BAB III PEMBAHASAN
A. Proses Terapi Sholat Khusyu’ untuk Menguatkan Kesadaran Diri
Shalat dalam agama Islam menempati kedudukan yang tidak dapat ditandingi oleh ibadah lainnya. Ia merupakan tiang agama dan ia tidak dapat berdiri kokoh melainkan dengannya. Bagi orang muslim shalat bukan hanya dilihat sebagai suatu kewajiban, atau menggugurkan kewajiban, melainkan kebutuhan mendasar bagi kehidupan. Saat seseorang menjalankan shalat dengan khusyu’ dan membebaskan dirinya dari urusan duniawi, maka jiwanya akan merasa damai dan tenang sehingga tidak akan mudah tertekan dengan beban yang ada.
Kekhusyu’an dapat menjadikan shalat memiliki peran penting dalam penyucian jiwa dan berperilaku, baik itu melalui shalat fardhu maupun shalat sunnah. Shalat yang dilakukan dengan khusyu’
merupakan solusi bagi berbagai masalah kehidupan.
Dari segi pembinaan jiwa, pelaksanaan shalat yang khusyu’
serta gerakannya yang dilakukan dengan penuh ketenangan dan penghayatan, akan membentukjiwa yang tenang. Jika dilihat dari hasil wawancara yang peneliti paparkan pada bab sebelumnya terkait tanda- tanda kekhusyu’an dalam sholat seperti patokan dari pendapat ulama terkait masalah khusyu’. Menurut hukum islam, ialah:51
1. Ikhbat
Syeikh Mu’min Al-Haddad mengartikan ikhbat dengan arti dataran yang rendah. Kata ikhbat dalam Al-Qur’an sendiri
51 Ibid, hal. 56
memiliki makna yang beragam, sekurang-kurangnya ada tiga makna, yaitu makna tenang, makna ikhlas dan menerima.
Ikhbat diatas memberikan makna tenang dan ikhlas, dimana maksud dalam makna tersebut ketika seorang hamba yang melaksanakan sholat dengan khusyu’ akan merasa tenang.
Ketenangan merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh para konseli atau remaja yang terjerat kasus penyalahgunaan narkoba, dengan mendapat ketenangan jiwa mereka akan mampu melewati hari-hari dengan lebih baik.
2. Tuma’ninah
Pengertian tuma’ninah Ibnu Qasim al-Ghaziy dalam kitab al-Bajuri ialah diam setelah gerakan atau dapat diartikan diam diantara gerakan shalat. Tuma’ninah menurut Syeikh Mu’min Al-
‘addad melahirkan sikap hati-hati dalam pekerjaan serta kelembutan dalam ucapan dan tindakan.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tuma’ninah merupakan penghayatan ketika sholat dan itu merupakan hal yang harus dilakukan agar mampu khusyu’ dalam sholat. Selain itu tuma’ninah berarti melahirkan sikap hati-hati diamana jika dalam sholat konseli mampu melatih kesabaran dalam bertindak yang artinya akan memberikan perubahan sikap agar lebih berpikir panjang dalam mengambil keputusan.
3. Tadharru
Kata tadharru biasa digunakan dalam arti kondisi seseorang yang telah mendapatkan ketenangan, tunduk, dan merasa dirinya sebagai makhluk yang hina. Sebagai dampak dari pelaksanaan shalat yang khusyu’ ialah dalam shalatnya mereka terlihat merendahkan diri dan menundukkan diri kepada Allah.
Kondisi ini terlihat memasrahkan diri dan bersimpuh kepada Allah bahwa dirinya sebagai hamba yang membutuhkan Allah.
Tunduk atau berserah diri kepada Allah merupakan hal penting dalam meraih kekhusyu’an sholat. Dengan memasrahkan diri dalam sholat akan memberi ketenangan jiwa pada konseli.
Karena pada posisi ini konseli akan memohon ampunan kepada Allah atas perbuatan yang telah mereka lakukan. Dengan begitu sholat khusyu’ akan membawa perubahan pada diri konseli.
4. Menggigil atau Gemetar
Menggigil atau gemetar ini merupakan tanda-tanda khusyu’nya shalat seorang hamba. Sayyid Quthb menjelaskan, kondisi tersebut terkait erat dengan rasa takut seseorang kepada Allah.
Ketika khusyu’ dalam melaksanakan sholat, khusyu’ dalam setiap gerakan dan ucapan akan memberikan efek meditasi baik dalam kejiwaan maupun jasmani. Konseli yang berhasil mendirikan sholat dengan khusyu’ tentunya mengharapkan ampunan dari Allah agar terhindar dari siksaan neraka yang ditakuti semua orang termasuk kita semua.
5. Antara Tangis dan Kelembutan Hati
Tanda ini disebut-sebut sebagai tanda yang paling nampak oleh sebagian ulama seperti Syeikh Mu’miin Al-Haddad, dengan landasan firman Allah dalam al-Qur’an surah Al-Israa’ ayat 109 yang artinya “Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’. beliau menjelaskan bahwa ayat tersebut yang ketika membacanya, kita disunnahkan sujud tilawah karena ada hubungan antara tilawah, sujud, menangis, dan khusyu’.
