• Tidak ada hasil yang ditemukan

REWARD (Penghargaan pada Departemen/Unit yang Berhasil)

Dalam dokumen CATATAN OSDM UNTUK UTS (Halaman 34-49)

Memberikan penghargaan atau reward adalah salah satu cara untuk memotivasi anggota organisasi atau tim agar terus bekerja keras dan berkontribusi untuk

mencapai tujuan. Penghargaan ini bisa berupa bonus, pengakuan, atau penghargaan lainnya yang dapat meningkatkan semangat kerja dan produktivitas.

Reward menunjukkan apresiasi terhadap usaha keras dan pencapaian yang telah dilakukan, serta mendorong pencapaian tujuan lebih lanjut.

Contoh: Setelah tim pemasaran berhasil mencapai target mereka dalam meningkatkan penjualan produk, mereka diberikan penghargaan berupa bonus atau pengakuan dalam bentuk sertifikat

BAGAN MBO

1A

1B

Jalur struktur organisasi merujuk pada hubungan hierarkis dan alur komunikasi dalam sebuah organisasi. Jalur ini menunjukkan siapa yang melapor kepada siapa, bagaimana tugas dikoordinasikan, dan bagaimana keputusan dibuat. Jalur ini biasanya digambarkan dalam bentuk bagan organisasi (organization chart), yang memberikan visualisasi struktur organisasi.

Bagan organisasi (organization chart) adalah representasi visual dari struktur hierarki sebuah organisasi, yang menunjukkan jalur komunikasi, hubungan antar peran, serta tanggung jawab masing-masing posisi. Berikut adalah penjelasan dari contoh chart sederhana yang saya berikan sebelumnya:

1. Direktur Utama:

o Posisi ini adalah yang paling atas dalam struktur hierarki.

o Bertanggung jawab atas pengambilan keputusan strategis dan keseluruhan keberhasilan organisasi.

o Semua manajer atau kepala departemen biasanya melapor langsung kepada direktur utama.

2. Manajer Proyek:

o Berada langsung di bawah direktur utama.

o Mengawasi pelaksanaan proyek dari awal hingga selesai.

o Bertugas untuk memastikan bahwa proyek berjalan sesuai jadwal, anggaran, dan standar kualitas.

3. Site Engineer (Insinyur Lapangan):

o Berkoordinasi langsung dengan manajer proyek.

o Bertanggung jawab atas pelaksanaan teknis di lapangan, memastikan semua pekerjaan dilakukan sesuai spesifikasi teknis.

4. Departemen Teknik:

o Memberikan dukungan teknis kepada proyek, termasuk desain, analisis struktur, dan perencanaan teknis.

o Melibatkan insinyur dan desainer lainnya.

5. Departemen Pengadaan:

o Mengelola pengadaan bahan dan alat yang dibutuhkan untuk proyek.

o Memastikan bahwa semua pembelian sesuai dengan kebutuhan dan anggaran.

6. Departemen Keuangan:

o Mengelola aspek finansial proyek, seperti anggaran, pengeluaran, dan pelaporan keuangan.

o Melapor langsung ke manajer proyek.

7. Departemen Sumber Daya Manusia (SDM):

o Bertanggung jawab atas manajemen tenaga kerja, termasuk perekrutan, pelatihan, dan kesejahteraan karyawan.

o Memastikan kepatuhan terhadap regulasi ketenagakerjaan.

Garis-garis yang menghubungkan setiap posisi dalam chart menunjukkan hubungan hierarkis, yakni siapa melapor kepada siapa. Pola ini membantu organisasi bekerja dengan efisiensi dan kejelasan.

NOOMOR 2A

Ada banyak faktor yang memengaruhi hubungan atau relasi, baik dalam konteks sosial, profesional, maupun pribadi. Berikut adalah beberapa faktor utama yang berpengaruh:

1. Komunikasi:

o Komunikasi yang efektif adalah kunci dalam membangun hubungan yang sehat. Ketidakjelasan atau kurangnya komunikasi dapat menyebabkan kesalahpahaman.

2. Kepercayaan:

o Kepercayaan adalah fondasi dari hubungan yang kuat. Tanpa kepercayaan, hubungan cenderung rapuh dan penuh konflik.

3. Empati:

o Kemampuan untuk memahami dan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain membantu memperkuat hubungan.

