• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teori

2.1.5 Return Saham

Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Tujuan investor dalam berinvestasi adalah memaksimalkan return, tanpa melupakan faktor risiko investasi yang harus dihadapinya. Return merupakan faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya (Tandelilin, 2001 : 47).

Sumber – sumber return investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu yield dan capital gain (loss).Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Misalnya dalam berinvestasi pada obligasi maka akan mendapatkan bunga obligasi, dan berinvestasi pada saham maka akan mendapatkan dividen. Sedangkan capital gain (loss) sebagai komponen kedua dari return merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga yang bisa memberikan keuntungan atau kerugian bagi investor. Capital gain (loss) merupakan selisih untung (rugi) dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Dalam kata lain, capital gain (loss) bisa juga diartikan sebagaiperubahan harga sekuritas. Maka untuk menghitung return total dapat menjumlahkan yield dan capital gain (loss). Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi (Jogiyanto, 2003 : 109).

20

Oleh karena itu juga, ungkapan yang cukup umum dalam dunia investasi adalah ‘high risk, high return„ yang berarti bahwa ketika risiko investasi semakin tinggi maka akan semakin tinggi juga potensi tingkat pengembalian yang akan didapatkan oleh seorang investor. Dalam investasi reksa dana, return adalah hasil kinerja reksa dana yang dikelola oleh Manajer Investasi (MI) berdasarkan nilai modal investasi dan akan diperbarui setiap hari kerja bursa.

Angkanya bisa saja berubah setiap hari, perubahannya sendiri berdasarkan harga NAB yang dipengaruhi oleh harga pasar Bursa Efek Indonesia, IHSG, maupun kondisi ekonomi luar negeri dan dalam negeri. Perlu diperhatikan, pengembalian investasi ini bisa saja menunjukkan angka negatif, yang berarti investasimu sedang mengalami kerugian.

1. Komponen dalam Return

Komponen pengembalian investasi terdiri dari dua, yakni Yield dan Capital Gain. Yield bisa dikatakan sebagai presentase kas yang diterima investor secara periodik terhadap suatu investasi. Beberapa contoh dari Yield antara lain bunga deposito, bunga obligasi, dividen, dan lain sebagainya.

Sementara, capital gain adalah keuntungan yang akan diperoleh dari selisih nilai investasi sekarang dengan nilai investasi yang ditanamkan pada harga periode lalu. Namun, dalam kondisi turunnya nilai investasi yang membuat investor mengalami kerugian, istilah yang lebih tepat digunakan adalah Capital Loss. Dalam praktiknya, tidak semua instrumen investasi yang dipilih bisa menghasilkan pengembalian. Capital gain sangat bergantung pada harga pasar instrumen investasi yang diperdagangkan di pasar bursa. Aktivitas

jual-beli mempengaruhi harga dari aset investasi dan berpotensi mengubah nilainya.

Beberapa contoh investasi yang bisa memberikan capital gain adalah saham dan obligasi. Sementara investasi yang tidak memberikan pengembalian berupa capital gain antara lain sertifikat deposito, tabungan, dan lain sebagainya.

2. Jenis-Jenis Pengembalian

Adapun jenis pengembalian yang umum diketahui orang banyak ada dua. Dua jenis itu ialah return realisasi dan return ekspektasi. Berikut penjelasan terkait kedua hal tersebut.

a. Return realisasi

Return realisasi (realized return) bisa diartikan sebagai pengembalian yang telah terjadi. Return realisasi ini dapat menjadi dasar penentu return ekspektasi dan risiko yang akan dialami di masa yang akan datang.

Jenis pengembalian investasi ini dihitung berdasarkan data pengembalian historis. Return realisasi ini penting karena akan digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan dan menjadi tolok ukur untuk mengukur return ekspektasi di masa mendatang.

b. Return ekspektasi

Sementara itu, return ekspektasi merupakan pengembalian yang diharapkan akan didapatkan oleh investor di masa yang akan datang.

Berbeda dengan realisasi, jenis ini adalah pengembalian yang belum terjadi.

