• Tidak ada hasil yang ditemukan

Relaksasi Otot Progresif .1 Pengertian

Dalam dokumen Home - Open Access Repository (Halaman 31-49)

Teknik relaksasi otot progresif adalah memusatkan perhatian pada suatu aktivitas otot, dengan mengidentifikasikan otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks. Teknik relaksasi otot progresif dilakukan dengan cara mengendorkan atau mengistirahatkan otot-otot, pikiran dan mental dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas tidur (Ulya & Faidah, 2017).

Relaksasi progresif adalah memusatkan suatu perhatian pada suatu aktivitas otot dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik relasai, untuk mendapat perasaan relaksasi (Townsend, 2018).

Relaksasi progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang memerlukan imajinasi dan sugesti. Latihan relaksasi otot progresif merupakan dengan teknik pernapasan yang dilakukan secara sadar dan mengunakan diaframa, memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh. Teknik pernapasan tersebut mampu memberikan pijatan pada jantung yang mengantungkan akibat naik turunya diaframa, membuka sumbatan –sumbatan dan memperlancar aliran darah kejantung serta meningkatkan aliran darah keseluruh tubuh. Peningkatan 02 didalam otak akan meransang peningkatan sekresi serotonim sehingga membuat tubuh menjadi tenang dan lebih mudah untuk tidur (Setyoadi & Kushariyadi, 2021).

Dapat disimpulkan bahwa suatu teknik relaksasi otot diikuti dengan mengistirahakan pikiran dan mental untuk meningkatkan kualitas tidur.

2.4.2 Tujuan Relaksasi Otot Progresif

Ada beberapa tujuan dari relaksasi yaitu: Relaksasi akan membuat individu lebih mampu menghindari reaksi yang belebihan karena adanya stres. Masalah yang berhubungsn dengan stres seperti hipertensi, sakit kepala, insomonia dapat diobati atau diatasi dengan relaksasi, mengurangi kecemasan, mengontrol antixipatory anxiety sebelum situasi yang menimbulkan kecemasan, kelelahan aktivitas mental latihan fisik dapat diatasi lebih cepat dengan teknik reklaksasi, kelelahan aktivitas mental, latihan fisik dapat diatasi lebih cepat dengan teknik relaksasi, relaksasi merupakan bantuan untuk menyembuhkan penyakit tertentu pasca operasi (Setyoadi &

Kushariyadi, 2021).

Pengoptimalan stimulasi pada muscule spindlle dan golgitendon organ lebih maksimal karena terdapat respon inbition yang timbul oleh adanya prinsip isometrik yang memberikan respon relaks melalui penegangan otot dkemudian dibantu dengan ekspirasi diakhir pelaksanaan isometric. Hal ini akan menyebabkan adhesi yang optimal pada jaringan ikat otot (fascia dan tendon), sehingga relaksasi yang optimal pada otot tenden terjadi kemudian nyeri menurun (Siregar, 2016).

Terjadi penurunan intesitas nyeri pada pasien pasca pembedahan laparatomi sesudah latihan relaksasi otot progresif didukung juga oleh teori bahwa latihan relaksasi yang dengan latihan pernapasan yang terkontrol dan rangkaian kontraksi serta relaksasi kelompok otot dapat menstimulasi respon relaksasi baik fisik maupun psikologis. Respon tersebut dikarenakan terasangannya aktivitas sistem saraf otonom parasimpatis nuclei rafe yang terletak diseparuh bagian bawah pons dan medula sehingga mengakibatkan penurunan metabolisme tubuh,

denyut nadi, tekanan darah dan frekuensi pernapasam dan peningkatan sekresi serotonin (Townsend, 2018).

Latihan relaksasi otot progresif merupakan dengan teknik pernapasan yang dilakukan secara sadar dan mengunakan diaframa, memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh. Teknik pernapasan tersebut mampu memberikan pijatan pada jantung yang mengantungkan akibat naik turunya diaframa, membuka sumbatan-sumbatan dan memperlancar aliran darah kejantung serta meningkatkan aliran darah keseluruh tubuh. Peningkatan 02 didalam otak akan meransang peningkatan sekresi serotonim sehingga membuat tubuh menjadi tenang dan lebih mudah untuk tidur.

Sedangkan pada saat merelaksasikan otot, sebuah sel saraf mengeluarkan opiate peptides atau saripati kenikmatan ke seluruh tubuh adalah rasa sehingga yang dirasakan adalah rasa nikmat dan tubuh menjadi rileks. Pelatihan relaksasi dapat memunculkan keadaan yang tenang dan rileks dimana gelombang otak mulai melambat semakin lambat akhirnya membuat seseorang dapat beristirahat dan tidur (Scullin, 2022)

2.4.3 Manfaat Relaksasi Otot Progresif

Latihan terapi relaksasi progresif merupakan salah satu teknik relaksasi otot yang telah terbukti dalam program untuk mengatasi keluhan insomnia, ansietas, kelelahan, kram otot, nyeri pinggang dan leher, tekanan darah meningkat, fobia ringan, dan gagap (Eyet, Zaitun,

& Ati, 2017).