4. Kesamaan Tujuan:

o Hubungan yang langgeng sering kali didukung oleh kesamaan visi atau tujuan antara kedua pihak.

5. Komitmen:

o Komitmen untuk menjaga hubungan dan menghadapi tantangan bersama sangat penting.

6. Pengaruh Lingkungan:

o Lingkungan sosial, budaya, dan keluarga dapat memengaruhi cara seseorang menjalin hubungan.

7. Kemampuan Mengatasi Konflik:

o Cara menghadapi dan menyelesaikan konflik menentukan kualitas hubungan.

8. Keseimbangan Emosional:

o Stabilitas emosional dari kedua pihak membantu menciptakan hubungan yang harmonis.

NOMOR 2B

. Penjelasan Makna Siklus dan Proses Pembangunan

Input (Masukan):

Ini adalah semua sumber daya yang diperlukan untuk memulai proyek konstruksi, seperti:

o Tenaga Kerja: Insinyur, mandor, tukang, dan pekerja lainnya.

o Material: Semen, besi, kayu, dan bahan bangunan lainnya.

o Peralatan: Alat berat (excavator, crane), alat ukur, dll.

o Dana: Anggaran proyek untuk pembiayaan.

o Informasi: Desain arsitektur, spesifikasi teknis, dan jadwal proyek.

Maknanya: Input adalah fondasi awal yang harus dipersiapkan dengan baik agar proses pembangunan berjalan lancar.

Process (Proses):

Tahapan-tahapan yang dilakukan untuk mengubah input menjadi output, meliputi:

o Perencanaan: Membuat desain, jadwal, dan anggaran.

o Pengadaan: Membeli material dan menyewa peralatan.

o Pelaksanaan: Pekerjaan fisik di lapangan, seperti pembangunan struktur, instalasi listrik, dll.

o Pengawasan: Memastikan pekerjaan sesuai dengan spesifikasi dan jadwal.

o Evaluasi: Memeriksa kualitas pekerjaan selama proses berlangsung.

Maknanya: Proses adalah inti dari pembangunan, di mana semua input dikelola dan diolah untuk menghasilkan bangunan yang sesuai dengan rencana.

Output (Keluaran):

Hasil akhir dari proses pembangunan, yaitu:

o Bangunan fisik yang selesai, seperti gedung, jembatan, atau jalan.

o Dokumen pendukung, seperti laporan penyelesaian proyek atau sertifikat kelayakan bangunan.

Maknanya: Output adalah produk jadi yang menjadi tujuan utama proyek, yang harus memenuhi standar kualitas dan kebutuhan customer.

Customer (Pelanggan):

Pihak yang menerima atau menggunakan hasil proyek, seperti:

o Pemilik proyek (misalnya, pemerintah atau swasta yang memesan gedung).

o Pengguna akhir (misalnya, masyarakat yang menggunakan jalan atau penghuni gedung).

Maknanya: Customer adalah penerima manfaat dari proyek, dan kepuasan mereka menjadi ukuran keberhasilan proyek.

Feedback Loop (Umpan Balik):

Setelah output diserahkan kepada customer, mereka memberikan umpan balik, seperti kepuasan, keluhan, atau saran perbaikan. Umpan balik ini digunakan untuk memperbaiki input atau proses pada proyek berikutnya, menciptakan siklus yang berkelanjutan.

Maknanya: Siklus ini memastikan adanya perbaikan berkelanjutan dalam usaha jasa konstruksi.

NOMOR 3a

How do The Executive and The Project Manager INTERFACE?

1. Analisis Lingkungan (Environmental Analysis)

Eksekutif: Melakukan pemindaian lingkungan secara luas untuk memahami faktor- faktor eksternal dan internal yang dapat memengaruhi organisasi. Ini termasuk menganalisis tren pasar, kondisi ekonomi, regulasi, pesaing, serta kekuatan dan kelemahan organisasi.

Manajer Proyek: Fokus pada lingkungan spesifik proyek, termasuk kendala yang mungkin terjadi seperti sumber daya, lokasi, persyaratan teknis, dan faktor eksternal yang dapat memengaruhi pelaksanaan proyek.

