• Tidak ada hasil yang ditemukan

Responsivitas Dalam Kebijakan Publik

Dalam dokumen Selamat Datang - Digital Library (Halaman 31-36)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Responsivitas Dalam Kebijakan Publik

Konsep responsifitas erat kaitannya dengan beberapa teori psikologi sosial salah satunya adalah teori stimulus organism respons (S-O- R) (Islam & Rahman, 2017).

Teori S-O-R ditemukan oleh Hovland (1953) yang awalnya berasal dari psikologi.

Model ini dipengaruhi oleh disiplin psikologi, khususnya yang beraliran behavioristic. Namun dalam perkembangan juga digunakan dalam ilmu komunikasi. Objek materil dari psikologi dan komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen komponen (sikap, opini, perilaku, kognisi afeksi dan konasi). Menurut teori stimulus response ini, dalam proses komunikasi, berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek “ how” bukan “ what

dan “why”. Dalam proses perubahan sikap, tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar- benar melebihi semula.

Dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel yang penting yaitu perhatian, pengertian, penerimaan. Titik penekanan dalam model komunikasi ini lebih kepada pesan yang disampaikan mampu menumbuhkan motivasi, menumbuhkan gairah kepada komunikan sehingga komunikan cepat menerima pesan yang diterima dan selanjutnya terjadi perubahan sikap perilaku. Prinsip dari teori ini merupakan prinsip yang sederhana, dimana manusia akan merespon suatu hal yang mereka dapat dengan komponen – komponen yang sudah disebutkan di definisi diatas, yang mempengaruhi pada perubahan sikap yang ditunjukan oleh manusia (Kamboj et al., 2018).

Sumber : (Islam & Rahman, 2017)

Gambar 3 Deskripsi Teori Stimulus Organism Respons Stimulus

(pesan)

Organism (komunikan)

Respon (Perubahan sikap)

Stimulus respon merupakan suatu prinsip belajar yang sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Dengan demikian dapat dipahami adanya antara kaitan pesan pada media dan reaksi audien. Dalam teori stimulus respon terdapat unsur-unsur yang tidak dapat dipisahkan. Ketiga unsur tersebut adalah pesan (stimulus), komunikan (Organism) dan efek (Respon). Masing- masing unsur memiliki pengertian sebagai berikut :

1. Pesan (stimulus, S)

Pesan atau message merupakan elemen penting dalam komunikasi. Sebab pesan merupakan pokok bahasan yang ingin disampaikan oleh kemunikator kepada komunikan. Dalam komunikasi publik, pesan bernilai sangat besar.

Karena inilah yang menjafi inti dari terjalinnya komunikasi. Tanpa adanya pesan maka komunikasi baik antara komunikator dan komunikan tidak akan dapat berjalan.

2. Komunikan (Organism, O)

Komunikan merupan elemen yang akan menerima stimulus yang diberikan oleh komunikator. Sikap komunikan dalam menyikapi stimukus yang diteria,akan berbeda-bea. Tergantung kepada masing-masing pribadi menyikapi bentuk stimulus tersebut. Dalam mempelajari sikap ada tiga variabel yang penting menunjang proses belajar tersebut yaitu: perhatian, pengertian, penerimaan. Ketiga variabel imi menjadi penting sebab akan menentukan bagaimana kemudian respon yang akan diberikan oleh komunikan setelah menerima stimulus. Sikap yang dimaksud disini adalah kecendrungan bertindakan, berpikir, berpersepsi, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukanlah perilaku, tetapi lebih merupakan kecendrungan untuk berprilaku dengan cara tertentu terhadap objek sikap, dengan demikian pada kenyataan tidak ada istilah sikap yang berdiri sendiri. Sikap juga bukanlah sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah seseorang harus setuju atau tidak setuju terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai, diharapkan.

13

3. Efek (respon, R): perubahan sikap

Hosland, mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :

a. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.

b. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berrikutnya

c. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).

d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).

e. Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula.

Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkincditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.

Dengan teori inilah dapat dilihat bagaimana proses respon terjadi sehingga akan menimbulkan sebuah reaksi tertentu. Dalam perkembangan pemaknaan responsifitas terus berubah dan menjadi sebuah bagian dari beberapa pengembangan ilmu lainnya. Tidak jarang responsifitas menjadi sebuah indikator untuk mengukur sebuah isu sosial. Hal ini banyak terjadi dalam kajian

pengembangan ilmu sosial salah satunya kajian kebijakan publik. Responsifitas dimaknai cukup berbeda di dalam kajian kebijakan publik. Beberapa ahli telah mengungkapkan terkait peranan resposifitas dalam kebijakan publik yaitu

1. Hormon dalam (Setianingrum dan Tsalatsa, 2016) mendefinisikan responsivitas sebagai kemampuan pemerintah (organisasi) untuk mengidentifikasi kebutuhan, menetapkan agenda dan prioritas, serta membuat rencana berdasarkan kebutuhan dan keinginan masyarakat.