Berdasarkan penjelasan diatas shalat khusyu’ mengandung aspek meditasi dan relaksasi sehingga dapat digunakan sebagai perseda stress yang dialamai konseli sehingga konseli dapat merasakan ketenangan baik dari perasaan atau fikiran.
B. Hasil Terapi Sholat Khusyu’ Untuk Meningkatkan Kesadaran Diri Pada Remaja yang Kecanduan Narkotika
Ritual shalat memiliki pengaruh yang sangat penting untuk terapi perasaan berdosa yang menyebabkan rasa gundah dan menjadi penyebab utama penyakit jiwa. Hal ini dapat terjadi karena ritual shalat bisa mengampuni dosa seseorang, dan menimbulkan harapan mendapatkan ampunan dan ridha Allah swt.
Shalat khusyu’ dapat dijadikan sebagai salah satu sarana yang terpenting untuk menghilangkan rasa gundah, galau, dan cemas pada remaja yang kecanduan narkotika guna meningkatkan kesadaran diri.
Shalat memiliki banyak faidah dan manfaat yang benar-benar akan dirasakan bagi yang menjalankannya.
Faidah dan manfaat shalat antara lain sebagai berikut:52 1. Menguatkan Tali Hubungan dengan Allah Swt
Sesungguhnya seorang muslim jika menjaga salat dan membiasakannya, maka ia telah menguatkan hubunganya dengan Alla swt. Jika memohon sesuatu, bertaubat, ingin menambah ketaatan, atau supaya rizkinya lancar, maka Allah akan memenuhinya. Jadi dengan melaksanakan sholat 5 waktu dengan khusyu’ klien bisa merasa lebih tenang dan damai, selain itu sholat menjadi obat pertama untuk bertaubat kepada Allah SWT.
2. Menjauhi Maksiat
Seseorang yang menjalankan shalat selalu memohon kepada Allah agar senantiasa dalam ketaatan dan dijauhkan dari kemaksiatan. Shalat dapat mencegah dari kemungkaran dan jatuh ke lembah dosa.
Dari penjelasan diatas, sholat mampu membawa perubahan pada setiap individu yang menjalankannya selain itu dengan melaksanakan solat tepat waktu akan menjahui kita dari maksiat.
Maka hal ini berlaku juga pada klien di LKS Lentera Mataram, dengan sholat akan membantu dalam menuntun kita kejalan yang benar hingga dijauhkan dari perbuatan maksiat.
3. Melunakkan Hati
Shalat yang dilaksanakan tidak diragukan lagi dapat melunakkan hati yang lagi gundah dan cemas. Meninggalkan shalat dan menjauhinya menyebabkan hati menjadi keras.
Selain hal-hal diatas sholat juga dapat menenangkan hati yang gundah, perasaan menjadi tenang dan damai. Begitu pula dengan klien di LKS Lentera Mataram dengan melaksanakan sholat 5 waktu dan tepat waktu dapat membawa ketenangan jiwa.
4. Memperoleh Ridha Allah Swt
Hasil yang dicapai dari shalat adalah sebagai sarana untuk meraih ridha Allah dan sarana untuk mendapatkan anugerah yang agung dari Allah yaitu masuk ke dalam surge-Nya.
52 Zaini Ahmad, Shalat sebagai Terapi bagi Pengidap Gangguan Kecemasan
dalam Perspekti Psikoterapi Islam, Vol.6, No 2, Desember 2015, hal 330
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil dari proses terapi sholat khusyu’ untuk meningkatkan kesadaran diri pada remaja yang kecanduan narkotika di LKS Lentera Mataram dikatakan cukup berhasil karena adanya perubahan yang terjadi pada diri kilen. Dengan adanya penerapan terapi sholat khusyu’
mampu membawa perubahan yang cukup baik pada klien. Maka dapat disimpulkan bahwa dengan terapi sholat khusyu’ mampu meningkatkan kesadaran diri pada klien tersebut.
Beberapa perubahan yang terjadi pada konseli sekarang ialah sudah taat mengerjakan sholat 5 waktu pada tepat waktu, mau menjalani dan mentaati peraturan yang ada di LKS Yayasan Lentera Mataram. Kesadaran diri mereka mulai tumbuh dengan melakukan aktifitas sehari-hari dengan lebih baik.
Dengan melihat hasil akhir dari penerapan terapi sholat khusyu’ untuk menguatkan kesadaran diri remaja yang kecanduan narkotika, maka peneliti cukup berhasil dalam mencapai target pencapaian. Dengan demikian proses dalam penelitian ini dapat dikatakan cukup berhasil.
