Topik 4. Rancangan Dan Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi
1. Rancangan Dan Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi
Halo para calong guru hebat. Impian bagi para pendidik tentunya menjadikan peserta didiknya berprestasi dan mampu mengasah kemampuannya masing- masing. Para gurulah yang mendampingi peserta didiknya dalam proses pembelajaran selama masa sekolah. Salah satu cara untuk membantu peserta didik menggapai tujuannya adalah dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Nah, yang menjadi pertanyaan adalah “Dari mana para pendidik memulainya?”
a. Langkah awal melakukan pembelajaran berdiferensiasi
Sebagai seorang pendidik tentunya sudah tidak asing dengan istilah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Sebelum melakukan penyusunan rancangan RPP Suprayogi et. al.(2022) menyebutkan paling tidaknya ada 12 langkah untuk membantu para pendidik dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Apa
1) Pemetaan peserta didik
Langkah awal untuk melakukan pemetaan adalah dengan melakukan refleksi diri dengan pertanyaan “apa yang ingin saya capai dengan peserta didik saya?” (Anda telah belajar pada topik 1 tentang pemetaan peserta didik, Anda bisa membacanya kembali). Pemetaan bisa dilakukan dengan melihat 3 hal berikut:
a) Melihat dari kompetensi peserta didik. Pada kompetensi siswa ini bisa dilihat dari kompetensi intelektual peserta didik, kompetensi sosial, dan kompetensi psikomotorik.
• Kompetensi intelektual
Mencakup prestasi peserta didik, semangat belajar, kemampuan menangkap informasi, berfikir kritis, kemampuan menguasai lapangan atau praktik, kemampuan linguistic, dll.
• Kompetensi sosial
Kemampuan peserta didik berkomunikasi dengan teman sebaya dan gurunya.
• Kompetensi psikomotorik,
yaitu peserta didik yang berkaitan dengan keterampilannya bertindak setelah siswa menerima pengalaman belajar tertentu.
b) Melihat dari minat atau keinginan peserta didik
Temukanlah minat peserta didik sehingga ketika para pendidik mampu membedakan dan membagi peserta didik sesuai dengan kemampuannya, motivasi peserta didik akan bertambah dan pembelajaran berdiferensiasi pun akan berjalan dengan baik dan lancer.
c) Melihat dari kebutuhan siswa
Para pendidik diharapkan mengerti akan kebutuhan peserta didiknya dalam pembelajaran, sehingga para pendidik tahu bentuk dukungan apa yang nantinya para pendidik berikan dalam pendampingan di pembelajaran yang berlangsung.
2) Dapatkan wawasan tentang peserta didik untuk mengetahui metode pembelajaran
Peserta didik menjadi tidak bergantung sepenuhnya kepada Anda sebagai guru kelak jika Anda mendapatkan wawasan peserta didik dengan mencari tahu minat atau keinginan dan kebutuhan peserta didik. Para pendidik akan menjadi tahu metode pembelajaran apa yang akan diterapkan oleh peserta didiknya kelak.
3) Pengelompokan
Berkelompok dengan teman sebaya mengajak peserta didik untuk saling belajar melepas ketergantungan dari guru sebagai pendidik. Memfungsikan guru sebagai mentor, dan rekan sebaya menjadi tutor.
Kelompok dapat berubah sesuai dengan kebutuhan kurikulum yang dibutuhkan, missal kelompok kecil, besar, atau berpasangan. Variasikan komposisi kelompok dengan peserta didik sesuai dengan penangkapan materi, penguasaan, dan pemahaman yang berbeda, dengan begitu peserta didik akan saling mengajarkan dan juga bertukar informasi dari temannya.
4) Peserta didik diberikan pilihan
Pada pembelajaran berdiferensiasi, peserta didik dapat negosiasi, tidak saklek apa kata guru, asalkan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Artinya saat pembelajaran berlangsung peserta didik dan guru membuat kesepakatan dengan materi yang akan diajarkan oleh peserta didik. Peserta didik dapat memilih dari mana peserta didik tersebut mendapatkan informasi dan bagaimana cara memprosesnya. Bukan hanya materi, melainkan peserta didik juga diberikan pilihan dalam mengerjakan tugas.