2.4.4 Prinsip Relaksasi Progresif

Dalam melakukan relaksasi progresif hal yang paling penting dikenali adalah ketegangan otot, ketika otot berkontraksi (tegang) maka rangsangan akan disampaikan ke otak melalui jalur saraf afferent.

Tenson merupakan kontraksi dari serat otot rangka yang menghasilkan sensasi tegangan. Relaksasi adalah pemanjangan dari serat otot tersebut yang dapat menghilangkan sensasi ketegangan. Setelah memahami dalam mengidentifikasi sensasi tegang, kemudian dilanjutkan dengan merasakan relaks, ini merupakan sebuah prosedur umum untuk mengidentifikasi lokalisasi, relaksasi dan merasakan perbedaan antara keadaan tegang (tension) dan relaksasi yang akan diterapkan pada semua kelompok otot utama (Ulya & Faidah, 2017).

2.4.5 Indikasi Relaksasi Progresif

Indikasi dilakukannya relaksasi otot progresif adalah pasien yang mengalami gangguan tidur, pasien yang sering mengalami stress, pasien yang mengalami kecemasan dan pasien yang mengalami depresi (Setyoadi & Kushariyadi, 2021)

2.4.6 Kontraindikasi Relaksasi Otot Progresif

Pasien yang mengalami keterbatasan gerak, misalnya tidak bisa menggerakkan badannya dan pasien yang menjalani perawatan tirah baring (Potter & Perry, 2019).

2.4.7 Pelaksanaan Relaksasi Progresif

Relaksasi otot progresif selama kurang lebih 15 menit setiap harinya (Fauziyyah, 2022). Pengukuran kualitas tidur setelah pelaksanaan relaksasi progresif adalah dengan menilai kualitas tidur responden keesokan harinya. Relaksasi progresif sebaiknya dilakukan pada malam hari sesaat sebelum klien memulai keinginan untuk tidur agar dampak relaksasi progresif lebih signifikan (Siregar, 2016).

2.4.8 Prosedur Relaksasi Otot Progresif 2.4.8.1 Persiapan Klien

a. Jelaskan tujuan, manfaat, prosedur dan pengisian

lembaran persetujuan terapi kepada klien.

b. Posisikan tubuh klien secara nyaman yaitu berbaring dengan mata tertutup menggunakan bantal dibawah kepala dan lutut atau duduk di kursi dengan kepala ditopang,

c. Lepaskan aksesoris digunakan seperti kacamata, jam dan sepatu.

d. Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain yang sifatnya mengikat ketat.

2.4.8.2 Prosedur Pelaksanaan progressive muscle relaxation

a. Pastikan pasien rileks dan mintalah pasien untuk memposisikan dan fokus pada tangan, lengan bawah, dan otot bisep, kepala, muka, tenggorokan, dan bahu termasuk pemusatan pada dahi, pipi, hidung, mata, rahang, bibir, lidah, dan leher. Sedapat mungkin perhatian diarahkan pada kepala karena secara emosional, otot yang paling penting ada di sekitar area ini.

b. Anjurkan klien untuk mencari posisi yang nyaman dan ciptakan lingkungan yang nyaman.

c. Bimbingan klien untuk melakukan teknik relaksasi (prosedur di ulang paling tidak satu kali). Jika area tetap, dapat diulang lima kali dengan melihat respon klien.

d. Anjurkan pasien untuk posisi berbaring atau duduk bersandar. (sandaran pada kaki dan bahu).

e. Bimbing pasien untuk melakukan latihan nafas dalam dan menarik nafas melalui hidung dan menghembuska dari mulut seperti bersiul.

2.4.8.3 Teknik Gerakan Progressive Muscle Relaxation a. Gerakan 1: ditujukkan untuk melatih otot tangan

1) Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan

Gambar 2.1 Gerakan mengepal

2) Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan yang terjadi

3) Pada saat kepalan dilepaskan, klien dipandu untuk merasakan relaks selama 10 detik

Gambar 2.2 Gerakan melepaskan kepalan

4) Gerakan pada tangan ini dilakukan di kedua tangan klien sehingga klien dapat membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks yang dialami.

Gambar 2.3 Gerakan mengepal kedua tangan 5) Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kiri.

b. Gerakan 2: ditunjukkan untuk melatih otot tangan bagian belakang.

Tekuk kedua lengan kebelakang pada pergelangan

tangan sehingga otot ditangan dibagian belakang dan lengan bawah menegang, jari-jari menghadap ke langit- langit.

