BAB IV: PILAR PENGUMPULAN
4.3 QUICK WINS
1. Harmonisasi dan revisi regulasi terkait zakat, termasuk UU Zakat No 23/2011 dan UU No. 36 tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan untuk mendorong zakat sebagai tax credit12
Salah satu strategi penting untuk meningkatkan realisasi penghimpunan zakat di Indonesia adalah dengan memberikan insentif bagi muzaki dalam membayar pajak. Menjadikan zakat sebagai pengurang pajak (tax credit) merupakan salah satu upaya insentif yang telah diterapkan di Malaysia dan dirasa cukup efektif untuk meningkatkan pembayaran zakat oleh muzaki.
Namun demikian, dalam regulasi di Indonesia, khususnya UU No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, zakat masih dijadikan sebagai pengurang Pendapatan Tidak Kena Pajak dan oleh karenanya revisi UU ini untuk menjadikan zakat sebagai pengurang pajak sebagai bentuk insentif pembayaran zakat perlu segera dilakukan.
Selain itu, UU No 23/2011 juga dipandangan masih memiliki berbagai kelemahan sehingga perlu disempurnakan diharmonisasikan dengan berbagai regulasi yang ada. Strategi ini akan mendukung strategi pada quick wins utama yaitu penguatan aspek hukum dan koordinasi.
2. Otomatisasi zakat bagi institusi, terutama institusi yang berbasis pemerintahan13 Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan realisasi penghimpunan zakat di Indonesia adalah dengan menghimpun zakat melalui otomatisasi zakat penghasilan dari instansi-instansi tertentu, terutama instansi berbasis pemerintahan seperti Aparatur Sipil Negara (ASN) atau pegawai Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Instansi lainnya yang potensial untuk dihimpun zakat penghasilannya
12 Masterplan Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia
13 Ibid
secara otomatis adalah Lembaga Keuangan Syariah dan lembaga-lembaga di bawah Organisasi Masyarakat Berbasis Islam.
3. Optimalisasi penghimpunan zakat saham perusahaan
Potensi zakat saham perusahaan dan zakat perdagangan di Indonesia cukup besar.
Namun, kedua objek zakat tersebut masih sangat rendah dari sisi penghimpunan.
Upaya yang dapat dilakukan untuk penghimpunan zakat saham adalah melakukan kerjasama dengan BEI untuk melakukan sosialisasi dan edukasi zakat kepada pemegang saham dan emiten yang listing di BEI. Selain itu, perlu dibuat sistem dan mekanisme khusus bagi pemegang saham yang akan membayarkan zakat sahamnya.
Menurut Charities Aid Foundation (CAF) World Giving Index 2021,
INDONESIA MENDUDUKI PERINGKAT PERTAMA
SEBAGAI NEGARA PALING
DERMAWAN DI DUNIA
BAB V
PILAR
PENYALURAN
5.1 KONTEKS 5.1.1 Pendahuluan
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011, penyaluran dana zakat oleh OPZ dibedakan dalam dua pendekatan yaitu pendistribusian dan pendayagunaan. Peraturan Badan Amil Zakat Nasional (Perbaznas) Nomor 3 Tahun 2018 Tentang Pendistribusian dan Pendayagunaan Zakat, diatur pendistribusian adalah penyaluran zakat kepada mustahik dalam bentuk konsumtif. Zakat wajib didistribusikan kepada mustahik sesuai dengan syariat Islam berdasarkan skala prioritas dengan memperhatikan prinsip pemerataan, keadilan, dan kewilayahan. Sedangkan pendayagunaan adalah bentuk pemanfaatan zakat secara optimal tanpa mengurangi nilai dan kegunaannya dalam bentuk usaha produktif, sehingga berdaya guna untuk mencapai kemaslahatan umum.
Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif dilakukan dalam rangka penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas umat.
Studi Puskas BAZNAS pada tahun 2020 melaporkan bahwa bahwa zakat mampu mempersempit kesenjangan pendapatan (Income Gap) mustahik sebesar 19 persen pada studi kasus lembaga-lembaga program. Secara keseluruhan penyaluran dana ZIS dan DSKL oleh OPZ terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, pada tahun 2019 mencapai Rp 8,7 triliun atau tumbuh 27% dari tahun 2018 yang mencapai Rp.
6,8 triliun. Sedangkan pada tahun 2020, besaran penyalurannya adalah senilai Rp. 5,5 triliun1.
