Hasil Penelitian 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau kajian untuk kebijakan dalam menurunkan angka perokok pada remaja
2. Untuk sekolah, penelitian ini diharapkan menjadi masukan untuk strategi mengurangi perilaku merokok pada siswa
3. Hasil penelitian merupakan pengembangan keilmuan AIKA dalam mengurangi perilaku merokok pada remaja
4. Hasil penelitian ini memerlukan penelitian lanjutan secara kualitatif agar mendapatkan hasil lebih mendalam pengaruh agama dan perilaku merokok remaja
5. Hasil penelitian ini juga dapat dilanjutkan secara kuantitatif dalam lingkup secara nasional khususnya untuk mengetahui peran agama serta fatwa muhammadiyah terhadap status merokok warga muhammadiyah di Indonesia.
Rencana Tindak Lanjut
1. Melakukan pengabdian masyarakat sosialisasi bahaya merokok pada siswa SMK Muhammadiyah 09 Jakarta 2020
2. Membuat penelitian lanjutan dengan baselin penelitian yang dilakukan ini
34
DAFTAR PUSTAKA
Atari, D. . (2014). Gender differences in the prevalence and determinants of tobacco use among school-aged adolescents (11-17 years) in Sudan and South Sudan.
The Pan African Medical Journal, 18, 118.
https://doi.org/10.11604/pamj.2014.18.118.3202
Cai, Y. (2012). Social, Psychological and Environmental-Structural Factors Associated with Tobacco Experimentation Among Adolescence in Shanghai, China. Retrieved from http://www.mdpi.com/1660-4601/9/10/3421
Green, L., & Kreuter, M. (2005). Health Program Planning : an Educational and Ecological Approach. 4th ed. New York: McGrow Hill.
Gibney, M.J et al. (2009). Gizi Kesehatan Masyarakat (Palupi Widyastuti dan Erita Agustin Hardiyanti, Penerjemah). Jakarta :EGC.
Halim, N. . (2013). Faktor-Faktor Psikologis yang Menentukan Perilaku Merokok pada Mahasiswi Kedokteran di Universitas Hasanuddin. In skripsi.
Retrieved from
http://repository.unhas.ac.id.bit/skripsi%25nurul%25aini%252520C11108 785.pdf.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Panduan Promosi Perilaku Tidak Merokok. Jakarta: Kemenkes RI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Bulletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan: Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Kemenkes RI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Permenkes 40 Tahun 2013 :Peta Jalan Pengendalian Dampak Konsumsi Rokok bagi Kesehatan.
Jakarta: Kemenkes RI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Infodatin :Perilaku Merokok Masyarakat Indonesia Berdasarkan Riskesdas 2007 dan 2013. Jakarta:
Kemenkes RI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Laporan Nasional RISKESDAS 2018. Jakarta: Kemenkes RI.
Martini. (2014). Makna Merokok pada Remaja Putri Perokok. Surabaya
35
:Universitas Airlangga. 1 Januari 2016. https://journal.unair.ac.id/- jppp411b62529full.pdf.
Pakpahan, R.P et al, (2013). The Effectiveness of Booklet for Improved Knowledge and Attitude about Cigarette and Us Dangerous At SDN 01 Panjang Selatan, Panjang. Jurnal. Bandar Lampung :FK.UNILA. 20 Desember 2015.
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/
Qariati, N. I., Fahrurazi, & Lasari, R. D. (2019). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Dengan Perilaku Merokok Pada Pengunjung di Lantai Dua Coffe Banjarmasin. Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia, 2(2), 82–87.
Reda, A., Moges, A., Yazew, B., & BIadgilign, S. (2012). Determinants of cigarette smoking among school adolescents in eastern Ethiopia: a cross-sectional study. Harm Reduction Journal, 9(39). https://doi.org/10.1186/1477-7517-9- 39
Sitepoe, M. (2000). Kekhususan Rokok di Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Umniyatun, Y., & Nurmasnsyah, M. I. (2019). Keyakinan Agama dan Hubungannya dengan Perilaku Merokok pada Pelajar Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah di Kota Depok. Journal of Religion and Public Heath, 1(1), 42–46.
WHO (2020). Tobacco. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/tobacco WHO (2020). Pernyataan: Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2020.
https://www.who.int/indonesia/news/detail/30-05-2020-pernyataan-hari- tanpa-tembakau-sedunia-2020
Yulviana, R. (2015). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Merokok pada Remaja Putra Kelas X dan XI di SMA Negeri 6 Pekanbaru. Jurnal Kesehatan Komunitas, 2(6), 278–282.