Gambar 2.4 Gerakan Melatih Otot Tangan

c. Gerakan 3: ditunjukkan untuk melatih otot biseps (otot besar pada bagian atas pangkal lengan)

1) Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan.

Gambar 2.5 Gerakan genggam kedua tangan

2) Kemudian membuka kedua kepalan kepundak sehingga otot biseps akan menjadi tegang.

Gambar 2.6 Gerakan melatih Otot Biceps

d. Gerakan 4: ditunjukkan untuk melatih otot bahu supaya mengendur.

3) Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan hingga menyentuh kedua telinga

Gambar 2.7 Gerakan mengangkat kedua bahu 4) Fokuskan perhatian gerakan pada kontras

ketegangan yang terjadi dibahu, punggung atas, dan leher.

Gambar 2.8 Gerakan memfokuskan gerakan bahu e. Gerakan 5: ditujukan untuk melatih otot-otot wajah agar

mengendur.

1) Gerakan dahi dengan mengerutkan dahi dan alis sampai otot terasa dan kulitnya keriput, lakukan selama 5 detik

2) Gerakan mengerutkan dahi

Gambar 2.9 Gerakan mengerutkan dahi

3) Selepas dahi, Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan ketegangan disekitar mata dan otot- otot yang mengendalikan gerakan mata

Gambar 2.10 Gerakan menutup mata

4) Gerakan bibir seperti bentuk mulut ikan dan lakukan selama 5-10 detik

Gambar 2.11 Gerakan bibir

f. Gerakan 6: ditunjukkan untuk mengendurkan ketegangan yang di alami oleh otot rahang. Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi sehingga terjadi ketegangan di sekitar otot rahang.

Gerakan 2.12 Gerakan mengatup Rahang

g. Gerakan 7: ditunjukkan untuk mengendurkan otot-otot sekitar mulut. Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan disekitar mulut.

Gerakan 2.13 Gerakan mengendyrkan otot sekitar mulut h. Gerakan 8: ditunjukkan untuk merilekskan otot leher

bagian depan maupun belakang.

1) Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang kemudian otot leher bagian depan

Gambar 2.14 Gerakan awal otot leher

2) Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat

Gambar 2.15 Gerakan meletakkan kepala

3) Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa sehingga dapat merasakan ketegangan dibagian belakang leher dan punggung atas.

Gambar 2.16 Gerakan menekan leher

i. Gerakan 9: ditunjukkan untuk melatih otot leher bagain depan

1) Gerakan membawa kepala ke muka

Gerakan 2.17 Gerakan membawa kepala

2) Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan ketegangan di daerah leher bagian muka.

Gerakan 2.18 Gerakan membenamkan dagu j. Gerakan 10: ditunjukkan untuk melatih otot punggung

1) Angkat tubuh dari sandaran kursi.

Gambar 2.19 Gerakan mengangkat tubuh 2) Punggung dilengkungkan

Gerakan 2.20 Gerakan Melengkungkan Punggung

3) Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik, kemudian relaks

Gerakan 2.21 Gerakan Membusungkan dada

4) Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan otot menjadi lemas.

Gambar 2.22 Gerakan meletakkan tubuh

k. Gerakan 11: ditunjukkan untuk melemaskan otot dada 1) Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru

dengan udara sebanyak- banyaknya.

Gerakan 2.23 Gerakan Menarik napas panjang

2) Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan dibagian dada sampai turun ke perut, kemudian di lepas.

Gambar 2.24 Gerakan menahan napas

3) Saat ketegangan dilepas, lakukan napas normal dengan lega.

4) Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi tegang dan relaks.

l. Gerakan 12: ditunjukkan untuk melatih otot perut 1) Tarik dengan kuat perut ke dalam.

Gerakan 2.25 Gerakan menarik perut kedalam

2) Tahan sampai menjadi kencang dan keras selama 10 detik, lalu dilepaskan bebas.

Garakan 2.26 Gerakan menahan napas perut

3) Ulangi kembali seperti gerakan awal untuk perut ini.

m. Gerakan 13-14: ditunjukkan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha dan betis)

1) Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang.

Gerakan 2.27 Gerakan Melutuskan telapak kaki 2) Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian

rupa sehingga ketegangan pindah ke otot betis.