Gambar 5. 1 Data Penyaluran dana ZIS dan DSKL
0 2 4 6 8 10
2018 2019 2020
)haipur nuilirt( narulayneP
6,8
8,7
5,5
Sumber: Statistik Zakat Nasional
1 Data penyaluran per tanggal 7 sept 2021 dan bersumber dari 446 (74.8%) OPZ resmi di Indonesia.
Sesuai dengan amanah dari UU, penyaluran zakat sejauh ini masih fokus untuk menanggulangi masalah kemiskinan di tanah air. Data penyaluran pada tahun 2020 menunjukkan bahwa mustahik penerima manfaat penyaluran masih didominasi untuk asnaf fakir miskin yang mencapai 39,5% dibanding ashnaf lainnya, disusul oleh asnaf DSKL sebesar 16,3%. Besarnya penyaluran pada asnaf fakir miskin ini dikarenakan masih banyaknya jumlah penduduk Indonesia yang berada di bawah ataupun rentan terhadap had kifayah dan garis kemiskinan.
Tabel 5. 1 Penyaluran Nasional berdasarkan Asnaf 2020
No Asnaf Penyaluran (Rp) %
1 Fakir Miskin 2.169.380.720.550 39,49%
2 Amil 224.744.335.777 4,09%
3 Muallaf 16.713.522.823 0,30%
4 Riqob 809.478.285 0,01%
5 Gharimin 19.711.286.699 0,36%
6 Fi Sabilillah 422.995.082.921 7,70%
7 Ibnu Sabil 23.713.961.793 0,43%
8 Infak/Sedekah Terikat 5,09205E+11 9,27%
9 Infak/Sedekah Terikat-Amil 37.389.127.856 0,68%
10 Infak/Sedekah Tidak Terikat 884.918.026.239 16,11%
11 Infak/Sedekah Tidak Terikat-Amil 170.167.775.563 3,10%
12 CSR 93.741.931.866 1,71%
13 CSR-Amil 5.219.339.952 0,10%
14 DSKL 893.179.603.683 16,26%
15 DSKL-Amil 22.139.795.619 0,40%
Total 5.494.028.901.752 100,00%
Sumber: Statistik Zakat Nasional (2020)
Keterangan: Data penyaluran per tanggal 7 sept 2021 dan bersumber dari 446 (74.8%) OPZ resmi di Indonesia
Pendistribusian zakat dilakukan terhadap 4 (empat) program utama yaitu pendidikan, kesehatan, kemanusiaan, dan dakwah dan advokasi.2 Sedangkan pendayagunaan difokuskan pada 3 (tiga) program yang saling beririsan juga dengan program pendistribusian yaitu ekonomi, pendidikan, dan kesehatan3. Program kemanusiaan
2 Peraturan Badan Amil Zakat Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2018 Tentang Pendistribusian Dan Pendayagunaan Zakat, pasal 4
3 Peraturan Badan Amil Zakat Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2018 Tentang Pendistribusian Dan Pendayagunaan Zakat, pasal 14
mendominasi penyaluran sebesar Rp. 2,3 triliun atau 47% dari total penyaluran di tahun 2020. Besaran nilai penyaluran untuk program kemanusiaan berkaitan dengan fokus penyaluran untuk penanggulangan dampak dari Covid-19. Penyaluran untuk program lainnya yaitu program dakwah (24,54%), pendidikan (13,5%), ekonomi (9,11%), dan yang terendah untuk program kesehatan (5,7%).
Tabel 5. 2 Penyaluran nasional berdasarkan bidang di tahun 2020
No Bidang Penyaluran (Rp) %
1 Ekonomi 438.187.341.136 9,11%
2 Pendidikan 648.888.668.139 13,50%
3 Dakwah 1.179.627.587.585 24,54%
4 Kesehatan 273.806.538.147 5,70%
5 Sosial Kemanusiaan 2.266.896.824.967 47,15%
Total 4.807.406.959.974 100,00%
Sumber: Statistik Zakat Nasional (2020)
Keterangan: Data penyaluran per tanggal 7 sept 2021 dan bersumber dari 446 (74.8%) OPZ resmi di Indonesia
5.1.2 Penerapan Nomor Identifikasi Mustahik
Dalam upaya menajamkan sasaran penerima zakat diperlukan integrasi data OPZ dengan data kemiskinan yang diterbitkan oleh Pemerintah. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) mengembangkan Sistem Database Mustahik Nasional (Mustahik Data Center) yang terintegrasi. Pada tahun 2020 BAZNAS melalui SK Direktur Pendistribusian dan Pendayagunaan BAZNAS Nomor 14 tahun 2020 menginstruksikan untuk dilakukannya penerapan sistem Basis Data Terpadu Mustahik BAZNAS (BDTMB) dengan tujuan membuat database pengelolaan zakat dalam hal ini data mustahik yaitu Nomor Induk Mustahik (NIM). Tujuan dari pendataan NIM ini adalah untuk mengintegrasikan data mustahik secara nasional antara satu OPZ dengan OPZ yang lain baik BAZNAS maupun LAZ sehingga penyaluran zakat dapat dilakukan lebih optimal, transparan, dan meminimalisasi terjadinya penyaluran ganda4.
