BAB 4 MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
E. Proses dan Implementasi MBS
MBS yang diimplementasikan akan berjalan dengan baik apabila sekolah memiliki sumber daya yang profesional, ditopang oleh pendanaan yang cukup, sarana dan prasarana memadai, dan mendapat dukungan dari masyarakat terutama orang tua siswa. Implementasi MBS telah dilakukan oleh pemerintah dari tahun ke tahun. Hasilnya menjelaskan bahwa terdapat dampak yang positif antara lain, (a) meningkatnya kualitas manajemen ke arah yang lebih transparan, akuntabel, partisipatif, dan demokratis. (b) meningkatnya mutu pendidikan, (c) mengurangi angka putus sekolah, (d) peningkatan pembelajaran yang berpusat kepada siswa, dan (e) peningkatan animo masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan (Mistrianingsih et al., 2015).
Perlu diperhatikan juga berbagai faktor yang sangat penting dalam MBS, sebagaimana pendapat Mulyasa (dalam Aziz, 2015) bahwa faktor penting dalam MBS terdiri dari, (a) kewajiban sekolah, yakni sekolah yang telah dipercaya dengan diberikan keleluasaan untuk mengelola sekolah diharapkan mampu mengemban tugas, kewajiban, melakukan pengawasan, dan bertanggung jawab sesuai kebijakan pemerintah dan tuntutan masyarakat, (b) kebijakan dan prioritas nasional, sekolah sebagai penerjemah kebijakan nasional harus mengembangkan program pendidikan yang sejalan dengan kebijakan nasional, tidak boleh berjalan sendiri tanpa mengikuti standar yang telah ditetapkan pemerintah, (c) partisipasi orang tua dan masyarakat, dalam MBS partisipasi orang tua dan masyarakat diakui terutama dalam mengawasi dan memberikan aspirasi terhadap kebijakan sekolah, namun sekolah tetap perlu membuat rumusan partisipasi atau tugas dari setiap unsur, (d) profesionalitas dan manajerial, pada penerapannya semua warga sekolah tentu akan mengalami gesekan peran sehingga diharapkan semua pihak memiliki sifat profesional dan manajerial, (e) pengembangan profesi, pemerintah perlu turut andil dalam pengembangan profesi setiap warga sekolah dalam rangka mengembangkan kemampuan mereka dalam mengelola sekolah.
Selanjutnya, secara garis besar ada beberapa tahapan dalam penerapan MBS di sekolah-sekolah yaitu, pengelompokan sekolah, pentahapan pelaksanaan, dan perangkat pelaksanaan.
1. Pengelompokan sekolah, yaitu pemerintah membagi tingkat kemampuan manajemen masing-masing sekolah berdasarkan kemampuan sekolah, warga sekolah, partisipasi masyarakat, pendapatan orang tua, dan anggaran sekolah. Dari pengelompokan ini telah membantu pemerintah dalam memberikan perlakukan yang berbeda kepada setiap sekolah berdasarkan tingkat kemampuan manajemen.
2. Pentahapan pelaksanaan, sebagai realisasi dibutuhkan perubahan baik dalam kurikulum, sarana prasarana, keuangan, sumber daya, dan partisipasi masyarakat. Jadi, pentahapan MBS dapat dilaksanakan melalui tiga tahapan; jangka pendek berupa sosialisasi, jangka menengah, dan jangka panjang berupa pencapaian target dari berbagai aspek pendidikan.
3. Perangkat pelaksanaan, yakni perlunya sebuah perangkat berupa aturan dan pedoman yang secara umum dapat digunakan untuk pedoman perencanaan, pengawasan, evaluasi, hingga pelaporan.
Berbagai perangkat ini harus sudah diperkenalkan pada awal penerapan MBS (Mulyasa, 2004).
Proses implementasi MBS membutuhkan konsistensi serta didukung oleh semua unsur yang memiliki komitmen untuk bertanggungjawab dalam melaksanakannya. Berikut strategi menurut Slamet (dalam Hafid, 2011) yang dapat dilakukan sekolah untuk menerapkan MBS:
1. Memberikan sosialisasi terkait MBS kepada seluruh warga sekolah baik melalui arahan pada rapat, upacara, diskusi, publikasi, hingga seminar. Beberapa poin penting yang perlu disampaikan juga adalah tentang bagaimana paradigma MBS, sistem, dan sumber daya yang diperlukan dalam mendukung terwujudnya MBS di lingkungan sekolahnya.
2. Melakukan analisis lingkungan sekolah baik secara internal maupun eksternal yang hasilnya memuat informasi tentang kondisi saat ini dibandingkan dengan harapan yang sesuai dengan tujuan MBS.
3. Bersama warga sekolah merumuskan tujuan yang akan dicapai sekolah berdasarkan hasil analisis lingkungan sekolah. Setelah dirumuskan tujuan maka tidak lupa tetapkan kriteria-kriteria sehingga menjadi dasar untuk mengukur tingkat keberhasilan.