Selain peserta didik dapat memilih, guru juga sebaiknya menjelaskan mengapa metode dan cara pembelajarannya dibedakan pada setiap peserta didik, sehingga peserta didik dapat bekerja mandiri dan focus pada keterampilannya.
Contoh:
Bu Khodijah sedang mengajar Bahasa inggris di kelas 1 dengan tema greetings and partings. Tujuan pembelajarannya adalah siswa dapat melakukan perkenalan diri dengan menggunakan greetings (kalimat sapaan) dan partings (kalimat
perpisahan). Pembelajaran yang dilakukan bu Khodijah dilakukan dengan praktek langsung di dalam kelas dengan anak-anak, selain itu juga Bu Khodijah
menggunakan video sebagai alat bantu ilustrasi. Di Luar kelas, ketika anak-anak bertemu dengan Bu Khodijah diminta untuk menyapa Bu Khodijah dengan Bahasa inggris dan Bu Khodijah berpura-pura tidak mengerti jika tidak ada greeting dalam Bahasa inggris. Atau juga Bu Khodijah mempraktekannya langsung dengan menyapa anak-anak dengan menggunakan greetings dan partings dan jika Bu Khodijah bertemu siswa-siswinya diluar kelas.
Pada saat memberikan tugas, Bu khodijah meminta siswa diminta untuk membuat perkenalan dengan menggunakan kalimat greetings dan partings. Bu Khodijah meminta siswanya berpasangan untuk mengerjakan tugas. Bu Khodijah
memberikan Pilihan tugas dan siswa boleh memilihnya, yaitu boleh dalam bentuk video, atau juga boleh dalam bentuk voice note, atau juga boleh jika siswa mau membuatnya dalam bentuk komik, atau bahkan boleh hanya dalam bentuk tulisan saja.
5) Informasi dalam berbagai bentuk
Menyajikan informasi (materi/teori) dalam berbagai bentuk. Tidak hanya berupa papan tulis dan spidol saja, melainkan sajikan dengan seunik mungkin sehingga peserta didik mudah dalam menyerap. Misalnya saja dengan menerangkan teori kemudian diberikan ilustrasi, contoh kasus, tayangan pendek/video, dan metode-metode yang baru yang lain dari biasanya.
Mengapa demikian, mungkin saja satu peserta didik mudah menyerap dengan hanya membaca teorinya saja, sementara peserta didik yang lain bisa menyerap pelajaran dengan adanya ilustrasi kasus, atau mungkin video, atau mungkin yang lainnya, karena perbedaan modalitas belajar. Bisa lihat contoh kasus Bu Khodijah di atas.
6) Jangan berikan latihan umum
Siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Jika memberikan latihan dengan memberikan latihan umum, maka hanya peserta didik yang kemampuan intelektualnya tinggilah yang dapat menyelesaikan dengan mudah, sementara yang lain mungkin akan sulit dan bahkan akan lambat
dalam mengerjakan latihan yang diberikan di awal pembelajaran. Hal tersebut membuat guru harus selalu menyediakan latihan sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik. Atau berilah peserta didik pilihan tugas yang sekiranya peserta didik dapat melakukannya sesuai dengan minatnya. Bisa lihat contoh kasus Bu Khodijah.
7) Hubungkan pembelajaran ke dunia siswa
Sebagai seorang pendidik sebaiknya ketika mentransfer ilmu kepada peserta didik tidak berpusat hanya pada buku saja, melainkan berikanlah contoh yang jelas, konkrit, dan relevan. Tentunya baik jika mengajak peserta didik untuk berinteraktif berdasarkan perspektif dan minat mereka. Lakukan eksplorasi terhadap apa yang telah mereka tahu tentang materi yang diajarkan.