NIM menggunakan kodifikasi yang terdiri atas 16 digit angka dengan rincian 10 digit angka pertama adalah kode wilayah berdasarkan Basis Data Terpadu (BDT) yang diterbitkan oleh Kementerian Sosial RI. Sedangkan 6 digit angka terakhir adalah angka yang menunjukan nomor urut mustahik yang mendapat bantuan zakat oleh OPZ5.
4 Outlook Zakat Indonesia 2021, BAZNAS
5 Keputusan Ketua BAZNAS Nomor 33 Tahun 2019 tentang Nomor Identifikasi Mustahik BAZNAS
Inovasi penyaluran zakat melalui NIM ini diharapkan dapat meningkatkan dampak zakat terhadap tingkat kemiskinan di tanah air. Sampai tahun 2020, jumlah mustahik yang telah memiliki NIM sebanyak 132.376 orang.
5.1.3 Meningkatkan dan Memperluas Cakupan Mustahik
Kehadiran OPZ dalam pengelolaan zakat diharapkan mampu meningkatkan nilai manfaat zakat bagi mustahik secara merata di seluruh pelosok negeri. Tidak hanya didistribusikan kepada para mustahik untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi harian, Zakat juga perlu dikelola sedemikian rupa sehingga dapat juga mendorong kepada kemandirian mustahik secara berkesinambungan. Selain dari sisi nominal, ukuran kinerja zakat juga dapat dilihat dari jumlah penerima manfaat zakat.
Terhitung hingga tahun 2020 jumlah penerima manfaat zakat mencapai 16,5 juta orang dengan penerima manfaat terbesar dari program yang bersifat karitatif yaitu program sosial kemanusiaan sebesar 49,9% sedangkan penerima manfaat yang terendah adalah yang bersifat produktif yaitu program ekonomi yang hanya sebesar 5,2%.
Tabel 5. 3 Jumlah penerima manfaat berdasarkan bidang program di tahun 2020
No Bidang Jumlah Mustahik %
1 Ekonomi 871.059 5,25
2 Pendidikan 1.177.337 7,10
3 Dakwah 3.916.128 23,62
4 Kesehatan 2.340.580 14,12
5 Sosial Kemanusiaan 8.273.216 49,90
Total 16.578.320 100,00%
Sumber: Statistik Zakat Nasional (2020)
Keterangan: Data penyaluran per tanggal 7 sept 2021 dan bersumber dari 446 (74.8%) OPZ resmi di Indonesia
Dari jumlah tersebut, penerima manfaat dari program LAZ Dompet Dhuafa pada tahun 2020 mencapai 3,2 juta orang atau meningkat 25,34% dibandingkan penerima manfaat pada tahun 2019. Dalam laporan Dompet Dhuafa tersebut juga disebutkan bahwa jumlah penerima manfaat terbesar di tahun 2020 sebanyak 2,41 juta orang atau 76,1% berupa layanan masyarakat, Disaster Management Centre, Tebar Hewan Qurban, Advokasi Public, Pusat Bantuan Hukum, Youth For Peace dan Satgas Covid-19 (Cekal Corona) (Dompet Dhuafa, 2020).
Sedangkan penerima manfaat dari LAZ Rumah Zakat pada tahun 2020 mencapai 3,82 juta orang, dimana 1,96 juta orang mendapat program lainnya dan sisanya adalah
penerima manfaat dari program Senyum Sehat (116 ribu orang), Senyum Juara (897 ribu orang), Senyum Mandiri (250 ribu orang), Senyum Lestari (195 ribu orang), Senyum Ramadhan (208 ribu orang) dan Superqurban (182 ribu orang) (Rumah Zakat, 2020).
