ة َ٘مَّضىٱ
E. Relevansi Ayat-ayat Berkah dengan Kehidupan sehari-hari Poin ini mendiskusikan relevansi al-Qur‟an dalam perbuatan manusia
nilai yang mulia. Kedua makna tersebut hanya pantas disandarkan kepada Allah Yang Mahahaq. Karena, jika dimaknai dengan tetap dan kekal, maka sesungguhnya yang selalu hidup dan kekal hanyalah Allah, dan jika dimaknai dengan berlimpahnya pengaruh yang baik dan nilai-nilai yang mulia, maka ia pun hanya berasal dari Allah.43
7. Imam Ibnul Qayyim44
Arti yang ditunjukkan oleh lafazh berkah adalah banyaknya kebaikan dan sifatnya yang berkesinambungan, dalam artian satu kebaikan akan dibarengi oleh kebaikan lainnya – sehingga kebaikan tersebut bersifat terus menerus dan berkesinambungan.45
E. Relevansi Ayat-ayat Berkah dengan Kehidupan sehari-hari
yang berisfat wajib tersebut memberikan dampak kepada individu muslim yang benar-benar menjalankannya.
Dalam setiap tuntutannya atas tindakan, seorang muslim selalu memikirkan kebaikan (keberkahan) yang mengiringinya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam bentuk langsung, misalnya dalam praktik jual beli ketika para pelaku transaksi jual beli mengingplementasikan ketakwaannya kepada Allah Swt. dimana si penjual dan pembeli mendapatkan kebaikan dalam bingkai keuntungan yang melimpah dengan penjualan yang laris manis akibat kejujurannya di dalam melakukan transaksi jual beli. Hadis nabi menjadi pijakan hadirnya kebaikan ini.
Diriwayatkan oleh sahabat Hakim bin Hizam r.a. yang berkata, Rasulullah saw. bersabda;
“Penjual dan pembeli itu berhak memilih selama keduanya belum berpisah; Jika keduanya berlaku jujur dan memberi penjelasan maka jual beli keduanya akan diberkahi, akan tetapi jika keduanya dusta dan menutup-nutupi maka dihapus keberkahan jual beli keduanya.”46 Pelaku transaksi jual beli yang berlaku sopan santun dengan mengikuti petunjuk Allah Swt si penjual tidak menjadikan sumpah sebagai sarana untuk memasarkan barang daganganya, meskipun ia benar dalam sumpahnya. Berdasarkan larangan banyak bersumpah secara umum. Juga karena tindakan tersebut merendahkan nama Allah Swt., Firman Allah Swt.
menegaskan tidak dibenarkan untuk melanggar ketentuan syari‟at Islam.
َۡعٌۡعََِٞعُۡ َّاللََِّٗۡطبَّْىاۡ ََِْٞبۡاُ٘حِيْصُتَٗۡاُ٘قَّتَتَٗۡاُّٗشَبَتۡ َُْأٌُْۡنِّبَََْٝ ِلًۡۡتَضْشُعَۡ َّاللَّۡاُ٘يَعْجَتۡ َلَٗ
ٌٌِۡٞي
“Dan janganlah kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpahmu sebagai penghalang untuk berbuat kebajikan, bertakwa dan menciptakan kedamaian di antara manusia.”47
46 al-Bukhârî, Shahih al-Bukhârî, Vol. 3. h. 58. Muslim, Shahih Muslim, Vol. 3. h.
1164.
47 QS. Al-Baqarah (2): 224
Sementara itu, dalam bentuk kebaikan yang tidak langsung, seperti si penjual terhindar dari kerugian dalam bingkai objek jual beli tidak rusak atau tidak lenyap karena dicuri atau hilang. Si pembeli pun merasakan dalam bingkai barang yang dibeli berguna dalam jangka waktu yang lama terus menerus sehingga dapat berlangganan membeli barang yang sama kepada penjual yang sama dengan sebelumnya. Hal seperti ini tergambarkan dalam ibadah shalat dan haji di mana umat Islam diajarkan pentingnya kebersamaan dan memandang sejajar sesamanya.
Dalam kajian al-Qur‟an berkembang apa yang disebut metode tematik.