36 LAMPIRAN
1. LUARAN WAJIB
SUBMITTED ARKESMAS (JURNAL SINTA 4)
DRAFT JURNAL
Hubungan Agama dengan Perilaku Merokok pada Siswa SMK Muhammadiyah 09 Jakarta
The Relationship Between Religion and Smoking Behavior in Students of SMK Muhammadiyah 09 Jakarta
Nia Musniati1, Mega Puspa Sari1
1)Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA Jakarta
E-mail: [email protected] ABSTRACT
The proportion of smokers ≥ 10 years in DKI Jakarta is 28.3%, with the highest age at first smoking ranging from 15-19 years (51.5%) (Ministry of Health of the Republic of Indonesia, 2018). Islam teaches its followers not to engage in self-defeating activities. It's no secret that smoking is a habit that can damage health. Muhammadiyah has determined that the smoking law is haram issued by the Tarjih Council and the Muhammadiyah Central Leadership Tajdid through Decree No. 6 / SM / MTT / III / 2010. This study aimed to determine the relationship between religion and smoking behavior of students of SMK Muhammadiyah 09 Jakarta in 2020. This research was conducted at SMK Muhammadiyah 09 South Jakarta in June-November 2020, with the data collection time in October 2020.
This research is a quantitative analytic study with a cross-sectional design. The research sample consisted of 114 students using a simple random sampling technique. This study
37
uses primary data from a questionnaire. The analysis performed was univariate, bivariate and multivariate. The results showed that there was a significant relationship between students' smoking behavior and religious beliefs that smoking was an act of self-harm (P- value 0.002), religious belief that smoking was a useless act (P-value 0.020), religious belief that smoking is a waste (P-value 0.017), responses to Muhammadiyah fatwas on smoking (P-value 0.021), and religious practice (P-value 0.026).
Keywords: smoking behavior, students, Islamic, muhammadiyah.
ABSTRAK
Proporsi perokok umur ≥ 10 tahun di DKI Jakarta adalah 28,3% dengan umur pertama kali merokok paling tinggi dimulai pada usia 15-19 tahun (51,5%) (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018). Islam mengajarkan umatnya untuk tidak melakukan kegiatan yang merugikan diri sendiri. Sudah bukan rahasia lagi bahwa merokok sejatinya merupakan kebiasaan yang dapat merusak kesehatan. Muhammadiyah telah menetapkan hukum merokok adalah haram yang dikeluarkan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui keputusan no 6/SM/MTT/III/2010. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan agama dengan perilaku merokok siswa SMK Muhammadiyah 09 Jakarta tahun 2020. Penelitian ini dilakukan di SMK Muhammadiyah 09 Jakarta Selatan pada Juni-November 2020, dengan waktu pengumpulan data Oktober 2020. Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan desain cross sectional.
Sampel penelitian berjumlah 114 siswa dengan teknik sampling simple random sampling.
Penelitian ini menggunakan data primer hasil kuesioner. Analisis yang dilakukan adalah univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku merokok siswa dengan keyakinan agama bahwa merokok tindakan merusak diri (P−value 0,002), keyakinan agama bahwa merokok merupakan tindakan tidak bermanfaat (P−value 0,020), keyakinan agama bahwa merokok merupakan pemborosan (P−value 0,017), tanggapan terhadap fatwa Muhammadiyah tentang merokok (P−value 0,021), dan praktik agama (P−value 0,026).
Kata Kunci: perilaku merokok, siswa, agama, muhammadiyah PENDAHULUAN
Merokok membunuh lebih dari 8 juta orang setiap tahun. Lebih dari 7 juta kematian tersebut adalah akibat dari penggunaan tembakau langsung, sementara sekitar 1,2 juta adalah akibat dari orang yang tidak merokok terpapar asap rokok orang lain. Lebih dari 80% dari 1,3 miliar pengguna tembakau dunia tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2020).