Kedepannya diperlukan pemerataan penyaluran secara proporsional dengan memperluas cakupan mustahik penerima manfaat, terutama pada program yang bersifat produktif dari sisi ekonomi. Meski proses yang dilalui cukup panjang tetapi pemberian zakat produktif melalui program pendayagunaan tetap menjadi salah satu program unggulan lembaga zakat. Sebab, dalam jangka panjang adanya program pendayagunaan akan membuat mustahik berubah status menjadi muzaki. Saat hal tersebut terjadi maka ada dua dampak, pertama mustahik akan berkurang yang juga berarti kemiskinan berkurang dan kedua, adanya penambahan muzaki juga akan membuat pengumpulan zakat semakin bertambah sehingga dana yang dapat digunakan untuk membantu mustahik semakin besar.
5.1.4 Indikatorisasi Program Zakat berbasis SDGs
Pada perkembangan tujuan pembangunan yang berkelanjutan, terutama di Indonesia, para pihak saling melihat potensi-potensi sumber daya termasuk pendanaan untuk pencapaian SDGs dari banyak sektor tak terkecuali zakat. Dilihat dari jenis program yang dilakukan oleh kerja-kerja zakat, tidak terelakkan memiliki irisan yang jelas terhadap tujuan capaian SDGs. Misalnya pengentasan kemiskinan dan kelaparan, pendidikan berkualitas, air dan sanitasi, dll. Oleh karena itu, zakat dapat dikatakan sebagai salah satu instrumen yang memiliki peran dan kontribusi yang strategis bagi capaian SDGs.
Kontribusi zakat untuk mendukung SDGs juga didukung dengan adanya UU No. 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, yang menyebutkan bahwa zakat merupakan pranata keagamaan yang bertujuan untuk meningkatkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat. Bahkan lebih spesifik pada tujuan ke-6 yaitu air bersih dan sanitasi, telah dilakukan kesepakatan kerjasama berupa MoU antara BAPPENAS (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional), BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional), BWI (Badan Wakaf Indonesia) dan MUI (Majelis Ulama Indonesia) di dalam memberikan dukungan pada program Air Bersih dan Sanitasi/Clean Water and Sanitation tersebut.
Hasil kajian PUSKAS BAZNAS (2017) diketahui bahwa TPB dikelompokan menjadi 4 menurut prioritas pencapaiannya. Prioritas tertinggi jatuh kepada tiga tujuan: (i) tanpa kemiskinan; (ii) kesehatan yang baik; (iii) tanpa kelaparan. sementara kesetaraan gender menjadi yang paling rendah untuk diprioritaskan. Dari perspektif tujuan zakat, SDGs memiliki bobot terbesar untuk pemenuhan ekonomi, pendidikan, sosial kemanusiaan, kesehatan, dan dakwah, secara berturut-turut.
Puskas BAZNAS (2019) telah menerbitkan kajian konseptual mengembangkan suatu indikator yang dapat mengukur keadaan sumber air bersih di suatu wilayah pedesaan, beserta keadaan terkini kondisi sanitasi penduduk desa tersebut. Alat ukur yang dikembangkan bernama BAZNAS Index for Sustainable Clean and Safe Water and Sanitation, atau Indeks BAZNAS untuk Keberlanjutan Air Bersih dan Sanitasi (BI-WAS).
Hasil implementasi BI-WAS tahun 2019 di empat desa menunjukan hasil yang berbeda- beda. Desa Ranggung dan Desa Kendel mendapatkan nilai BIWAS dalam range 61 – 80, dengan nilai BI-WAS masing-masing 76 dan 70 persen. Desa Pesanggrahan berada di range 41 – 60 dengan nilai BI-WAS 41 persen. Terakhir, Balai Baiak III Koto berada di range 21 – 40, dengan nilai BI-WAS 23 persen (Puskas BAZNAS, 2019).
