90
memerlukan bimbingan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai konten inti materi, sedangkan bagi peserta didik yang cukup mahir dapat membuat presentasi yang menjelaskan penyelesaian masalah sederhana, dan bagi peserta yang sangat mahir bisa membuat sebuah inovasi atau menelaah permasalahan yang lebih kompleks.
2. Model diferensiasi pembelajaran B
Instrumen asesmen awal pembelajaran yang digunakan adalah soal isian singkat dan soal cerita yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari terkait rukun iman. Atas jawaban peserta didik, guru mengidentifikasi kesiapan mereka di kelasnya, yaitu:
a. Mayoritas peserta didik telah memahami konsep rukun iman dan dapat menjelaskannya;
b. Beberapa peserta didik dapat memahami konsep rukun iman, namun belum dapat menjelaskannya;
c. Beberapa peserta didik belum memahami konsep rukun iman.
Berdasarkan data tersebut, guru melakukan pembelajaran terdiferensiasi sebagai disajikan dalam tabel 39, berikut:
Tabel 39. Pembelajaran Terdiferensiasi Kesiapan
Belajar Mayoritas peserta didik telah
memahami konsep rukun iman dan dapat
menjelaskannya
Beberapa peserta didik dapat
memahami konsep rukun iman, namun belum dapat
menjelaskannya.
Beberapa peserta didik belum
memahami konsep rukun iman.
Pembelajaran terdiferensiasi
1. Peserta didik mengerjakan soal- soal yang lebih menantang yang mengaplikasikan konsep rukun iman dalam kehidupan sehari-hari.
2. Peserta didik bekerja secara mandiri dan saling memeriksa
pekerjaan masing- masing.
1. Guru menjelaskan cara memahami rukun iman
2. Peserta didik diberi latihan untuk berkelompok mempelajari rukun iman dengan menggunakan bantuan bukti ayat-ayat kauniyah.
3. Jika mengalami kesulian, peserta didik diminta mengajukan
pertanyaan kepada 3 teman sebelum bertanya langsung kepada guru. Guru sesekali mendampingi kelompok untuk memastikan agar tidak terjadi miskonsepsi.
91
pada periode waktu tertentu dapat dijadikan sebagai umpan balik bagi guru untuk melakukan refleksi dan evaluasi. Asesmen terhadap perencanaan pembelajaran dapat dilakukan dengan cara refleksi diri terhadap perencanaan dan proses pembelajaran, dan refleksi diri terhadap hasil asesmen yang dilakukan oleh sesama guru, kepala sekolah, dan/atau peserta didik.
1. Refleksi Diri
Guru perlu melakukan refleksi diri terhadap perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran serta asesmen yang telah dilakukan. Guru yang bersangkutan perlu melakukan refleksi paling sedikit satu kali dalam satu semester. Dalam melakukan refleksi diri terhadap proses perencanaan dan proses pembelajaran, guru dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan berikut untuk membantu melakukan refleksi.
a. Apa tujuan saya mengajar semester/tahun ini?
b. Apa yang saya sukai dari proses belajar mengajar semester/tahun ini?
c. Aspek/hal apa dalam pengajaran dan asesmen yang berhasil?
d. Aspek/hal apa dalam pengajaran dan asesmen yang perlu peningkatan?
e. Apa yang perlu saya lakukan tahun ini untuk hal yang lebih baik tahun depan?
f. Apa saja tantangan terbesar yang saya hadapi dalam semester/tahun ini?
g. Bagaimana cara saya mengatasi tantangantantangan tersebut?
Pertanyaan-pertanyaan ini dapat ditambah dan dikembangkan sendiri sesuai dengan kebutuhan. Selain untuk refleksi diri, pertanyaan ini juga dapat digunakan untuk refleksi oleh sesama guru dan kepala sekolah.
2. Refleksi Sesama Guru
Refleksi sesama guru merupakan asesmen oleh sesama guru atas perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang bersangkutan untuk membangun budaya saling belajar, kerja sama dan saling mendukung. Refleksi sesama guru dilakukan paling sedikit satu kali dalam satu semester. Berikut adalah tiga hal yang dapat dilakukan oleh sesama guru.
a. Berdiskusi mengenai proses perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran (dapat menggunakan/ menyesuaikan pertanyaan untuk refleksi diri).
b. Mengamati proses pelaksanaan pembelajaran.
c. Melakukan refleksi terhadap perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.
3. Refleksi oleh Kepala Sekolah
Refleksi oleh kepala sekolah merupakan penilaian yang memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Membangun budaya reflektif, merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendorong terjadinya refleksi atas proses pembelajaran secara terus menerus dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran itu sendiri.