Global Youth Tobacco Survey (GYTS) 2014 menyatakan Indonesia sebagai Negara dengan angka perokok remaja tertinggi di dunia. Proporsi merokok pada penduduk umur≥ 10 tahun di Indonesia adalah 28,9% dan paling tinggi umur awal merokok dimulai pada umur 15-19 tahun (52,1%). Proporsi merokok pada remaja usia 15-19 tahun di Indonesia adalah 19,6%. Proporsi perokok umur≥ 10 tahun di DKI Jakarta adalah 28,3%
dengan umur pertama kali merokok paling tinggi dimulai pada usia 15-19 tahun (51,5%) (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018).
Menurut Kemenkes RI (2012) menyatakan didalam sebatang rokok terkandung 4000 jenis senyawa kimia yang berbahaya bagi tubuh, dengan 3 komponen utama yaitu : nikotin, tar, dan karbon monoksida (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012).
Perilaku merokok adalah perilaku yang merokok setiap hari atau kadang kadang.
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018).
Beberapa faktor yang mempengaruhi remaja menggunakan rokok yaitu: sosial dan lingkungan fisik, lingkungan sosial kecilnya (teman dan keluarga), kognitif (pengetahuan),
38
proses afektifnya, ekonomi yang rendah, akses, kemudahan serta harga dari rokok sendiri, pendidikan yang rendah dan keterpaparan terhadap iklan rokok (CDC, 2013). Berdasarkan penelitian Qariati, et al (2019), menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku merokok (P−value < 0,05) (Qariati, Fahrurazi, &
Lasari, 2019). Hasil beberapa penelitian menyatakan bahwa ditemukan ada hubungan bermakna antara agama dengan status merokok (Bowie et al., 2017, Byron et al., 2015, Pradhana, 2019, Umniyatul & Nurmansyah, 2019). Berdasarkan hasil penelitian Elkalmi, Alkoudmani, Elsayed, Ahmad, & Khan (2016), menyatakan ada pengaruh positif keyakinan Islam dengan perilaku tidak merokok. Responden yang tidak perokok sangat mendukung fatwa larangan merokok tersebut dibandingkan responden yang merokok (P−value 0,001). Selain itu ditemukan juga bahwa Proporsi yang signifikan dari tidak perokok percaya bahwa Islam melarang merokok karena potensi bahayanya (P value 0,001).
Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah telah menetapkan hukum merokok dikeluarkan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui keputusan no 6/SM/MTT/III/2010. Dalam putusan tersebut, Muhammadiyah mengharamkan rokok. Ada 6 alasan kenapa muhammadiyah mengharamkan rokok salah satunya adalah merokok dianggap mengandung unsur menjatuhkan diri dalam kebinasaan, sesuai dengan Al-Quran Al- Baqarah 195:
اوُقِفْنَأ َو يِف ِليِبَس َِاللّ َلَو اوُقْلُت ْمُكيِدْيَأِب ىَلِإ ِةَكُلْهَتلا اوُنِسْحَأ َو َنِإ ََاللّ ب ِحُي َنيِنِسْحُمْلا
Artinya: Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
Islam hanya mengajarkan umatnya untuk tidak melakukan kegiatan yang merugikan diri sendiri. Sudah bukan rahasia lagi bahwa merokok sejatinya merupakan kebiasaan yang dapat merusak kesehatan. Maka menanggapi hal tersebut, rokok dinilai merupakan tindakan atau kebiasaan yang tidak baik dilakukan bagi umat Muslim.
SMK Muhamadiyah 09 adalah SMK yang berlokasi di jalan Panjang, Cipulir, Kecamatan Kebayoran Lama, Kota Jakarta Selatan. Rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana hubungan agama dan faktor lainnya dengan perilaku merokok pada siswa SMK Muhammadiyah 09 Jakarta Selatan tahun 2020. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara agama dengan perilaku merokok pada siswa SMK Muhammdiyah 09 Jakarta 2020.
SUBYEK DAN METODE
Penelitian ini dilakukan di SMK Muhammadiyah 09 Jakarta Selatan pada Juni- November 2020, dengan waktu pengumpulan data Oktober 2020. Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan desain cross sectional. Populasi target adalah siswa SMK Muhammadiyah. Populasi terjangkau adalah siswa SMK Muhammadiyah 09.
Subyek yang diteliti adalah siswa SMK Muhammadiyah 09 yang memenuhi kriteria inklusi (tercatat sebagai siswa aktif dan bersedia menjadi responden) dan eksklusi (tidak hadir/sakit pada saat pengumpulan data). Sampel penelitian berjumlah 114 siswa dengan teknik sampling simple random sampling.