Tabel 5. 4 Kontribusi Rumah Zakat Indonesia pada Pencapaian SDGs
No. Tujuan SDGs Program Target Indikator
1 Tanpa Kemiskinan 1. Program Kewirausahaan 2. Klinik Pratama RBG 3. Kemandirian Sanitasi 4. Sekolah Juara 5. Beasiswa Anak Juara 6. Aksi Siaga Bencana 7. Mitigasi Kebencanaan
4 10
2 Tanpa Kelaparan 1. Bebas Stunting 2. Klinik Pratama Cita 3. Sehat Siaga Pangan 4. Superqurban
2 4
3 Kehidupan Sehat &
Sejahtera 1. Klinik Pratama Cita Sehat 2. Posyandu Balita
3. Ramah Lansia 4. Ambulance
5 11
4 Pendidikan Bermutu 1. Sekolah Juara 2. Rumah Baca 3. Rumah Qur’an 4. Rumah Belajar 5. Pusat Pengembangan 6. Potensi Anak (P3A) 7. PAUD Juara 8. Beasiswa Juara 9. Lab Juara 10. Mobil Juara
11. Sertifikasi Guru Sekolah 12. Juara bekerjasama 13. dengan Dinas Pendidikan
4 10
5 Kesetaraan Gender 1. Klinik Pratama RBG
2. Program Kewirausahaan 1 1
No. Tujuan SDGs Program Target Indikator 6 Air Bersih & Sanitasi
Layak 1. Kemandirian Sanitasi
2. Waterwell
3. Berbagi air kehidupan
1 1
7 Pekerjaan Layak &
Pertumbuhan Ekonomi
Rumah P2M (Pengembangan
Potensi Masyarakat) 1 1
8 Kota & Pemukiman
Yang Berkelanjutan 1. Aksi Siaga Bencana 2. Mitigasi Kebencanaan 3. Bank Sampah
2 2
9 Penanganan
Perubahan Iklim Peningkatan Kapasitas
Kerelawanan 1 1
10 Ekosistem Daratan Mitigasi Kebencanaan 1 1
Sumber: Rumah Zakat (2020)
LAZ Rumah Zakat dalam laporannya menyebutkan kontribusi Rumah Zakat dalam menyukseskan pencapaian SDGs dimulai sejak tahun 2014. Hal tersebut sebagai bukti bahwa OPZ di Indonesia selalu ikut terlibat dalam pembangunan global. Pada tahun 2019, Rumah Zakat berkontribusi pada 10 goals SDGs dengan 26 target dan 56 indikator, program yang dilakukan berkaitan dengan program ekonomi, kesehatan, pendidikan, lingkungan dan kebencanaan seperti ditampilkan pada tabel dibawah ini.
Sedangkan kontribusi lainnya terhadap pencapaian SDGs Desa adalah program Desa Berdaya dalam penanggulangan dampak Covid-19 yang difokuskan pada 8 goals SDGs dengan 28 program dan 29 indikator.
Sedangkan kontribusi LAZ dompet dhuafa dalam pencapaian SDGs difokuskan pada pencapaian 11 tujuan SDGs dengan 27 program turunan. Berikut ditampilkan kontribusi LAZ Dompet Dhuafa dalam pencapaian SDGs.
Tabel 5. 5 Kontribusi LAZ Dompet Dhuafa dalam pencapaian SDGs
No. Tujuan SDGs Program
1 Tanpa Kemiskinan 1. Program keuangan mikro syariah
2. Pemberdayaan petani, peternak, nelayan dan pengrajin UMKM 2 Tanpa Kelaparan 1. Bantuan makan bagi masyarakat jalanan
2. Gerakan ASI
3. Peningkatan pengetahuan kebutuhan gizi keluarga 3 Kehidupan Sehat &
Sejahtera 1. Layanan medis kuratif di klinik dan rumah sakit
2. Program promotif kesehatan yang mendukung pemenuhan target SDGs
No. Tujuan SDGs Program
4 Pendidikan Bermutu 1. Layanan sekolah gratis setingkat SMP-SMA gratis, beasiswa pendidikan pelajar dhuafa berprestasi
2. PAUD
3. Program peningkatan kapasitas guru
5 Kesetaraan Gender 1. Program pemberdayaan peningkatan ekonomi perempuan 2. Edukasi kesehatan reproduksi remaja dan pasangan usia subur 6 Air Bersih & Sanitasi
Layak 1. Penyediaan fasilitas sarana air bersih di daerah kritis air bersih/daerah bencana
2. Pendampingan masyarakat terkait perilaku higienis dan sanitasi 7 Pekerjaan Layak &
Pertumbuhan Ekonomi
1. Pelatihan keterampilan bagi pemuda dhuafa
2. Penciptaan lapangan kerja melalui program agroindustri padat karya 3. Pemberdayaan disabilitas
8 Industri, Inovasi Dan
Infrastruktur 1. Program rumah industri nanas Subang 2. Bantuan mikro syariah
3. Pembangunan akses jalan dan jembatan yang putus di pedesaan 9 Penanganan
Perubahan Iklim 1. Program revitalisasi kawasan lahan kritis, penanaman pohon produktif di daerah longsor dan mangrove.