Gerakan 2.28 Gerakan mengunci lutut

3) Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu di lepas

Gerakan 2.29 Gerakan menahan posisi tegang 4) Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali

n. Selama melakukan teknik relaksasi, catat respons nonverbal klien. Jika klien menjadi tidak nyaman, hentikan latihan, dan jika klien terlihat kesulitan, relaksasi hanya pada bagian tubuh. Lambatkan kecepatan latihan latihan dan berkonsentrasi pada bagian tubuh yang tegang.

o. Gerakan Relaksasi otot progresif ini dilakukan satu kali dalam sehari dan dilakukan selama 30 menit untuk mendapatkan hasil optimal serta dilakukan selama 1 minggu berturut-turut. Waktu pelaksanaan teknik relaksasi otot progresif untuk meningkatkan kualitas tidur ini dilakukan maksimal 1 jam sebelum kebiasaan klien tidur setiap hari misalkan klien kebiasaan tidurnya adalah jam 22.00 malam maka relaksasi otot progresif dilakukan maksimal pada jam 21.00 (Sitralita, 2018).

p. Dokumentasikan dalam catatan perawat, respon klien terhadap teknik relaksasi, dan perubahan tingkat nyeri pada pasien

2.4.9 Pengaruh Relaksasi Otot Progresif terhadap kualitas tidur

Relaksasi otot progresif terbukti mampu memperbaiki kualitas tidur dimulai dari perbaikan kualitas tidur, pengurangan kejadian latensi, tidur malam lebih banyak, efisiensi tidur meningkat, gangguan tidur malam berkurang, tidak menggunakan obat tidur, dan berkurangnya gangguan aktivitas pada perempuan menopause (Pelekasis, 2017).

Relaksasi otot progresif merupakan tehnik relaksasi otot dalam melalui dua langkah yaitu dengan menghentikan tegangan tersebut kemudian memusatkan perhatian terhadap bagaimana otot tersebut menjadi rileks, merasakan sensasi fisik dan tegangannya menghilang.

Relaksasi merupakan teknik pengelolaan diri yang didasarkan pada cara kerja sistem syaraf simpatis dan parasimpatis, tehnik ini terbukti

efektif mengurangi ketegangan dan kecemasan serta memperbaiki kualitas tidur (Siregar, 2016).

Mekanisme kerja relaksasi otot progresif dalam mempengaruhi kebutuhan tidur karena terdapat gerakan kontraksi dan relaksasi otot yang dapat menstimulasi respon fisik maupun psikologis. Respon relaksasi trophotropic akan menstimulasi saraf, sehingga dalam keadaan rileks akan diteruskan ke hipotalamus, sehingga hipotalamus akan menghasilkan Corticotropin Releasing Factor (CRF).

Corticotropin Releasing Factor (CRF) yang akan menstimulasi kelenjar pituitary sehingga produksi beberapa hormon akan meningkat seperti β-endorphin, enkefalin dan serotonin. Secara fisiologis kebutuhan tidur akan terpenuhi akibat dari penuruan aktivitas Reticular Activating System (RAS) dan noreepineprine sebagai akibat penurunan aktifitas sistem di batang otak. Respon relaksasi akan terjadi jika adanya aktifitas sistem saraf otonom parasimpatis. Hormon yang mengatur ritme sirkardian yang mempengaruhi tidur adalah hormon melatonin dan kortisol.

Relaksasi Otot Progresif didasari pada mekanisme kerja dalam mempengaruhi kebutuhan tidur dimana terjadi respon relaksasi (Trophotropic) yang menstimulasi semua fungsi dimana kerjanya berlawanan dengan system saraf simpatis sehingga tercapai keadaan relaks dan tenang. Perasaan rileks ini akan diteruskan ke hipotalamus untuk menghasilkan Corticotropin Releasing Factor (CRF) yang nantinya akan menstimulasi kelenjar pituitary untuk meningkatkan produksi beberapa hormon, seperti β-Endorphin, Enkefalin dan Serotonin. Secara Fisiologis, terpenuhinya kebutuhan tidur ini merupakan akibat dari penurunan aktifitas RAS (Reticular Activating System) dan noreepineprine sebagai akibat penurunan aktivitas sistem batang otak. Respon relaksasi terjadi karena terangsangnya aktifitas

sistem saraf otonom parasimpatis nuclei rafe sehingga menyebabkan perubahan yang dapat mengontrol aktivitas sistem saraf otonom berupa pengurangan fungsi oksigen, frekuensi nafas, denyut nadi, ketegangan otot, tekanan darah, serta gelombang alfa dalam otak sehingga mudah untuk tertidur (Ramdhani dalam Djawa, 2017)

Relaksasi otot progresif dapat mempengaruhi tidur karena saat melakukan intervensi ini akan memunculkan respon relaksasi (Trophotropic) yang menstimulasi semua fungsi dimana kerjanya berlawanan dengan sistem syaraf simpatis sehingga keadaan rileks tenang. Perasaan yang rileks inilah yang akan menghasilkan CRF sehingga mampu meningkatkan produksi hormon βEndorphin, enkefalin, dan serotonin (Siregar, 2016)

Dalam dokumen Home - Open Access Repository (Halaman 31-49)

Dokumen terkait