Interaksi: Eksekutif memberikan wawasan tentang kondisi strategis yang lebih luas, sementara Manajer Proyek fokus pada konteks praktis proyek, dan keduanya memastikan proyek dapat terintegrasi dengan baik dalam lingkungan tersebut.

2. Penetapan Tujuan (Setting Objectives)

Eksekutif: Menetapkan tujuan organisasi secara keseluruhan yang mendukung visi dan rencana jangka panjang perusahaan.

Manajer Proyek: Berdasarkan tujuan yang ditetapkan oleh Eksekutif, Manajer Proyek merumuskan tujuan spesifik proyek yang dapat diukur dan dicapai, serta relevan dengan tujuan organisasi.

Interaksi: Eksekutif memberikan tujuan tingkat tinggi, sedangkan Manajer Proyek menurunkannya menjadi tujuan yang lebih terperinci dan operasional untuk memastikan proyek berkontribusi pada tujuan organisasi.

3. Daftar Alternatif (List Alternatives)

Eksekutif: Membuat keputusan strategis tentang berbagai alternatif yang dapat dipilih untuk mencapai tujuan organisasi. Ini bisa melibatkan berbagai pendekatan dalam hal investasi, aliansi, atau proyek baru.

Manajer Proyek: Mencari alternatif teknis atau metodologis untuk pelaksanaan proyek, seperti metode konstruksi, teknologi yang digunakan, atau manajemen sumber daya.

Interaksi: Eksekutif mengidentifikasi pilihan besar dalam konteks strategis, sedangkan Manajer Proyek mengeksplorasi pilihan teknis dan operasional untuk mendukung alternatif tersebut dalam implementasi.

4. Daftar Ancaman dan Peluang (List Threats and Opportunities)

Eksekutif: Menilai ancaman dan peluang di tingkat organisasi, seperti perubahan regulasi, perkembangan pasar, atau risiko yang dapat memengaruhi bisnis secara keseluruhan.

Manajer Proyek: Menganalisis ancaman dan peluang yang langsung mempengaruhi proyek, seperti risiko teknis, masalah sumber daya, atau potensi perubahan dalam spesifikasi proyek.

Interaksi: Eksekutif dan Manajer Proyek harus bekerja sama dalam mengidentifikasi ancaman dan peluang yang relevan baik secara strategis maupun operasional, untuk memastikan bahwa proyek dapat mengatasi hambatan dan memanfaatkan peluang yang ada.

5. Menyusun Proyeksi (Prepare Forecast)

Eksekutif: Menyusun proyeksi jangka panjang tentang arah perusahaan berdasarkan faktor ekonomi, pasar, dan kondisi bisnis secara keseluruhan.

Manajer Proyek: Menyusun proyeksi lebih terperinci untuk proyek, seperti estimasi biaya, jadwal, dan hasil yang diharapkan.

Interaksi: Eksekutif dan Manajer Proyek berkolaborasi dalam memadukan proyeksi strategis dengan proyeksi yang lebih spesifik terkait proyek, untuk memastikan kedua proyeksi

tersebut sejalan dan dapat diukur dengan baik.

6. Memilih Portofolio Strategi (Select Strategy Portfolio)

Eksekutif: Memilih portofolio strategi yang akan dijalankan oleh organisasi, seperti memilih proyek-proyek yang akan mendukung pencapaian tujuan jangka panjang.

Manajer Proyek: Mengimplementasikan strategi yang telah dipilih dengan menyusun langkah-langkah praktis untuk pelaksanaan proyek sesuai dengan prioritas dan portofolio yang telah ditetapkan.

Interaksi: Eksekutif menentukan portofolio strategi berdasarkan tujuan besar perusahaan, dan Manajer Proyek bertanggung jawab untuk mengelola proyek sesuai dengan portofolio tersebut, memastikan hasil yang optimal.

7. Menyusun Program Tindakan (Prepare Action Programs)

Eksekutif: Memberikan arahan strategis mengenai langkah-langkah besar yang perlu diambil untuk mencapai tujuan organisasi.

Manajer Proyek: Mengubah arahan tersebut menjadi program tindakan operasional yang lebih terperinci, dengan pembagian tugas, penjadwalan, dan pengelolaan sumber daya.

Interaksi: Eksekutif memberikan panduan strategi yang luas, dan Manajer Proyek merincinya menjadi program yang lebih spesifik untuk memastikan implementasi yang efektif dan efisien.