22

Suad Husnan (2005) menjelaskan bahwa tingkat pengembalian yang diharapkan merupakan keuntungan yang akan diterima oleh investor atas investasinya di perusahaan emiten di masa yang akan datang. Tingkat pengembalian ini sangat dipengaruhi oleh prospek perusahaan tersebut di masa yang akan datang. Tentu saja, seorang investor akan mengharapkan return dalam jumlah tertentu di masa depan, namun ketika investasi tersebut sudah selesai dan keuntungan yang didapatkannya telah benar-benar ia dapatkan, maka keuntungan tersebut menjadi return realisasi.

Contoh Perhitungan

Semakin tinggi nilai return yang ditampilkan, berarti semakin baik performa investasimu. Return bisa dihitung sendiri dengan rumus berikut:

(Harga Sekarang-Harga Beli) x Jumlah Unit yang Kamu Miliki.

Contoh 1

Misalnya, kamu mendapatkan 100 unit reksa dana dengan harga masing- masing Rp110.000. Ketika nantinya harga unitmu menjadi Rp125.000, maka, berdasarkan rumus di atas, returnmu adalah:

(Rp125.000-Rp110.000) x 100 = Rp1.500.000

Nah, apa yang terjadi jika kamu mendapatkan 100 unit reksa dana dengan harga masing-masing Rp110.000, tapi kemudian harga unitmu menjadi Rp95.000? Menggunakan rumus yang sama, returnmu adalah:

(Rp95.000-Rp110.000) x 100 = -Rp1.500.000 Contoh 2

Pada kasus kedua, returnmu sedang dalam posisi kehilangan/loss. Jika return sedang dalam posisi loss, jangan takut dan buru-buru melakukan

penarikan dana karena ada kemungkinan harga kembali naik dalam waktu dekat. Selama kamu tidak mencairkan unit reksa dana milikmu, angka negatif tersebut tidak akan jadi kenyataan. Karena itu, pastikan dana investasi ditarik ketika tujuan investasimu sudah tercapai. Dengan mengetahui cara perhitungan dan jenis-jenis return, kamu bisa menjadi lebih semangat dalam memulai dan menjalankan investasi. Namun, perlu diwaspadai juga ketika ada perusahaan yang mengiming-imingi return tinggi dengan risiko rendah, karena biasanya ini adalah investasi bodong.

Biasanya, tax return yang sewajarnya adalah sesuai dengan risiko yang kamu pilih.

Sebenarnya, seorang investor tidak hanya perlu memperhatikan tingkat pengembalian saja, hal lain yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan sama besarnya adalah tingkat risiko. Membandingkan tingkat pengembalian dan tingkat risiko harus menjadi dasar dalam pengambilan keputusan investasi.

Menurut Reilly dan Brown (2003:10) “Risiko adalah ketidakpastian bahwa suatu investasi dapat mencapai pengembalian yang diharapkan.” Sementara, risiko menurut Elton dan Gruber (2003:44) merupakan kondisi di mana investor tidak dapat lagi mengasosiasikan keuntungan dengan aset yang dia investasikan.

Terdapat beberapa sumber risiko yang dapat memengaruhi tingkat pengembalian investasi yang dapat memengaruhi tingkat pengembalian investasi:

1. Risiko Suku Bunga 2. Risiko Pasar

3. Risiko Inflasi, (tingginya inflasi akan meningkatkan jumlah modal yang dibutuhkan untuk berinvestasi karena meningkatnya berbagai harga.)

24

4. Risiko Bisnis 5. Risiko Finansial

6. Risiko Likuiditas, (risiko ini berkaitan dengan pasar sekunder dalam perdagangan saham. Aset investasi yang dapat dibeli maupun dijual dengan cepat tanpa perubahan harga yang signifikan merupakan aset investasi yang memiliki likuiditas tinggi. Namun, semakin tidak menentu elemen waktu dan kelonggaran harga aset tersebut, maka akan semakin tinggi risiko likuiditasnya.)