Contoh:
Bu Mini mengajar tematik kelas 6, dengan tema Masyarakat sejahtera dengan sub tema Masyarakat peduli lingkungan.Bu mini bertanya kepada siswanya siapa yang tahu arti peduli lingkungan? Kemudian siswanya banyak yang mengangkat tangan berebut ingin didengar pendapatnya.
Setelah itu bu mini memberikan contoh yang masuk akal dan dapat dilakukan siswa di sekolah sebagai bentuk peduli lingkungan itu seperti tidak membuang sampah pada tempatnya, dan jika tidak menemukan tempat sampah bisa menggunakan saku atau tas kita sebagai tempat sampah sementara, sampai menemukan tempat sampah yang sesuai fungsinya.
8) Kombinasi kekuatan pengajaran
Alangkah lebih baiknya jika memungkinkan guru berkolaborasi dengan mitra guru lainnya atau juga narasumber ekspert di bidangnya. Pada satu kali pembelajaran melibatkan dua guru, sehingga mempunyai kekuatan lebih untuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Atau dengan mendatangkan narasumber ekspert juga akan membantu guru dalam menampilkan resource pembelajaran yang beragam,sehingga peserta didik mendapatkan input langsung dari narasumber ekspert.
9) Latihan untuk menyempurnakan
Jam terbang guru merupakan pengalaman dan kunci dari pembelajaran berdiferensiasi yang akan membentuk pembelajaran yang sempurna. Para pendidik dianjurkan untuk menguasai keterampilan, pengetahuan yang menyeluruh tentang materi, manajemen kelas, dan kemampuan mengendalikan pembelajaran dengan baik.
10) Memulai dengan sesuatu hal
Keberhasilan pembelajaran diferensiasi tidaklah instan, tentu melalui berbagai proses. Memulai dengan tahap belajar tentu lebih baik daripada tidak menerapkannya sama sekali. Misal tahap awal dengan membangun materi dan menguasainya terlebih dahulu, dan jangan lupa tujuan untuk menentukan tujuan pembelajaran.
11) Percobaan
Jika tidak berani mencoba, maka kapan akan memulai. Ingat, bahwa ujian itu bukan hanya sekedar seberapa dapat nilai Anda bisa mengerjakan soal pada sebuah kertas, namun sebuah proses juga tidak kalah penting yang harus diperhatikan. Cobalah!
Pembelajaran berdiferensiasi ini masih belum akrab diterapkan di berbagai institusi pendidikan. Ada baiknya semua pengajar terus memberikan dukungan dan mempelajari dengan baik bagaimana peserta didiknya dalam pembelajaran di kelas dan diluar kelas, sehingga membantu antar para pendidik dalam menyusun sebuah kurikulum. Pada pembelajaran juga ada baiknya para pendidik mengikuti perkembangan peserta didiknya daripada memaksa peserta didik untuk mengikuti perkembangan gurunya. Sudah terbayang bukan, dari mana akan memulainya?
Selanjutnya Anda akan memulai membuat RPP yang sudah tidak asing bagi Anda.
Hanya saja RPP kali ini memasukan unsur pembelajaran berdiferensiasinya.
b. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Berdiferensiasi Kami yakin, Anda sudah belajar apa dan bagaimana merancang sebuah RPP pada umumnya yang Anda tahu. Anda mungkin sudah tidak asing dengan apa itu RPP. Sekedar mengingatkan kembali, silahkan Anda baca kembali apa itu RPP.
Sebagai pengingat lagi, bahwa RPP adalah sebuah alat perangkat pembelajaran seorang guru dalam mengajar di dalam kelas. RPP dibuat oleh guru untuk membantunya dalam mengajar agar sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada hari tersebut.
RPP berisi pengaturan yang berkenaan dengan perkiraan atau proyeksi tentang apa yang akan dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, kemungkinan pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah direncanakan atau pun tidak karena proses pembelajaran bersifat situasional, apabila perencanaan disusun secara matang maka proses dan hasil pembelajaran tidak akan jauh dari perkiraan.