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap persoalan yang dibahas dalam bab sebelumnya. Secara global dapat penulis simpulkan sebagai berikut:
1. Proses terapi shalat khusyu untuk menguatkan kesadaran diri pada remaja yang kecanduan narkotika dilakukan dari segi pembinaan jiwa, pelaksanaan shalat yang khusyu’ serta gerakan yang dilakukan dengan penuh ketenangan dan penghayatan akan membentuk jiwa yang tenang. Tanda-tanda seseorang yang shalatnya khusyu’ dapat diidentiikasi dari (ikhbat) kemurnian ikhlas dan menerima, (tuma’ninah) ketenangan (tadharru) tunduk atau berserah diri, badan menggigil dan gemetar, dan antara tangis dan kelembutan hati. Karena narkotika membawa penyakit utama yaitu kerusakan pada akal pikiran dan berpengaruh terhadap kesehatan tubuh maka dengan sholat merupakan hal yang tepat untuk penyakit tersebut. Selain memberikan ketenangan jiwa sholat juga memberikan kesehatan bagi tubuh.
2. Hasil dari penerapan terapi shalat untuk menguatkan kesadaran diri pada remaja yang kecanduan narkotika dikatakan cukup berhasil. Hal ini dapat dilihat dari adanya perubahan dalam diri konseli. Beberapa perubahan yang terjadi pada konseli ialah taat mengerjakan sholat 5 waktu pada tepat waktu, mau menjalani dan mentaati peraturan yang ada di LKS Yayasan Lentera Mataram.
Jika dilihat dari hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa sholat mampu menguatkan kesadaran diri pada konseli.
B. Saran
Sebagai manusia biasa tentunya tidak terlepas dari kesalahan dan kekeliruan. Karena itu tidak ada salahnya jika kita saling memperingati dalam hal kebaikan (Amar Ma’ruf Nahi Mungkar).
Adapun saran-saran yang ingin penulis sampaikan dalam hal ini sebagai berikut:
1. Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Islam
Perlunya penelitian lanjutan terkait dengan terapi sholat khusyu’ untuk menguatkan kesadaran diri pada remaja yang kecanduan narkotika.
2. Orang tua dan Keluarga
Kepada keluarga khususnya orang tua berikan kasih sayang, perhatian dan berikan nilai-nilai agama terhadap anak karena sering kali orang tua tidak menyadari bahwa sang anak berprilaku menyimpang karena kurang perhatian dari orang tua dan juga kurangnya menanamkan ilmu agama dalam mendidik anak.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Huda,” KonselingDalam Proses Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan NAPZA di PantiSosialPamardi Putra DinasSosialProvinsi D.I Yogyakarta”, (Skripsi, FakultasDakwah, UIN Sunan Kalijaga,2010).
Anton M. MoelyonoDalamZahrotulMunawaroh ,Konseling Spiritual, (Surabaya: UIN SunanAmpel, 2018)
Arina Ulfa Rizkia Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Muhammadyah Sidoarjo,2016
Awet Sandi, Narkoba dari Tapar Batas Negara, (Sintang: Mujahidin Press Bandung) 2016
Deni Dermawan, Metode Penelitian Kualitatif ( Bandung: Rosda Karya) 2014
Elizabeth Hurlock Dalam Zahrotul Munawaroh, Konseling Spiritual, (Surabaya: UIN Sunan Ampel) 2018
Fatmah dengan judul skripsi: Tehnik Identifikasi Dan Rehabilitasi Pengguna Narkoba(Study Kasus Di Yayasan Lentera Mataram NTB) :Skripsi FDK, IAIN Mataram, 2016.
Fifin Yunarti, Proses Penelitian, Program Studi Akuntansi Jurusan Auditing Fakultas Ekonomi Universitas Pamulang 2015
Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitati Untuk Ilmu-ilmu Sosial Hasyim Hasanah, Teknik-teknik Observasi, Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Universitas Islam Negri Semarang John Santrock, Remaja, Edisi II Jilid I
Malikah, Kesadaran Diri Proses Pembentukan Karakter Islam, Volume 13 Nomor 1 (Jurnal Gorontalo Institut Agama Islam Negeri Sultan Amai) 2013
Mita Rosaliza, Jurnal Ilmu Budaya, Vol 11, No.2 Februari Tahun 2015
Persona, Jurnal Psikologi Indonesia, Mei 2016, Vol. 5, No 02 Profil Yayasan Lentera Mataram, tahun 2006
Rika Agustina Daulay, Terapi Fisik Dan Jiwa Melalui Ibadah Shalat (Pengenalan Aspek-Aspek Teraupetik Ibadah Shalat ). Jurnal Edisi III Umadil Ula 1423 H. Juli-Agustus 2002
Sidik Jatmika Dalam Khamim Zarkasih Putro, Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Remaja, (FITK Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga) 2017
Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkoba Yasoma H.
Laoly, Jerat Mematikan Perspektif Kesejahteraan Ekonomi Dalam Penggunaan Narkoba,( Tanggerang Selatan: Pustaka Alvabet) 2019
Zaini Ahmad, Shalat sebagai Terapi bagi Pengidap Gangguan Kecemasan. Vol.6, No 2, Desember 2017