2. Edukasi terhadap kewaspadaan bencana 10 Perdamaian, Keadilan
dan Kelembagaan yang Tangguh
1. Pusat bantuan hokum
2. Kajian Demografi dan Kemiskinan (IDEAS) 3. Program pendidikan antikorupsi
11 Kemitraan untuk
Mencapai Tujuan 1. Bekerjasama dengan lembaga-lembaga NGO, pemerintah, maupun internasional untuk isu kemanusiaan, kesehatan, advokasi, lingkungan dll 2. Membantun asosiasi World Zakat Forum, International Youth for Peace,
Southeast Humanitarian Forum (SEAHUM) dll Sumber: LAZ Dompet Dhuafa (2020)
Dalam kontribusinya dalam pencapaian SDGs, OPZ di Indonesia mendapat apresiasi berupa penghargaan dari lembaga baik berskala nasional maupun internasional.
Misalnya pada tahun 2020, BAZNAS meraih penghargaan Global Good Governance Sustainable Development Goals (3G SDGs) Champion Award 2020. Penghargaan ini merupakan penghargaan berskala internasional dari Cambridge International Financial Advisory (IFA) untuk lembaga yang memiliki tata kelola yang baik dan komitmen pada kesejahteraan sosial. Dalam 3G SDGs Champion Award 2020, BAZNAS memenangkan kategori Sustainable Development Goals (SDGs) untuk keberhasilan mewujudkan tujuan pembangunan global yang berkelanjutan. Sedangkan LAZ Rumah Zakat juga mendapat penghargaan dalam kontribusi terhadap SDGs dengan diperolehnya MDGs Award di bidang Gizi6.
6 LAZ Rumah Zakat. (2020).
5.1.5 Pengukuran Dampak Zakat
Dalam menyalurkan zakat terdapat dua cara yang bisa digunakan yaitu secara karitatif maupun produktif. Jika disalurkan secara karitatif, maka zakat bertujuan untuk membantu mustahik agar kebutuhan dasarnya terpenuhi. Sementara itu, jika disalurkan secara produktif, maka zakat bertujuan untuk membantu memberdayakan mustahik sehingga kualitas hidup mereka bisa meningkat dan bahkan bisa menjadikan mereka berstatus muzaki. Untuk memastikan program penyaluran berjalan dengan efektif tentu diperlukan evaluasi secara berkala. Pada tanggal 17 Oktober 2019 bertepatan dengan Peringatan Hari Pemberantasan Kemiskinan Dunia, Pusat Kajian Strategis BAZNAS secara resmi merilis Indeks Kesejahteraan BAZNAS (IKB).
IKB adalah indeks yang dirumuskan oleh Pusat Kajian Strategis BAZNAS (Puskas BAZNAS) untuk mengukur dampak kondisi kesejahteraan seseorang dari sebuah intervensi program pengentasan kemiskinan yang sudah diselaraskan dengan prinsip Maqasid Syariah. Indeks Kesejahteraan BAZNAS (IKB) disusun atas tiga indeks lainnya. Indeks tersebut adalah Indeks CIBEST/Model Cibest, Modifikasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks Kemandirian. Dalam penggunaannya, IKB dapat digunakan secara global untuk mengukur dampak kondisi kesejahteraan seseorang dari sebuah intervensi program pengentasan kemiskinan, termasuk program pengentasan kemiskinan dari dana zakat (Puskas BAZNAS, 2019f).
Secara nasional, nilai Indeks Kesejahteraan BAZNAS tahun 2020 adalah 0,41 (Cukup Baik) dengan komposisi nilai Indeks CIBEST sebesar 0,25, Modifikasi Indeks Pembangunan Manusia sebesar 0,50 dan Indeks Kemandirian sebesar 0,61. Mayoritas provinsi (58,8%) memiliki IKB dengan kategori Cukup Baik. Hanya 2,9% provinsi yang memiliki IKB dengan kategori Sangat Baik. Sisanya sebanyak 38,2% pada kategori Kurang Baik (Puskas BAZNAS, 2020f).