92
b. Memberi umpan balik yang konstruktif, merupakan kegiatan yang dilakukan oleh kepala sekolah untuk memberi masukan, saran, dan keteladanan kepada guru untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
V. PANDUAN ASESMEN PENDIDIKAN ISMUBA A. Dasar Pemikiran
Kurikulum Pendidikan ISMUBA berpola kurikulum merdeka diadaptasi dari model kurikulum yang menerapkan pembelajaran kelas dan siklus yang berawal dari pemetaan standar kompetensi, perencanaan pembelajaran, dan pelaksanaan asesmen untuk memperbaiki pembelajaran sehingga peserta didik dapat mencapai kompetensi yang diharapkan. Hal ini berimplikasi pada keleluasaan bagi guru untuk merumuskan rancangan pembelajaran dan asesmen sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik. Berkaitan dengan asesmen terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut:
1. Asesmen yang dilakukan guru mencakup asesmen atas pembelajaran (assessment of learning), asesmen untuk pembelajaran (assessment for learning) dan asesmen sebagai pembelajaran (assessment as learning).
Asesmen atas pembelajaran dilakukan untuk mengukur capaian peserta didik terhadap kompetensi yang telah ditetapkan. Asesmen untuk pembelajaran merupakan asesmen untuk menggali informasi tentang kondisi peserta didik yang dapat digunakan guru untuk memperbaiki pembelajaran, sedangkan asesmen sebagai pembelajaran memungkinkan peserta didik mengetahui capaian dan kemajuan belajarnya untuk menentukan target belajar.
2. Guru diharapkan lebih berfokus pada asesmen formatif dibandingkan sumatif dan menggunakan hasil asesmen formatif untuk perbaikan proses pembelajaran yang berkelanjutan. Guru lebih memberikan banyak ruang untuk melakukan assessment as learning dan menjadikannya sebagai umpan balik untuk perbaikan pembelajaran, sebagaimana terlihat pada gabar 3 di bawah ini:
Gabar 3. Assessment of, for, dan as learning
93
a. Assessment of learning merupakan asesmen atau penilaian yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran selesai. Proses pembelajaran selesai tidak selalu terjadi di akhir tahun atau di akhir peserta didik menyelesaikan pendidikan pada jenjang tertentu. Setiap guru melakukan penilaian yang dimaksudkan untuk memberikan pengakuan terhadap pencapaian hasil belajar setelah proses pembelajaran selesai, berarti guru tersebut melakukan assessment of learning. Ujian sekolah/madrasah, Penilaian Akhir Tahun, Penilaian Akhir Semester, dan berbagai bentuk penilaian sumatif merupakan assessment of learning (penilaian hasil belajar).
b. Assessment for learning dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan biasanya digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Dengan assessment for learning guru dapat memberikan umpan balik terhadap proses belajar peserta didik, memantau kemajuan, dan menentukan kemajuan belajarnya. Assessment for learning juga dapat dimanfaatkan oleh guru untuk meningkatkan performan dalam memfasilitasi peserta didik. Berbagai bentuk penilaian formatif, misalnya tugas, presentasi, proyek, termasuk kuis merupakan contoh-contoh assessment for learning (penilaian untuk proses belajar).
c. Assessment as learning memiliki fungsi yang mirip dengan assessment for learning, yaitu berfungsi sebagai formatif dan dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. Perbedaannya, assessment as learning melibatkan peserta didik secara aktif dalam kegiatan penilaian tersebut.
Peserta didik diberi pengalaman untuk belajar menjadi penilai bagi dirinya sendiri. Penilaian diri (self assessment) dan penilaian antar teman merupakan contoh assessment as learning. Dalam assessment as learning peserta didik juga dapat dilibatkan dalam merumuskan prosedur penilaian, kriteria, maupun rubrik/pedoman penilaian sehingga mereka mengetahui dengan pasti apa yang harus dilakukan agar memperoleh capaian belajar yang maksimal. Selama ini assessment of learning paling dominan dilakukan oleh guru dibandingkan assessment for learning dan assessment as learning.
Penilaian pencapaian hasil belajar seharusnya lebih mengutamakan assessment as learning dan assessment for learning dibandingkan assessment of learning.
3. Asesmen menggunakan acuan kriteria, yaitu asesmen yang membandingkan capaian peserta didik dengan kriteria kompetensi yang ditetapkan. Hasil asesmen seorang peserta didik, baik formatif maupun sumatif, tidak dibandingkan dengan hasil peserta didik lainnya namun dibandingkan dengan penguasaan kompetensi yang ditetapkan.
94
4. Asesmen dilakukan secara terencana, sistematis, terukur dan berkelanjutan, artinya semua indikator diukur, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan capaian pembelajaran yang telah dan yang belum dikuasai peserta didik, serta untuk mengetahui kesulitan belajar peserta didik.
5. Hasil asesmen dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Hasil asesmen juga digunakan sebagai umpan balik bagi guru untuk memperbaiki proses pembelajaran.