• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.5. Material Requirement Planning (MRP)

2.5.4. Proses Lotting

Teknik lot sizing merupakan teknik untuk meminimalkan jumlah barang yang akan dipesan dan meminimalkan biaya persediaan. Objek dari manajemen persediaan adalah untuk menghitung tingkat persediaan yang optimum yang sesuai dengan permintaan pasar dan kapasitas perusahaan. (dikuti dari Fuad Aty Hary,2011)

Teknik penentuan ukuran lot mana yang paling baik dan tepat bagi suatu perusahaan adalah persoalan yang sangat sulit, karena sangat tergantung pada hal- hal sebagai berikut (dikuti dari Fuad Aty Hary,2011):

a. Variasi dari kebutuhan, baik dari segi jumlah maupun periodenya b. Lamanya horison perecanaan

c. Lama periode (mingguan, bulanan dan sebagainya) d. Perbandingan biaya pesan dan biaya unit

1. Economic Order Quantity (EOQ)

Untuk menghitung pengendalian persediaan digunakan metode Economic Order Quantity (EOQ), yang merupakan metode persediaan yang sederhana.

Metode ini bertujuan untuk menentukan ukuran pemesanan ekonomis yang dapat meminimasi biaya-biaya dalam persediaan. Metode pengendalian persediaan ini menjawab 2 pertanyaan penting, kapan harus memesan dan berapa banyak jumlah yang harus dipesan.

Metode EOQ atau disebut metode Wilson pertama kali dicetuskan oleh Ford Harris pada tahun 1915, tetapi lebih dikenal dengan nama metode Wilson karena dikembangkan oleh Wilson pada tahun 1934.

26 Jika suatu barang dipesan dari pemasok, berapa pun jumlah barang yang dipesan, biaya pemesanan (telepon, pengiriman, administrasi, dan lain-lain) besarnya selalu sama. Artinya, biaya pemesanan tidak tergantung pada jumlah pemesanan melainkan pada berapa kali jumlah pemesanan.

Jika suatu barang diproduksi, perusahaan harus men-‘set up’ mesin dan fasilitas produksi lainnya, harus membuat rencana, dan lain-lain yang biaya tersebut tidak akan berbeda untuk jumlah produksi yang berbeda.

Fakta lainnya, ada biaya yang berubah jika jumlah unit yang diproduksi atau dipesan berubah. Biaya ini berbanding lurus dengan jumlah yang diproduksi.

Termasuk harga barang, biaya penyimpanan, biaya penanganan dan lain-lain.

Dengan adanya biaya-biaya tersebut maka total biaya akan menjadi berbeda apabila jumlah unit yang diproduksi juga berbeda.

Jika jumlah pemesanan unit produk melebihi jumlah pemesanan yang ekonomis, maka akan membuat biaya penyimpanan menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan biaya persediaan dari jumlah pemesanan yang ekonomis.

Selain itu, bila jumlah pemesanan unit produk kurang dari jumlah pemesanan yang ekonomis, maka biaya pemesanan akan lebih besar. Hal ini disebabkan karena perusahaan harus memesan produk berkali-kali dengan biaya pemesanan yang dilipatgandakan.

Perhitungan EOQ diformulasikan sebagai berikut:

EOQ = √ (2AD)/H...(2.5) Dimana :

A = Order Cost D =Demand Rata-rata

27 H =Holding Cost

2. Lot For Lot (LFL)

Menurut Purwati (2008), metode lot for lot (LFL), atau juga dikenal sebagai metode persediaan minimal, berdasarkan pada ide menyediakan persediaan (atau memproduksi) sesuai dengan yang diperlukan saja, jumlah persediaan diusahakan seminimal mungkin. Jumlah pesanan sesuai dengan jumlah sesungguhnya yang diperlukan (lot for lot) ini menghasilkan tidak adanya persediaan yang disimpan. Sehingga biaya yang timbul hanya berupa biaya pemesanan saja. Asumsi yang ada dibalik metode ini adalah bahwa pemasok (dari luar atau dari lantai pabrik) tidak mensyaratkan ukuran lot tertentu; artinya berapapun ukuran lot yang dipilih akan dapat dipenuhi.