Rumah Zakat pada tahun 2020 melaporkan hasil pengukuran Kaji Dampak Zakat (KDZ) dengan menggunakan Indeks Kesejahteraan BAZNAS. Hasil pengukuran tersebut menghasilkan skor IKB sebesar 0,69 dengan dengan komposisi nilai Indeks CIBEST sebesar 0,71, Modifikasi Indeks Pembangunan Manusia sebesar 0,74 dan Indeks Kemandirian sebesar 0,61. Sedangkan untuk Program Desa Berdaya dalam bentuk program BUMMAS. Seperti yang disajikan dalam Tabel 5.7, program BUMMAS yang dilakukan Rumah Zakat sampai bulan Desember tahun 2020, terdapat 196 unit BUMMAS yang terdiri dari 71 unit Micro Bisnis (MicroBis), 62 unit Micro Finance (MicroFin) dan 63 unit Agribisnis (AgroBis) (Rumah Zakat, 2020). Hasil kajian oleh Rumah Zakat terhadap program BUMMAS berdampak pada:
1. Kebermanfaatan Program
Program BUMMAS berdampak memutus mata rantai utang dari rentenir dan ketergantungan terhadap tengkulak (0,74), serta memberikan akses permodalan (0,70). Selain itu, BUMMAS juga mampu meningkatkan pen dapatan (0,68), dan membuka lapangan usaha (0,68) serta lapangan kerja baru bagi masyarakat yang lebih ringan (0,67)
2. Dampak sosial
Dampak sosial yang dirasakan oleh anggota BUMMAS adalah ter bangun- nya sebuah sistem sosial yang baru, yang mampu mem berikan alternatif solusi atas permasalahan yang ada, tumbuh nya nilai-nilai kolektif antara anggota yang tergabung ke dalam BUMMAS, dan hubungan sosial dalam bermasyarakat yang semakin positif.
3. Dampak ekonomi
Pada dampak ekonomi, para responden menganggap bahwa keberadaan BUMMAS mampu meningkatkan pendapatan mereka. Keberadaan BUMMAS tidak memiliki dampak yang lebih besar terhadap perubahan pengeluaran mereka jika dibandingkan dengan pendapatan.
Program Ternak Desa Sejahtera yang diselenggarakan oleh LAZ Nurul Hayat, sampai tahun 2020 program TDS sudah mampu memberdayakan 80 peternak domba di 10 (sepuluh) titik di pulau Jawa. Laporan kemanfaatan program TDS dari tahun 2018 – 2020 bahwa jumlah domba program TDS yang telah digemukkan (fattening) sebanyak 1.632 ekor dan mampu menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 510.760.100 dan peternak program TDS telah mampu berkontribusi dengan membayar zakat sebesar
Rp.12.809.000. Jumlah mustahik yang mendapat manfaat dari program TDS adalah penyaluran bantuan ke 191 janda tua dhuafa (Nurul Hayat, 2020)7.
Berdasarkan penghitungan Indikator Kemiskinan Umum (IKU), secara umum jumlah penduduk miskin (H) mengalami penurunan setelah diberikan bantuan zakat pada penghitungan dengan menggunakan standar garis kemiskinan (Puskas BAZNAS, 2020).
Selain itu, bantuan zakat juga dapat mempercepat rata-rata waktu mustahik untuk keluar dari kemiskinan di seluruh provinsi di Indonesia (Puskas BAZNAS, 2020f).
Tabel 5. 6 Dampak zakat terhadap kemiskinan
No OPZ Jumlah pengentasan kemiskinan (orang)
Garis kemiskinan Had Kifayah Nishab zakat
1 BAZNAS 13.202 6.029 1.574
2 BAZNAS Daerah dan LAZ Daerah 113.501 37.242 7.448
Nasional 126.703 43.271 9.022
Sumber: Puskas BAZNAS (2019c)
Hasil pengentasan kemiskinan oleh sekitar 600 lebih OPZ secara nasional, yaitu untuk prioritas pertama berhasil dientaskan sebanyak 126.703 jiwa. Prioritas kedua berhasil dientaskan 43.271 jiwa, dan prioritas ketiga berhasil mentransformasikan mustahik menjadi muzaki sebanyak 9.022 jiwa. Dalam kurun waktu September 2018 sampai dengan September 2019, jumlah penurunan kemiskinan adalah sebanyak 880.000 jiwa. Berdasar jumlah tersebut, kontribusi penurunan kemiskinan dari sektor ZIS adalah sebesar 16%. Jika dibandingkan dengan angka kemiskinan nasional sebanyak 24,7 juta jiwa pada tahun 2019, kontribusi penurunan kemiskinan dari penyaluran dana ZIS adalah 0,5% (Puskas BAZNAS, 2020a).