8. Memantau dan Mengendalikan (Monitor and Control)

Eksekutif: Mengawasi keseluruhan proyek dari sudut pandang strategis dan

melakukan penyesuaian jika diperlukan untuk menjaga proyek tetap sesuai dengan tujuan besar organisasi.

Manajer Proyek: Melakukan pengawasan sehari-hari terhadap proyek, memastikan bahwa pekerjaan dilakukan sesuai dengan jadwal, anggaran, dan kualitas yang diinginkan.

Interaksi: Eksekutif memastikan proyek tetap berada pada jalur yang benar sesuai dengan tujuan jangka panjang organisasi, sedangkan Manajer Proyek memastikan kontrol

operasional yang ketat terhadap pelaksanaan proyek di lapangan.

Kesimpulan:

Interaksi antara Eksekutif dan Manajer Proyek selama proses perencanaan sangat penting untuk memastikan bahwa proyek berjalan sesuai dengan tujuan strategis organisasi.

Eksekutif berfokus pada perencanaan strategis yang lebih luas, sementara Manajer Proyek fokus pada implementasi praktis dan operasional. Kolaborasi mereka memastikan bahwa setiap tahap perencanaan, dari analisis lingkungan hingga pemantauan dan pengendalian, dilakukan dengan baik dan sejalan dengan tujuan organisasi.

Nomor 3b

----Prosedur Program Management by Objectives (MBO)

Berikut adalah langkah-langkah atau urutan prosedur dalam pelaksanaan MBO untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif:

1. Formulasikan Tujuan Organisasi

Langkah pertama adalah merumuskan tujuan organisasi yang jelas, spesifik, dan terukur. Tujuan ini biasanya terkait dengan visi dan misi perusahaan yang lebih besar.

Tujuan tersebut harus dipahami oleh seluruh anggota organisasi agar mereka tahu arah yang ingin dicapai.

Contoh: Meningkatkan pangsa pasar produk sebesar 20% dalam waktu 1 tahun.

2. Tujuan Organisasi (Strategic Plan) Didistribusikan ke Divisi, Departemen, dan Unit Lain yang Terkait

Setelah tujuan organisasi ditetapkan, tujuan tersebut kemudian didistribusikan ke masing-masing divisi, departemen, dan unit terkait. Hal ini penting agar setiap bagian dalam organisasi mengetahui kontribusi mereka terhadap pencapaian tujuan besar perusahaan.

Contoh: Departemen pemasaran diberikan tujuan untuk meningkatkan promosi dan branding produk agar mencapai target pertumbuhan pasar.

3. Kepala Divisi/Unit Menetapkan Tujuan Menjadi Detil (Taktik Plan)

Setiap kepala divisi atau unit bertugas untuk memecah tujuan besar menjadi tujuan yang lebih detil (taktik plan). Tujuan ini harus lebih terperinci dan mudah dipahami oleh anggotanya agar dapat diterjemahkan dalam kegiatan sehari-hari.

Contoh: Kepala divisi pemasaran menetapkan tujuan spesifik seperti "Menambah 10 pelanggan baru per bulan melalui kampanye iklan digital."

4. Detil Plan (Taktik Plan) Wajib Disepakati Bersama

Setelah tujuan yang lebih detil ditetapkan, semua anggota dalam divisi atau unit harus menyepakati rencana tersebut. Hal ini penting agar seluruh tim memiliki komitmen terhadap pencapaian tujuan yang telah direncanakan.

Contoh: Tim pemasaran dan tim kreatif bersama-sama sepakat untuk melaksanakan kampanye digital dengan anggaran tertentu dan jadwal yang jelas.

5. Tetapkan Action Plan

Setelah rencana taktis disepakati, langkah selanjutnya adalah menetapkan action plan atau rencana aksi yang lebih terperinci, yaitu langkah-langkah konkret yang perlu diambil untuk mencapai tujuan tersebut. Ini mencakup alokasi sumber daya,

penjadwalan kegiatan, dan penetapan siapa yang bertanggung jawab untuk setiap tindakan.

Contoh: Rencana aksi mencakup langkah-langkah seperti menyusun materi iklan,

menentukan platform media sosial, dan jadwal pemasaran untuk kampanye iklan yang akan dimulai bulan depan.