Data dikumpulkan dengan metode angket melalui online semi-structured questionnaire menggunakan google form sebagai instrumen. Instrumen dilengkapi dengan Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP). Link kuesioner disebarluaskan kepada seluruh kontak wali kelas masing-masing (kelas 1, 2 dan 3). Lalu wali kelas diminta membagikan link kuesioner ke media sosial per kelas, sehingga siswa dapat melakukan pengisian kuesioner secara online sesuai waktu penelitian.
39
Variabel independen terdiri dari variabel agama yaitu keyakinan agama bahwa merokok tindakan merusak diri, keyakinan agama bahwa merokok merupakan tindakan tidak bermanfaat, keyakinan agama bahwa merokok merupakan pemborosan, tanggapan terhadap fatwa Muhammadiyah tentang merokok, dan praktik agama. Variabel dependen adalah perilaku merokok siswa.
Analisis yang dilakukan adalah analisis univariat, bivariat dan multivariate.
Analisis Bivariat menggunakan uji Chi Square dan analisis multivariat menggunakan uji Regresi Logistik Berganda.
Penelitian ini sudah mendapatkan surat persetujuan etik dengan No. 03/20.07/0536 dari lembaga Komisi Etik Penelitian Kesehatan Universitas Muhammadiyah Prof. DR.
HAMKA.
HASIL
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Merokok Siswa SMK Muhammadiyah 09 Jakarta Tahun 2020
No Perilaku Merokok Jumlah Presentase (%)
1 Ya 17 14,9
2 Tidak 97 85,1
Total 114 100
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Agama Siswa SMK Muhammadiyah 09 Jakarta Tahun 2020
No Faktor Agama Jumlah Presentase (%) Keyakinan agama
1 Dalam agama saya, merokok tindakan merusak diri
Tidak setuju 12 10,5
Setuju 102 89,5
Total 114 100
2 Dalam agama saya, merokok merupakan tindakan tidak bermanfaat
Tidak setuju 17 14,9
Setuju 97 85,1
Total 114 100
3 Dalam agama saya, merokok merupakan pemborosan
Tidak setuju 8 7,0
Setuju 106 93,0
Total 114 100
4 Tanggapan terhadap fatwa Muhammadiyah tentang merokok
Tidak setuju 22 19,3
Setuju 92 80,7
Total 114 100
5 Praktik agama
Kurang baik 46 40,4
Baik 68 59,6
40
Total 114 100
Tabel 1 menunjukkan bahwa responden lebih banyak tidak perokok (85,1%). Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki keyakinan agama, merokok tindakan merusak diri (89,5%), keyakinan agama bahwa merokok tidak bermanfaat (85,1%), keyakinan agama merokok pemborosan (93%), setuju dengan tanggapan terhadap fatwa muhammadiyah (80,7%), dan praktik agama baik (59,6%).
Tabel 3. Hubungan Faktor Agama dengan Perilaku Merokok Siswa SMK Muhammadiyah 09 Jakarta Tahun 2020
Faktor Agama
Perilaku merokok
P−value PR 95% CI Perokok Tidak
perokok
Total
n % n % n %
14. Dalam agama saya, merokok tindakan merusak diri
Tidak setuju 6 50,0 6 50,0 12 100
0,002 4,636 (2,094-10,265)
Setuju 11 10,8 91 89,2 102 100
15. Dalam agama saya, merokok merupakan tindakan tidak bermanfaat
Tidak setuju 6 35,3 11 64,7 17 100
Setuju 11 11,3 86 88,7 97 100 0,020 3,112 (1,329-7,288)
16. Dalam agama saya, merokok merupakan pemborosan
Tidak setuju 4 50,0 4 50,0 8 100
Setuju 13 12,3 93 87,7 106 100 0,017 4,077 (1,725-9,634)
17. Tanggapan terhadap fatwa Muhammadiyah tentang merokok
Tidak setuju 7 31,8 15 68,2 22 100
Setuju 10 10,9 82 89,1 92 100 0,021 2,927 (1,256-6,825)
18. Praktik agama
Kurang baik 11 23,9 35 76,1 46 100
Baik 6 8,8 62 91,2 68 100 0,026 2,710 (1,078-6,812)
Tabel 4. Hasil Multivariat Hubungan Faktor Agama Siswa SMK Muhammadiyah 09 Jakarta Tahun 2020
Variabel P−value OR 95% CI
Keyakinan agama bahwa merokok tindakan merusak diri
0,010 6,597 1,572-27,685
Tanggapan terhadap fatwa Muhammadiyah tentang merokok
0,039 3,799 1,073-13,455
Praktik Agama 0,062 3,043 0,946-9,789
Constant 0,004 0,003
Tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku merokok siswa dengan keyakinan bahwa Dalam agama saya, merokok tindakan merusak diri (P−value 0,002), dengan hasil Perhitungan PR menunjukkan responden yang tidak setuju dengan keyakinan agama bahwa merokok tindakan merusak diri berisiko 4,636 kali menjadi perokok dibandingan dengan responden yang setuju (95% CI 2,094-10,265). Tabel 3 juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku merokok siswa dengan keyakinan Dalam agama saya, merokok merupakan tindakan tidak
41
bermanfaat (P−value 0,020) dengan hasil Perhitungan PR menunjukkan responden yang tidak setuju dengan keyakinan agama bahwa merokok merupakan tindakan tidak bermanfaat berisiko 3,112 kali menjadi perokok dibandingan dengan responden yang setuju (95% CI 1,329-7,288). Tabel 3 juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku merokok siswa dengan keyakinan Dalam agama saya, merokok merupakan pemborosan (P−value 0,017) dengan hasil Perhitungan PR menunjukkan responden yang tidak setuju dengan keyakinan agama bahwa merokok merupakan pemborosan berisiko 4,077 kali menjadi perokok dibandingan dengan responden yang setuju (95% CI 1,725-9,634). Tabel 3 juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku merokok siswa dengan Tanggapan terhadap fatwa Muhammadiyah tentang merokok (P−value 0,021) dengan hasil Perhitungan PR menunjukkan responden yang tidak setuju dengan keyakinan agama bahwa merokok merupakan pemborosan berisiko 2,927 kali menjadi perokok dibandingan dengan responden yang setuju (95% CI 1,256-6,825). Tabel 3 juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku merokok siswa dengan praktik agama (P−value 0,026) dengan hasil Perhitungan PR menunjukkan responden yang memiliki praktik agama yang kurang baik berisiko 2,710 kali menjadi perokok dibandingan dengan responden memiliki praktik agama yang baik (95% CI 1,078-6,812).
Hasil multivariat menunjukkan terdapat dua variabel agama yang bermakna dengan perilaku merokok yaitu variabel keyakinan agama bahwa merokok tindakan merusak diri dan tanggapan terhadap fatwa muhammadiyah tentang merokok. Variabel keyakinan agama bahwa merokok tindakan merusak diri merupakan variabel yang paling dominan dengan OR 6,597, artinya responden yang tidak setuju dengan keyakinan agama bahwa merokok tindakan merusak diri berisiko 6,597 kali menjadi perokok dibandingkan dengan responden yang setuju setelah dikontrol tanggapan terhadap fatwa muhammadiyah tentang rokok dan praktik agama (95% CI 1,572-27,685). Sedangkan variabel praktik agma merupakan variabel konfounding (tabel 4).
DISKUSI
Keyakinan bahwa merokok tindakan merusak diri merupakan faktor agama yang dominan dalam mempengaruhi perilaku merokok dengan OR 6,597. Hasil bivariat penelitian juga menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku merokok siswa dengan keyakinan agama bahwa merokok tindakan merusak diri (P−value 0,002).
Hal ini sejalan dengan penelitian Umniyatun & Nurmasnsyah (2019) yang menunjukkan Ada hubungan yang bermakna antara keyakinan dalam agama saya, merokok tindakan merusak diri (P−value 0,000). Penelitian ini juga menemukan bahwa responden yang tidak setuju bahwa merokok tindakan merusak diri berisiko 4,41 kali memiliki perilaku merokok dibandingkan responden yang setuju (95% CI 2,16-9,02).
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku merokok siswa dengan keyakinan agama bahwa merokok merupakan tindakan tidak bermanfaat (P−value 0,020). Hal ini sejalan dengan Umniyatun & Nurmasnsyah (2019) yang menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara keyakinan dalam agama saya, merokok merupakan tindakan yang tidak bermanfaat (P−value 0,000). Penelitian ini juga menemukan bahwa responden yang tidak setuju bahwa merokok tindakan tidak bermanfaat berisiko 4,22 kali memiliki perilaku merokok dibandingkan responden yang setuju (95%
CI 2,23-7,98).