5.1.6 Prototyping Program Zakat
Perkembangan zaman menuntut inovasi-inovasi dalam segala hal termasuk dalam penyaluran zakat. Jika sebelumnya zakat disalurkan dan dirasakan secara langsung dampaknya oleh mustahik maka kini demi peningkatan kualitas dampak zakat yang lebih baik, banyak lembaga zakat yang membuat terobosan baru. Misalnya, zakat yang dulu lebih banyak disalurkan dalam bentuk konsumtif yang memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti sandang, papan, dan pangan kini semakin bertambah mekanismenya dengan adanya zakat produktif.
7 Annual report 2020 LAZ Nurul Hayat. https://online.fliphtml5.com/erkml/gcpw/#p=1
Proses yang lebih kompleks terjadi pada penyaluran zakat secara produktif dimana terdapat perencanaan dan asesmen serta pembangunan kapasitas sebelum bantuan diberikan. Setelah mustahik menerima bantuan zakat maka masih terdapat pendampingan serta monitoring untuk memastikan program yang diberikan berjalan dengan lancar dan mencapai tujuan pengentasan kemiskinan. Praktik dan mekanisme penyaluran zakat produktif pada beberapa lembaga zakat untuk beberapa program pemberdayaan seperti pertanian pertanian, kebencanaan, dakwah, beasiswa, penyediaan layanan kesehatan, penyelenggaraan pendidikan formal, pembiayaan dan pengembangan usaha mikro, pengembangan komunitas, dan kebutuhan dasar (BAZNAS, 2021d).
1. Penyaluran Zakat untuk Pertanian
Sebanyak 12.04 juta orang atau 42% penduduk miskin tersebar di daerah perkotaan.
Sementara itu, ada 15.51 juta orang atau 58% penduduk miskin hidup di wilayah pedesaan. Dari jumlah tersebut, sebanyak 49.41% penduduk miskin di pedesaan menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian (pertanian, peternakan, dan perikanan).
Pemberdayaan di bidang pertanian juga dapat diberikan kepada mustahik yang belum memiliki pengalaman di bidang pertanian. Beberapa contoh program pertanian yang telah dilakukan OPZ antara lain:
Tabel 5. 7 Penyaluran zakat oleh OPZ untuk sektor pertanian No Program dan Lembaga Keterangan dan Capaian Program
1 Balai Ternak oleh
BAZNAS RI Program ini dibentuk sesuai dengan Surat Keputusan (SK) Ketua Badan Amil Zakat Nasional Nomor 82 tahun 2018 tanggal 23 November 2018. Program ini bertujuan untuk untuk mencapai kemandirian ekonomi, kemandirian mental dan spiritual serta kemandirian kelembagaan para peternak mustahik. Hingga Juni 2021, tersebar 16 Balai Ternak yang dimiliki oleh BAZNAS.
2 Ternak Desa Sejahtera (TDS) oleh LAZ Nurul Hayat
Merupakan program pemberdayaan peternak domba dengan modal pengelolaan plasma (kandang belakang rumah) untuk penggemukan. Program pemberdayaan TDS dikelola dengan sistem bagi hasil yang didampingi oleh mitra kerja yang profesional sebagai pengaman jangkar di penyediaan bakalan dan jaringan pasar yang bertumpu pada 4 (empat) aspek teknologi pakan, pemeliharaan ternak, manajemen kandang dan penguatan pasar (Nurul Hayat, 2020)8.
3 Pertanian Sehat oleh
LAZ Dompet Dhuafa Merupakan program pengembangan program pertanian sehat secara aplikatif melalui program pendampingan (pemberdayaan) masyarakat petani kecil dan pemasaran produk-produk pertanian ramah lingkungan. Berbagai program pemberdayaan pertanian pun telah digulirkan diantaranya Bank Benih, Klaster Mandiri, Lumbung Desa, Pemulihan Ekonomi, dan Pemberdayaan Petani Sehat.9 Sumber: BAZNAS (2021d, diolah)
8 Annual report 2020 LAZ Nurul Hayat. https://online.fliphtml5.com/erkml/gcpw/#p=1
9 http://dompetdhuafa.org/id/berita/detail/pertanian-sehat-indonesia--ikhtiar-dompet-dhuafa-wujudkan- kedaulatan-pangan