Metode ini mengandung resiko, yaitu jika terjadi keterlambatan dalam pengiriman barang. Jika persediaan itu berupa bahan baku, mengakibatkan terhentinya produksi. Jika persediaan itu berupa barang jadi, menyebabkan tidak terpenuhinya permintaan pelanggan. Pendekatan ini memperkecil biaya penyimpanan dan biasanya digunakan untuk jenis barang mahal. Metode ini cocok untuk jenis produk yang bersifat perishable goods, misalnya produk- produk makanan dan cocok untuk jenis inventori dengan biaya set up kecil, biaya simpan sangat besar, untuk produk dengan demand yang discontinuous.

3 .Least Unit Cost (LUC)

Pendekatan menggunakan konsep pemesanan dengan ongkos unit perkecil, dimana jumlah pemesanan ataupun interval pemesanan dapat bervariasi.

28 keputusan untuk pemesanan didasarkan yaitu menetapkan Lot Size dengan memperhitungkan sejumlah periode demand sedemikian sehingga total biaya per unit minimum.

Jika suatu order tiba atau datang pada awal periode pertama dan mampu memenuhi kebutuhan sampai akhir periode T, maka rumusnya adalah:

Total Biaya per unit = (Biaya Order + Biaya Holding sampai akhir periode T) / kumulatif demand sampai akhir periode T

Periode pengisian kembali (replacement period direncanakan pada periode pertama dan selanjutnya pada periode-peride dimana total biaya per unit naik untuk pertama kali).

4. Fixed Order Quantity ( FOQ )

Pendekatan menggunakan konsep jumlah pemesanan tetap karena keterbatasan fasilitas. Misalnya : Kemampuang gudang, transportasim kemampuan supplier dan pabrik. Jadi dalam menentukan ukuran lot berdasarkan intuisi atau pengalaman sebelumnya (Amalia, 2013).

5. Periode Order Quantity ( POQ )

Pendekatan menggunakan konsep jumlah pemesanan ekonomis agar dapat dipakai pada periode bersifat permintaan diskrit, teknik ini dilandasi oleh model EOQ. Dengan mengambil dasar perhitungan pada model pesanan ekonomis maka akan diperoleh besarnya jumlah pesanan yang harus dilakukan dan interval periode pemesanannya adalah setahun (Amalia, 2013).

29 6. Part Periode Balancing ( PBB )

Pendekatan menggunakan konsep ukuran lot ditetapkan bila ongkos simpannya sama atau mendekati ongkos pesannya (Amalia, 2013).

7. Fixed Periode Requirement ( FPR )

Pendekatan menggunakan konsep ukuran lot dengan periode tetap, dimana pesanan dilakukan berdasarkan periode waktu tertentu saja. Besarnya jumlah pesanan tidak didasarkan oleh ramalan tetapi dengan cara menggunakan penjumlahan kebutuhan bersih pada interval pemesanan dalam beberapa periode yang ditentukan (Amalia, 2013).

8. Least Total Cost ( LTC )

Pendekatan menggunakan konsep ongkos total akan diminimalisasikan apabila untuk setiap lot dalam suatu horizon perencanaan hamper sama besarnya.

Hal ini dapat dicapai dengan memesan ukuran lot yang memiliki ongkos simpan perunit- nya hamper sama dengan ongkos pengadaannya per unit.

9. Wagner Within ( WW )

Pendekatan menggunakan konsep ukuran lot dengan prosedur optimasi program liner, bersifat matematis. Pada prakteknya ini sulit diterapkan dalam MRP karena membutuhkan perhitungan yang rumit. Fokus utama dalam penyelesauian masalah ini adalah melakukan menimalisasi penggabungan ongkos total dari ongkos set-up dan ongkos simpan dan berusaha agar ongkos set-up dan ongkos simpan tersebut mendekati nilai yang sama untuk kuantitas pemesanan yang dilakukan.

30 10. Silver Mean ( SM )

Menitik beratkan pada ukuran lot yang harus dapat meminimumkan ongkos total per-periode. Dimana ukuran lot didapatkan dengan cara menjumlahkan kebutuhan beberapa periode yang berturut-turut sebagai ukuran lot yang tentative (bersifat sementara). Penjumlahan dilakukan terus sampai ongkos totalnya dibagi dengan banyaknya periode yang kebutuhannya termasuk dalam ukuran lot tentative tersebut meningkat. Besarnya ukuran lot yang sebenarnya adalah ukuran lot tentative terakhir yang ongkos total periodenya masih menurun.

Pada penelitian ini akan menggunakan 3 metode lot sizing MRP yaitu : Lot For Lot ( LFL), Economic Order Quantity (EOQ) dan Least Unit Cost (LUC )

Dokumen terkait