RPP yang berdiferensiasi ini bisa dijabarkan pada rincian kegiatan, Anda boleh memilihnya berdiferensiasinya pada aspek apa. Apakah pada aspek konten, proses, produk, ataukah lingkungan belajar?
Berikut contoh RPP pembelajaran berdiferensiasi
Materi:
Menghitung luas bidang datar
Tujuan pembelajaran:
• Peserta didik mampu memahami rumus menghitung luas bidang datar
• Peserta didik dapat menghitung luas bidang datar
Pra Pembelajaran:
4) Guru mempelajari informasi tentang learning profile peserta didik pada pelajaran matematika (pengetahuan, motivasi belajar, gaya belajar)
5) Guru menyiapkan materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik.
6) Guru menyiapkan tugas yang akan diberikan kepada peserta didik dan dibuat dalam beberapa versi menyesuaikan dengan learning profile peserta didik.
Pembukaan: (Guru dan peserta didik masuk dalam ruang zoom) 1) Guru mengucapkan salam
2) Guru menyapa para peserta didik dan menanyakan kabar mereka hari ini 3) Guru menyampaikan bahwa hari ini akan belajar tentang menghitung luas
bidang datar
4) Guru menyampaikan bahwa peserta didik nanti akan mengerjakan tugas secara berkelompok
5) Guru meminta peserta didik untuk menyiapkan alat ukur (penggaris atau meteran), dan alat tulis untuk mengerjakan tugas.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran:
1) Guru menjelaskan materi tentang menghitung luas bidang datar.
2) Guru memberikan contoh menghitung luas bidang datar. Contoh menghitung luas persegi panjang, dan menghitung luas lingkaran.
3) Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk bertanya bila masih ada yang belum dipahami.
Pembagian kelompok
1) Guru memberikan tugas kepada para peserta didik secara berkelompok.
Setiap kelompok mengerjakan tugas yang berbeda-beda.
2) Guru membuat kelompok dalam breakout room zoom
3) Guru masuk ke dalam setiap ruang breakout room secara bergantian untuk mengecek kegiatan peserta didik.
Aktivitas pembelajaran: (dalam ruang breakout room)
1) Peserta didik mengerjakan tugas menghitung luas bidang datar
2) Kelompok satu, peserta didik mencari minimal 5 benda bidang datar yang ada di lantai (karpet, keramik, Meja makan, meja komputer, meja tamu dll) dan menghitung luasnya.
3) Kelompok dua, peserta didik mencari minimal 5 benda bidang datar yang ada di dinding (foto, kalender, pintu, jendela, jam dinding, dll) dan menghitung luasnya.
4) Kelompok tiga, peserta didik mencari benda-benda bidang datar yang ada di teras rumah (Meja, Pagar, lantai teras, halaman, dll) dan menghitung luasnya.
Penutup: (Siswa Kembali ke ruang utama zoom) 1) Guru menanyakan tentang hasil tugas peserta didik.
2) Guru meminta perwakilan masing-masing kelompok untuk menyampaikan hasil kerjanya
3) Guru menanyakan kepada siswa bila ada peserta didik yang belum mengerti untuk dijelaskan kembali.
4) Guru menutup pelajaran.
c. Contoh Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi
Contoh-contoh pembelajaran berdiferensiasi di kelas atau di sekolah regular sudah banyak sajian contoh kasus tertuang pada topik-topik di atas. Anda bisa membaca kembali contoh-contoh kasus pada topik-topik sebelumnya. Dapat Anda temukan tulisan yang berada di kotak-kotak untuk memudahkan Anda mencari contoh-contohnya kembali.
Berikut akan disajikan beberapa contoh kasus, seperti kasus di sekolah inklusi, kelas pembelajaran dengan moda daring, dan sekolah multicultural.