6. MELAKSANAKAN = DO IT = Kerjakan (Jangan Berpikir Lagi)

Tahap ini adalah implementasi dari action plan yang telah disusun. Pekerjaan harus dilakukan sesuai dengan rencana tanpa ada keraguan atau penundaan. Dalam konteks ini, setiap individu atau tim harus fokus pada pelaksanaan tugas sesuai dengan jadwal dan target yang telah disepakati.

Tidak ada ruang untuk kebingungan atau keraguan; yang terpenting adalah tindakan yang efektif dan efisien dalam menyelesaikan pekerjaan.

Contoh: Tim pemasaran meluncurkan kampanye iklan digital seperti yang sudah

direncanakan, dengan fokus penuh pada eksekusi yang lancar dan sesuai dengan rencana aksi yang sudah disusun.

7. PROGRESS REPORT (Laporan Kemajuan Pekerjaan untuk Periode Tertentu)

Laporan kemajuan atau progress report adalah evaluasi berkala terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Laporan ini biasanya mencakup status pekerjaan, apakah sudah sesuai dengan target, atau jika ada hambatan atau masalah yang perlu diatasi.

Feedback dari laporan kemajuan akan memberikan gambaran apakah proyek berjalan sesuai rencana atau perlu perbaikan. Feedback yang diterima digunakan untuk memperbaiki atau menyesuaikan strategi agar tujuan tetap tercapai.

Contoh: Manajer proyek mengadakan pertemuan mingguan dengan tim untuk mengevaluasi status pekerjaan, mendiskusikan tantangan yang dihadapi, dan memberikan umpan balik mengenai progres pekerjaan untuk memastikan semua berjalan dengan baik.

8. REWARD (Penghargaan pada Departemen/Unit yang Berhasil)

Memberikan penghargaan atau reward adalah salah satu cara untuk memotivasi anggota organisasi atau tim agar terus bekerja keras dan berkontribusi untuk

mencapai tujuan. Penghargaan ini bisa berupa bonus, pengakuan, atau penghargaan lainnya yang dapat meningkatkan semangat kerja dan produktivitas.

Reward menunjukkan apresiasi terhadap usaha keras dan pencapaian yang telah dilakukan, serta mendorong pencapaian tujuan lebih lanjut.

Contoh: Setelah tim pemasaran berhasil mencapai target mereka dalam meningkatkan penjualan produk, mereka diberikan penghargaan berupa bonus atau pengakuan dalam bentuk sertifikat

Kesimpulan Pendapat:

Proses MBO ini sangat baik untuk memberikan struktur dan fokus dalam mencapai tujuan organisasi, terutama dalam proyek konstruksi yang membutuhkan koordinasi ketat. Namun, fleksibilitas dan realisme dalam penetapan tujuan perlu diperhatikan agar proses ini lebih adaptif terhadap tantangan di lapangan. Dengan sedikit penyesuaian, MBO dapat menjadi alat manajemen yang sangat efektif untuk memastikan keberhasilan proyek.

Nomor 4a

Sama seperti nomor 2 Nomor 4 b

-MACAM RELATIONSHIPS (antara SDM)

• HUBUNGAN ATASAN DENGAN BAWAHAN

• HUBUNGAN BAWAHAN DENGAN ATASAN

• HUBUNGAN BAWAHAN DENGAN BAWAHAN

• HUBUNGAN ATASAN DENGAN ATASAN • APA contoh contohnya ??????? Sebutkan!

1. Hubungan Atasan dengan Bawahan

Atasan memberi arahan, tugas, supervisi, evaluasi kepada bawahan.

Contoh:

Project Manager memberikan instruksi harian kepada Site Manager untuk memantau progres pengecoran lantai.

Site Manager memerintahkan Mandor untuk mengatur tukang besi agar pemasangan tulangan sesuai gambar kerja.

Mandor memerintahkan tukang untuk membersihkan cetakan bekisting sebelum pengecoran.

2. Hubungan Bawahan dengan Atasan

Bawahan melaporkan hasil kerja, meminta arahan, atau menyampaikan kendala kepada atasan.

Contoh:

Dalam dokumen CATATAN OSDM UNTUK UTS (Halaman 34-49)

Dokumen terkait