Responsivitas dapat digambarkan sebagai konsistensi antara proyek dan kegiatan dengan kebutuhan masyarakat. Semakin banyak kebutuhan dan keinginan masyarakat yang direncanakan dan dijalankan oleh organisasi publik, semakin baik pula daya tanggap organisasi dipertimbangkan. Hal ini bertujuan untuk mengukur sejauh mana suatu organisasi merespon harapan, keinginan dan aspirasi, dan kebutuhan sosial.

2. Selain itu Nurani dkk., (2015) mengatakan bahwa responsiveness adalah kemampuan lembaga publik untuk merespon kebutuhan masyarakat, terutama yang berkaitan dengan kebutuhan dasar dan hak asasi manusia yaitu, hak sosial hak politik, hak ekonomi, hak sipil, dan hak budaya.

3. (Lejiu dkk., 2014) Responsivitas kebijakan publik diartikan sebagai respon tujuan kebijakan publik terhadap implementasi kebijakan. Dalam konsep evaluasi kebijakan, responsivitas membantu menjawab apakah hasil kebijakan memenuhi kebutuhan, preferensi, atau nilai-nilai kelompok tertentu. Suatu kebijakan yang memuaskan kelompok tertentu berarti berhasil memecahkan masalah yang mereka hadapi, meskipun tidak akan mencapai tingkat kepuasan semua pihak

4. Dunn, (2012) menjelaskan hal tersebut dengan mengemukakan bahwa responsiveness berkaitan dengan sejauh mana kebijakan dapat memenuhi kebutuhan, preferensi, atau nilai-nilai kelompok masyarakat tertentu.

Keberhasilan suatu kebijakan dapat dilihat dari respon masyarakat terhadap implementasinya setelah terlebih dahulu memprediksikan dampak yang akan terjadi setelah implementasi kebijakan tersebut. Respon masyarakat setelah mereka mulai merasakan pengaruh kebijakan dapat diidentfikasi dari dukungan positif maupun bentuk penolakan. Dunn juga percaya bahwa

15

responsivitas itu penting, karena jika analisis gagal memenuhi kebutuhan aktual kelompok yang seharusnya diuntungkan dari kebijakan tersebut, maka analisis terkait efektivitas, efisiensi, kecukupan, dan kesetaraan akan tetap gagal. .

Dari pengertian diatas diketahui bahwa dalam kajian kebijakan publik pemaknaan resposifitas lebih kepada gambaran atau proyeksi dari perubahan sikap publik. Dari proyeksi ini pemerintah secara tidak langsung dapat mengartikan apakah produk yang dihasilkan dapat memberikan hasil positif terhadap perubahan sikap publik.

Sehingga dalam melihat keberhasilan dari produk pemerintah responsifitas menjadi bagian terpenting untuk dinilai.

Jika dikaitakan dengan teori SOR diatas dapat dilihat bahwa dalam mengartikan responsifitas sesuai dengan pandangan kebijakan publik. Dimaknai bahwa pemerintah merupakan pemegang kendali dari sebuah stimulus (pesan) artinya segala bentuk stimulus yang diterima berasal dari pemerintah. Sedangkan untuk organism merupakan bagian yang mayoritas dikendalikan oleh publik (rakyat).

Sehingga ada sebuah hubungan sebab akibat dari apa yang dilakukan oleh pemerintah akan berdampak kepada rakyat.

Dalam beberapa kajian untuk menilai responsivitas penyelenggaraan kebijakan publik, digunakan beberapa indikator yang dijelaskan oleh Ziethaml (dalam Hardiyansyah, 2012), dimensi respon terdiri dari beberapa indikator yaitu cepat, tepat, hati-hati, tepat waktu dan tanggap terhadap segala keluhan dari pejabat.

Sementara itu, Dwiyanto (2008) menggambarkan responsivitas dalam beberapa indikator, antara lain;

a. Ada tidaknya pengaduan dari masyarakat

b. Sikap aparat birokrasi dalam merespons pengaduan dari masyarakat c. Penggunaan pengaduan dari masyarakat sebagai referensi bagi

perbaikan penyelenggaraan pelayanan pada masa mendatang

d. Berbagai tindakan aparat birokrasi untuk memberikan kepuasan pelayanan kepada masyarakat.

Dalam dokumen Selamat Datang - Digital Library (Halaman 31-36)

Dokumen terkait