1) Contoh Penerapan Pembelajaran Diferensiasi di Sekolah Inklusi
Bu Lely merupakan seorang guru di sebuah sekolah inklusi. Ia mengajar di kelas 1 SD dengan jumlah 22 orang siswa. Salah satunya ada siswa dengan autistic spectrum disorder (ASD), sebut saja namanya adalah Arif, berumur 8 tahun.
Bu Lely menggunakan pendekatan individual approach atau merancang beberapa strategi yang dibuat khusus untuk Arif. Bu Lely Menyusun Individual Education Plan (IEP) untuk Arif supaya bisa mengikuti pelajaran.
Ketika pelajaran berlangsung, Arif duduk dekat pada kursi yang telah disediakan khusus untuknya serta didampingi oleh Bu Ramlah sebagai shadow teacher yang membantu Bu Lely dalam menjalankan program untuk Arif.
Arif ikut menyimak penjelasan Bu Lely di depan kelas, namun saat Arief terlihat tidak mengerti dengan penjelasan Bu Lely, maka Bu Ramlah ikut membantu Arif untuk menjelaskan kepada Arif dengan bahasa dan konsep yang tersendiri yang dipakai sehari-hari dan dapat dipahami dengan mudah oleh Arif. Sama halnya ketika Arif terlihat lelah dan tidak konsentrasi dengan penyampaian materi, maka Bu Ramlah bertugas
untuk mengajak Arif keluar kelas dan memberikan variasi kegiatan atau permainan sederhana, hal ini disebut dengan teknik pull-out. Atau dirasa ketika Arif tidak dapat mengikuti materi, maka Bu Ramlah membantu Bu Lely untuk memberikan Arif materi yang lain yang sesuai dengan kebutuhan Arif.
Tak jarang teman-teman Arif pun membantu Arif dengan banyak menyapa Arif dan berinteraksi dengannya, sehingga tutorial teman sebaya pun berjalan juga, oleh karena itu Arif juga semakin meningkat kemampuan komunikasinya karena teman-temannya banyak membantu. Tak jarang juga Bu Lely untuk meminta bantuan teman- teman Arif untuk membantu Arif, tidak hanya Bu Ramlah yang berperan aktif membantu Arif. Selain itu, rekan guru-guru yang lain juga tidak pernah lelah juga untuk membantu, menyapa bahkan berinteraksi dengan Arif setiap kali melihat dan bertemu Arif.
Disisi lain, pemenuhan kebutuhan Arif yang dirasa ketika belajar atensinya lebih besar jika menggunakan media visual, maka Bu Lely yang dibantu Bu Ramlah merancang beberapa media yang dapat memenuhi kebutuhan Arif, diantaranya yaitu:
a) Media for shaping, diginakan Bu Lely dan Bu Ramlah untuk melatih dan meningkatkan ekspresi verbal dari Arif, sehingga Arif dapat meningkatkan komunikasi mengenai kehidupannya dengan orang lain yang ada di sekitarnya.
b) Media for Discrete Trial Training (DTT), dengan bantuan gambar untuk memudahkan Arif mengerti akan sesuatu. Misalnya seperti ini pemberian instruksi, prompting atau memberikan bantuan atau dorongan, kemudian memberikan reward. Media yang digunakan Arif adalah kartu bergambar. Misalkan ketika Bu Lely meminta semua siswa untuk berdiri karena akan melakukan suatu aktivitas, kemudian Bu Lely meminta kepada Arif dengan instruksi “Arif ayo berdiri, ya, begini seperti Bu Lely”, jika Arif tidak merespon, maka Bu Lely memberikan gambar/kartu instruksi berdiri (orang dengan gambar berdiri). Jika Arif melakukannya, maka Bu Lely dan Bu Ramlah memberikan reward berupa pujian kepada Arif, “Hebat, Pintar”.
c) Media Matching, digunakan oleh bu Lely dan Bu Ramlah untuk.