7. Risiko Nilai Tukar 8. Risiko Negara

Karena harus berhadapan dengan berbagai jenis risiko dari berbagai sumber, tujuan seorang investor dalam berinvestasi adalah tentu saja untuk memaksimalkan return dan meminimalisir risiko. Salah satu cara terbaik untuk mewujudkan ambisi tersebut adalah dengan melakukan diversifikasi, agar kamu bisa menikmati hasil yang maksimal. Diversifikasi akan menuntun investor untuk portofolio penanaman dana sedemikian rupa agar dapat meminimalisir risiko namun tetap mendapatkan tingkat pengembalian yang optimal.

Penjelasan diversifikasi melalui penyesuaian portofolio investasi ini juga diperkenalkan oleh Henry Markowitz melalui Teori Portofolio. Ia juga yang membuat petuah “do not put all the eggs in one basket” menjadi sangat populer dan dipatuhi hingga hari ini di dunia investasi.

2.1.6 Abnormal Return

Menurut Jogiyanto (2010:94), abnormal return merupakan kelebihan dari imbal hasil yang sesungguhnya terjadi (actual return) terhadap imbal hasil normal.

Imbal hasil normal merupakan imbal hasil ekspektasi (expected return) atau imbal hasil yang diharapkan oleh investor. Dengan demikian imbal hasil tidak normal (abnormal return) adalah selisih antara imbal hasil sesungguhnya yang terjadi dengan imbal hasil ekspektasi. Brown dan Warner (1985) dalam Jogiyanto (2005:43-49) mengestimasi return ekspektasi menggunakan model mean-adjusted model, market model, dan market adjusted model. Dalam penelitian ini akan digunakan market adjusted model (model disesuaikan pasar) karena dianggap bahwa penduga terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar.

Abnormal return atau return tidak normal adalah selisih antara return atau tingkat keuntungan yang sebenarnya (actual return) dengan tingkat keuntungan yang diharapkan (expected return).

Abnormal return sering digunakan untuk melakukan penilaian kinerja surat berharga, yang juga dapat dijadikan sebagai dasar pengujian efisiensi pasar.

Pasar akan dikatakan efisien apabila tidak ada satu pun pelaku pasar yang menikmati abnormal return dalam kurun waktu yang cukup panjang. Selain abnormal return, terdapat pula CAR (Cumulative Abnormal Return). CAR merupakan jumlah dari seluruh tingkat keuntungan tidak normal.

CAR juga biasanya dihitung mencakup abnormal return dengan kurun kecil, hanya beberapa hari. Alasannya, compounding kembali normal setelah memberikan hasil yang jelas. CAR merupakan penjumlahan return tak normal hari sebelumnya di dalam periode peristiwa untuk masing-masing sekuritas.

26

Abnormal return biasanya terjadi sekitar pengumuman sebuah peristiwa.

Peristiwa ini misalnya mencakup merger dan akuisisi, pengumuman dividen, pengumuman perusahaan produktif, tuntutan hukum, peningkatan suku bunga dan lainnya. Fenomena ini juga sering terjadi pada saat penutupan pasar (maket on close) BEI, juga akibat peningkatan aktivitas perdagangan yang signifikan. Hal ini tidak hanya terjadi di BEI tetapi juga NYSE. Selain peningkatan aktivitas perdagangan, terdapat juga indikasi order imbalance yang memiliki potensi untuk menyebabkan pergerakan harga yang lebih kuat.

2.1.7 Signaling Theory

Signalling Theory adalah suatu teori yang memberikan informasi kepada para investor baik positif maupun negatif prospek perusahaan dimasa mendatang atau perkembangan perusahaan (Mey dan Yulius 2016). Dalam teori sinyal, keputusan investasi memberikan sinyal atau berpengaruh positif dalam perkembangan perusahaan yang berdampak pada nilai perusahaan dan berdampak juga pada harga saham perusahaan atau nilai perusahaan (Prapaska dan Siti, 2012). Hal ini membuktikan bahwa dengan melakukan investasi yang dilakukan perusahaan tersebut memberikan sinyal baik khususnya kepada para investor ataupun kreditur bahwa perusahaan ini akan berkembang/tumbuh di masa mendatang. Dalam signalling Theory terdapat dorongan yang memberikan informasi keuangan kepada pihak eksternal.