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku merokok siswa dengan keyakinan agama bahwa merokok merupakan pemborosan (P−value 0,017). Hal ini sejalan dengan penelitian Umniyatun & Nurmasnsyah (2019) yang menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara keyakinan dalam agama saya,
42
merokok merupakan merupakan pemborosan (P−value 0,000). Penelitian ini juga menemukan bahwa responden yang tidak setuju bahwa merokok merupakan pemborosan berisiko 7,84 kali memiliki perilaku merokok dibandingkan responden yang setuju (95%
CI 3,39-18,30).
Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah telah menetapkan hukum merokok dikeluarkan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui keputusan no 6/SM/MTT/III/2010. Dalam putusan tersebut, Muhammadiyah mengharamkan rokok. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku merokok siswa dengan tanggapan terhadap fatwa Muhammadiyah tentang merokok (P−value 0,021). Hal ini sejalan dengan penelitian Umniyatun & Nurmasnsyah (2019) yang menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara tanggapani fatwa muhammadiyah tentang merokok remaja (P−value 0,000). Penelitian ini juga menemukan bahwa responden yang tidak setuju dengan tanggapan terhadap fatwa muhammadiyah tentang merokok berisiko 2,22 kali memiliki perilaku merokok dibandingkan responden yang setuju (95% CI 1,06-4,66). Menurut Byron et al., (2015) menyatakan bahwa Pernyataan Organisasi keagamaan memiliki pengaruh dalam mendukung perilaku tidak merokok. Penemuan ini menunjukkan adanya potensi komunitas pengendalaian tembakau untuk bermitra dengan para pemimpin Muslim lokal yang simpatik untuk dipromosikan dalam rangka mengurangi perilaku merokok dan paparan asap rokok pada publik.
Berdasarkan hasil penelitian Elkalmi, Alkoudmani, Elsayed, Ahmad, & Khan (2016), menyatakan ada pengaruh positif keyakinan Islam dengan perilaku tidak merokok.
Responden yang tidak perokok sangat mendukung fatwa larangan merokok tersebut dibandingkan responden yang merokok (P−value 0,001). Selain itu ditemukan juga bahwa Proporsi yang signifikan dari tidak perokok percaya bahwa Islam melarang merokok karena potensi bahayanya (P−value 0,001)
Pada penelitian ini juga ditemukan ada hubungan antara praktik agama dengan perilaku merokok siswa (P−value 0,026). Praktik agama yang dinilai adalah praktek ibadah seperti shalat wajib, membaca al Quran, mengikuti pengajian, berpuasa dan bersedekah dalam seminggu terakhir. Hasil penelitian menunjukkan responden yang memiliki praktek agama yang kurang baik berisiko 2,710 kali berperilaku merokok dibandingkan dengan responden dengan praktik agama baik (95% CI 1,078-6,812). Hal ini juga ditemukan pada penelitian Kidwai et al. (2013), terdapat keterkaitan antara kehadiran agama dengan berkurang kemungkinan merokok.
Terdapat hubungan terbalik yang signifikan secara statistik antara kehadiran religius dan merokok. Menghadiri layanan keagamaan sekitar satu kali per minggu dikaitkan dengan peningkatan 52% dalam penghentian merokok (RR 1,52; 95% CI 1,13, 2,03), sedangkan menghadiri lebih dari sekali seminggu dikaitkan dengan 53%
peningkatan penghentian merokok antar gelombang (RR 1.53; 95% CI 1.10, 2.13) (Byron et al., 2015).
Peran agama sangat penting dan dapat mereduksi konsumsi rokok di Indonesia. Hal ini dapat disamakan dengan peran agama dalam mengharamkan minuman keras, sehingga secara signifikan perilaku minuman keras di Indonesia tidak berkembang di pemeluk agama Islam (Pradhana, 2019).