Melatih Arif mengidentifikasi bentuk yang ada kemudian mencoba untuk mencari persamaan atau menjodohkan.
d) Media for discriminating training. Teknik ini sebetulnya mirip dengan media matching, hanya saja lebih banyak gambar yang dipakai, misalnya untuk mengidentifikasi bentuk, warna, tempat, atau bahkan orang yang berbeda. Misalnya Arif belajar tentang alat transportasi dan tempatnya. Ketika pelajaran tematik Bu Ramlah mengajak Arif untuk keluar kelas karena terlihat lelah sehingga mudah sekali untuk Arif tantrum. Bu Ramlah membawa sejumlah kartu keluar kelas dan belajar di luar ruangan, sebelumnya Arif diajak main sebentar. Bu Ramlah meletakan beberapa gambar didepan Arif, ada gambar stasiun, bandara, dan pelabuhan. Setelah itu menginstruksikan Arif,
“Ini gambar Apa?” Arif menjawab Pesawat. Bu Ramlah melanjutkan bertanya “Dimanakah pesawat parkir, coba cari gambarnya?”
Kemudian Arif mencari dari tiga gambar tersebut. Jika benar Bu Ramlah memberikan reward “pintar”, tetapi jika salah Bu Ramlah memberikan kata-kata punishment, yaitu “tidak”.
e) Media for fading technique. Media ini juga digunakan oleh Bu Lely dan Bu Ramlah, yaitu berisi kartu bergambar tentang sebuah peraturan-aturan yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Tujuannya adalah untuk menurunkan tingkat ketergantungan Arif dan meningkatkan tingkat kemandirian Arif.
Pada contoh di atas dapat dilihat bahwa Bu Lely Menyusun IEP untuk Arif dengan bantuan Bu Ramlah merupakan penerapan pembelajaran berdiferensiasi di sekolah inklusi yang menangani peserta didik yang berkebutuhan khusus.
2) Contoh Penerapan Pembelajaran Diferensiasi dengan Moda Daring Karena mewabahnya covid 19 belakangan ini tentu membuat sistem pendidikan pun ikut bertransformasi mengikuti perkembangan zaman. Kalau begitu, Anda tentu sudah tidak asing lagi dengan pembelajaran daring belakangan ini, bukan? Mari kita simak contoh pembelajaran daring beserta
Bu Melanial mengajar di kelas 6 SD, Mata pelajaran Tematik IPA dengan tema “penyesuaian makhluk hidup dengan lingkungan”. Bu Melanial menggunakan moda zoom untuk pembelajaran tatap maya.
Sebelum materi dimulai, Bu Melanial menyapa masing-masing siswa dan selalu mengingatkan mereka supaya kamera tetap menyala, “Hallo Verro apa kabar? Mana nih wajah gantengnya, belum terlihat di layar?”
Demikian Bu Melanial menyapa siswanya satu persatu.
“Terima kasih Andin, Yara, Ziya, Mawar, Fedrik (menyebutkan semua siswa yg sudah menyalakan kamera) yang sudah menyalakan kameranya. Terima kasih juga Verro dan Kay yang baru saja menyalakan kameranya, semoga kalian semua senang belajar dengan Bu Melanial”.
Setelah semua on camera, Bu Melanial memulai pembelajarannya dengan ice breaking dengan meminta semua menyalakan microphone juga.
Bu Melanial menyapa kelas dengan sebuah yel-yel,
“Kelas 6C dimana, ya”,
“hai, kami disini”, serempak siswa menjawab
“Apa kabar?”
“Kabar dahsyat, hebat, giat”,
“Siapa yang dahsyat?”
“6C”
“Siapa yang hebat?”
“6C”
“Siapa yang giat?”
“6C”
“Tepuk semangat untuk 6C” kemudian tepuk irama dari siswa pun saling bersautan.
Kemudian Bu Melanial menanyakan perasaan mereka pada saat itu, tujuannya adalah supaya tahu masing-masing apa yang mereka rasakan. Bu Melanial menggunakan gambar beragam ekspresi yang di share via zoom. “Bagaimana perasaan Anda saat ini? Silahkan tulis
nama Anda pada ekspresi gambar yang mewakili”. Bu Melanialpun mencontohkan, menuliskan namanya pada salah satu gambar tersebut.
sumber: https://id.depositphotos.com/stock-photos/anak-dengan- banyak-ekspresi.html
“Terima kasih semangatnya pagi ini anak-anak hebat. Kita akan melanjutkan ke materi kita kali ini, ya, yaitu tentang penyesuaian makhluk hidup dengan lingkungan”.