Metode ini diasumsikan dapat menyajikan pandangan al-Qur‟an yang kohesif tentang suatu persoalan. Teori yang dikembangkan selama ini baik dari kalangan mereka yang terdidik dalam tradisi kajian di dunia Islam48 maupun dalam tradisi Barat49 memulai panggilan perspektif al-Qur‟an dengan kata kunci yang ada dalam al-Qur‟an seperti Allah, manusia, setan dll.
Empat ayat yang dikutip di dalam penelitian ini adalah surat Al-A‟râf, Maryam, dan dua ayat dari surat Hûd. Secara umum, keempat ayat tersebut berbicara tentang tema-tema berikut ini,
Ketakwaan, keimanan, kisah Nabi, dan tanda alam. Konteks dalam surat al- A‟râf ayat 96 adalah keimanan dan ketakwaan membuat keberkahan secara langsung di langit dan muka bumi, begitu juga dengan keberkahan yang bersifat tidak langsung yang dirasakan di dalam kehidupan. Konteks surat Maryam ayat 31 adalah kenabian dan pedoman yang mengajarkan nilai-nilai agama. Ayat tersebut mendeskripsikan bawha Allah-lah yang menjadikan Isa –putera Maryam, seorang yang diberikan manfaat bagi agama, mengajak
48 Contohnya Al-Farmawi dengan karyanya Al-Bidayah fi Tafsir al-Maudhu‟i dan Qurasih Shihab dengan Wawasan al-Qur‟an.
49 Fazlur Rahman, Tema-tema Pokok al-Qur‟an (Bandung: Pustaka, 1983), h. 11- 17.
kepada agama, dan mengajarkannya kepada umat manusia. Ayat ini mengindikasikan agar umat manusia individu yang berguna bagi sesama manusia dan makhluk di sekelilingnya.
Konteks surat Hûd ayat 48 bertemakan keimanan dan kisah. Ayat ini merupakan rekaman kejadian pada zaman Nabi Musa as. dengan kaumnya dimana kataۡ
َ تا َ بَ رَ ك
digunakan untuk menunjukkan kebenaran ajaran yang dibawa Nabi Musa as. dengan diselamatkan dari hujan badai dan banjir besar yang menerjang seluruh kaumnya kecuali yang beriman kepada ajaran yang dibawa Nabi Nuh as. Di sisi lain ayat ini memiliki konteks peringatan Tuhan kepada umat-Nya yang menentang ajaran yang dibawa oleh para utusan-Nya yang nasibnya akan seperti mereka yang diazab secara langsung di dunia.Terakhir, konteks surat Hûd ayat 73 menceritakan kondisi keluarga Sarah memiliki anak pada usia yang secara keumuman sudah tidak mungkin lagi bisa memiliki seorang anak. Itulah keberkahan yang diperoleh Sarah sebagai wanita shalehah dan tidak putus asa atas kehendak Allah. Di dalam ayat ini menunjukkan qada dan qadar Allah Swt. tidak bisa dihindari dan tidak bisa diatur ulang, kekuasaan-Nya merupakan rahmat dan berkah-Nya Sementara itu, dimensi lain dari kronologi kehadiran anak di kehidupan Sarah adalah berkembang dan bertambah. Anak merupakan penghubung keberlangsungan hidup manusia di muka bumi. Oleh karena itu, seluruh Nabi dan Rasul merupakan keturunan Ibrahim dan Sarah melalui Ishak yang mempunyai anak, Ya‟qub.
Keberkahan (kebaikan) kalau dikaitkan dengan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan berdimensi sikap mental teologis. Perbuatan menentang ajaran bahkan mencela para nabi dianggap sebagai refleksi dari keimanannya yang rapuh. Al-Qur‟an mencontohkan dari sisi orang kafir diberikan kebaikan dan mereka hidup sampai pada hari kiamat. Melalui riwayat Muhammad bin
Ka‟ab bahwa seluruh kehidupan orang kafir diberikan kesenangan di dunia (yang bersifat sementara) lalu mengazabnya di akhirat kelak. Sementara itu, penggunaan terma berkah berkaitan erat dengan sifat natural manusia yang membutuhkan sosialisasi dengan manusia lainnya sehingga terbentuk keluarga yang melahirkan generasi-generasi untuk masa mendatang, seperti kronologi kelahiran Ishak di dalam surat Hûd.