Hal itu muncul karena terdapat asimetri antara pihak luar dan dalam perusahaan. prospek dari kinerja perusahaan tersebut lebih banyak diketahui oleh perusahaan itu sendiri, sedangkan pihak luar banyak yang tidak mengetahuinya baik itu investor maupun kreditur. Kurangnya pengetahuan dari pihak luar tentang

perusahaan tersebut, hal ini akan membuat mereka memberikan harga yang rendah terhadap nilai suatu perusahaan. Signalling theory menyatakan besarnya hutang diartikan publik sebagai kemampuan perusahaan membayar kewajiban di masa mendatang atau adanya risiko bisnis yang rendah, sehingga berdampak positif bagi investor maupun pasar (Prapaska, 2012). Jadi, kenaikan pembagian dividen memberikan sinyal yang baik bagi investor atau kemakmuran bagi pemegang saham.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, maka secara umum dapat disimpulkan bahwa teori signal ini terjadi ketika seorang manajer dan pemegang saham tidak memiliki akses informasi perusahaan yang sama atau adanya asimetri informasi. Ada informasi tertentu yang hanya diketahui oleh manajer, sedangkan para pemegang saham tidak mengetahui informasi tersebut. Hal ini mengakibatkan ketika kebijakan pendanaan perusahaan mengalami perubahan, hal itu dapat membawa informasi kepada pemegang saham yang akan menjadikan nilai perusahaan berubah. Dengan kata lain, muncul pertanda atau sinyal (signaling). Dari segi investor, asimetri informasi akan menyebabkan investor cenderung melindungi dirinya dengan memberikan harga rendah bagi perusahaan.

Hasilnya adalah harga saham perusahaan yang rendah, padahal harga saham adalah proksi nilai perusahaan. Di sisi lain, manajemen perlu meningkatkan nilai perusahaan. Oleh karen aitu, manajemen akan berusaha mengurangi asimetri informasi.

Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek

28

perusahaan yang akan datang. Menurut Brigham dan Houston (2001) isyarat atau sinyal adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Selanjutnya perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan modal baru dengan cara-cara lain seperti dengan menggunakan utang. Teori sinyal menjelaskan mengapa manajer suatu entitas mempunyai insentif secara sukarela (voluntary) melaporkan informasi-informasi kepada pasar modal walaupun tidak ada ketentuan yang mengharuskan.

Informasi yang lengkap dan relevan serta akurat dan tepat waktu diperlukan investor pasar modal sebagai alat untuk menganalisis sebelum mengambil keputusan untuk berinvetasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman diterima oleh pasar. Pada saat informasi diumumkan dan pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu mengiterprestasikan dan menganalisa informasi tersebut sebagai sinyal baik ataupun sinyal buruk. Jika pengumuman yang diumumkan sebagai sinyal baik bagi investor maka akan terjadi perubahan volume dalam perdagangan saham (Jogiyanto, 2013:392).

Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat menjadi signal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat berupa informasi akuntansi yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan dan informasi non-akuntansi yaitu informasi yang tidak berkaitan

dengan laporan keuangan. Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang relevan dan mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui oleh pengguna laporan baik pihak dalam maupun pihak luar.

Penggunaan teori signalling, informasi berupa Return On Asset (ROA) atau tingkat pengembalian terhadap aset atau juga seberapa besar laba yang didapat dari aset yang digunakan, dengan demikian jika Return On Asset (ROA) tinggi maka akan menjadi sinyal yang baik bagi para investor, karena dengan Return On Asset (ROA) tinggi menunjukkan kinerja perusahaan tersebut baik maka investor akan tertarik untuk menginvestasikan dananya yang berupa surat berharga atau saham. Permintaan saham yang banyak maka harga saham akan meningkat. Profotabilitas yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan baik, sehingga investor akan merespon positif sinyal tersebut dan nilai perusahaan akan meningkat.

Dokumen terkait