Kemudian Bu Melanial memulai dengan sebuah video interaktif dalam pembelajarannya. Siswanya diminta untuk tetap menyalakan microphonenya kecuali ketika video sedang diputar, tujuannya adalah agar siswa bisa berinteraksi secara langsung, sementara video juga bisa terdengar suaranya ketika mematikan microphone. Selain itu Bu Melanial menggunakan padlet sebagai papan onlinenya, sehingga siswa bisa tetap berinteraksi dan belajar dengan senang.
Ditengah pembelajaran Bu Melanial membagi siswa kedalam 3 (tiga) kelompok untuk mengerjakan tugas, ada berbagai alternatif yang Bu Melanial buat tugasnya, sehingga mereka bisa memilih tugas yang mana yang akan dikerjakan oleh kelompok. Bu Melanial menggunakan breakout room untuk pembagian kelompok, dan sebelumnya Bu Melanial memetakan kebutuhan siswa terlebih dahulu berdasarkan nilai ulangan harian sebelumnya. Adapun kategorinya adalah low (69 kebawah), medium (70-87), dan hight (88 ke atas). Bu Melanial memberikan waktu untuk berdiskusi dan mengerjakan tugas yang diberikan. Bu Melanial
mengunjungi ruang break out room setiap kelompok didahului dari grup hight, karena diasumsikan tidak banyak yang akan dibantu. Kemudian lanjut ke kelompok medium, dan paling terakhir mengunjungi kelompok low, disanalah Bu Melanial banyak memberikan bantuan.
Selain moda daring yang Bu Melanial pakai di atas, banyak moda daring yang Bu Melanial pakai dalam pembelajaran, misalnya menggunakan quiziz, kahoot, googleform, mentimeter, edpuzzle, dan masih banyak media pembelajaran online lainnya yang bisa dipakai.
Jelas terlihat pada contoh di atas model pembelajaran diferensiasi yang digunakan , yaitu Bu Melanial tidak melakukan pembelajaran hanya satu arah saja, melainkan melibatkan murid untuk interaktif. Selain itu, Bu Melanial melakukan pemetaan peserta didik berdasarkan nilai ulangan harian sebelumnya. Selain itu, beragam sajian tugas dan peserta didik bisa memilih tugas mana yang akan dikerjakan.
3) Contoh Penerapan Pembelajaran Diferensiasi di sekolah Multikultural Perbedaan pada sekolah multikultural adalah terlihat pada ras,etnis, budaya, latar belakang keluarga yang kemungkinan dari pernikahan antar negara, dan yang terlihat paling mencolok adalah perbedaan bahasa yang digunakan oleh guru maupun peserta didik.
Biasanya pada sekolah multicultural, bahasa yang dijadikan pengantar adalah bahasa inggris sebagai bahasa internasional yang digunakan untuk bahasa utamanya. Akan tetapi, peserta didik atau pun pengajar sering kali berasal dari negara yang bukan bahasa inggris sebagai bahasa utamanya.
Karena perbedaan bahasa itulah, sering kali peserta didik yang tidak fasih atau kurang pandai dalam bahasa inggris mereka tidak mengerti materi yang disampaikan oleh gurunya. Begitu pula dengan gurunya, karena faktor bahasa kadang menghambat jalannya pengajaran dan pertukaran informasi antara peserta didik dengan guru.
Berikut Suprayogi et.al (2022) memberikan gambaran pembelajaran berdiferensiasi di sekolah multicultural:
Perbedaan bahasa tidak menjadikan para pengajar kesulitan dalam melakukan pembelajaran, melainkan dengan melakukan pembelajaran