Tabel 1. Ayat-Ayat Berkah
No Ayat Teks Ayat Dan
Terjemah
Relevansi
1 QS. Al-A‟râf (7): 96
اىٌَُهآ يَزُقْلا َلْهَأ َّىَأ ْىَلَو ٍتاَكَزَب ْنِهْيَلَع اٌَ ْحَتَفَل اْىَقَّتاَو ْيِكَلَو ِضْرَ ْلْاَو ِءاَوَّسلا َيِه اىًُاَك اَوِب ْنُهاًَْذَخَأَف اىُبَّذَك َىىُبِسْكَي
ۡ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya.”
Keimanan dan ketakwaan mendatangkan keberkahan (kebaikan).
Jadi,
jika seseorang didalam hidupnya beriman, menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, hidupnya akan mendatangkan keberkahan (kebaikan) baik bersifat materi maupun non materi.
2. QS. Hûd (11): 48
اٌَِّه ٍم َلََسِب ْطِبْها ُحىًُاَي َليِق ٍنَهُأ ًَلَعَو َكْيَلَع ٍتاَكَزَبَو ْنُهُعِّتَوٌَُس ٌنَهُأَو َكَعَه ْيَّوِه ٌنيِلَأ ٌباَذَع اٌَِّه ْنُهُّسَوَي َّنُث
“Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat- umat (yang mukmin) dari orang-orang yang bersamamu. Dan ada (pula) umat-umat yang Kami beri kesenangan pada mereka (dalam kehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab yang pedih dari Kami”
Iman dan takwa kepada ajaran Allah Swt. akan menyelamatkan seseorang dari azab.
Jadi, orang-orang yang beriman dan bertakwa tidak hanya mendatangkan keberkahan dari langit dan bumi saja. Orang-orang yang berada di Jalan-Nya, beriman kepada Allah SWT dan rasul-Nya bisa menyelamatkan dari adzab yang diberikan oleh Allah SWT. seperti kisah Nabi Nuh dan umat-umat yang beriman yang diselamatkan dari banjir bandang.
3. QS. Hûd (11): 73
ِ َّاللَّ ِزْهَأ ْيِه َييِب َجْعَتَأ اىُلاَق ْنُكْيَلَع ُهُتاَكَزَبَو ِ َّاللَّ ُتَو ْحَر
ٌديِو َح ُهًَِّإ ِتْيَبْلا َلْهَأ ٌديِجَه
“Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya,
dicurahkan atas kamu,
hai ahlulbait!
Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah”
Manusia tidak bisa terhindar dari kehendak Allah Swt.
Jadi, segala sesuatu yang menurut manusia itu tidak mungkin tapi bagi Allah tidak ada yang tidak mungkin. Jika Allah sudah berkata “Jadilah” maka jadilah sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Seperti yang terjadi pada Kisah Nabi Ibrahim yang diberikan keberkahan (kebaikan) yaitu seorang anak, padahal Nabi Ibrahim dan Istrinya telah lanjut usia.
4. QS. Maryam (19): 31
ُتٌُْك اَه َيْيَأ اًكَراَبُه يٌَِلَعَجَو ِةاَكَّزلاَو ِة َلََّصلاِب يًِاَصْوَأَو اًّي َح ُتْهُد اَه
“Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan
kepadaku (mendirikan)
shalat dan
(menunaikan) zakat selama aku hidup.”
Hidup berguna bagi sesama manusia menjadi keberkahan bagi seorang yang menjalaninya.
Jika kita saling membantu satu sama lain, memberi manfaat satu sama lain banyak menghasilkan keberkahan (kebaikan) terhadap orang yang menjalaninya. Seperti kisah Nabi Isa yang selalu memberi manfaat kepada sesamanya, menyuruh kepada kebaikan-kebaikan dan melarang pada kemungkaran. Sehingga kebaikan-kebaikan itu mendatangkan manfaat untuk Nabi Yunus. Yaitu, kesejahteraan pada tiga keadaan; dihidupkan,
dimatikan, dan
dibangkitkan kembali.
81 PENUTUP