4. Melakukan identifikasi terhadap berbagai fungsi yang perlu dilibatkan dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Fungsi tersebut antara lain, pengembangan tenaga pendidikan dan kependidikan, pengembangan kurikulum, pengembangan iklim akademik, pengembangan humas, pengembangan fasilitas, dan lain sebagainya.
5. Menentukan tingkat kesiapan setiap fungsi dengan menggunakan metode analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, and Threat).
Analisis ini dilakukan terhadap semua fungsi baik yang tergolong internal maupun eksternal. Untuk tingkat kesiapan yang memadai ditampilkan pada; kekuatan, berarti termasuk dalam faktor internal.
Peluang, termasuk dalam faktor eksternal. Sementara untuk tingkat kesiapan yang tidak memadai ditampilkan pada; kelemahan, berarti termasuk faktor internal. Ancaman, termasuk dalam faktor eksternal.
6. Melakukan pemecahan masalah dan memaksimalkan potensi berdasarkan hasil analisis SWOT. Terutama pada tindakan pemecahan masalah dapat dimulai dari perbaikan fungsi. Selama masih ada perbaikan pada masalah yang sama maka tujuan yang telah ditetapkan tidak akan tercapai.
7. Berdasarkan poin sebelumnya, maka sekolah menyusun rencana jangka pendek, menengah, dan panjang serta program yang akan dilakukan. Oleh karena sekolah pasti memiliki keterbatasan, maka perlu dibuat skala prioritas pada saat menentukan program apa yang sebaiknya dilakukan terlebih dahulu.
Selanjutnya setiap pihak baik kantor pendidikan daerah/pusat, pengawas, kepala sekolah, guru, dan orang tua diharapkan mengetahui apa yang bisa dilakukan dalam mendukung penerapan MBS. Berikut peran dari masing-masing:
1. Peran kantor pendidikan
Dalam PP No. 25 tahun 2000 disebutkan tugas dari pemerintah pusat yaitu menentukan standar kompetensi, peraturan kurikulum, pedoman pelaksanaan, pedoman pembiayaan, menjaga mutu pendidikan, menciptakan semangat nasionalisme dan kebangsaan melalui pendidikan. Sementara peran pemerintah daerah dengan cara menjadi fasilitator terhadap sekolah, membantu pengelolaan aset pendidikan meliputi warga sekolah dan pendukung lainnya, melakukan pembinaan dan pengurusan terhadap sumber daya manusia.
2. Peran dewan dan pengawas sekolah
Para dewan dan pengawas berperan dalam menjelaskan visi pemerintah dan sekolah, mengarahkan visi dan misi sekolah sejalan dengan ketentuan daerah dan nasional, menjadi komunikator sekolah dan pemerintah, melakukan pengembangan profesionalisme warga sekolah dan berbagai pengujian terhadap metode pengajaran.
Dengan perannya sebagai fasilitator ini maka diharapkan para dewan dan pengawas semakin memperjelas apa tujuan dari pemerintah, anggaran, serta menjadi tempat sekolah mencari bantuan ketika menghadapi masalah.
3. Peran kepala sekolah
Kepala sekolah berperan sentral yakni sebagai manajer, supervisor, motivator, dan evaluator untuk memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penerapan MBS. Kepala sekolah berperan mengkoordinasikan semua sumber daya yang ada, mewujudkan visi, misi, dan tujuan sekolah melalui penerapan MBS secara bertahap. Di antaranya kepala sekolah contoh yang dapat dilakukan adalah memberikan kewenangan dan kesempatan kepada guru untuk berpartisipasi dengan keleluasaan untuk berinovasi dalam pembelajaran. Jadi, secara umum peran kepala sekolah mengarahkan segala sumber daya sekolah untuk mencapai tujuan sekolah.
4. Peran Guru
Peran guru berada pada lingkup mikro yakni mengelola proses pembelajaran sesuai bidang keilmuannya. Guru perlu memahami visi dan misi sekolah kemudian merencanakan pembelajaran,
mengarahkan siswa belajar berdasarkan metode dan sumber belajar yang tepat, bersikap adil serta memberdayakan siswa, mengevaluasi hasil belajar siswa, memberikan penghargaan kepada siswa yang berhasil meraih prestasi belajar, dan menjalin komunikasi yang baik dengan warga sekolah lain.
5. Peran orang tua dan masyarakat
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, bahwa di antara ciri dari MBS adalah perlibatan orang tua dan masyarakat di dalam pengembangan sekolah. Namun peran orang tua dan masyarakat ini perlu untuk dibangun oleh sekolah. Beberapa cara yang dilakukan dengan mengajak para orang tua untuk mengikuti pertemuan di sekolah, melakukan diskusi dengan mereka, dan mengajak para orang tua untuk mengunjungi anaknya di sekolah. Juga sekolah bisa melakukan kunjungan langsung ke rumah para siswa. Apabila telah partisipasi orang tua terbangun, maka mereka tidak saja akan memberikan bantuan berupa uang, tetapi juga lewat gagasan dan tanggung jawab terhadap program-program sekolah (Ismail, 2018).