Fatwa tentang hukum merokok menurut Muhammadiyah adalah haram Dalam pandangan Muhammadiyah, setidaknya ada enam alasan keharaman merokok. Pertama, merokok termasuk kategori perbuatan khabaaits (perbuatan keburukan yang bisa menimbulkan dampak negatif) yang dilarang dalam Al-Qur’an (Q.7:157). Kedua, perbuatan merokok mengandung unsur menjatuhkan diri ke dalam kebinasaan dan bahkan merupakan perbuatan bunuh diri secara perlahan, oleh karena itu bertentangan dengan
43
larangan Al-Qur’an dalam Q.2:195 dan 4:29. Ketiga, perbuatan merokok membahayakan diri dan orang lain yang terkena paparan asap rokok sebab rokok adalah zat adiktif dan berbahaya sebagaimana telah disepakati oleh para ahli medis dan para akademisi.Oleh karena itu, merokok bertentangan dengan prinsip syariah dalam Hadits Nabi bahwa tidak ada perbuatan membahayakan diri sendiri dan membahayakan orang lain. Keempat, rokok diakui sebagai zat adiktif dan mengandung unsur racun yang membahayakan walaupun tidak seketika melainkan dalam beberapa waktu kemudian; oleh karena itu, perbuatan merokok termasuk kategori melakukan sesuatu yang melemahkan sehingga bertentangan dengan Hadi Nabi SAW yang melarang setiap perkara yang memabukkan dan melemahkan. Kelima, oleh karena merokok jelas membahayakan kesehatan bagi perokok dan orang sekitar yang terkena paparan asap rokok, maka pembelanjaan uang untuk rokok berarti melakukan perbuatan mubazir (pemborosan) yang dilarang dalam Islam dan Al- Qur’an. 17: 26-27. Keenam, merokok bertentangan dengan unsur-unsur tujuan syariah (maqashid asysyari’ah), yaitu (1) perlindungan agama (hifz ad-din), (2) perlindungan jiwa/raga (hifz an-nafs), (3) perlindungan akal (hifz al-‘aql), (4) perlindungan keluarga (hifz an-nasl), dan (5) perlindungan harta (hifz al-maal).
َ نيِذَّلا َ نوُعِبَّت ي َ لوُسَّرلا ََّيِبَّنلا ََّيِ مُ ألْا يِذَّلا َُه نوُد ِج ي اًبوُتأك م َأمُه دأنِع يِف َِةا ر أوَّتلا َِلي ِجأنِ ألْا و َأمُهُرُمأأ ي َِفوُرأع مألاِب َأمُها هأن ي و َِن ع
َِر كأنُمألا َ ل ِحُي و َُمُه ل َِتاَ بِ يَّطلا َُم ِ ر حُي و َُمِهأي ل ع َ ثِئا ب خألا َُع ض ي و َأمُهأن ع َأمُه رأصِإ َ ل لَأغ ألْا و يِتَّلا
َأت نا ك َأمِهأي ل عَۚ َ نيِذَّلا ف اوُن مآ َِهِب َُهوُرَّز ع و َُهوُر ص ن و اوُع بَّتا و َ رو نلا يِذَّلا َ ل ِزأنُأ َُه ع مَۙ َ كِئَٰ لوُأ َُمُه َ نوُحِلأفُمألا
“(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (al-Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. al-A’raaf: 157)
Dari ayat tersebut telah menjelaskan bahwa Allah SWT telah menghalalkan segala yang baik bagi umat manusia dan mengharamkan yang buruk bagi manusia. Secara ilmu pengetahuan, kesehatan, rokok merupakan barang yang berpotensi untuk membuat kondisi pemakainya justru menurun. Hal ini dapat diartikan bahwa merokok adalah kebiasaan yang tidak baik serta dilarang oleh Allah SWT.
KESIMPULAN
Penelitian ini menyimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku merokok siswa dengan keyakinan agama bahwa merokok tindakan merusak diri (P−value 0,002), keyakinan agama bahwa merokok merupakan tindakan tidak bermanfaat (P−value 0,020), keyakinan agama bahwa merokok merupakan pemborosan (P−value 0,017), tanggapan terhadap fatwa Muhammadiyah tentang merokok (P−value 0,021), dan praktik agama (P−value 0,026). Variabel keyakinan agama bahwa merokok tindakan merusak diri menjadi faktor dominan dalam perilaku merokok (OR 6,597 95%CI 1,572-27,685). Dari hasil penelitian, Agama dapat berperan dalam mempengaruhi perilaku merokok siswa, sehingga diperlukan pemahaman agama yang baik tentang bahaya merokok bagi siswa.
Diperlukan penyuluhan kepada remaja terhadap keyakinan dan fatwa larangan agama tentang perilaku merokok.
UCAPAN TERIMAKASIH
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada SMK Muhammadiyah 09 Jakarta dan lembaga penelitian Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA.