada saat pengujian yang dilakukan oleh tim di lapangan;

b. Bahan control direncanakan dan disiapkan oleh Kabupaten/Kota sebagai tanggung jawab dalam peran pendamping teknis pelaksanaan kegiatan pengawasan;

c. Penyusunan ketersediaan bahan control tingkat kabupaten/kota (Bahan Habis Pakai (BHP) reagensia dan bahan pendukung utama lainnya) mengikuti jumlah sampel minimal dalam pengawasan kualitas air minum dan didistribusikan kepada seluruh Puskesmas wilayah kerja.

Berikut merupakan parameter yang dapat dilakukan Quality Control pada alat sanitarian kit :

NO PARAMETER BAHAN YANG DIGUNAKAN

SPESIFIKASI WAKTU

PELAKSANAAN MIKROBIOLOGI

1. Mikrobiologi Aquabides Steril CD/EC

• 500 ml x 2 botol per Puskesmas

3 kemasan isi 4 (12) per Puskesmas

Setiap sebelum melakukan sampel mikrobiologi

FISIK

2. TDS 84 µS/cm

Conductivity Standard

84 µS/cm Conductivity Standard

Dilakukan saat alat dinyalakan

B A B 6 – K A L I B R A S I A L A T &

Q U A L I T Y C O N T R O L

60 NO PARAMETER BAHAN YANG

DIGUNAKAN

SPESIFIKASI WAKTU

PELAKSANAAN KIMIA

3. pH Buffer pH 7

Buffer pH 4

• pH 7.01 Calibration Solution

pH 4.01 Calibration Solutio n

Dilakukan saat alat dinyalakan

4. Nitrit CRM (Certified reference material) Nitrit

Nitrite standard 0,2 mg/l Dilakukan sehari 1 kali jika ada pengujian

5. Nitrat CRM (Certified reference material) Nitrat

Nitrate standard 15 mg/l Dilakukan sehari 1 kali jika ada pengujian

6. Chromium Valensi 6

CRM (Certified reference material)

Chromium Val 6

Chromium(VI) standard 0,05 mg/l

Dilakukan sehari 1 kali jika ada pengujian

7. Besi CRM (Certified reference material) Besi

Iron standard 0,1 mg/l Dilakukan sehari 1 kali jika ada pengujian

8. Mangan CRM (Certified reference material) Mangan

Manganase standard 0,05 mg/l

Dilakukan sehari 1 kali jika ada pengujian

9. Fluoride CRM (Certified reference material) Flouride

Flouride standard 1 mg/l Dilakukan sehari 1 kali jika ada pengujian

10. Alumunium CRM (Certified reference material) Aluminium

Aluminium standard 0,2 mg/l

Dilakukan sehari 1 kali jika ada pengujian

B A B 6 – K A L I B R A S I A L A T &

Q U A L I T Y C O N T R O L

61 6.4. Prosedur Pengujian dan Quality Control

Prosedur pengujian dan quality control menggunakan photometer dapat dilihat pada buku panduan penggunaan alat (manual book) sesuai dengan jenis alat yang

digunakan.

6.3.1 Prosedur Quality Control TDS dan pH Meter 1. TDS Meter

a. Tuangkan larutan standar KCl 84 µs/cm atau 42 ppm sebanyak 100 mL ke dalam gelas plastik

b. Bersihkan probe TDS meter dengan aquadest kemudian dikeringkan dengan Tissue

c. Hidupkan TDS meter

d. Celupkan dan diamkan probe dalam larutan standar (probe terendam) sampai pembacaan stabil

e. Tekan tombol “TEMP” sampai layar berkedip

f. Amati pembacaan TDS dan bandingkan dengan nilai standar (42 ppm) g. Jika nilai pembacaan tidak sesuai dengan kadar KCl (42 ppm), atur nilai TDS

sesuai dengan nilai standar; dengan cara: tekan tombol “HOLD” (jika hasil pembacaan TDS lebih rendah dari 42), dan tekan tombol “ON/OFF” (jika hasil pembacaan TDS lebih tinggi dari 42).

h. Tekan tombol “TEMP” dan tahan beberapa saat, sampai tampilan tidak berkedip i. Catat hasil pengukuran TDS pada lembar kalibrasi dan komparasi alat

j. Untuk mencatat suhu, tekan tombol “TEMP” dan tahan beberapa saat hingga tampilan layar pindah ke mode suhu

k. Catat hasil pengukuran suhu pada lembar kalibrasi dan komparasi alat l. Tuangkan kembali larutan KCl ke dalam botol

m. Cuci probe hingga bersih dengan aquadest, keringkan dengan tisu n. TDS meter siap digunakan

2. pH meter

a. Siapkan sampel air dalam gelas plastik

b. Nyalakan alat pH meter dengan cara menggeser tombol “ON/OFF” di bagian atas alat

c. Celupkan pH meter ke dalam sampel air, amati pembacaan pH.

d. Jika hasil pembacaan menunjukkan pH sekitar < 6, maka lakukan kalibrasi pH meter dengan menggunakan larutan buffer pH 4 dengan cara:

1) Masukkan larutan buffer pH 4 ke dalam gelas plastik

2) Cuci probe pH meter mengunakan aquadest, kemudian keringkan dengan tisu.

B A B 6 – K A L I B R A S I A L A T &

Q U A L I T Y C O N T R O L

62 3) Celupkan probe pH meter ke dalam larutan buffer 4, tunggu hingga tampilan angka

di layar stabil

4) Putar sekrup adjustment yang terdapat di belakang alat dengan menggunakan obeng kecil, sampai nilai yang terbaca di layar sesuai dengan nilai standar, yaitu pH 4

5) Ukur dan catat nilai pembacaan

6) Masukkan kembali larutan buffer pH 4 ke dalam botol kemasannya 7) Cuci probe hingga bersih dengan aquadest, lalu keringkan dengan tisu 8) pH meter siap digunakan

9) Jika hasil pembacaan sampel menunjukkan pH sekitar 6-8, maka lakukan kalibrasi pH meter dengan menggunakan larutan buffer pH 7. Dengan cara:

10) Masukkan larutan buffer pH 7 ke dalam gelas plastik

11) Cuci probe pH meter mengunakan aquadest, kemudian keringkan dengan tisu.

12) Celupkan probe pH meter ke dalam larutan buffer 7, tunggu hingga tampilan angka di layar stabil

13) Putar sekrup adjustment yang terdapat di belakang alat dengan menggunakan obeng kecil, sampai nilai

14) yang terbaca di layar sesuai dengan nilai standar, yaitu pH 7 15) Ukur dan catat nilai pembacaan

16) Masukkan kembali larutan buffer pH 7 ke dalam botol kemasannya 17) Cuci probe hingga bersih dengan aquadest, lalu keringkan dengan tisu 18) pH meter siap digunakan

6.3.2 Prosedur Quality Control Parameter Kimia lainnya

6.3.3 Prosedur Quality Control Parameter Mikrobiologi

“Untuk Quality Control Parameter Nitrat, Nitrit, Kromium Val 6, Alumunium, Besi, Flourida, Mangan dapat merujuk pada manual pelaksanaan alat masing-masing. Yang

membedakannya adalah pada sampel air diganti dengan larutan standar.”

“Untuk quality control parameter Escherichia coli dapat merujuk pada cara kerja pengujian sampel air minum. Yang membedakannya adalah pada sampel air minum

diganti dengan aquadest steril.”

B A B 6 – K A L I B R A S I A L A T &

Q U A L I T Y C O N T R O L

63 6.5. Hal Teknis Peralatan Kalibrasi yang Perlu di Perhatikan di Lapangan

4.5.1 Terkait Fotometer

a. Memastikan fotometer berfungsi dengan baik dan telah terkalibrasi.

b. Pastikan reagen yang dibeli/digunakan compatible/sesuai dengan alat yang digunakan untuk pelaksanaan surveilans KAMRT.

c. Pastikan kapasitas baterai saat akan digunakan, sebesar >50%. Jika baterai terisi full, dapat meminimalisir kesalahan pembacaan.

d. Pastikan kuvet dalam kondisi bersih, dan memegang kuvet pada bagian bibir atas kuvet.

e. Pada saat pembacaan hasil, penutup fotometer WAJIB dipasang.

f. Jika fotometer tidak digunakan dalam jangka waktu lama (lebih dari sebulan), harap melepas baterai dari alat.

4.5.2 Terkait pH meter dan TDS meter

a. Memastikan pH meter dan TDS meter berfungsi dengan baik dan telah terkalibrasi.

b. Pembacaan pengukuran pH dan TDS, tidak dibatasi waktu, tetapi berdasarkan kestabilan angka yang muncul pada alat.

c. Jika pH meter dan TDS meter tidak digunakan dalam jangka waktu lama (lebih dari sebulan), harap melepas baterai dari alat.

d. Untuk pH meter yang dalam penyimpanannya harus dalam kondisi basah, maka pastikan tutup pH meter terisi larutan KCl 0,1 M.

4.5.3 Terkait Inkubator

a. Sebelum inkubator dighunakan sebaiknya dinyalakan dan disetting satu hari sebelum digunakan.

b. Memastikan Inkubator berfungsi dengan baik dan telah terkalibrasi.

B A B 6 – K A L I B R A S I A L A T &

Q U A L I T Y C O N T R O L

64 c. Pengecekan koreksi inkubator

• Nilai koreksi dapat dilihat dari sertifikat kalibrasi seperti gambar :

Contoh Kasus :

- (Suhu inkubator diatur pada suhu 35 oC , ternyata hasil kalibrasi nilai koreksi (lihat sensor #9) >> adalah -3,3 oC. Sehingga untuk memperoleh suhu 35 oC, maka incubator disetting pada 35 oC - ( -3,3 oC) = 38, 3 oC

d. Waktu pelaksanaan inkubasi :

Pada kondisi normal atau pada daerah yang memiliki sumber daya listrik yang stabil, masa inkubasi untuk parameter mikrobiologi adalah 24 jam +/- 2 jam. Sedangkan bagi daerah dengan kondisi ketersediaan listrik terbatas, waktu inkubasi dapat menyesuaikan dengan ketersediaan listrik tersebut, dapat dilihat pada contoh kasus di bawah ini.

Contoh Kasus :

Diketahui waktu pertama inkubasi tercatat pada pukul 09.00 WIB dan pembacaan harus dilakukan pada pukul 09.00 WIB keesokan harinya, namun listrik padam selama 3 jam, maka pembacaan dapat dilakukan pada pukul 12.00 WIB.

B A B 7 – O R G A N I S A S I P E N Y E L E N G G A R A A N D A N P E N G A N G G A R A N

65 BAB 7

ORGANISASI PENYELENGGARAAN DAN PENGANGGARAN

Kegiatan surveilans KAMRT dilaksanakan dilakukan secara berjenjang mulai dari pusat (Kementerian Kesehatan), Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota dan puskesmas.

Sedangkan pelaksana di lapangan oleh Tenaga sanitasi lingkungan (TSL) atau penanggungjawab kesehatan lingkungan di seluruh Puskesmas.

7.1. Peran Kementerian Kesehatan

1. Melakukan penyiapan kebijakan dan panduan untuk pelaksanaan surveilans KAMRT Rumah Tangga (KAMRT).

2. Melaksanakan koordinasi kepada provinsi dan kabupaten/kota untuk memastikan pendanaan dan pelaksanaan surveilans KAMRT sesuai standar di tingkat kab/kota.

3. Melaksanakan supervisi dan monitoring program surveilans KAMRT di provinsi/kabupaten/kota.

4. Menyiapkan dan mengoordinasikan persamaan persepsi dalam pelaksanaan surveilans kualitas air minum agar terstandar untuk menghasilkan data yang valid.

5. Melakukan peningkatan sistem surveilans KAMRT yang meliputi sumber daya termasuk teknologi dan sarana dan pra sarana secara berkala.

6. Melakukan penyiapan aplikasi e-monev surveilans KAMRT dan mekanisme umpan balik kepada provinsi/kabupaten/kota dan puskesmas.

7. Melakukan diseminasi hasil surveilans kualitas air minum kepada stakeholder terkait untuk ditindaklanjuti dalam perbaikan program penyelenggaraan pengamanan kualitas air minum.

8. Menyiapkan laporan kepada pimpinan sebagai informasi situasi air minum nasional.

7.2. Peran Dinas Kesehatan Provinsi

1. Melakukan advokasi kepada pemerintah daerah kab/kota, untuk penyiapan dan pelaksanaan manajemen dan teknis surveilans KAMRT.

2. Melakukan koordinasi kepada kabupaten/kota sekaligus untuk memastikan pendanaan dan pelaksanaan surveilans KAMRT.

3. Memantau pelaksanaan surveilans KAMRT di kabupaten/kota, dan terlibat dalam memberikan solusi jika permasalahan yang terjadi tidak dapat diselesaikan di tingkat kabupaten/kota. Masalah yang bisa timbul diantaranya dalam penyiapan SDM, kelengkapan alat dan bahan, dan situasi kedaruratan.

B A B 7 – O R G A N I S A S I P E N Y E L E N G G A R A A N D A N P E N G A N G G A R A N

66 4. Melaksanakan supervisi dan monitoring pelaksanaan surveilans kualitas air minum di

wilayah kerjanya (kabupaten/kota) termasuk puskesmas.

5. Melakukan monitoring terhadap hasil pelaksanaan surveilans KAMRT dalam e- monev KAMRT yang merupakan hasil input puskesmas dari wilayah kerjanya

6. Melakukan diseminasi hasil surveilans kualitas air minum kepada pemangku kepentingan di tingkat provinsi terkait untuk ditindaklanjuti.

7.3. Peran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

1. Memastikan ketersediaan pendanaan yang ada di Puskesmas guna menjamin keberlanjutan tiap tahun untuk pelaksanaan Surveilans KAMRT.

2. Menyiapkan koordinator pelaksanaan kegiatan surveilans KAMRT

3. Menyiapkan sumberdaya petugas teknis dari tenaga sanitasi lingkungan (TSL) puskesmas untuk melakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.Adapun yang perlu disiapkan meliputi:

a. Mengikuti persamaan persepsi dalam pelaksanaan surveilans KAMRT b. Penetapan jumlah dan lokasi sasaran sampel.

c. Memetakan rumah tangga (sampel) yang akan dikunjungi oleh surveilans KAMRT.

d. Melaksanakan penyiapan alat uji kualitas dan kelengkapan Sanitarian kit yang terkalibrasi bersama tim Puskesmas.

4. Penyiapan alat dan bahan reagensia uji kualitas air secara fisik, kimia, mikrobiologi (mengacu pada parameter wajib), instrument wawancara terstruktur dan form IKL yang sesuai jenis SAM (terlampir).

5. Mendistribusikan alat dan bahan reagensia ke puskesmas yang ditunjuk untuk melaksanakan surveilans KAMRT.

6. Melaksanakan pendampingan (yang diperlukan) pada saat proses surveilans KAMRT di lapangan (wawancara, IKL, pengambilan dan pengujian kualitas air sampel)

7. Melakukan monitoring terhadap hasil pelaksanaan surveilans KAMRT dalam e- monev KAMRT yang merupakan hasil input puskesmas dari wilayah kerjanya

8. Melakukan evaluasi sementara (termasuk melakukan analisis) dari hasil surveilans KAMRT untuk menyiapkan umpan balik kepada sasaran (misal: puskesmas dan rumah tangga) sertamelakukan strategi intervensi yang diperlukan bersama provinsi.

9. Menyusun pelaporan hasil surveilans KAMRT kepada pimpinan untuk diteruskan ke provinsi dan pusat untuk menjadi bahan tindaklanjut.

10. Menyiapkan bahan advokasi hasil surveilans kualitas air minum kepada stakeholder terkait untuk ditindaklanjuti.

B A B 7 – O R G A N I S A S I P E N Y E L E N G G A R A A N D A N P E N G A N G G A R A N

67 7.4. Peran Puskesmas

1. Menyiapkan anggaran melalui BOK Puskesmas.

2. Mengikuti persamaan persepsi dalam pelaksanaan surveilens kualitas air minum.

3. Melaksanakan penyiapan alat uji kualitas dan kelengkapannya Sanitarian kit yang terkalibrasi.

4. Melakukan koordinasi kebutuhan dan melakukan pengecekan kelengkapan alat dan bahan reagensia uji kualitas air secara fisik, kimia dan mikrobiologi (19 parameter wajib), dan instrument wawancara, serta form IKL yang sesuai jenis SAM ke dinas kabupaten/kota.

5. Melaksanakan wawancara, IKL, pengambilan sampel air, pengujian kualitas air dari titik sampel

6. Melakukan penginputan data ke dalam sistem aplikasi e-monev KAMRT

7. Menyiapkan bahan umpan balik ke rumah tangga atas hasil temuan surveilans KAMRT 8. Melakukan promosi kesehatan lingkungan dari hasil surveilans KAMRT untuk

masyarakat agar meningkatkan kepedulian terhadap kualitas air minum.

9. Kegiatan surveilans KAMRT dilakukan setiap tahun untuk mendapatkan data rumah tangga dengan akses kualitas air minum layak dan aman.

10. Melakukan intervensi dari hasil suveilans seperti teknologi tepat guna (TTG) dan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

7.5. Penganggaran

Penganggaran yang diberikan melalui DAK Non Fisik Kab/Kota, hanya sebagian kecil stimulan. Sehingga diharapkan terdapat dukungan penganggaran APBD bagi lokus yang tidak tercover pembiayaan DAK Non Fisik Kab/Kota.

Secara garis besar pembiayaan kegiatan Surveilans KAMRT terdiri atas :

1. Pembiayaan Pemeriksaan Parameter Wajib Air Minum. Pemeriksaan parameter wajib air minum dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

a. Pembiayaan anggaran reagen sanitarian kit dan reagen quality control untuk pemeriksaan di puskesmas menggunakan alat sanitarian kit. Untuk detail kelengkapan alat dan bahan dapat dilihat secara detail di Bab 5.3 dan 5.4.

b. Pembiayaan anggaran pemeriksaan parameter wajib lengkap di laboratorium kesehatan terakreditasi / laboratorium lainnya yang ditunjuk pada kabupaten kota tersebut.

Dalam hal penentuan jumlah rumah tangga per puskesmas, disesuaikan dengan ketentuan pembiayaan BOK yang tersedia, ataupun mengacu pada ketentuan minimal 150 rumah tangga pada satu kabupaten/kota agar data yang

Dokumen terkait